3 minute read

Okupansi Hotel Tertinggi Se-Indonesia

 BPS: Perekonomian DIY Tumbuh 5,53 Persen di Triwulan IV 2022

YOGYA, TRIBUN - Badan

Advertisement

Pusat Statistik (BPS) DIY mencatat pertumbuhan ekonomi DI Yogyakarta pada triwulan IV 2022 tumbuh 5,53 persen (yoy). Pertumbuhan paling tinggi terjadi pada sektor akomodasi dan makan minum.

Kepala Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta (BPS DIY), Sugeng Arianto mengatakan penyediaan akomodasi dan makan minum tumbuh sebesar 15,85 persen, diikuti konstruksi sebesar 14,60 persen, dan jasa keuangan 13,40 persen. “Liburan Natal dan Tahun Baru mendongkrak perekonomian DIY, khususnya pada penyediaan akomodasi dan makan minum. DIY menjadi provinsi dengan TPK (tingkat penghunian kamar atau okupansi) hotel bintang tertinggi di Indonesia pada bulan Desember 2022,” katanya, Senin (6/2).

Ia menyebut animo wisatawan berkunjung ke DIY sangat tinggi. Selain berdampak terhadap jumlah kunjungan dan lama tinggal, tingkat belanja wisatawan juga melonjak. Hal ini menurutnya karena membaiknya situasi dan kondisi dari pandemi Covid-19, kemudian berpengaruh positif terhadap animo wisatawan untuk berkunjung ke DIY.

“Tingkat pemesanan atau reservasi hotel melebihi prediksi, bahkan tertinggi sejak pandemi Covid-19. Selain itu, tingkat belanja per wisatawan pun naik tajam sekitar 22 persen,”ujarnya.

Dibanding triwulan III tahun 2022, perekonomian DIY tumbuh sebesar 3,00 persen (q to q). Lapangan usaha yang tumbuh tinggi adalah jasa lainnya, diikuti oleh penyediaan akomodasi dan makan minum, serta transportasi dan pergudangan. Secara tahunan, perekonomian DIY selama 2022 tumbuh sebesar 5,15 persen (c to c). Semua lapangan usaha tumbuh positif, dan yang tertinggi dicapai la- pangan usaha transportasi dan pergudangan sebesar 18,26 persen. Ia menambahkan struktur ekonomi DIY tahun 2022 didominasi oleh lapangan usaha industri pengolahan, informasi dan komunikasi, pertanian, konstruksi, serta penyediaan akomodasi dan makan minum dengan kontribusi sebesar 52,01 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, pengeluaran konsumsi rumah tangga masih mendominasi dengan kontribusi 61,63 persen.

“Diikuti oleh pembentukan modal tetap bruto 32,57 persen, dan pengeluaran konsumsi pemerintah 14,60 persen,” imbuhnya. Dia menyebut, sektor konstruksi pada triwulan IV 2022 tumbuh 14,60 persen. Salah satunya dipengaruhi oleh mulainya pembangunan jalan tol Yogya-Bawen seksi 1 di ruas YogyakartaBanyurejo.

Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY, Budiharto Setyawan, mengatakan ekonomi DIY tahun 2022 tumbuh 5,15 % (yoy), sejalan dengan proyeksi BI yakni 4,9-5,7%. Tahun 2023 ini, secara keseluruhan, BI memperkirakan ekonomi DIY tumbuh pada kisaran 4,6 -5,40% (yoy).

“Perlambatan pertumbuhan ekonomi ini dipengaruhi oleh ketidakpastian ekonomi global yang memicu perlambatan ekonomi global, serta pengetatan kebijakan moneter dan peningkatan suku bunga,” katanya.

