Lurik x Tenun Jepara

Page 1

Majalah Mahasiswa Teknik Busana UNY 2017

Vol. 4

TeNa

Magazine

Lurik Lurik X X Tenun Tenun Jepara Jepara

Edisi 3

2020


TeNa

Magazine

Diterbitkan Oleh Prodi Teknik Busana Angkatan 2017 Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Pelindung Adam yerusalem Pemimpin Redaksi Marlinawati Siadari Pemimpin Perusahaan Yuliana Dhea Anggia Pimpinan Perusahaan Fatika Kusumaarum Panggalih Pemimpin Proyek Tena Marlinawati Siadari Reporter Marlinawati Siadari, Yuliana Dhea Anggia, Fatika Kusumaarum Panggalih,Annisa Aqidhatul Isa, Anis Sholikah Layouter Marlinawati Siadari Cover Marlinawati Siadari Penulis Marlinawati Siadari, Yuliana Dhea Anggia, Fatika Kusumaarum Panggalih, Anis Sholikah Editor Marlinawati Siadari Galeri Foto Yuliana Dhea Anggia, Fatika Kusumaarum Panggalih Alamat Redaksi Jl. Colombo No.1 Kampus Karang Malang Universitas Negeri Yogyakarta, Karang Malang, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281 HP. 082331590569 (Marlina Siadari) website

Squad Redaksi

Anis Sholikhah 17514134005

Fatika Kusuma arum Panggalih 17514134020

Annisa Aqidhatul Isa 17514134026

Yuliana Dhea Anggia 17514134023

Marlinawati Siadari 17514134033


DAFTAR ISI Info

Rubrik Khusus

30 Pejalan Kaki Makin Di Pinggir

PRO RESENSI Sejarah Lurik Eksistesinya Terancam, Lurik Perlu Generasi Baru Produk Fashion dari kain lurik apa saja ? Banyak Daerah-daerah penghasil kain lurik Tips memilih desain busana dengan kain lurik

34 Bukan Uang Tapi Waktu

Macam-macam corak lurik di Indonesia

Galeri Foto

Cara pembuatan lurik Motif unik kain tenun troso Sejarah kain tenun jepara Proses pembuatan kain tenun jepara Kampung troso tempat wisata belajar

36

Tenun troso karya seni yang memikat

Astro Bike, Sepeda Listrik Berbasis Aplikasi Android

Tips merawat tenun jepara

Duo sahabat pamerkan karya duet tenun dan lurik di Jakarta Fashion Week 2019

Tips dan Saran

28

Bangkitnya kain nusantara di industri fashion Indonesia Menggabungkan unsur nusantara dalam fashion Philip Iswardono mengangkat tema etnic code di Jogja Fashion Week 2015

TeNa / Edisi 3 2020


Info

Sejarah Lurik Oleh Annisa Aqidhatul Isa

I

ndonesia memiliki keragaman suku bangsa yang memiliki budayanya yang berbeda-beda. Hal tersebut bisa dilihat dari cara berpakain yang berbeda-beda antara suku bangsa dengan suku bangsa yang lainnya mulai dari dari ciri khas. Demikian halnya dengan masyarakat Jawa di Yogyakarta, memiliki pakaian tradisional yang khas, yaitu salah satunya lurik. Sudah disebutkan bahwa lurik berasal dari pedesaan di Jawa dan kemudian berkembang tidak hanya dipakai oleh rakyat, tetapi juga dipakai di lingkungan keraton. Dulu kain lurik dipakai hampir oleh semua orang, sebagai busana sehari-hari. Untuk wanita dibuat kebaya, atau tapih/nyamping/jarik (kain untuk bawahan). Sedangkan untuk pria dipakai sebagai bahan baju pria, di Solo disebut dengan beskap, sedangkan di Yogyakarta dinamakan dengan surjan. Selain itu, lurik juga dibuat sebagai selendang (jarik gendong) yang biasanya dipakai oleh pedagang di pasar untuk menggendong tenggok (wadah yang terbuat dari anyaman bambu), terutama di daerah Solo dan Klaten Jawa Tengah. Selain itu kain lurik juga digunakan dalam upacara yang berkaitan dengan kepercayaan, misalnya labuhan ataupun upacara adat lain seperti ruwatan, siraman, mitoni, dan sebagainya. Lurik sendiri merupakan suatu kain hasil tenunan dari benang dengan motif dasar garis-garis atau kotak-kotak dengan warna-warna suram yang pada umumnya diselingi aneka warna benang. Kata lurik berasal dari akar kata rik yang artinya garis atau parit yang dimaknai sebagai pagar atau pelindung bagi pemakainya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia lurik adalah kain tenun yang memiliki corak jalurjalur, sedangkan dalam Kamus Lengkap Bahasa Jawa pengertian lurik adalah corak lirik-lirik atau lorek-lorek, yang berarti garis-garis dalam bahasa Indonesia. Dan berbagai definisi yang telah disebutkan di atas, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lurik merupakan kain yang diperoleh melalui proses penenunan dari seutas benang (lawe) yang diolah sedemikian rupa menjadi selembar kain katun. Proses yang dimaksud yaitu diawali dari pembuatan benang tukel, tahap pencelupan yaitu pencucian dan pewarnaan, pengelosan dan pemaletan, penghanian, pencucuk-an, penyetelan, dan penenunan. Motif atau corak yang dihasilkan berupa garis-garis vertikal maupun horisontal yang dijalin sedemikian rupa sesuai warna yang dikehendaki dengan berbagai variasinya

TeNa / Edisi 3 2020


Rubrik Khusus

Eksistesinya Terancam, Lurik Perlu Generasi Baru Oleh Yuliana Dhea Anggia

L

urik, merupakan kain yang eksistensinya mulai terancam. Hal ini dapat terjadi karena sudah tidak ada lagi generasi penerus atau generasi zaman sekarang tidak mau untuk ikut terlibat melestarikan keberadaan lurik. Padahal, lurik merupakan peninggalan yang sangat sarat akan makna. Sebenarnya, beberapa kalangan orang, seperti desainer, pengrajin, dan pembuatan produk sudah mencoba untuk melestarikan keberadaanya. Para desainer pada saat ini sedang berlomba-lomba menggunakan kain nusantara khususnya lurik sebagai bahan baku dan bahan kombinasi untuk pembuatan produknya. Hal tersebut sebenarnya sudah sangat membantu eksistesi lurik sebagai kain khas nusantara. Betapa tidak, dengan busana desainer tersebut di fashion show kan tentunya masyarakat luas akan tahu dan barangkali akan tertarik. Dengan seperti itu, lurik akan merambah ke pasaran yang lebis luas. Tidak jarang para desainer membuat lurik dengan motif hasil karyanya sendiri supaya sesuai dengan tema yang telah ditentukan. Kepada para pengrajin lurik, kami ucapkan terimakasih atas segala kerja keras, kerja kreatif, dan kerja nyata sehingga tercipta kain lurik yang sampai saat ini mempunyai macam ragam warna dan motif. Pengrajin tak henti-hentinya untuk selalu dan senantiasa mengembangkan keberadaannya. Untuk memperjuangkan eksistensinya. Kita rasa, usaha ini patut kita apresiasi. Banyak sekali pengrajin dari berbagai daerah yang selalu memproduksi dengan pengembangan-pengembangan yang beragam walaupun masih mengalami pasang surut eksistensi kain lurik. Akan tetapi sampai saat ini kain lurik tetap masih ada dan digunakan. Pada saat ini pembuat produk juga sudah banyak yang mulai tersadar akan pentingnya menjaga kelestarian kain nusantara, sehingga mereka mulai membuat produknya dengan menggunakan kain-kain tersebut. Banyak macam produk yang telah dihasilkan yang ternyata mampu membantu menjaga esksistensinya karena dengan begitu lurik akan semakin dikenal. Setelah membahas 3 kalangan yang membantu eksistensi lurik tetap ada, tidak adil jika rasanya kita hanya sebagai pembaca saja. Akan lebih baiknya kita sebagai manusia yang juga sebagai ahli waris keberadaan lurik, setidaknya kita mempunyai andil yang juga bisa membantu keberadaan lurik, salah satu hal yang dapat kita -

Busana karya desainer Lulu Lutfi Labibi, sumber : detik.com

ta lakukan yaitu, kita memakai produk yang berbahan baku lurik. Misalnya kita menggunakan baju dari lurik, tas, sepatu, atau berbagai macam aksesorisnya. Supaya lurik semakin meraja dan dikenal oleh semakin banyak orang.

TeNa / Edisi 3 2020


Galeri Foto

TeNa / Edisi 3 2020


Rubrik Khusus ProMain

Produk Fashion dari Kain Lurik? Apa Saja? Banyak Oleh Yuliana Dhea Anggia

D

ahulu pemanfaatan kain lurik masih sangat terbatas, contohnya hanya digunakan sebagai baju saja. Baju itu pun disesuaikan dengan kasta, makna, dan kegiatan atau acara yang sedang dilaksanakan. Akan tetapi seiring berkembangnya jaman, kain lurik mulai menampakkan eksistensinya dalam dunia fashion decade ini. Bagaimana tidak, kain lurik sudah dibuat dalam berbagai macam produk aksesoris dan pelengkap busana. Barang-barang yang dibuat dari kain lurik merupakan barang-barang yang jika dipikirkan sama sekali tidak terpikirkan bisa berbahan dasar kain lurik. Misalnya saja kalung. Kalung, jika kita mempunyai tugas membuat kalung, biasanya kita memikirkan bahan baku pembuatan kalung adalah besi, aluminium, kulit, dan manik-manik. Akan tetapi semakin majunya jaman, ada saja ide kretaif yang muncul dari manusia-manusia yang mempunyai akal pikiran yang maju dan ingin berkembang ini. Produk yang bisa dibuat atau dikombinasikan dengan kain lurik lagi yaitu, sepatu. Banyak sepatu wanita atau flat shoes yang saat ini banyak variasi yang dikombinasikan dengan kain tradisional. Dapat menjadi inspirasi pula bagi kita untuk mungkin bisa memodifikasikan hal tersebut, missal sepatu berbahan baku kombinasi dari beberapa kain nusantara. Kemungkinan akan laku di kalangan orang yang mempunyai style yang unik dan berani berbeda. Produk-produk yang seperti ini lah yang membantu peekonomian Indonesia khususnya di bidang social budaya kemungkinan akan berkembang, karena produk ini menghasilkan nilai jual yang tinggi baik dikalangan domestic ataupun internasional. Mengapa produk ini unik? Karena jarang ada yang membuat atau memproduksi karena menggunakan kain nusantara, karena memberikan ciri-ciri atau identitas Indonesia. Produk ketiga, yaitu bantal sofa. Bantal sofa yang kebanyakan terbuat dari kain katun, kain polos, kain batik, kain beledu, saat ini ada bantal tang terbuat dari kain lurik. Unik dan kretaif serta seperti tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Boleh kita terispirasi akan tetapi jangan sampai mengimitasi, memodifikasi akan lebih baik. Produk selanjutnya ada tas. Jika kalung masih jarang, tas dari kain lurik sepertinya sudah banyak. Barang yang paling sering mengalami kombinasi kain adalah tas. Mengapa demikian? Karena tas merupakan barang yang sering digunakan orang sehingga orang akan berpikir bagaimana cara menghasilkan tas yang berbeda dari yang lain dan orang akan suka. Kare tas merupakan barang yang terlihat dengan jelas sehingga akan mudah untuk melihatnya, sehingga orang akan langsung tertuju pada tas tersebut untuk dibuat berbeda.

TeNa / Edisi 3 2020


Info ProMain

Daerah-daerah Penghasil Kain Lurik Oleh Yuliana Dhea Anggia

D

esa Tlingsing merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Desa Tlingsing merupakan salah satu dari sekian banyak desa pengrajin kain tenun di Klaten. Desa Tlingsing ini sudah menjadi desa wisata sejak 2010, karena dari sekian banyak desa penghasil tenun, di Desa Tlingsing inilah yang pengrajinnya paling banyak, yaitu sekitar 225 pengrajin. Betapa jumlah yang tidak sedikit. Di Desa Tlingsing ini juga, pengrajin lurik merupakan mata pencaharian yang paling banyak diminati. Kain lurik ini merupakan kain lurik yang dibuat dengan alat tenun ATBM ( Alat Tenun Bukan Mesin ) sehingga segala proses yang dilakukan menggunakan tangan manusia, mulai dari menenun, mewarnai, dan memproduksi menjadi baju. Di Desa Tlingsing ini menggunakan kearifan local sebagai bahan pewarnanya, sehingga mereka menggunakan zat-zat warna alami yang ada di daerah tersebut. Pedan juga merupakan salah satu desa di Klaten, Jawa Tengah. Lurik di Pedan ternyata sudah lama berkembang, yaitu sejak zaman setelah penjajahan sekitar tahun 1948. Lurik Pedan juga sudah mengalami pasang surut menjalani sebuah usaha sebagai pengrajin lurik. Pemiliknya, yang merupakan alumni Sekolah Tinggi Tekstil, mempunyai 10 orang karyawan yang diharapkan untuk mampu megeksplorasi berbagai hal yang bisa digunakan untuk motif kain lurik, salah satunya adalah motif pulau. Di Sleman terdapat di kecamatan Moyudan, Sleman, DIY. Di tempat ini merupakan sentra pembuatan stagen. Stagen merupakan awal atau cikal bakal pembuatan kain lurik yang

TeNa / Edisi 3 2020

Sumber : https://jogja.tribunnews.com/2016/12/30/sejarahpanjang-kerajinan-tenun-lurik-khas-pedan-klaten

berkembang saat ini. Di Moyudan, khususnya di Dusun Sejatidesa, Desa Sumberarum ini hampir di setiap rumahnya ada alat penenun bukan mesin yang digunakan oleh masyarakat untuk membuat stagen. Kira-kira di dusun ini terdapat 70 pengrajin stagen. Hingga saat ini, pendirinya pun, yaitu ibu Leginem dan penerusnya Ibu Sumirah, juga masih membuat stagen.


Tips & Saran

Tips memilih Desain Busana Dengan Kain Lurik

Oleh Yuliana Dhea Anggia

P

ada zaman sekarang, pembuatan desain dengan kainkain daerah atau kain nusantara dapat dikatakan lebih mudah daripada zaman dahulu. Mengapa lebih mudah? Karena pada zaman ini tidak sesaklek dahulu. Dahulu kain nusantara memiliki aturan-aturan yang kebanyakan hanya bangsawan saja yang boleh memakainya sehingga orang awam akan sangat susah untuk memakainya. Berbeda dengan zaman sekarang, banyak sekali tiruan-tiruan kain dengan beberapa macam metode pembuatan sehingga dengan seperti itu kain akan sangat mudah beredar. Seiring berkembangnya waktu, manusia juga akan berpikir milenials untuk dapat memperkenalkan budayanya, yang mana salah satunya memakai kain nusantara. Bentuk desain yang disuguhkan jaman sekarang juga sudah sangat beragam. Dahulu, kain nusantara hanya dipakai untuk busana tertentu, misalnya kebaya. Dahulu kebaya mempunyai bentuk yang sangat sederhana dan cenderung ituitu saja. Akan tetapi, semakin bertambahnya waktu, bentuk, desain, dan motif yang digunakan sudah sangat beragam dan ekspresif. Artinya sesuai dengan ekspresi dan keinginan desainer/ pembuatnya.

Sumber : Karya Eva Tijo

Tips memilih atau membuat desain busana dengan kain lurik penuh atau kombinasi kain lurik bergantung pada bentuk tubuh manusia sendiri. Ketika kita memiliki bentuk badan yang gemuk dan pendek, maka akan lebih baik desain yang dibuat bentuk lurik vertikal supaya terkesan kurus dan tinggi. Sebaliknya, jika kita memiliki bentuk badan yang tinggi kurus, maka kita lebih baik memilih desain yang betuk luriknya horizontal supaya badan kita terkesan sedikit lebih berisi. Selain itu, motif lurik juga dapat diaplikasikan sebagai motif yang diagonal,

sebagai penambah aksen garis busana yang ditampilkan. Pada jaman sekarang ini, orang juga cenderung lebih berani untuk memadu padankan bererapa macam warna lurik yang berbeda tone warna sehingga kesan yang ditimbulkan ada berani berbeda. Ada juga desainer yang memadupadanlan lurik dengan batik. Lurik yang kesannya luruslurus saja menjadi mempunyai bentuk-bentuk yang aneh dan beraneka ragam sehingga tidak terkesan monoton. Kesan yang ditampilkan juga orang akan lebih fashionable serta melatih kepercayaan diri seseorang untuk menggunakan pakaian tabrak warna atau tabrak motif.

TeNa / Edisi 3 2020

TeNa / Edisi 3 2020


Info

Macam-Macam Corak Lurik di Indonesia Oleh Annisa Aqidhatul Isa

K

ain lurik sendiri mempunyai bermacammacam motif meskipun motif lurik ini hanya berupa garisgaris. Seperti yang ditulis oleh Nian S.Djoemena (2000) kain lurik tradisionl mempunyai beragam motif mengenai nama-nama corak, yaitu antara lain: corak klenting kuning, sodo sakler, lasem, tuluh watu, lompong keli, kinanti, kembang telo, kembang mindi, melati secontong, ketan ireng, ketan salak, dom ndlesep, loro-pat, kembang bayam, jaran dawuk, kijing miring, kunang sekebon, dan sebagainya. Dan disebutkan pula ada beberapa motif seperti ketan ireng, gadung mlati, tumenggungan, dan bribil. Dengan seiring waktu berjalan dalam perkembangannya muncul motif- motif lurik baru yaitu: yuyu sekandang, sulur ringin, lintang kumelap, polos abang, polos putih, dan masih banyak lagi. Motif yang paling mutahir adalah motif hujan gerimis, tenun ikat, dam mimi, dan galer. Awalnya macam corak lurik sangat banyak, tapi sekarang banyak sekali yang sudah terlupakan. Saat ini motif-motif lurik yang sekarang dibuat lebih bervariasi, disesuaikan dengan warna-warna yang sedang disukai atau yang sedang trend. Jadi, motif atau corak lurik yang akan di buat cenderung selalu berubah dan semakin berkembang.

