3 minute read

Pengusutan SSA Terkesan Lamban

JCW Desak KPK Supervisi Penanganan Kasus

Advertisement

Dugaan Korupsi Stadion Sultan Agung

BANTUL, TRIBUN - Jogja Corruption Watch (JCW) menyoroti penanganan kasus dugaan korupsi anggaran pengadaan alat dan jasa kebersihan Stadion Sultan Agung (SSA) berjalan terlalu lamban dan janggal. Pasalnya, Kejaksaan Negeri (Kejari) Bantul hingga kini tak kunjung menetapkan tersangka kasus penyelewengan uang negara tersebut.

“Kasus ini ditangani oleh

Kejaksaan Negeri Bantul, namun ada kesan janggal dan berlarut-larut dalam penanganannya. JCW menilai terdapat kejanggalan dalam penanganan perkara modus nota kosong tersebut,” ujar Koordinator Pengaduan

Masyarakat dan Monitoring

Peradilan JCW, Baharuddin Kamba, Kamis (5/1).

Kasus tersebut mencuat sejak Juni 2022 lalu setelah Kejari Bantul mendapat informasi adanya dugaan penyelewengan uang negara sebesar Rp800 juta dalam proses pengadaan barang dan jasa untuk perawatan SSA. Diduga modus yang dilakukan oleh pelaku yakni dengan menggunakan nota kosong untuk pengadaan peralatan dan jasa kebersihan stadion.

Saat ini perkara tersebut sedang ditangani oleh pihak

Kejari Bantul dan telah ditingkatkan ke tahap penyidikan. Namun, Kejari Bantul belum menetapkan satu pun pelaku sebagai tersangka korupsi. Menurut Kamba, kenaikan status penangan perkara korupsi ke tahap penyidikan tanpa penetapan tersangka merupakan suatu hal yang tidak lazim. Di sini letak kesan kejanggalan dan berlarutnya penanganan perkara ini. Kamba pun menilai perkara ini perlu mendapatkan atensi khusus dari KPK maupun Jaksa Agung Muda Bidang Pengawasan (Jamwas) Kejaksaan Agung Republik Indonesia. “Kami berharap independensi serta integritas tinggi Kejari Bantul tetap dipertahankan dalam menangani perkara tersebut,” katanya.

Pihaknya mendesak KPK untuk melakukan supervisi atas penanganan perkara ini. KPK juga disebutnya dapat mengambil alih kasus tersebut. Dalam waktu yang tidak lama, JCW akan mengirim surat ke Jaksa Agung cq Jamwas Kejagung RI di Jakarta.

30 saksi

Kepala Seksi Pidana Khusus (Pidsus) Kejari Bantul Guntoro Jangkung saat dikonfirmasi cenderung irit bicara terkait perkembangan kasus dugaan korupsi di SSA tersebut. Ia menyebut kasus tersebut masih masuk dalam tahap penyidikan. “Sabar, nggih (sabar ya),” ujarnya.

Sebelumnya pihaknya sudah memeriksa lebih dari 30 saksi dalam kasus tersebut, yang meliputi pegawai yang berkaitan dengan pengelo-

USUT TUNTAS laan SSA, hingga pemilik toko yang diduga memberikan nota kosong penyediaan barang dan jasa peralatan kebersihan stadion. “Sudah 30 saksi lebih yang diperiksa, termasuk semua pegawai yang berkaitan dengan SSA,” bebernya. Diwawancarai secara terpisah, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Bantul, Isdarmoko memastikan pihaknya akan mengikuti segala proses hukum yang berjalan. Ia berharap kasus dugaan korupsi yang terjadi pada instansi yang dipimpinnya tersebut bisa segera menemui titik terang.

 Penanganan kasus dugaan korupsi anggaran pengadaan alat dan jasa kebersihan Stadion Sultan Agung (SSA) Bantul masih berjalan.

 Kejari Bantul menyebut tahapannya kini masih penyidikan.

 Jogja Corruption Watch menilai penanganan kasus tersebut terkesan lamban dan janggal.

“Intinya untuk saat ini proses sedang berjalan di Kejari Bantul, kami berharap agar hal ini bisa segera klir dan tidak mempengaruhi semangat maupun kinerja di Dinas Dikpora,” ungkapnya. (nto)

Musim Hujan Masih Berlangsung, Warga Diimbau Waspadai Leptospirosis

GUNUNGKIDUL, TRIBUN - Warga Kabupaten Gunungkidul diimbau untuk tetap waspada terhadap penyakit leptospirosis selama musim hujan ini. Apalagi, ada tren peningkatan kasus dan terdapat penderita yang meninggal dunia.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul, Dewi Irawaty mengatakan sepanjang 2022 lalu dilaporkan 31 kasus leptospirosis. “Empat orang di antaranya meninggal dunia akibat penyakit ini,” ujar Dewi kepada wartawan, Kamis (5/1).

Meskipun ada tren kenaikan kasus, ia menyebut jumlah kasus leptospirosis di 2022 tak setinggi di 2017 sebagai rekor tertinggi sejauh ini. Saat itu ada 64 kasus, dengan 17 pasien di antaranya meninggal dunia. “Perlu waspada karena ada potensi kenaikan kasus di musim hujan ini,” katanya.

Dewi mengatakan leptospirosis disebabkan oleh kencing tikus. Itu sebabnya petani rentan terjangkit penyakit ini, lantaran aktivitasnya banyak dilakukan

Jalur Evakuasi Bencana Tsunami di Pesisir Gunungkidul Bakal Diperbaiki

GUNUNGKIDUL, TRIBUN - Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul akan memperbaiki jalur evakuasi dari bencana tsunami di pesisir selatan, terutama di Kalurahan Kemadang, Tanjungsari.

Kepala BPBD Gunungkidul, Purwono mengatakan perbaikan tersebut merupakan tindak lanjut dari penetapan Kemadang sebagai wilayah

Tsunami Ready. “Penetapan tersebut dilakukan oleh Intergovernmental Oceanographic Commission (IOC) UNESCO,” katanya, Kamis (5/1). Menurut Purwono pihaknya sudah memeriksa tiga lokasi jalur evakuasi, seperti di Pantai Baron, Pantai Kukup, dan Pantai Sepanjang. Hasil sementara adalah perbaikan jalur evakuasi tsunami yang ada di timur Baron. Kemudian, jalur baru juga diusulkan di sisi baratnya. “Kami juga mengusulkan jalur evakuasi di timur Kukup, dan menjadikan kawasan patung voli Sepanjang sebagai lokasi evakuasi sementara,” ujar Purwono. Selain perbaikan dan pembuatan jalur baru, pihaknya juga akan memasang rambu petunjuk jalur evakuasi. Saat ini, pemetaan untuk pemasangannya tengah dilakukan. Purwono menargetkan sebanyak 80 buah papan petunjuk jalur evakuasi terpasang. Seluruhnya berada di kawasan pesisir selatan Gunungkidul.

“Petunjuk ini akan sangat berguna dalam menuntun warga saat evakuasi,” jelasnya. Anggota Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Kemadang, Surisdiyanto mengatakan penetapan Tsunami Ready diberikan pada 26 Desember 2022 lalu. Selain Kemadang, ada 8 desa lain yang mendapat status serupa.

Menurutnya, penetapan tersebut bukan sekedar predikat, melainkan jadi bentuk komitmen dan tanggung jawab pihaknya dalam upaya mitigasi tsunami. “Kami ingin mewujudkan masyarakat hingga wisatawan yang siaga tsunami agar tidak timbul korban jiwa,” kata Suris. (alx)

This article is from: