1 minute read
Diet Seimbang dan Olahraga Jadi Kunci Pencegahan
Mengenali Gejala, Faktor, dan Pencegahan Kanker Payudara
YOGYA, TRIBUN - Kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak ditemui masyarakat, dibanding kanker lain. Penyakit yang sering disebut tumor ganas tersebut juga lebih banyak ditemukan pada perempuan.
Advertisement
Dokter Spesialis Onkologi, dr. Sumadi Lukman Anwar MSc, PhD (K)Onk mengungkapkan kanker adalah tumor atau perkembangan sel yang tidak terkontrol. Jika dalam perbandingan, 1 dari 10 perempuan berisiko mengalami kanker payudara. Tak hanya perempuan, laki-laki pun berpotensi terkena kanker payudara, walaupun persentasenya di bawah 1 persen.
“Kanker payudara ini adalah jenis kanker yang saat ini paling banyak frekuensinya di dunia, tidak hanya di Indonesia. Salah satu keluhannya ada benjolan di payudara. Kadang nggak terasa sakit, jadi sering diabaikan,” ung- kapnya saat Bincang Kesehatan di Tribun Jogja, Kamis (9/2). Sayangnya 70-75 persen yang datang ke dokter sudah kanker dengan stadium 3 dan 4. Umumnya, pasien periksa setelah benjolan makin membesar dan mulai terasa sakit. Sehingga masyarakat, khususnya kaum hawa perlu untuk melakukan deteksi dini.
“Tidak semua benjolan di payudara itu tumor ganas atau kanker, hanya 10 persen yang masuk ganas. Anak muda di bawah 20 tahun, kemudian ada benjolan, bisa jadi tumor jinak. Kalau datang ke dokter sudah ada luka, ada cairan yang keluar dari puting, ada nyeri, benjolan lain selain di payudara, misalnya di ketiak, nah itu stadiumnya sudah naik. Jadi kalau memang ada benjolan, meskipun tidak nyeri, sebaiknya diperiksakan,” sambungnya. Kanker payudara sendiri bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk genetik. Apabila ada 2-3 dari keluarga inti yang pernah terdiagnosis kanker, terlebih kanker indung telur. Selain itu, gaya hidup juga bisa menjadi faktor penyebab kanker payudara. Misalnya berat badan atau indek masa tubuh lebih tinggi, lalu diet yang tidak seimbang, terlebih banyak konsumsi lemak atau makanan yang diproses. Namun, 60-80 kanker payudara disebabkan oleh peningkatan hormon pada perempuan. “Perempuan yang selama hidupnya tidak punya anak sedikit lebih tinggi risikonya kena kanker payudara. Kemudian tidak menyusui, punya anak di atas 35 tahun juga bisa. Menstruasi lebih awal atau kurang dari 12 tahun, lalu menopause lebih akhir. Kenapa? Karena paparan hormonal tinggi, sehingga risikonya juga lebih tinggi,” bebernya.
Tentunya, pengobatan yang diterima pasien satu dengan yang lain akan berbeda. Tergantung dari stadium dan subtipe kanker yang dialami pasien. Meski potensi sembuh untuk pasien kanker payudara lebih tinggi, dibanding kanker paru-paru atau kanker lainnya, langkah pencegahanlah yang harus diupayakan.
Menghentikan konsumsi rokok dan minuman beralkohol bisa menjadi salah satu cara pencegahan. Tidak hanya berpengaruh pada hormon, rupanya menghentikan konsumsi rokok dapat mencegah kanker dengan persentase 50 persen, terutama kanker di paru-paru, rongga mulut, saluran pencernaan, termasuk payudara.
Menjaga atau mempertahankan berat badan, termasuk dengan diet seimbang dan olahraga cukup.
“Gaya hidup sehat, termasuk tidur cukup juga penting. Selain