TeNa / Edisi 3 2020

Beberapa motif disesuaikan dengan yang dikehendaki oleh para pembeli. Bahkan ada beberapa pembuat kain lurik tidak membuat kalua tidak ada yang membeli. Untuk saat ini lebih banyak untuk seragam sekolah dan selendang. Untuk motif yang dipakai oleh para abdi dalem kerajaan sendiri dinamakan corak telu-pat atau tiga empat dalam bahasa Indonesia. Motif ini dinamakan baju peranakan. Baju ini dikenakan oleh mereka ketika sowan atau caos (menghadap raja), para abdi dalem memakai baju peranakan dengan motif telu pat, sedangkan para prajurit keraton masing-masing juga memakai motif lurik yang telah ditentukan. Prajurit Jogokaryan memakai motif Jogokaryo, prajurit Mantrijeron memakai motif mantrijero, begitu pula dengan prajurit Patangpuluhan memakai motif patangpuluh. Ada yang bilang bahwa Motif keraton memang memiliki corak tersendiri. Ada yang me-namakannya lurik tiga empat, untuk para abdi dalem. Selain itu, ada pula motif lurik lain yang dipakai oleh orang-orang tertentu pada waktu tertentu pula. Namun saat ini, para pembeli bebas memilih motif mana yang dikehendaki. Pembeli boleh memakai kain lurik dengan berbagai macam corak, entah itu yang semestinya di pakai untuk sowan atau caos, ataupun yang digunakan untuk prajurit keraton. Biasanya motif lurik yang tidak boleh dikenakan atau dijual untuk umum yaitu yang dipakai untuk seragam sekolah, karena motif tersebut sudah merupakan identitas atau ciri khas sekolah yang bersangkutan.


Galeri Foto

TeNa / Edisi 3 2020


Info

Cara pembuatan Lurik Oleh Annisa Aqidhatul Isa 1. Proses Pewarnaan Yaitu memberi warna pada benang yang akan ditenun. Terdapat resepnya untuk membuatnya yang terdiri dari 6 ikat dari 25-26 streng benang atau 2,5 golek, kemudian benang disusun dalam stok yang mana dalam 1 stok terdiri dari 2 ikat. Untuk zat pewarna sendiri biasanya menggunakan Napthol yang memerlukan bahan lainnya seperti TRO/Turkis Red Oil, kostik soda, tepung kanji, dan asam cuka.

3. Proses Pemaletan Yaitu memindahkan benang yang awalnya berbentuk streng kedalam bentuk paletan yang menggunakan alat alat pintal (erek). Kita harus berhati-hati saat mengerjakanya karena jika terjadi benang yang melewati ujung teropong maka akan mengakibatkan benang dari teropong akan tertarik keluar.

5. Proses Pengeboman Yaitu proses pemindahan benang dari bom besar atau biasa disebut tambur ke bom kecil yaitu bom penggulung benang lungsi. Proses ini mempunyai tujuan untuk ketegangan dan kesejajaran benang tetap sama dan ketika terjadi kesalahan akan cepat diketahui

TeNa / Edisi 3 2020

2. Proses Pengelosan Yaitu proses memindahkan benang yang mulanya berbentuk streng ke dalam bentuk kelos dengan menggunakan alat pintal (erek). (gambar alat pintal) Yang tujuannya untuk mendapat bentuk gulungan kelosan yang nantinya digunakan untuk proses penyekiran atau menyusun benang atau lungsi.

4. Proses Penyekiran (Penghanian) Yaitu proses penggulungan dari bentuk kelos ke kedalam tambur, dengan keadaan sejajar satu sama lain sehingga membentuk lapisan. Semua benang yang tergulung harus mempunyai ketegangan yang sama. Apabila terjadi benang putus kita secepatnya harus menyambungkan benang yng tujuannya tidak terjadi kelonggaran atau lobang pada kain saat penenunan.


Info

6. Proses Penyucukan Yaitu sebuah proses untuk memasukkan benang lungsi dari bom kecil tadi dengan satu persatu ke mata gun yang sesuai dengan rencana tenun, kemudian di masukkan ke dalam sisir, lalu ditata, disetel dan digulung ke bom penggulung kain.

Sumber : Tekstil 05.32. 7 Desember 2011

Sumber : Tekstil 05.32. 7 Desember 2011

TeNa / Edisi 3 2020


Rubrik Khusus

Motif unik kain tenun troso Marlina Siadari

K

ain tenun troso menjadi produk unggulan dari kabupaten jepara, tidak hanya di indonesia kain tenun ini telah dikenal ke manca negara dan dunia fashion internasional. Kain tenun troso ini mempunyai keunikan pada motifnya. Tidak hanya bernuansa tradisional, etnik atau pun klasik namun juga memiliki ciri rasa modern dengan motif-motif kontemporer. Perpaduan warna yang digunakan untuk kain tenun troso ini senada dengan motif yang mendetail, membuat kain tenun ini dibandrol dengan harga yang cukup mahal. Motif geometri dominan dengan nuansa flora dan fauna membuat kain tenun ini seolah menceritakan wilayah pedesaan yang sangat asri, didukung dengan penggunaan warna yang kebanyakan adalah warna coklat, hijau, dan merah. Berbeda dengan kain tenun asal flores, lombok, sumba, dan bima, motif kain tenun troso ini ada berbagai macam sesuai dengan pesanan serta terget pasar yang dituju. Ragam dan jenis motif Kain Tenun Troso meliputi: motif misris, krisna, motif ukir, motif rantai, motif mawar, motif bambu, motif burung, motif naga, motif lilin, motif antik, motif cempaka, motif dewi sri, motif kecubung, motif sby, motif obama dan lain-lain. Banyaknya variasi motif membuat Kain tenun Troso dapat dipergunakan oleh semua khalayak dan pada berbagai acara atau keperluan.

TeNa / Edisi 3 2020

Proses pembuatan tenun ini juga lumayan rumit. Diawali dengan proses menyusun benang dengan rapi dalam bentuk sejajar, kemudian benang tersebut dikaitkan dengan kayu yang berbentuk kotak, hal ini disebut nali atau mengikat dengan tali rafia. Proses berikutnya adalah penataan motif dan pemberian motif pada benang yang akan ditenun. Proses tenun dilakukan dengan ATBM. Sehingga menghasilkan lembaran kain yang siap dipasarkan. Awalnya pembuatan Kain Tenun troso menggunakan teknik tenun Gedok. Namun seiring berjalannya waktu, teknik pembuatannya berkembang menjadi tenun ikat. Cara pembuatannya pun menjadi semakin rumit. Diawali dengan proses ngeteng plangkan, yaitu menyusun benang secara rapi dalam bentuk sejajar. Kemudian benang tersebut dikaitkan dengan plangkan atau rangkaian kayu berbentuk kotak yang disebut nali atau mengikat motif dengan tali rafia. Proses selanjutnya adalah proses penataan motif dan pemberian motif pada benang yang akan ditenun. Akhirnya proses penenunan dilakukan memakai alat tradisional, yaitu Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) Hasilnya menjadi lembaran kain seperti sekarang yang sering disebut masyarakat dengan nama Tenun Troso.


Info

SEJARAH KAIN TENUN JEPARA Oleh Anis Sholikhah

D

esa Troso, terletak 15 km ke arah tenggara dari pusat kota Jepara. Dari sinilah proses perkembangan sentra industri tenun berawal, berkembang dan mengalami pasang surut dari tahun ke tahun. Menurut legendanya, sejarah Kain Tenun Troso dimulai saat masuknya Agama Islam di wilayah Jawa tengah dan sekitarnya. Yaitu pada masa berdirinya Kerajaan Mataram Islam. Kain ini dipakai pertama kali oleh Mbah Senu dan Nyi Senu saat menemui Ulama Besar Mbah Datuk Gunardi Singorojo saat sedang berdakwah di Desa Troso. Kemudian pada masa awalnya kain tenun ini dibuat khusus sebagai pelengkap pakaian raja. Sejak saat itulah keterampilan membuat kain tenun troso dimiliki oleh warga Desa Troso dan diwariskan secara turun temurun. Pada sekitar tahun 1935, sebelum masa kemerdekaan Indonesia, para pengrajin Tenun Troso membuat Kain Tenun Gedong. Kemudian saat keahlian mereka semakin berkembang, mereka mulai membuat kain Tenun Pancal, yaitu pada sekitar tahun 1943. Pada saat tahun 60-an terjadi sebuah perkembangan signifikan pada industri tenun di daerah ini. Dimana saat itu para perajin tenun secara besar-besaran mulai beralih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) menggantikan alat tenun tradisional. Produksi kain tenun lurik, mori dan sarung ikat mengalami perkembangan pesat secara jumlah maupun

Pada saat tahun 60-an terjadi sebuah perkembangan signifikan pada industri tenun di daerah ini. Dimana saat itu para perajin tenun secara besar-besaran mulai beralih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) menggantikan alat tenun tradisional. Produksi kain tenun lurik, mori dan sarung ikat mengalami perkembangan pesat secara jumlah maupun kualitas. Saat itu adalah masa keemasan dan kejayaan Kain Tenun Troso. Namun pada akhir tahun 70-an industri tenun Troso mulai mengalami kelesuan ekonomi. Banyak perusahaan tenun mengalami gulung tikar. Peristiwa ini diakibatkan karena mulai berdirinya perusahaan tenun besar di Indonesia yang menggunakan Alat Tenun Mesin (ATM). Pengrajin tradisional tak mampu bersaing dalam hal harga sehingga industri tenun tradisional tidak berkembang dan bahkan banyak mengalami kebangkrutan. Pada awal tahun 80-an, industri Tenun Troso sempat mengalami kebangkitan. Unit-unit usaha di pedesaan sempat tumbuh kembali. Produksi tenun tradisional Troso muncul kembali di pasaran. Namun hal ini tidak berlangsung lama. Periode sulit mulai menghampiri lagi industri tenun ini sekitar tahun 1985-1988. Kondisi pasar lesu dan banyak pengusaha tenun mengalami kebangkrutan kembali. Sampai akhirnya Gubernur Jawa Tengah yang menjabat pada waktu itu turun tangan demi menghadapi masalah ini. Lewat Surat Keputusan Gubernur No: 025/219/1988, yang isinya adalah mewajibkan seluruh pegawai pemerintah dan jajarannya di lingkungan propinsi Jawa Tengah untuk memakai produk tenun setiap hari Jumat. Upaya ini terbukti berhasil mendongkrak konsumsi masyarakat dan produksi tenun di Jawa Tengah, terutama di Troso sebagai pusat produksi kain tenun di Jawa Tengah. Para pengusaha tenun pun kembali bergairah mengembangkan usahanya.

TeNa / Edisi 3 2020


Info

PROSES PEMBUATAN KAIN TENUN JEPARA 1. MENGHANI Menghani ialah tahapan awal pada pelaksanaan pertenunan, adalah pelaksanaan pembuatan helaianhelaian benang untuk di jadikan lungsi pada alat yang dinamai alat hani.

Oleh Anis Sholikhah

2. MEMASANG BENANG LUNGSI PADA BUM BENANG LUNGSI Memasang benang lungsi pada alat tenun adalah memasang helaian-helaian benang yang akan diwujudkan benang lungsi pada Alat Tenun Bukan mesin pada bum benang lungsi.

3. PENCUCUKAN PADA MATA GUN Pencucukan merupakan pengerjaan memasukkan benang benang lungsi ke mata gun cocok dengan corak tenun. Masukkan benang lungsi ke mata gun, mulailah dari tengah ke kanan atau tengah kekiri atau sebaliknya. Masukkan pada mata gun pantas corak yang dibuat, Tiap beberapa helai benang lungsi (misal 10 helai saja).

5. MENGIKAT BENANG LUNGSI PADA BUM KAIN Mengikat benang lungsi pada bum kain dikerjakan sesudah benang lungsi dicucuk melewati mata gun dan sisir. Ikatlah benang lungsi sedikit demi sedikit (misal setiap10 benang lungsi kemudian di ikat) agar jarak antara ikatan satu dengan ikatannya tidak terlalu longgar Usahakan ketegangannya sama Lakukan hingga semua benang lungsi terikat.