Daya beli Meski begitu, Budiharto meyakini daya beli masyarakat diperkirakan masih cukup kuat untuk menahan perlambatan yang lebih dalam. Sehingga, inflasi DIY tahun 2023 diperkirakan melandai dibanding capaian 2023. “Hingga akhir tahun 2023 inflasi DIY diperkirakan mencapai 3,1-3,9% (yoy) dan berada dalam rentang sasaran inflasi 3:±1% (yoy),” sambungnya. Faktor pendorong inflasi

DONGKRAK OPTIMISME

 Badan Pusat Statistik (BPS) DIY mencatat pertumbuhan ekonomi DI Yogyakarta pada triwulan IV 2022 tumbuh

5,53 persen (yoy).

 Pertumbuhan paling tinggi terjadi pada sektor akomodasi dan makan minum.

 DIY menjadi provinsi dengan tingkat penghunian kamar hotel bintang tertinggi di Indonesia pada Desember 2022

DIY pada 2023 adalah berlanjutnya perbaikan daya beli masyarakat, perbaikan serapan pangan, serta masih tingginya harga bahan baku produksi. Sementara, faktor penahan inflasi pada 2023 dipengaruhi dampak pengetatan kebijakan moneter, pengendalian inflasi pangan melalui sinergi TPID dan GNPIP, dan faktor cuaca 2023 yang lebih kondusif.

“DIY harus optimis, namun tetap waspada dalam menghadapi tantangan ekonomi 2023. Sinergi dan inovasi menjadi kunci dalam menjaga ketahanan dan kebangkitan ekonomi pada pasca pandemi,” terangnya.

Ia menambahkan, pembangunan infrastruktur serta transisi ke era digitalisasi perlu dioptimalkan untuk mendorong sumber pertumbuhan ekonomi baru. Sebagai daerah pariwisata, DIY juga perlu mengembangkan pariwisata yang berkualitas dan bertanggungjawab. Sehingga meningkatkan nilai tambah pariwisata terhadap perekonomian. “Sejalan dengan itu, peningkatan produktivitas dan kelembagaan pertanian perlu didorong untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif sekaligus sebagai salah strategi pengendalian inflasi dan pengentasan kemiskinan,” pungkasnya. (maw/nei)

Banyak Agenda dan Rombongan Wisata

PERHIMPUNAN Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menyebut okupansi hotel di DIY masih positif hingga saat ini. Padahal, berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, Februari biasanya menjadi awal musim sepi atau low season di DIY.

Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo Eryono mengatakan banyak kegiatan besar yang dilakukan di DIY, sebut saja ASEAN Tourism Forum (ATF) yang baru saja berakhir. Disambung dengan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PHRI pada 7-9 Februari besok. Selain itu, okupansi hotel juga masih didukung oleh tingginya rombongan sekolah yang berwisata ke DIY.

“Okupansi sekitar 80 persen. Selain Rakernas PHRI, ada event-event lain, dan liburan sekolah jiga masih. Februari ini harusnya low season, tapi ternyata masih banyak yang masuk (wisatawan ke DIY),” katanya, Senin (6/2).

Menurut dia, masih tingginya okupansi hotel menunjukan kebangkitan pariwisata DIY. Harapannya, kebangkitan ekonomi tersebut berdampak pada pemulihan hotel pasca pandemi Covid-19.

Sementara itu, Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY menyebut Februari memasuki low season hingga menjelang Idulfitri. Sehingga, kegiatan meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE) di DIY menjadi peluang untuk meningkatkan okupansi hotel.

“Harapannya akan banyak kegiatan MICE di Yogyakarta untuk pertengahan Februari sampai akhir Mei, untuk mendongkrak masa low season, sebelum Juni sampai September kembali menjadi masa periode high season-nya wisatawan mancanegara,” ujarnya. (maw)

AFP/ADEK BERRY

FASILITASI PEMBIAYAAN - Nelayan mendayung perahunya menjelang terbenamnya matahari di Langara, Pulau Wawonii, Sulawesi Tenggara, Senin (6/2). Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat, sepanjang tahun 2022 telah memfasilitasi 328.086 pelaku usaha kelautan dan perikanan mengakses pembiayaan dari lembaga keuangan sebesar Rp10,49 triliun.

This article is from: