4 minute read
INCAR LEBIH TINGGI
PEBULU TANGKIS tunggal putri Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung, mengincar prestasi lebih baik dari tahun lalu setelah performanya perlahan mengalami peningkatan. Gregoria saat ini merupakan salah satu pemain yang menjadi tumpuan bagi Indonesia di sektor tunggal putri. Meski penampilannya belum konsisten, dalam beberapa turnamen terakhir, Gregoria mulai menunjukkan kapasitasnya.
Tahun lalu Gregoria mengikuti
Advertisement
15 turnamen yang terdiri dari rangkaian BWF World Tour dan beberapa turnamen lainnya. Namun, dari 15 turnamen yang diikutinya, untuk kategori perseorangan dia belum mendapatkan gelar juara. Capaian terbaiknya adalah tampil di babak final pada turnamen Australian Open 2022 yang berlevel Super 300. Pada turnamen tersebut, Gregoria harus kandas di tangan bocah ajaib dari Korea Selatan, An Se-young dengan skor akhir 17-21, 9-21. Meski belum meraih gelar juara, penampilan Gregoria cukup menjanjikan. Mulai dari Malaysia Open 2022, Gregoria bisa
Resolusi Ingin Tampil Konsisten
PEBULU TANGKIS tunggal putri Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung membeberkan bahwa konsistensi masih menjadi pekerjaan rumah terbesar baginya.
Kepercayaan diri Gregoria meningkat setelah peningkatan yang dialaminya pada tahun 2022 lalu. Setelah bolak-balik terhenti di babak-babak awal, dia mulai konsisten untuk setidaknya mencapai perempat final sejak pertengahan tahun.
Mulai dari Malaysia Open 2022 penampilannya perlahan mengalami peningkatan. Salah satu kejutan Gregoria adalah ketika berhasil mampu mengalahkan ratu bulu tangkis, Akane Yamaguchi (Jepang), secara back-to-back dalam tur Malaysia.
Puncaknya adalah ketika Gregoria mampu menembus final pertamanya sepanjang karier di BWF World Tour saat Australian Open 2022.
Meski harus kalah dari An Se-young (Korea Selatan) di final, hasil apik ini berhasil mengantarkan Gregoria ke BWF World Tour Finals 2022. Saat BWF World Tour Finals 2022, penampilan Gregoria benar-benar diuji karena bertemu pemain-pemain terbaik di sektornya.
Lagi-lagi dia membuat kejutan ketika mampu menumbangkan juara Olimpiade Tokyo, Chen Yu Fei (China), pada babak penyisihan grup.
Sayangnya, langkah Gregoria ter-
Target Cukup 5 Besar Dulu
PASANGAN ganda putri Indonesia, Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti, siap merangkul ekspektasi tinggi publik pada tahun 2023.
Baru menjalani debut pada Mei kemarin, Apriyani/Fadia tidak butuh waktu lama untuk unjuk gigi. Keduanya sudah berhasil meraih medali emas pada SEA Games 2021 Vietnam yang notabene merupakan turnamen kedua mereka.
Performa kuat ini berlanjut ke Indonesia Masters 2022 ketika Apriyani/Fadia sudah lolos ke final walau akhirnya kalah. Gelar yang dinanti Apriyani/ Fadia baru datang tiga pekan berselang yaitu saat tampil pada Malaysia Open 2022.
Apriyani/Rahayu mampu mengalahkan lawan-lawan kuat seperti pasangan nomor satu, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan (China), dan juara All England, Nami Matsuyama/Chiharu Shida (Jepang).
Apriyani/Fadia memenangi turnamen level Super 750 ini setelah mengalahkan pasangan China, Zhang Shu Xian/Zheng Yu. Hanya berselang dua pekan, Apriyani/Fadia meraih prestasi serupa dengan memenangi Singapore
Open 2022.
Pencapaian apik selama tahun 2022 mengantarkan Apriyani/Fadia menembus peringkat 11 dunia pada pekan ini. Kini harapan besar ditanggung oleh
Apriyani/Fadia.
Tahun ini mereka dinanti agenda-agenda besar seperti Asian Games 2022 dan tentunya, kualifikasi Olimpiade Paris 2024. "Kalau untuk aku karena sudah pernah melewati ini, ya belajar dari yang kemarin-kemarin aja," ujar Apriyani. Apriyani sudah pernah berada di posisi serupa ketika berpasangan dengan Greysia Polii dengan prestasi tertinggi yaitu medali emas Olimpiade Tokyo 2020.
"Orang-orang bakal berekspektasi tinggi sama kami dan kami gak bisa melarangnya. Kami hanya bisa menjadikan itu sebagai motivasi, jangan dijadiin beban jadi mindset-nya (pola pikir) memang harus diubah," katanya. Apriyani/Fadia juga menginginkan prestasi tinggi pada tahun ini. Soal rangking misalnya, Apriyani/Fadia ingin menjadi yang terbaik di ganda putri walau tentunya proses ini akan memerlukan waktu. henti lebih awal karena takluk di dua laga berikutnya melawan Yamaguchi dan An Se-young. Gregoria sejatinya mampu menunjukkan perlawanan. Ketika melawan Yamaguchi dan An, mantan juara dunia junior ini selalu mampu memaksakan rubber game. Tentunya tetap akan lebih memuaskan ketika kemenangan menjadi hasil akhirnya. Pengalaman berharga di BWF World Tour Finals 2022 pun membuat Gregoria sadar apa saja yang harus diperbaiki ke depannya. Kini berada di peringkat 15 besar dunia, Gregoria ingin meningkat untuk bisa bersaing dengan pemain-pemain papan atas. menandingi lawan-lawannya yang berada di level atas. Salah satunya berhasil mengalahkan Akane Yamaguchi.
Setelah Malaysia Open 2022, Gregoria sering menembus perempat final, bahkan dia mampu tampil di BWF World Tour Finals 2022. Meski gagal lolos dari fase grup, apa yang ditunjukkan Gregoria tahun lalu merupakan modal cukup bagus untuk mengarungi musim ini.
"Bersyukur karena bisa membuktikan dengan hasil yang lumayan juga," ucap Gregoria. "Cuma dari saya pribadi ingin lebih baik lagi, karena ya, saya bisa anggap hasil itu sebagai awal yang bagus. Tetapi, tujuannya tidak cuma ke situ." Tak ingin berpuas diri dengan capaiannya tahun lalu, Gregoria menantang dirinya sendiri untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik tahun ini. "Jadi saya ingin coba dan tantang diri saya untuk melakukan yang lebih baik lagi pada tahun ini," ucap Gregoria.
Gregoria sendiri mengaku sempat mengalami sakit setelah menyelesaikan turnamen BWF World Tour Finals di Bangkok, Thailand, pada 7-11 Desember 2022. Akan tetapi, untuk saat ini fisiknya sudah kembali fit dan mengaku siap untuk menyambut musim 2023. "Fisik oke walaupun kemarin setelah BWF World Tour Finals 2022 sempat sakit, demam lima hari mungkin," ucap Gregoria. "Terus kondisinya memang masih drop juga, mungkin karena kecapekan."
Perjalanan Gregoria pada tahun 2023 akan dimulai dengan mengikuti Malaysia Open 2023 pada 10-15 Januari mendatang. Gregoria yang saat ini menduduki peringkat 15 dunia akan bertemu dengan wakil dari China, He Bing Jiao, pada babak pertama. Tentu pertandingan tersebut tidak akan mudah baginya. Pasalnya, He merupakan unggulan kelima pada turnamen tersebut. Selain itu rekor pertemuan keduanya juga cukup jomplang di mana dari tiga pertemuan, Gregoria selalu menelan kekalahan dari Hee.
Pertemuan terakhir terjadi pada babak 32 besar Denmark Open 2022. Kala itu Gregoria menelan kekalahan dengan skor akhir 14-21, 19-21. (Tribunnews/Bolasport.com)
"Banyak yang perlu dibenahi karena untuk lawan pemain-pemain yang top gitu nggak cuma butuh satu atau dua hal yang menonjol," ucap Gregoria. "Kayak kita butuh banyak banget hal untuk jadi booster gitu untuk di lapangannya." Konsistensi dalam permainan akan menjadi fokus utama Gregoria untuk diperbaiki agar tahun ini bisa terus meraih prestasi.
"Jadi mungkin saya akan coba untuk lebih konsisten karena lawan pemain top, mereka sudah selalu di situ kelasnya. Sedangkan saya lagi naik, kadang masih hilang, kadang di sini, kadang turun, di setiap match yang saya mainkan," ujarnya. (Tribunnews/ Bolasport.com)