![](https://assets.isu.pub/document-structure/230131120332-17b3832f65014c2a34344ee770cbbf1f/v1/0a6276ac1671ac897b4137780f29581d.jpeg?width=720&quality=85%2C50)
7 minute read
JPG Bakal Jadi Landmark Baru
Pedagang Jalan Perwakilan Mulai
Advertisement
Bongkar Kios
YOGYA, TRIBUN - Pemerintah DIY tengah melakukan persiapan pembangunan Jogja Planning Gallery (JPG) di kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta. Tahun ini, Pemda tengah fokus menyusun Detail Engineering Design (DED).
JPG dibangun di atas lahan seluas 25.400 meter persegi, pembangunannya akan berlokasi di lahan Teras Malioboro 2 dan Gedung
DPRD DIY yang akan dipindah ke Jalan Kenari, Kota Yogyakarta.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi Sumber Daya Mineral, Anna Rina Herbranti, mengatakan, tahun ini pihaknya berfokus untuk menyusun DED. Yang dimaksud DED adalah dokumen desain teknis bangunan yang terdiri dari gambar teknis, spesifikasi teknis dan spesifikasi umum, volume serta biaya pekerjaan.
Sebelumnya, Pemda juga telah menggelar sayembara untuk menjaring masukan dari masyarakat terkait desain bangunan JPG. Ide-ide dari pemenang sayembara tersebut akan dikombinasikan untuk menyusun basic design bangunan.
“Jadi JPG ini sudah dilakukan sayembara tahun 2022 dan sudah ada pemenang. Saat itu Ngarso Dalem (Sri Sultan HB X) dawuhi kami pemenang juara
1, 2, 3 diharmonisasikan agar menjadi karya yang lebih indah dan bagus yang sesuai dibutuhkan DIY,” jelas Anna usai melakukan pemaparan pembangunan JPG kepada Sri Sultan di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Senin (16/1).
Setelah DED rampung dikerjakan, pihaknya akan membahas dan mendiskusikan terkait konten-konten yang akan disajikan di dalam JPG. Tahap itu rencananya dilakukan pada 2024 mendatang.
Anna menjelaskan, pada prinsipnya JPG bakal menjadi area bagi masyarakat untuk bisa mengetahui lebih utuh tentang sejarah perkembangan DIY. Dari tempat itu, masyarakat bisa mengetahui seperti apa Yogyakarta di masa lalu, masa kini, maupun rencana pengembangan wilayah DIY di masa depan.
“Harapan kami bisa jadi landmark budaya dari DIY. Karena isinya ada Jogja kontemporer, Jogja masa lalu, juga jadi bagian dari ruang publik. Tadi arahan Ngarso Dalem teknologi tinggi juga ada ditampilkan nah nanti akan kami masukkan isi dari JPG tersebut,” katanya. Terkait kapan target pembangunan fisik dilakukan, Anna belum bisa memastikan. Sebab, Pemda masih perlu menuntaskan sejumlah pekerjaan seperti menyiapkan tempat berjualan baru untuk 1.200 pedagang yang berjualan di Teras Malioboro 2. Begitu pula dengan pemindahan gedung DPRD DIY yang kini baru memasuki tahap penyusunan DED. “Untuk anggarannya juga masih belum ada gambaran karena DED nya baru dikerjakan,” ungkapnya. Memindah barang Sementara itu, pedagang di sisi utara Jalan Perwakilan, Kota Yogyakarta terpantau mulai membongkar kios-kios yang biasa dipakai untuk berjualan pada Senin (16/1). Tidak hanya memindahkan barang-barang berharga, pedagang juga membongkar kerangka bangunan dan menghimpun sejumlah material di dalam toko seperti keramik, kayu, dan besi untuk dapat dijual kembali.
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230131120332-17b3832f65014c2a34344ee770cbbf1f/v1/25f275379dc0326e974739d6853d390c.jpeg?width=720&quality=85%2C50)
Para pedagang sendiri oleh pemerintah setempat diberi tenggat waktu hingga tiga hari untuk membersihkan kiosnya masing-masing sebelum Pemda DIY meruntuhkan bangunan di sana.
“Kami diberi waktu tiga hari untuk bongkar sampai rabu karena masih banyak ba-
FOKUS MEMBANGUN rang yang kita selesaikan,” ujar salah seorang pedagang Jalan Perwakilan, Rukamto di sela pembongkaran kiosnya.
Pemerintah DIY tengah melakukan persiapan pembangunan Jogja Planning Gallery (JPG) di kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta.
Tahun ini, Pemda tengah fokus menyusun Detail Engineering Design (DED).
Pedagang Jalan Perwakilan pun mulai membongkar kiosnya secara mandiri, Senin (16/1).
Pedagang sudah setuju relokasi di Klithikan.
Dia mengatakan, para pedagang mulai melakukan pembongkaran usai tercapainya kesepakatan untuk direlokasi ke Pasar Klitikan di Pakuncen. Rukamto mengaku memiliki empat kios di kawasan tersebut.
Pembongkaran yang dilakukan diakuinya membutuhkan biaya operasional yang tidak sedikit sehingga cukup memberatkannya. Apalagi Pemerintah Kota Jogja telah menyegel kios mereka sejak awal Januari lalu sehingga 21 pelaku usaha di Jalan Perwakilan kehilangan pemasukan.
“Ini keramik kami bongkar juga agar bisa dijual lagi, lumayan untuk tambah karena kami sudah mengeluarkan biaya operasional yang banyak. Ya semoga ada titik terang dari masalah ini,” paparnya. (tro)
Biar bisa nyenengin istri. Tapi, di balik itu ada saja orderan yang jadi cerita lucu,” katanya. Seperti biasa, sebelum kembali ke rumah, ia mendapat order dari customer yang searah dengan jalan pulang, dan diambilnya sebagai tugas pungkasan. Akan tetapi, lanjutnya, ternyata orderan tersebut tak seperti pada umumnya, karena ia mendapati si pemesan sudah membawa kendaraan sepeda motor sendiri.
“Ya, ternyata customer itu memesan ojek online untuk mengantarkan pulang ke rumahnya, karena waktu itu memang sudah larut malam, kan,” jelasnya.
Alhasil, bak pengawal pribadi, sepanjang perjalanan menuju area pinggiran Yogyakarta tersebut, ia hanya mengemudikan motor tepat di belakang customernya itu. Meski terbilang unik, dirinya pun tidak merasa keberatan, karena permintaan itu merupakan pilihan dari customer sendiri, sehingga harus tetap dilayani.
“Jadi, benar-benar tidak membonceng, customer naik motornya sendiri. Tapi, ya, saya senang- senang saja, karena dapat rezeki. Toh, customer itu bayarnya tetap utuh tetap sesuai dengan aplikasi,” urainya. Eka pun mengisahkan, seharihari ia melayani ragam permintaan, karena JogjaKita mempunyai deretan fitur, seperti JogjaRide, JogjaFood, JogjaKurir, JogjaShop. Meski demikian, dirinya mengakui, permintaan untuk mengawal, atau mengantarkan customer tanpa perlu membonceng, jadi salah satu yang terunik.
“Mungkin, customer-nya takut klitih, atau takut hantu jadi butuh teman di perjalanan menuju kediamannya,” jelas Eka, sembari diikuti gelak tawa. (Azka Ramadhan)
TRIBUN JOGJA/YUWANTORO WINDUAJIE
MANDIRI - Pedagang Jalan Perwakilan mulai membongkar kiosnya secara mandiri, Senin (16/1). Tidak hanya memindahkan barang-barang berharga, pedagang juga membongkar kerangka bangunan dan menghimpun sejumlah material di dalam toko.
Akhirnya Mau Direlokasi
PENJABAT (Pj) Walikota Yogyakarta, Sumadi mengungkapkan, pihaknya memang sudah menawarkan tempat relokasi pedagang Jalan Perwakilan ke Pasar Klitikan. Sempat beberapa kali menolak, mereka akhirnya mau direlokasi. “Ya kemarin memang kita sudah menawarkan ke teman teman (pedagang) untuk kita beri alternatif di kuncen. Alhamdulilah mereka mau karena memang statusnya je- las di sana mereka nyewa,” ujarnya, Senin (16/1). Sumadi berharap tanpa ada paksaan, pedagang bisa membongkar kios-kios mereka secara mandiri. Namun bila ada yang membandel atau tak mengosongkan toko sesuai batas waktu, Pemkot akan menertibkan mereka.
“Tadi saya pantau, mereka bisa mandiri mengosongkan kios,” jelasnya. (tro) agama di Yogyakarta turut merias kelenteng yang akan digunakan untuk perayaan Imlek 2023.
Sambut Imlek, Umat Lintas Agama Turut Bersihkan Kelenteng Fuk Liang Miau
YOGYA, TRIBUN - Masyarakat lintas agama di Yogyakarta turut merias kelenteng yang akan digunakan untuk perayaan Imlek 2023. Mereka bergotong royong membersihkan sudut-sudut ruangan di Klenteng Fuk Liang Miau atau Klenteng Gondomanan Yogyakarta. Ada yang membersihkan langitlangit, ada pula yang sibuk mengelap meja altar yang digunakan untuk tempat patung dewa-dewi. “Kami alumni SMA Yogyakarta bersatu. Konsep toleransi kami bangun sejak awal berdiri, nah ini kebetulan visi misinya sama. Makanya hari ini kami bersih-bersih Klenteng,” kata Koordinator Kebersihan Kelenteng 2023 Alumni SMA Yogyakarta Bersatu, Bayu Malam, Senin (16/1). Dia menjelaskan, pihaknya terus menjaga silaturahmi dengan masyarakat Tionghoa. Tak hanya dengan mereka, Bayu dan kawan-kawannya juga kerap membantu persiapan perayaan hari besar dengan lintas agama yang lain.
“Ini untuk kali ketiga tiap menjelang Imlek diminta membersihkan seluruh area tempat ibadah ini. Jadi kalau dalam jumlah kami tidak terbatas. Kami bisa saja mengumpulkan banyak masa. Tapi kali ini siapa yang betul-betul siap,” ungkapnya.
Pembersihan klenteng dibagi dua sif yakni dimulai pagi hari sekitar pukul 09.00 WIB dan dilanjut siang selepas pukul 12.00 WIB. Mereka tampak tidak sungkan membersihkan seluruh area Kelenteng Fuk Liang Miau bersama masyarakat Tionghoa di sana. “Karena ini kerja sosial ada yang datang pagi ada yang datang siang. Yang dibersihkan seluruh area dari depan sampai belakang. Terutama meja-meja altar persembahan. Macam-macam dewa seluruhnya harus bersih,” ungkapnya. Ada ratusan rupang atau patung dewa-dewi di kelenteng Fuk Ling Miau yang dicuci dengan air bercampur bunga. Orang Tionghoa percaya sebelum perayaan Imlek dimulai, para dewa-dewi terlebih dahulu naik ke khayangan. “Kan kemarin dewa-dewi naik khayangan di atas sana. Nah ini
(mereka) sudah pergi kan cuci cuci (patung) dulu menjelang imlek,” kata Ketua Pengurus Kelenteng Fuk Ling Miau, Ang Ping Siang atau Angling Wijaya.
Dia menjelaskan, perayaan Imlek 2574 kali ini akan digelar secara offline. Masyarakat yang hendak beribadah ataupun menyaksikan perayaan imlek bisa langsung datang ke Kelenteng Fuk Liang Miau Gondomanan. Pada perayaan imlek tahun ini bertepatan dengan shio Kelinci Air. Menurutnya Kelinci cenderung bersifat lemah lembut. Oleh karenanya, Ang Ping Siang optimistis di tahun ini situasi akan semakin harmonis. “Harapannya kan lebih baik dari tahun sebelumnya. Ini kan Kelinci, pandemi kebanyakan sudah sirna,” jelasnya.
Untuk rangkaian acara perayaan menjelang imlek 2023, pihak kelenteng Fuk Ling Miau akan memulai pada 21 Januari 2023. Pada hari itu masyarakat Tionghoa terlebih dahulu dipersilakan sembahyang pada tanggal 21 Januari 2023 sejak sore hari. (hda)
Pemkot Tingkatkan Operasional Bank Sampah
YOGYA, TRIBUN - Pemkot Yogya berupaya mendorong operasional bank sampah di wilayahnya untuk terlibat secara aktif dalam gerakan zero sampah anorganik. Dengan tingkat keaktifan yang saat ini sudah semakin tinggi, aktivitas yang tadinya bergulir sekali sebulan, akan digenjot jadi satu kali tiap dua pekan.
Kasi Pengembangan Sum- ber Daya Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogya, Christina Endang Setyowati, mengatakan, dampak dari gerakan zero sampah anorganik kini mulai dirasakan pengelola bank sampah. Ia menilai, bank sampah di Kota Yogya dewasa ini semakin banyak menerima alokasi limbah anorganik dari masyarakat di lingkungannya.
“Yang jelas dalam dokumentasi kegiatan selama dua minggu ini aktivitas bank sampah meningkat. Biasanya bank sampah buka transaksi itu, kan, sebulan sekali, sekarang banyak yang buka di setiap minggu. Sehingga, warga makin terfasilitasi,” katanya, Senin (16/1).
Ia pun memaparkan, berdasarkan data per Desember 2022, terdapat 575 bank sampah aktif yang terbentuk di Kota Yogya. Menurutnya, Pemkot pun bakal terus menggenjot peningkatan jumlah bank sampah di wilayahnya, hingga terealisasi di setiap RW. “Masyarakat bisa menyalurkan sampah anorganik ke bank sampah. Dalam jumlah tertentu masyarakat pun bisa mendapatkan keuntungan materi,” cetusnya. (aka)
Wisuda Luring Kembali Marak, Pengusaha Tekstil Raup Untung
MELANDAINYA penularan Covid-19 di Yogyakarta membuat geliat pariwisata perlahan pulih kembali. Selain sektor wisata, aktivitas pendidikan di sejumlah perguruan tinggi yang tersebar di seantero Kota Pelajar pun akhirnya bergairah lagi. Terang saja, hal tersebut memberikan dampak positif bagi para pelaku usaha di Yogyakarta yang selama ini menjadikan sektor pendidikan sebagai lokomotifnya. Tidak terkecuali para penjaja tekstil yang lokasinya terpusat di Jalan Urip Sumoharjo, Kota Yogya. Owner Zaara NX Tekstil, Rajiv Har- kishore Lula, berujar, pandemi corona virus yang melanda selama lebih dari dua tahun memberikan pukulan telak bagi kalangan pengusaha. Namun, dalam kurun beberapa bulan terakhir, omzet perlahan mulai terkerek kembali. “Pandemi kemarin kita turun banget, bisa sampai 60 persen. Tapi, sekarang sudah menuju normal, sudah sekitar 80 persen,” ucapnya, Senin (16/1).
Ia pun mengakui, salah satu pengungkit kebangkitan ialah maraknya aktivitas pernikahan, serta wisuda luring di seluruh universitas di Yogya. Bukan tanpa alasan, rentetan seremoni tersebut, dipastikan menuntut alokasi kain tekstil yang tentunya tak sedikit.
“Karena banyak sekali mahasiswa di Yogya. Jadi, ya, mereka masih mendominasi, membuat tren belanja tekstil semakin tinggi. Terutama setelah wisuda kembali normal di kampus-kampus,” urainya. “Bahkan, sekarang banyak itu mahasiswa yang ambil kain di sini, terus dijual lagi ke daerah asalnya, karena (untungnya) lumayan. Biasanya ke Jakarta, Bandung, Surabaya, sampai Kalimantan,” lanjut Rajiv. (aka)