TeNa / Edisi 3 2020

4. PENCUCUKAN PADA SISIR Pencucukan adalah pengerjaan memasukkan benang benang lungsi ke sisir sesuai dengan corak tenun, Masukkan satu persatu benang lungsi ke SISIR, mulailah dari tengah ke kanan atau tengah kekiri atau sebaliknyaTiap-tiap sebagian helai benang lungsi (misal 10 helai saja) ikatlah hasil pencucukan, agar benang lungsi tak lepas, hingga seluruh benang lungsi sudah masuk ke SISIR layak pola pecucukan.


Info

6. PENYETELAN Berilah nomor GUN 1,2,3,4 dan INJAKAN juga 1,2,3,4 untuk mempermudah dalan penenunan Cermati hasil pencucukan, apakah telah benar Atur posisi Gun dan injakan, Gun 1 dengan injakan 1, gun 2 dengan injakan 2, gun 3 dengan injakan 3, gun 4 dengan injakan 4. Aturlah ketegangan ikatan benang lungsi, usahakan sama keteganganny. Siap menenun.

7. MENENUN Awali dengan tenun sebagai bantuan saja, hingga posisi susunan benang lungsi telah rata Saat menenun usahan jarak gunung-gunung sama, sehingga hasil lebar tenunan bisa rata kanan dan kiri.

8. MELEPAS TENUNAN Kendorkan tenunan terlebih dahulu Potong benang lungsi, sekiranya dapat, sisakan benang lungsi pada cucukan GUN, dengan cucukan sisa, masih dapat digunakan lagi. Lepaskan hasil tenunan, dengan membuka ikatan-ikatan benang lungsi Rapikan hasil tenunan, bagian rumbai bisa disimpul.

TeNa / Edisi 3 2020


Rubrik Khusus

Kampung troso tempat wisata belajar Oleh Marlina Siadari

B

anyak orang sudah tak asing lagi dengan kampung troso, sebuah wilayah yang terletak di kota jepara tempat dimana kerajinan dibuat, diolah, dan dilestarikan. Banyak kerajinan yang dihasilkan oleh masyarakat Jepara, dari mulai kerajinan monel, kerajinan ukir-ukiran, kerajinan anyam-anyaman, kerajinan rotan, kerajinan patung kayu dan tentunya kerajinan tenun. Keberadaan pusat kerajinan tersebut murni hasil dari inisiatif masyarakat Jepara. Berawal dari mengembangkan kerajinan yang ada, masyarakat kampung troso kini eksis berbisnis tenun. Kain tenun troso yang merupakan peninggalan masa penyebaran agama islam ini tidak hanya dikembangkan oleh para pengrajin tenun tetapi juga para desainer Indonesia. Novian seorang mahasiswa yang terlahir dan merupakan masyarakat asli Jepara memaparkan bahwa didesa Troso sendiri sudah mengenalkan serta mengajarkan cara menenun kepada anak-anak mereka sejak mereka SD. Sendangkan penenun asli di desa tersebut rata-rata berusia 20 hingga 30an. Pembelajaran yang diberikan guna melestarikan kain tenun troso. .

Gambar oleh marlina

Banyaknya wisatawan yang berkunjung membuat kain tenun ini semakin dikenal terlebih didunia fashion, untuk pengunjung sendiri banyak yang berasal dari dalam negeri guna melakukan study tour dan kunjungan industri. “disana diajarkan caranya menenun, kalau menyusun benangnya tidak, dan di desa troso tidak ada tempat khusus untuk belajar. Biasanya yang mengajarkan langsung dari para pengrajin tenun� jelas Novian. Untuk penggunaannya sendiri vian menjelaskan kain tenun troso ini tidak digunakan untuk acara adat, hanya saja dikenakan saat acara-acara formal, dan beberapa orang menggunakannya sebagai hiasan pada dinding rumah. Banyaknya para orang penting yang mengenakan busana berbahan kain tenun ini membuat para pengrajin sangat bangga dan mereka menganggap menenun merupakan suatu kegemaran

TeNa / Edisi 3 2020


Info

6. PENYETELAN Berilah nomor GUN 1,2,3,4 dan INJAKAN juga 1,2,3,4 untuk mempermudah dalan penenunan Cermati hasil pencucukan, apakah telah benar Atur posisi Gun dan injakan, Gun 1 dengan injakan 1, gun 2 dengan injakan 2, gun 3 dengan injakan 3, gun 4 dengan injakan 4. Aturlah ketegangan ikatan benang lungsi, usahakan sama keteganganny. Siap menenun.

7. MENENUN Awali dengan tenun sebagai bantuan saja, hingga posisi susunan benang lungsi telah rata Saat menenun usahan jarak gunung-gunung sama, sehingga hasil lebar tenunan bisa rata kanan dan kiri.

8. MELEPAS TENUNAN Kendorkan tenunan terlebih dahulu Potong benang lungsi, sekiranya dapat, sisakan benang lungsi pada cucukan GUN, dengan cucukan sisa, masih dapat digunakan lagi. Lepaskan hasil tenunan, dengan membuka ikatan-ikatan benang lungsi Rapikan hasil tenunan, bagian rumbai bisa disimpul.

TeNa / Edisi 3 2020


Rubrik Khusus

Tenun Troso Karya seni yang memikat Marlina Siadari

J

epara merupakan kota yang terkenal akan karya seni ukir yang sangat indah,serta hasil pembuatan meubel yang kini telah meranjah ke manca negara. Namun siapa sangka jika jepara juga mempunyai seni di bidang tekstil. Kain tenun troso merupakan hasil karya tangan yang kini membuat nama kota ini semakin dikenal. Sejumlah orang mulai mengagumi kain tenun troso sama halnya dengan kain tradisional lainnya yang ada di indonesia. Saat ini tidak sedikit fashion desainer yang akhirnya menggunakan kain tenun troso sebagai bahan utama dalam membuat busana. Leny Rafael salah satu desainer yang terinspirasi untuk membuat kain tenun troso menjadi busana yang mampu di minati dan memiliki harga nilai yang tinggi. Seperti dikutip melalui laman okeone.com Lenny mengatakan mendapat inspirasi untuk membuat tenun troso menjadi naik kelas. “Inspirasinya ingin mengangkat tenun troso, kalau tenun diolah jadi kain biasa saja kan kurang oke jadi saya mengangkat bahan daerah Indonesia khususnya tenun troso jadi pakaian pesta,� kata Leny yang juga menghargai karya etnik dari tanah kelahirannya, Jawa. Mengagumi banyaknya kain etnik yang ada di Indonesia membuat para desainer ternama termotivasi untuk mengembangkannya menjadi busana yang indah. Kini tak hanya batik, tenun NTT, kain tenun troso dan kain tradisional lainnya menyusul untuk memperkenalkan diri di mata dunia. Desain yang lebih indentik dengan flora dan fauna membuat kain tenun troso berbeda dengan kain tenun NTT dan kain tenun lainnya. Flora dan fauna disini menggambarkan kelestarian alam serta kehidupan alam di Indonesia. Sama halnya dengan kain tenun lainnya, kain tenun troso ini memiliki cara merawat tersendiri untuk menjaga kualitas kain, serta cara menjahit yang ahli agar dalam penggunaannya kain tenun ini tidak berlebihan yang tersisa.

TeNa / Edisi 3 2020


Tips & Saran

TIPS MERAWAT KAIN TENUN JEPARA Oleh Anis Sholikhah 1. Cara mencuci kain tenun Gunakan sabun berformula lembut, sabun yang digunakan untuk kain berbahan sutra maupun batik. saat mencuci tidak boleh dalam suhu hangat maupun panas, usahakan mencuci tidak menggunakan mesin cuci.

2. Cara menjemur kain tenun Untuk menghilangkan air dari kain tenun, kamu cukup mengurut dari bagian atas ke bawah kain kemudian dikibaskibaskan.Proses penjemuran yang juga penting yaitu kain tidak boleh terkena matahari langsung. Sinar matahari dapat mempercepat rusaknya warna pada kain tenun sehingga menjadi pudar.

3. Cara menyetrika kain tenun Cara menyetrikanya bisa dari dalam bagian kain. Jika akan menyetrika bagian luar kain tenun, gunakan lapisan kain lain atau kertas di atasnya terlebih dahulu, selain itu selalu perhatikan suhu setrika. Aturlah agar tingkat panasnya tidak terlalu tinggi.

4. Cara menyimpan kain tenun Untuk menjaga agar kain tenun kesayanganmu tetap awet, sebaiknya kamu menggantungkannya menggunakan hanger.

5. Cara menghindari jamur pada kain tenun Untuk menjaga agar kain tenun yang disimpan tidak lembab, kamu harus mengeluarkan kain songket dari tempat penyimpanan untuk dijemur secara berkala. Hal ini juga sekaligus menghindarkan kain tenun dari jamur. Sedangkan untuk menghindari bau apek kamu bisa meletakkan pengharum pakaian.

TeNa / Edisi 3 2020


Info

Duo Sahabat Pemerkan Karya Duet Tenun dan Lurik di Jakarta Fashion Week 2019 Oleh Fatika Kusumaarum Panggalih

L

ulu Luthfi Labibi – Novita Yunus Perancang Busana Kontemporer Tenun dan Lurik di Runway JFW 2019 Seperti halnya pasangan sahabat di seluruh dunia, persahabatan LUthfi dan Novita memiliki cara dalam merayakan persahabatan mereka. Samasama berprofesi sebagai desainer, momen merayakan persahabatan mereka wujudkan dalam sebuah pameran karya di panggung runway. Keduanya memilih gelaran pekan mode Jakarta Fashion Week 2019 untuk menampilkan karya mereka masing-masing di panggung runway. Pada hari kelima di acara JFW 2019, Novita Yunus menampilkan karyanya yang bertema “Pure Resort�, yang terinspirasi dari keindahan dan suasana pantai di Indonesia bagian timur. Dalam koleksi ini, NY by Novita Yunus menampilkan sederet rancangan busana dengan dominasi permainan warna putih yang dipadukan dengan berbagai material seperti anyaman tangan, renda, border, dan sedikit sentuhan Wastra Indonesia.

TeNa / Edisi 3 2020

Terdapat 24 looks yang di pamerkan Novita, yang terdiri potongan busana wanita bergaya kasual. Material bahan yang digunakan seperti tenun tangan dari Sumba dan Wakatobi, anyaman tangan dari Garut, dan lace. Untuk teknik pembuatan, teknik yang dipakai ialah dengan cara hand stamp dengan memakai bahan alami yaitu pelepah pisang. Selain teknik hand stamp, dipakai juga teknik border di dalamnya. Sedangkan di sisi lain, Lulu sendiri mengusung tema 'Tepian', dengan kurang lebih memamerkan 30 looks untuk wanita dan pria. Koleksi di panggung runway yang diperlihatkan di gelaran JFW hari kelima, Rabu 24 Oktober 2018 ini didominasi oleh warna hitam yang pekat, sebagai simbol warna kedamaian dan spiritual. Sedangkan warna kuning kunyit dan biru muncul pada desain baru motif lurik yang dikerjakan langsung dengan tangan bukan dengan mesin.


Info

Teknologi busana yang diterapkan pada koleksi teranyarnya ini, Lulu mengaplikasikan teknik “ Geredan�. Sebuah teknik yang banyak menghiasi bagian tepian dengan motif yang muncul hanya pada bagian tepi kain.

Sedangkan untuk garis rancangan desain, Lulu memfokuskan pada garis cutting loose (longgar) dengan teknik drapping. Padu-padan atasan batik kontemporer warna hitam-putih dari bahan katunl, rok organdi dan brukat yang bervolume, kemeja batik lurik dipasangkan dengan batik bersiluet loose, aneka outer oversized yang nyaman.

TeNa / Edisi 3 2020


Rubrik Khusus

Bangkitnya Kain Nusantara di Industri Fashion Indonesia Oleh Fatika Kusumaarum Panggalih

Sumber: smool.id (2019, 01 November).Jogja Fashion Week 2019 Usung Tema Ramah Lingkungan.

