
3 minute read
Gear Up
from Scuba Holic #18
Gear Up:
Exosuit Teks : Cahyo Purwanto Foto : Spesial
Advertisement
Pernahkah Anda membayangkan rasanya menyelam ke kedalaman ratusan meter di bawah permukaan air laut? Dengan hanya menggunakan peralatan selam standar hal itu sangat berbahaya untuk dilakukan. Banyak hal yang mempengaruhinya, salah satunya tubuh kita tidak dapat menahan tekanan hidrostatis yang sangat besar saat berada di kedalaman ekstrim. Selain itu faktor oksigen yang berubah menjadi racun setelah kedalaman 90 meter juga mengancam kesehatan penyelam.
Namun kini bayangan Anda sudah menjadi kenyataan. Hebatnya tubuh Anda akan jauh lebih aman dengan teknologi dan kreatifitas manusia yang kian berkembang. Perkenalkan, teknologi tersebut bernama “Exosuit”.
Exosuit adalah semacam kapal selam yang menempel dengan tubuh seperti pakaian. Exosuit dapat membantu manusia untuk menjelajahi lautan hingga kedalaman 1000 kaki (±350 meter) di bawah permukaan air laut. Baju seberat 240 kg yang terbuat dari aluminium ini mampu menahan tekanan dari luar sambil mempertahankan tekanan permukaan laut di dalamnya, sehingga manusia yang mengenakan Exosuit akan tetap merasa nyaman dan bisa berkonsentrasi melakukan penelitian bawah air. Alat ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan lebih kepada manusia mengenai dunia laut dalam, dimana terdapat berbagai macam ikan bioluminescent atau ikan yang mampu menyala dalam gelap dan keragaman lainnya.
Dive Destination Pulau Peucang, Ujung Kulon Teks : Aldian Giovanno Foto : Dok. Pribadi
Pada akhir September 2013, kami berempat melakukan survei lapangan ke pulau Peucang, Ujung Kulon. Dari kantor Taman Nasional Ujung Kulon di Labuhan, perjalanan berlanjut ke desa Sumur di bagian selatan. Sesampainya di Sumur, keperluan logistik selama di pulau Peucang dipersiapkan. Desa Sumur merupakan salah satu desa terakhir sebelum menyeberang ke pulau-pulau di barat, seperti Peucang, Handeleum, dan Panaitan. Sebagai desa nelayan, kapal-kapal biasa berlabuh dan diberangkatkan. Dari pantai di ujung pasar ini kami menyeberang menuju pulau Peucang menggunakan kapal milik Taman Nasional Ujung Kulon.
Setelah perjalanan laut selama 3 jam, kami berempat bersama staf Taman Nasional Ujung Kulon, yaitu pak Ameng, bu Pairah, serta ABK sampai di


pulau Peucang pada pukul 12 siang. Peucang memiliki pasir yang sangat putih dan lembut. Belum lama saya menginjakkan kaki di pulau Peucang, langsung terlihat Babi hutan dan kawanan Rusa betina yang menghampiri kami, padahal posisi
Dive Destination
kami masih sangat dekat dengan laut. Selain itu, banyak sekali dijumpai populasi Kera, Biawak, dan beberapa Merak. Tidak ingin berlamalama terhipnotis oleh pesona biota darat Peucang, saya dan Ryan segera mempersiapkan penyelaman pertama yang akan dilakukan setelah ashar. Kami berdua mengisi 4 tabung menggunakan kompresor milik Taman Nasional Ujung Kulon yang telah dioperasikan sejak 1998. Sementara itu, Kamalia dan Ika membantu persiapan packing SCUBA milik kami dan Taman Nasional.
Ashar pun berlalu, kami berempat ditemani pak Ameng kembali melaut mengelilingi pulau Peucang yang diameternya hanya 2 - 4 kilometer. Penyelaman kami kali ini bertujuan mencari titik pengambilan bibit anakan terumbu karang untuk kegiatan transplantasi di pulau Peucang. Pilihan jatuh pada spot Taman Laut Citerjun yang berada di sisi barat pulau Peucang. Penyelaman pertama baru dilakukan ketika pukul lima sore, sebenarnya waktu yang terlalu sore untuk menyelam. Sesuai dengan namanya, Taman Laut Citerjun didominasi oleh hamparan Acropora branching, anemone, dan beberapa soft coral. Kontur penyelaman di Taman Laut Citerjun berupa reef flat dengan kedalaman rata-rata 7 meter. Saya tidak menemukan hal menarik pada penyelaman pertama kali ini, namun untuk keperluan survei saya merasa cukup puas dengan hasilnya. Kami menyimpulkan bahwa Taman Laut Citerjun merupakan salah satu pilihan spot terbaik untuk mengambil bibit terumbu karang. Laut semakin pasang, langit kian gelap, dan pak Ameng mengajak kami menuju Tanjung Layar, yang katanya merupakan salah satu titik penyelaman khas Ujung Kulon. Namun kami tidak bertujuan menyelam. Dari sana kami dapat melihat sunset dengan jelas sebab Tanjung Layar berada di titik paling barat dari pulau Jawa. Setelah sunset berakhir, kami pun segera kembali ke pulau Peucang untuk beristirahat.
Keesokan harinya kami

