SENIN, 14 NOVEMBER 2016 | Nomor 1031 Tahun IV
A
Hari ini 32 halaman | Rp 3.000,-
WALES 1–1 SERBIA
PANTANG MENYERAH
SEHAT DENGAN PANGAN ORGANIK
»B17
»C25
DINAMIS DAN MENCERAHKAN
64 Juta Orang Terpapar Banjir SEPANJANG 2016, SEDIKITNYA 136 ORANG MENINGGAL IMBAS BANJIR
HARIAN NASIONAL | YOSEP ARKIAN
JAKARTA (HN) Kejadian bencana hingga 11 November 2016, menukil catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), telah menyentuh 1.985 peristiwa. Jumlah tersebut, kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, tertinggi sepanjang 10 tahun terakhir. Pada 2013, misalnya, terjadi sebanyak 1.674 kejadian bencana. Jumlah bertambah pada 2014 mencapai 1.967, lalu berkurang menjadi 1.677 pada 2015. “Jumlah (1.985) bisa meningkat hingga Desember karena curah hujan terus meningkat,” kata Sutopo kepada HARIAN NASIONAL di Jakarta, Minggu (13/11). Dari 1.985 peristiwa, menurut Sutopo, bencana yang terjadi tidak termasuk besar. Namun, sambungnya, korban jiwa dan kerugian ekonomi cenderung besar. Sutopo mengatakan, banjir menjadi bencana yang paling banyak terjadi dengan 659 kejadian. Disusul puting beliung (572 kejadian), longsor (485), serta kebakaran hutan dan lahan (178). Di antara sejumlah peristiwa, longsor menjadi bencana yang paling banyak menimbulkan korban meninggal. Hingga 11 November 2016, Sutopo merinci, sedikitnya 161 orang meninggal imbas longsor. Sementara banjir menyebabkan 136 korban meninggal, kombinasi banjir dan longsor (46), puting beliung (20), erupsi (tujuh), gempa bumi (tiga), serta kebakaran hutan dan lahan menyebabkan dua orang meninggal. Menurut Sutopo, tingginya curah hujan efek La Nina, “termasuk menguatnya dipole mode negatif dan hangatnya perairan muka air laut di sekitar Indonesia menyebabkan meningkatnya banjir, longsor, dan puting beliung.” Rangkaian bencana banjir, kata Sutopo, juga disebabkan kritisnya daerah aliran sungai, kerusakan lingkungan, degradasi sungai, tingginya kerentanan, termasuk masih terbatasnya
Refleksi warga terlihat dari sisa genangan air saat hari bebas kendaraan di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu (13/11). Hujan yang melanda sejumlah kawasan, terutama Jakarta, diprediksi terjadi hingga Januari 2017. Meninggal
Luka–luka
375 orang
DAMPAK BENCANA 2016 Rumah rusak
Mengungsi
2,5 juta orang
34.000 unit
mitigasi struktural dan nonstruktural. “Jutaan masyarakat tinggal di daerah-daerah rawan bencana.” Hasil pendataan, Sutopo merinci, sedikitnya 64 juta masyarakat terpapar bahaya banjir dengan intensitas sedang hingga
RUU PEMILU, ALOKASI KURSI DPR RENTAN MASALAH » Jakarta
24-33°C
Bandung
KATEGORI BENCANA
383 orang
21-29°C
Semarang
A3
:25-32°C
Banjir
659 kejadian
Puting beliung Longsor Karhutla Banjir-longsor Abrasi Gempa bumi Erupsi
572 kejadian 485 kejadian 178 kejadian 53 kejadian 20 kejadian 11 kejadian 7 kejadian
Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana
tinggi. Sementara yang terpapar longsor mencapai 40,9 juta warga. “Mereka tinggal di zona merah dengan kemampuan mitigasi yang masih terbatas, sehingga saat terjadi hujan sebagai pemicu maka terjadi bencana.” Sutopo mengatakan, Kota
TARIK LISTRIK NOVEMBER NAIK » Yogyakarta
24-33°C
Surabaya
A7
26-35°C
Denpasar
Bandungkinimasukdalamwilayah mudah terjadi bencana. Padahal, Kota Bandung jarang tersentuh bencana. Ihwal penyebab banjir, Sutopo mendekatkan dengan drainase yang tak mampu menampung aliran permukaan. “Jakarta juga makin rentan banjir dan puting beliung,” tuturnya mengingatkan. Alhasil, masyarakat diharapkan meningkatkan kesiapsiagaan bencana. Apalagi, hujan diprediksi terus meningkat hingga Januari 2017. “Sesuai dengan polanya, Januari merupakan puncak curah hujan di sebagian besar wilayah di Indonesia. Pola bencana juga menunjukkan bahwa Januari menjadi bulan paling banyak bencana,” kata Sutopo. Direktur Ekskeutif Walhi Jawa Barat Dadan Ramdan me-
ngatakan, serangkaian banjir yang melanda Kota Bandung beberapa hari terakhir menjadi akumulasi dari pembangunan wilayah, termasuk tidak tepatnya pengelolaan ruang dan wilayah. Alhasil, Dadan menyarankan upaya penanggulangan dimulai dari tingkat terendah, dimulai dari keluarga, berlanjut hingga rukun tetangga dan warga. “Karena masalahnya memang bermula dari tingkat itu.” Di tingkat rukun tetangga, menurut Dadan, bisa menyentuh aliran sungai dan resapan air. Jika sudah dilakukan, Dadan mengingatkan, antisipasi lain juga harus mengarah pada proses pembangunan, termasuk pengelolaan tata kota dan ruang. O BAYU ADJI | HABSARI » Berita Terkait di Halaman A12 & A13
FBI DITUDING AKHIRI KARIER POLITIK HILLARY CLINTON » 26-35°C
Hujan Lebat
Hujan Sedang
Hujan Ringan
Berawan
A15
Cerah Berawan
Cerah sumber: BMKG