I

ndonesia terkenal dengan kekayaan kain nusantaranya, hal ini sangat dimanfaatkan perancang fashion Indonesia untuk membuat rancangan busana menggunakan kain nusantara. Salah satu contoh kain nusantara yang sedang digemari yaitu Tenun Jepara. Tenun Jepara juga diusung oleh desainer Leila Rouf dari Kaylila Lurik di acara Jogja Fashion Week (JFW) 2019 yang diselenggarakan di Jogja Expo Center yang diberlangsung selama lima hari sejak Rabu, 30 Oktober 2019. Leila mengatakan jika pada fashion show kali ini, ia memamerkan busana yang memadukan kain tenun, lurik, dan tile. “ saya memadukan kain tenun jepara, lurik handmade jogja dan tile,� kata Leila. Kain tile yang ia gunakan juga berfungsi untuk menambah kesan mewah pada busana rancangannya. Selain menampilkan kesan mewah, rancangan yang ia buat juga mengikuti trend mode agar dapat menarik minat penonton pada rancangannya. Enam hasil karya Leila yang ditampilkan telah mendapat respon positif dari para penonton. Bahkan beberapa model baju telah dipesan konsumen setelah acara peragaan tersebut selesai.

TeNa / Edisi 3 2020


Rubrik Khusus

Respon positif dan berkembangnya minat konsumen pada produk kain nusantara menjadi bukti bahwa kain etnik tersebut telah mendapat tempat dihati masyarakat dan mulai bangkit. Kain tenun yang dirancang dengan tema suistainable fashion juga membantu program pemerintah untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan akibat limbah industri. Hal ini dikarenakan, bahan yang digunakan untuk pembuatan kain nusantara berasal dari serat alam dan

pewarna alam.

Model Kutang, hasil karya Desainer Leila Rouf yang terinsiprasi busana wanita tempo dulu

TeNa / Edisi 3 2020


Rubrik Khusus

Menggabungkan Unsur Nusantara dalam Fashion Oleh Fatika Kusumaarum Panggalih

M

emasuki abad ke 20, industri fashion semakin berkembang dan memunculkan banyak trend di kalangan masyarakat. Dari beberapa trend fashion saat ini, banyak perancang busana memadukan unsur budaya nusantara dengan fashion dalam upaya melestarikan budaya nusantara. Sebagai salah satu contoh adalah kegiatan fashion show yang diselenggarakan oleh Ikatan Keluarga Ibu-Ibu Universitas Islam Indonesia (IKI UII) pada Jum'at, 21 Juni 2019, di Auditorium Abdulkahar Muzakkir, Kampus UII Terpadu. Dalam acara tersebut, turut hadir Essy Masita dan Leila Rauf. Kedua desainer tersebut turut memukau para hadirin yang tergabung dalam IKI UII. Acara berjalan sangat meriah, terutama saat beberapa model dari kalangan ibu-ibu. Mereka melakukan gerakan modeling yang mengundang gelak tawa penonton. Era disrupsi memang telah membuat ketercerabutan di berbagai lini dalam keseharian sosial saat ini, termasuk fashion. Melihat hal tersebut, Leila Rauf berusaha mengangkat budaya lokal melalui karya yang diparadekan pada acara fashion show tersebut. Dalam karyanya, Leila berrusaha mengangkat wastra nusantara berupa batik lurik, tenun jepara. Busana yang dirancangnya dibuat tanpa potongan berlebih. “Saya pakai teknik cutting asimetris. Busana yang tersajikan longgar, cocok untuk ibu-ibu yang bertubuh besar dan kurus. Aksen tali yang terbuat dari tenun serupa bertujuan memberi kesan langsing. Atau jika tidak diikat di pinggan, tali ini bisa berfungsi sebagai bahan membuat turban,” terangnya. Rancangan Leila dibuat cukup kasual untuk acara non-formal. Namun, juga dapat digunakan di acara formal dengan cara dipadukan dengan gamis atau kaus panjang. Sementara itu, rancangan dengan judul Maharani Persada karya Essy Masita, hadir dengan koleksi nature ethnicnya. Mengusung kain batik tenun yang diproses dengan handmade kontemporer yang unique. Essy berusaha menampilkan keindahan dan kekayaan alam , termasuk didalamnya terdapat nilainilai budaya nusantara yang ditampilkan. “Saya ingin terus melestarikan warisan budaya, dimana kain-kain ini mempunyai nilai seni tinggi dan keindahan luar biasa, jadi saya concern untuk tetap memakai kain/wastra nusantara di setiap karya saya,” jelas Essy. Hadir dengan karya yang tidak hanya cocok bagi ibu-ibu, pakaian dengan desain tersebut juga sangat cocok untuk trend anak muda. Tak ayal, Essy harus berusaha kurang lebih sebulan dalam proses pembuatan. “Dalam setiap proses, kadang ada kesulitan, apalagi karena pengerjaannya masih handmade. Jadi terkadang warna yang kita inginkan belum sesuai karena eksperimen pencampuran warna. Akhirnya harus diulang beberapa kali, hingga mendapatkan warna yang diinginkan,” kisah Essy.

TeNa / Edisi 3 2020


Rubrik Khusus

Philip Iswardono mengangkat tema ethnic code di Jogja Fashion Week 2016 Oleh Fatika Kusumaarum Panggalih

P

erhelatan Jogja Fashion Week (JFW) 2016 turut menarik perhatian desainer lokal. Teutama desainer Philip Iswardono, yang menggelar show tunggalnya bertema Ethnic Code di Jogja Expo Center (JEC) pada 26 September 2016. Kali ini, dia berkreasi dengan sarung yang mempunyai multifungsi dalam penggunaan sehari-hari. Ia ingin menampilkan trend fashion yang berbeda menggunakan sarung. “Saya ingin mempromosikannya sebagai salah satu busana yang mempunyai ciri khas asli Indonesia,� jelasnya. Dia juga melakukan eksperimen dengan memadupadankan sarung dengan tenun dan batik untuk lebih menghidupkan tema Ethnic Code. Dalam fashion show tersebut, Philip Iswardono memakai Tenun Lurik, Tenun Torso Jepara, Tenun Goyor Sukoharjo, Tenun Tanimbar, Dan Batik Kelengan khas Jogja. Dia mendapat sumber ide yang tak terbatas dan out of the box dalam hasil pengolahan hasil karyanya itu. Harapannya, Philip ingin sarung menjadi busana yang modern dan trendi secara universal, namun tetap mencerminkan budaya khas Indonesia.

TeNa / Edisi 3 2020


Galeri Foto

TeNa / Edisi 3 2020


Galeri Foto

TeNa / Edisi 3 2020


Melestarikan Kain Tradisional Indonesia

TeNa Pictures Source Of Google

Magazine


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.