3 minute read

Inovasi

Next Article
Ekspresi

Ekspresi

Penggunaan wadah makanan berbahan dasar plastik oleh masyarakat yang semakin hari semakin banyak digunakan dalam berbagai aktivitas tentu memiliki dampak yang buruk terhadap kelestarian lingkungan. Selain itu, Indonesia juga dikenal sebagai produsen sampah plastik kedua terbesar di dunia.

Berawal dari hal tersebut, Martinus, dosen Teknik Mesin Universitas Lampung mulai mencari ide alternatif agar bahan dasar pembungkus makanan dari plastik ini dapat diganti dengan bahan dasar lainnya yang lebih ramah lingkungan. Salah satu solusi yang didapatkan adalah dengan penggunaan piring berbahan dasar daun atau yang sekarang lebih dikenal dengan piring daun (Go-Plate). Piring daun atau Go-Plate (Gogreen Plate – Piring Komposit Daun Ramah Lingkungan) ini dipilih sebagai bahan dasar pengganti plastik karena mampu mengurangi dampak polusi atau pencemaran lingkungan.

Advertisement

Martinus mengatakan bahwa bahan yang dipilih untuk dasar pembuatan piring daun ini merupakan bahan yang mudah terurai, sehingga ketika dibuang tidak berbahaya bagi lingkungan. Secara tradisional, pada zaman dahulu daun sudah digunakan sebagai bahan pembungkus makanan sehingga tidak perlu dites di laboratorium lagi untuk melihat ada atau tidaknya kandungan racun di dalamnya.

“Daun yang bisa kita gunakan sebagai bahan dasar pembuatan piring daun ini pun bermacam-macam, tidak hanya daun jati saja tetapi ada daun palem, daun pinang, daun jagung, daun tepus, daun waru, daun ketapang, dan daun tembaka,” ujarnya. Sampai saat ini daun jati dan daun pinang lebih dipilih Martinus sebagai bahan dasar dalam pembuatan piring daun, karena bahannya yang mudah didapatkan dari lingkungan sekitar.

Dalam proses produksi, Martinus dibantu oleh para mahasiswanya. Martinus dan mahasiswanya telah memulai mengembangkan mesin pencetak piring daun ini sejak tahun 2017-2018 dengan merancang mesin yang ada menjadi alat cetak yang sampai saat ini digunakan. Pada tahun 2019, Martinus mulai menjualkan piring daun yang telah dibuatnya. Dalam penjualannya, piring daun ini dihargai dengan harga Rp 2000/pcs nya. Harga piring daun ini memang bisa terbilang masih mahal jika dibandingkan dengan plastik. Karena proses pembuatannya tidak massal seperti pembuatan piring plastik. Piring daun ini memiliki dua tempat produksi yaitu di Taman Kupu-kupu dan LaboratoriumTeknik Mesin Unila. Untuk pembuatannya sendiri, dalam satu buah piring daun dibutuhkan minimal terdiri dari tiga lapis daun dan juga bisa saja menyesuaikan dengan kondisi ketebalan daun yang digunakan. Per - ekat

yang di- gunakan dalam pembuatan piring daun ini juga berasal dari bahan organik yaitu berupa campuran tepung. “Jadi dari perekatnya saja kita menggunakan perekat alami, yaitu berupa campuran tepung yang kemudian kita campurkan menjadi satu , sehingga bahan ini tidak akan berbahaya untuk digunakan”, jelasnya. Dalam proses pembuatannya pun terbilang tidak cukup rumit. Hal awal yang perlu dilakukan yaitu dengan mendapatkan daun yang hijau dipanen terlebih dahulu kemudian daun tersebut dilayukan selama satu malam agar kandungan airnya tidak terlalu banyak dan tahap yang terakhir yaitu pencetakan bentuk daun. Pada proses pencetakan ini daun ditekan dengan pressure kemudian dipanaskan atas dan bawah. “Pada proses cetak ini daun kita tekan dan kita panaskan bagian atas dan bawah dengan suhu di atas 120 derajat celcius. Dengan suhu panas tersebut mampu membunuh dan menghilangkan bakteri dari daun tersebut,” terangnya. Waktu yang digunakan dalam proses pembuatan satu piring daun ini pun tidak terbilang cukup lama, dalam satu piring hanya membutuhkan waktu 2 menit. Setelah proses pencetakan, kemudian dilanjutkan dengan proses sterilisasi dan pengemasan sehingga aman sampai di tangan konsumen. Untuk pemasarannya sendiri piring daun ini sudah mencakup seluruh wilayah di Indonesia seperti Bali, Sulawesi, Kalimantan, dan provinsi lainnya yang ada di Indonesia. Mayoritas peminat piring daun ini kebanyakan berasal dari luar Lampung. Bahkan sebelum pandemi, dalam satu bulan bisa mencetak sampai 8000 pcs. Piring daun ini sendiri memiliki masa simpan yang juga terbilang cukup lama, yaitu bisa disimpan dalam waktu 6 bulan hingga 1 tahun. Selain untuk bahan wadah makanan yang kering, piring daun ini juga dapat digunakan sebagai wadah makanan yang berkuah. Hanya saja piring tidak akan mampu bertahan lama jika sudah terkena zat cair, karena kulit piring akan menjadi mudah mengelupas . “Dengan adanya piring daun ini harapannya mampu mengurangi penggunaan plastik dan stirofoam sebagai bahan pembungkus makanan, sehingga mampu mengurangi dampak penyebab kerusakan lingkungan,” harapnya=

This article is from: