Pewara Dinamika Januari 2009

Page 1

Volume 10 • nomor 15 januari 2009

issn 1693-1467

P e w a r a

Dinamika majalah universitas negeri yogyakarta

MENUJU WORLD CLASS UNIVERSITY

Tahun 2009 ini, UNY bersepakat menuju WCU


Sekali Lagi: Siapa Teroris Sesungguhnya?

Hampir sepertiga dari 1.284 warga Palestina yang tewas dalam serangan brutal Israel di Gaza adalah anak-anak. Mereka adalah orang-orang tak berdosa. Entah kenapa diusia yang masih kecil itu, mereka harus menanggung jiwa hanya karena alasan yang dibuat-buat oleh bangsa Yahudi Israel. Menurut Israel agresi selama 22 hari dilakukan untuk melumpuhkan “teroris” Hamas! Lantas, benarkah asumsi itu? Jika melihat keberadaan Hamas yang dekat dengan rakyat amatlah sulit untuk menerima alasan Israel. Apalagi, sebagai faksi politik, mereka berhasil memenangkan pemilu secara demokratis. Seharusnya mereka diberi kebebasan mengatur pemerintahan. Bukan dicap yang tidak masuk akal untuk memperpanjang kolonialisme di tanah para nabi itu. Kini, sekitar 4.336 korban luka-luka yang masih hidup (Aljazeera; 14/01/2009) hanya bisa meratapi kesedihan. Kesedihan atas kehilangan segalanya baik tempat tinggal, suami, istri, anak-anak, orang tua, tetangga, dan handai taulan. Jika demikian KEJAM dan KEJI bangsa Israel, siapakah TERORIS SESUNGGUHNYA?

Iklan layanan ini dipersembahkan oleh Pewara Dinamika • Sumber foto: istimewa


pena redaksi

P ewa r a

Dinamika majalah universitas negeri yogyakarta

PENERBIT HUMAS Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467 PENANGGUNG JAWAB Dr. H. Rochmat Wahab, M.A. (Penjabat Rektor UNY) PENGARAH Dr. H. Rochmat Wahab, M.A. (Pembantu Rektor I) H. Sutrisna Wibawa, M.Pd. (Pembantu Rektor II) Prof. Dr. H. Herminarto Sofyan (Pembantu Rektor III) PENASEHAT Hj. Sudjariyah, M.Pd. (Kepala Biro AUK) Dra. Hj. Budi Hestri Hutami (Kepala Biro AAKPSI) H. Sugirin, Ph.D. (Kepala KKHP) PEMIMPIN UMUM Prawoto, S.E. PEMIMPIN PERUSAHAAN Hj. Sri Sujarwanti, S.I.P. PEMIMPIN REDAKSI Sumaryadi, M.Pd. SEKRETARIS REDAKSI Tusti Handayani, A.Md. REDAKTUR PELAKSANA Sismono La Ode, S.S. REDAKTUR Endang Artiati Suhesti, S.Pd. Dhian Hapsari Witono Nugroho, S.I.P. Kusmarwanti, M.Pd. Hermanto, M.Pd. Desain dan Tata Letak Kalam Jauhari FOTOGRAFI Ahmad Natsir Eka Putra, S.H. REPORTER Ratna Ekawati, S.I.P. (FIP) Isti Kistianingsih, S.Pd. (FISE) Dedy Herdito, M.M. (FMIPA) Haryono (FBS) Hadimin, S.Pd. (FIK) Rani Eryani, S.I.P. (FT) Prayoga, S.I.P. (LPM/Lemlit) Agus Purwatma W., S.Pd. (BAAKPSI/BAUK) Syamsu Rahmadi, S.E. (Kemahasiswaan) Yansri Widayati, S.Pd. (Kerjasama) Hadna A. Al-Falasany, A.Md. (Kampus Wates) SIRKULASI Drs. H. Trisilia Suwanto Sarjana Ngadina Sudarman Fashilaturrochmah Widodo ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Online: www.uny.ac.id

Setiap sudut jalan, tampak ten­ta­ra dan polisi bersenjata lengkap. Pe­man­ dang­an yang menegangkan ini le­bih-le­ bih terlihat di area Pensylvania Ave­nue yang menjadi jalan utama peng­hu­bung Capitol Hill (CH) dengan White Ho­u­se (WH). Se­men­ta­ra di seluruh puncak ge­ dung yang de­kat dengan CH dan WH terlihat para tentara yang meng­­a­w­a­si gerak gerik mas­sa. Menurut be­ri­ta di Wa­shing­ton Post (18/1), sen­ja­ta be­rat ter­ ma­suk pe­lu­ru kendali juga disiapkan di sa­na un­tuk meng­an­tisipasi serangan pe­­ sa­wat se­per­ti yang terjadi di WTC. Dan tak kalah he­bat­nya, dua ha­ri se­te­­lah itu, di pe­la­ tar­an Capitol Hill 2 hing­­ga 3 juta war­ga Amerika Se­ri­kat ber­ je­jal dan ber­de­sakde­sakan un­tuk me­ nan­ti ke­da­tangan sang harapan: Ba­ rack Hus­­sein Oba­ ma! Ka­la itu, 20 Ja­ nu­a­ri 2009, ju­ta­­an ma­nu­sia “ter­hip­no­ tis” se­­men­­ta­­ra pa­­su­ k­an keamaan se­ma­ kin di­per­ke­tat dan berjaga-jaga tan­pa mau te­le­dor. Ber­sa­ma Istri dan anak­ nya, se­o­rang anak kebangsaan Ke­nyaAme­ri­ka yang se­ba­gian besar ma­sa ke­cil di­ha­bis­kan di Men­teng Ja­kar­ta, da­tang meng­ham­pi­ri war­ga­nya. Siap untuk dilantik menjadi Pre­siden AS ke-44. Kami, memang sudah memastikan, jargon “Chance, We can Believe In” yang disuarakan Berry, nama kecil Obama, dapat mengobati warga AS (juga dunia) yang sedang muak dengan keserakahan kepemimpinan George Bush. Selama 10 tahun Bush dianggap telah mencederai wajah AS karena haus akan darah rakyat Palestina, Irak, dan Afganistan.

Mereka yakin bah­wa Oba­ma-lah, se­­ o­­rang to­koh muda yang mam­pu mem­ bu­­at AS menjadi se­ma­kin ber­­a­dab dan de­­kat dengan si­a­pa­pun. Tak ayal, Oba­ ma­­nia pun lahir, ti­dak hanya di AS te­­ta­­ pi di­pel­bagai be­lah­an dunia, bah­kan di ka­­wa­s­an Se­me­nan­jung Arab se­ka­li­pun. Me­re­ka te­rus menyuarakan SEMANGAT PER­UBAHAN Obama! Lantas, mengapa kisah ini menjadi pen­ting bagi kami, redaksi Pewara Dina­ mi­ka? Apakah hanya karena jadwal pe­ mi­lih­an Presiden AS bertepatan dengan pe­mi­lihan Rektor UNY? Kami rasa ti­ dak se­se­derhana itu! Apalagi jarak AS dan UNY begitu jauh? Membuat ka­ mi ti­dak ber­u­sa­­­ha mengait-ngaitkan pe­ris­ti­wa itu. Yang jelas, menurut kami, fe­no­me­na ter­­se­but adalah momentum per­u­bah­an ter­be­ sar dalam sejarah AS. Dan spi­rit ini adalah spirit terbaik dan pen­ting! Ka­re­ na, kami berharap spirit per­u­bah­an REPRO. kalam/pewara yang digelontarkan Obama da­pat men­ja­di ins­pi­rasi bagi perubahan Pe­wa­ra Di­na­mi­ka menuju majalah yang le­bih baik. Tahun ini, 2009, tepatnya di awal bu­ lan, kami bersepakat untuk berubah. Se­ ma­ngat Obama tersebut akan kami pe­ gang te­guh, karena itulah yang akan mem­bu­at Pe­wa­ra Dinamika terus terbit se­­su­­ai dengan waktunya. Sebanyak 12 edi­si selama 2009 adalah cita-cita ka­mi. Itu bi­sa terjadi ketika kita MAU dan SE­ MA­NGAT PERUBAHAN OBAMA (wa­lau­ pun belum terbukti) menjadi pemantik se­ka­li­gus inspirasi yang terbaik. Itu sa­ ja. Tabik…. 

Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 ka­ta), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Buku (500 kata). Tulisan harus dilengkapi de­ngan iden­ti­tas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul bu­ku (khu­sus Re­sen­si Bu­ku). Kirimkan tulisan An­da me­la­lui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kan­ tor Humas UNY. Bagi yang dimuat, ho­nor dapat diambil di kantor Humas UNY.

P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009


daftar isi Volume 10 • Nomor 15 januari 2009

l a p o r a n U ta m a

Belajar dari Kota Unggulan Duta UNY baru saja menjajaki pelbagai universitas di Malaysia, Jepang, Australia, Belanda, Belgia. Dari kota unggulan di tiap negara inilah, UNY mengawali mimpinya menjadi universitas yang siap menuju WCU. halaman 6

26

36 opini

berita

Rusunawa Sebagai Laboratorium Sosial Laboratorium Sosial bagi mahasiswa, sehingga setiap mantan penghuni Rusunawa (asrama mahasiswa, red.) dapat menjadi bagi mahasiswa lainnya.

Rumah Susun Mahasiswa (Rusunawa) Universitas Negeri Yogyakarta dapat dijadikan

Berita Lainnya • UNY Juara Umum Lomba Inovasi Teknologi Mahasiswa 2008 • Sebanyak 92 Dosen UNY Terima Sertifikasi Pendidik • Kejuaraan Renang Indah Diada­ kan di Kolam Renang FIK UNY

Triple Quetion Method: Alternatif Mewujudkan Pemimpin Cerdas dan Visioner “Apakah Indonesia tidak memiliki bu­daya kepemimpinan, sehingga be­lum bisa menyelenggarakan tran­sisi kepemimpinan?” 41 5 42 4 1 3 44 44 40

bina rohani bunga rampai cerpen dari pembaca dari redaksi Jendela pojok gelitik puisi•geguritan•tembang resensi buku perancang sampul: kalam jauhari

Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9


jendela

Tahun Baru Mau Kita Apakan?

K

arena masa bergerak dan karena wak­ tu ber­ja­lan, maka pergantian tahun, mau tidak mau, ti­dak dapat dihindari. Kepada tahun 2008 ha­rus kita berikan lambaian tangan mes­ra ’se­la­mat tinggal’ dan kepada tahun 2009 musti ki­ta berikan jabat ta­ ngan hangat ’selamat da­tang’. Sementara masyarakat kita ada yang me­na­ tap pergantian tahun ini dengan penuh du­ka­ ci­ta, lantaran menyaksikan situasi dan kondisi bangsa kita yang sedang carut-marut seperti ini, sehingga masa depan dipandang dengan ka­ca­mata pesimisme. Sementara masyarakat kita yang lain enggan berkomentar lantaran per­gan­ti­an tahun dipandang sebagai gejala ala­ mi­ah belaka. Di samping keberadaan dua kelompok terse­ but di atas, ada sementara masyarakat kita yang menatap pergantian tahun dengan sukacita, lan­ ta­ran mampu memandang hadirnya tahun ba­ru de­ngan optimisme tinggi, yakin bahwa ta­hun yang datang adalah masa dan waktu yang cu­ kup menjanjikan! Kelompok yang terakhir menarik untuk disi­ mak apa yang mereka lakukan. Kenapa? Karena kelompok ini segera bersyukur kepada Allah swt begitu datang kenikmatan pergantian tahun. Ben­tuk dan wujud syukur mereka proporsional dan prospektif. Setelah bersyukur dengan ikhlas, mereka segera melakukan kegiatan introspeksi, melihat ke belakang untuk diproyeksikan ke de­ pan. Kesempatan memasuki tahun baru mereka pergunakan dengan niat dan iktikad yang baik, dengan harapan semakin banyak membawa ke­ mas­lahatan bagi umat manusia. Berangkat dari semua itu, kita musti sa­dar bah­wa kita adalah warga dari sebuah kelu­ar­ga be­sar yang bernama sivitas akademika Uni­ver­ si­tas Negeri Yogyakarta (UNY). Sebagai bagian da­ri sebuah sistem yang bernama UNY, kita mus­ti bertanya dengan gagah kepada diri ki­ ta sendiri: ’Apakah yang sudah aku perbuat

selama setahun kemarin demi kemajuan dan ke­­ber­hasilan UNY?’ Dan, bukan bertanya: ’Apa­ kah yang sudah aku peroleh dari UNY se­la­ma se­ ta­hun kemarin?’ Kedua pertanyaan itu sepintas serupa, tetapi sesungguhnya sangatlah tidak sa­ma! Sebagai anggota masyarakat UNY khususnya dan masyarakat pendidikan Indonesia umum­ nya, kita sebaiknya segera metani adakah tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepada kita setahun kemarin sudah terselesaikan de­ ngan baik? Kalau jawabnya belum, pasti ada some­thing wrong di sana. Tindak lanjutnya, su­ dah tentu, siapkah kita mencobacaritemukan, se­hingga ke depan tidak ada lagi ’ulangan se­ ja­rah lama’? Tidak ada lagikah kekeliruan, kesalahan, ke­ khi­laf­an, kekurangan di sana di sini di situ te­ lah kita perbuat terhadap institusi UNY yang tercinta ini selama setahun kemarin? Kalau ja­ wab­nya ada, tentu ’keteledoran’ kita itu ber­ bu­ah dengan ketidakberesan proses dan hasil yang dicapai. Tindak lanjut untuk itu, sudah pas­ ti, yakinkah kita mau dan mampu untuk mem­ be­na­hi dan berbenah diri, sehingga ke de­pan ti­dak ada lagi ‘copy-copy-paste’ untuk kekeliru­ an, kesalahan, kekhilafan, kekurangan di masa da­tang ini? Tidak ada pilihan lain bagi kita–dosen, kar­ya­ wan, mahasiswa, dan alumni–anggota da­ri ke­ lu­ar­ga besar ‘Kampus Karangmalang’ ini un­tuk se­ge­ra cancut tali wanda, matek aji, sei­ring-se­ ja­­lan-se­i­ra­ma, dengan menjadikan ta­hun 2009 ini un­tuk melakukan berbagai pe­r­u­bah­an dan terobosan demi perbaikan dan ke­ma­ju­an UNY. Sebab, tanpa usaha kita sendiri un­tuk meng­u­ bah­nya, niscaya Tuhan pun enggan meng­u­bah keadaan kita. Selamat Tahun Baru 2009!

Drs. Sumaryadi, M.Pd. Pemimpin Redaksi

P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009


dari pembaca Kirimkan kritik/komentar/tanggapan Anda mengenai Pewara Dinamika maupun persoalan di seputar kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Kritik/komentar/tanggapan harap dilengkapi identitas yang jelas dan dapat dikirim melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas UNY.

Mendiknas Mengklaim Uu Bhp Telah Disepakati Bem “Dukungan terhadap pelaksanaan UU BHP ini, kata Mendiknas, termasuk 40 wartawan pendidikan, 82 rektor perguruan tinggi ne­ geri, serta Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) te­lah menyatakan menerima dan antusias melaksanakannya” (KOM­PAS, 19 Januari 2009, hal.12). Kutipan pernyataan Mendiknas Bambang Sudibyo di atas perlu di­ka­­ji ulang. Pasalnya saat ini BEM SI (Se­lu­ruh Indonesia) be­­lum memberikan statement resmi terkait ke­ber­terimaan ter­hadap UU BHP. Memang hingga saat ini ma­sih terjadi pro-kon­tra pengesahan UU BHP. Tujuan UU BHP yang digembar-gem­bor­­kan adalah untuk meningkatkan mutu pen­di­dik­an, namun se­­ba­gian kalangan ber­ pendapat bah­wa UU ini akan men­je­ru­mus­kan pendidikan Indonesia ke dalam prak­tik ko­mer­si­alisasi dan kapitalisasi. Pengamat pendidikan, Darmaningtyas, menyatakan bahwa perubahan status dari PTN menjadi BHMN memiliki implikasi luas terhadap perubahan peran institusi pendidikan tersebut, yang menjadi sangat komersial dan pabrikan. PT khususnya universitas, bukan lagi seba­ gai wahana untuk pengembangan ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan menca­ri kebenaran, tapi sekedar institusi legal yang punya kedudukan hukum di ma­ syarakat untuk melakukan pungutanpungutan yang amat mencekik. Hampir senada, Ketua Umum Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, Tyasno Sudarto, menyatakan UU tersebut bertentangan dengan UUD 1945. Semangat

Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9

nya malah mengacu pada Konsensus Washington tentang liberalisme, privatisme, dan ka­pitalisme pengelolaan negara menyangkut masalah publik. Termasuk di da­lamnya pengelolaan sekolah dengan prin­sip korporasi (Repub­ lika, 21 Janua­ri 2009). Menanggapi situasi pelik seputar UU BHP, BEM REMA UNY sebagai Koordinator Bidang Pendidikan BEM SI, menyata­ kan saat ini BEM SI sedang melakukan kajian dan riset terkait UU BHP dan dam­ paknya terhadap iklim pendidikan di Indonesia. “Setelah kajian dan riset itu BEM SI baru akan mengajukan materi ju­dicial review, aksi atau people power, dan berbagai bentuk sikap konkret ter-

hadap UU BHP”, ujar Pidi Winata, Presiden BEM REMA UNY 2009. Pidi Winata menilai Mendiknas tidak memiliki kewenangan untuk mengklaim bahwa BEM telah menerima apalagi antusias melaksanakan UU BHP. BEM SI tidak terburu-buru mengeluarkan pernyataan karena ingin mendasarkan argumen pada kajian ilmiah yang tepat. Meski belum menentukan sikap, BEM SI sebagai aliansi strategis pasti tetap akan konsisten mengawal isu BHP sebagai wujud komitmen dan ke­pedulian terhadap pendidikan di Indo­nesia. Nurhayati Budiyanti Menteri Komunikasi dan Informasi BEM REMA UNY 2009


bunga rampai

Say No to Nyonon, Dab!

S

iapapun tahu, rokok bukan “teman” yang mendatangkan keberuntungan, melainkan lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya. Masalahnya, mengapa benda berasap ini masih terus digandrungi? Mungkin mulanya hanya coba-coba, demi gengsi, tidak mau dibilang ketinggalan zaman, selanjutnya silakan lihat sendiri. Sebaliknya, coba sebutkan satu saja keuntungan dari rokok, pasti tidak ada! Mungkin usaha kita untuk menghen­tikan kebiasaan bu­ruk yang satu ini cu­kup keras, tetapi terus saja gagal. Ko­­non, kebiasaan merokok memang sulit di­hen­­tikan. Wa­ laupun kita sudah membaca semua informasi mengenai buruk­nya dan berbahayanya rokok bagi kesehatan manusia, baik bagi yang merokok maupun perokok pasif. Ada ba­iknya dico­ba sekali lagi untuk menghentikannya, tidak pernah ada kata terlambat. Niat ada­lah kata kuncinya. Berikut ini tips yang mudah-mudahan dapat membantu. Dengan kata “niat” buang kebiasaan merokok. Jika ga­ gal, apa salahnya mencoba dan terus mencoba. ol e h A hmad Natsir Eka P utra

1

Pahami Motif Kita. Mungkin kita bi­sa mencatat tujuan ingin ber­henti me­ro­kok, atau catatlah saat-saat kita ingin merokok. Jadi, akan terbentuk po­la ter­ten­tu yang mungkin dapat kita hin­dari.

2

Tentukan Tanggal/Hari saat Kita ingin Berhenti. Lakukan secepat mungkin, kita membiasakan diri dengan cepat tanpa rokok. Bila sudah menentukan hari­nya, beritahu keluarga, sahabat, atau te­man-teman, sehingga mereka mendu­kung usa­ha kita sekali lagi.

3

Tabung Uang Rokok Kita. Carilah kotak untuk menyimpan uang yang biasa­nya kita pakai untuk membeli rokok. Setiap kali timbul keinginan untuk mem­beli rokok, masuk­ kan uang itu ke dalam kotak tersebut. Coba hitung jumlah­nya setelah sebu-

lan, kita ternyata bisa menghemat uang begitu banyak.

4

Hilangkan Keinginan Merokok. Bila keinginan menggebu itu da­­ tang lagi, cari makanan kecil yang mi­rip dengan bentuk rokok, misal­nya stick keju atau coklat, permen, atau minumlah segelas air segar, maka kei­ngin­ an merokok akan hilang dalam waktu 1-5 menit.

5

Konsultasikan ke Dokter tentang Keinginan Berhenti Merokok. Mung­kin dokter akan memberi­ kan so­­lu­si seperti plester anti rokok atau per­men karet nikotin, bergantung u­sia ma­sing-ma­sing.

6

Jangan Patah Semangat. Lakukan olah­raga secara teratur, konsumsi makanan sehat, dan lakukan teknik relaksasi untuk memerangi stres.

Untuk sementara hindari tempat atau acara-acara tertentu yang bisa membuat banyak orang me­­ro­­kok di sekeli­ ling Anda. Kunyah per­men karet rendah gula atau makan snack sehat. Jangan pernah berkata: “Aa­a­ah satu lagi kan tidak apa-apa.” Jika ki­ta lupa, segera matikan rokok. Jika ma­sih gagal, coba lagi, coba lagi, coba lagi, ja­ngan patah semangat. Akhirnya, lebih baik terus mencoba dan mencoba terus. Tanpa mencoba ber­ usaha, mana ada keberhasilan datang dengan sendirinya. Nah, selamat berhenti merokok! *tulisan ini diolah dari Majalah Health To Day Indonesia, edisi Agustus 2003. Ahmad Natsir Eka Putra, S.H. Fungsional Pranata Humas & Staf Humas UNY

P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009


laporan utama

Belajar dari Ko Duta UNY baru saja menjajaki pelbagai universitas di Malaysia, Jepang, Australia, Belanda, Belgia. Dari kota unggulan di tiap negara inilah, UNY mengawali mimpinya menjadi universitas yang siap menuju WCU. O l e h sismono la ode

JAUH DI SUDUT SANA, ribuan generasi du­nia mengejar cita. ASA! Di tiap sudut itu dan kala yang silih berganti, mereka tak henti-henti berpikir dan berkarya. Di pojok-pojok kampus nan rindang, anak bangsa itu tak mau melepaskan buku yang sedang dibacanya. Di sekeli­ ling­nya, suasana bermain-main dengan Mr. Google tampak terasa. Sedang di de­pan dan belakang anak itu, berba­ gai komunikas hadir. Bukan untuk bergosip, melainkan membincangkan sesu­ atu yang amat akademis.

Geliat itu hanya ditemukan di kampus-kampus yang yang bertaraf interna­ sional, sekitar berkilo-kilo meter dari bu­ mi Nusantara ini. Setidaknya, itu kata seorang dosen UNY, yang baru saja ber­ kunjung ke Belanda, Belgia, Jepang, Aus­ tralia, dan Malaysia. Sebenarnya, geliat itu juga di temukan di kampus-kampus Indonesia, termasuk UNY. Bedanya, di sana, geliat ini telah menjadi habi­tus civitas akademika dan tidak perlu su­ sah-susah memobilisir mereka untuk me­la­kukan hal itu. Mereka telah sadar

bah­kan menganggap itu adalah kebu­ t­uhan! Sedang di sini, geliat ini ba­ru men­jadi habitus sebagian civitas akade­ mi­ka. Dan yang jelas belum menjadi la­ ku civitas akademika UNY (baca: mahasiswa dan dosen). Lantas, bagaimana dengan habitus di perpustakaan dan ruang kelas? So, pasti jauh dari habitus di sini. Pewara Di­ namika, edisi ini kali tidak akan mengisahkan kisah manis itu. Tetapi, kita akan menunggu waktu yang tepat untuk menuliskannya. Ya’ mungkin edi­si


ahmad natsir/pewara dinamika

ota Unggulan

depan. Semoga! Edisi ini kali kita ber­u­ saha mengangkat kisah tentang asa se­ genap civitas akademika UNY yang hen­ dak bermimpi bahwa UNY akan segera menuju Word Class University. Makanya, keberangkatan mereka berkunjung dan menawarkan kerjasama ke kampus-kampus terbaik di negara-negara Ero­pa dan Asia adalah hal yang perlu di­a­presiasi. Mengapa? Karena itu adalah hal yang terbaik dari pada harus memulai 1,2,3,4,5 dst. tahun lagi. Bukankah me­

mu­lai dari saat ini atau kemarin adalah hal yang lebih baik? Kita pasti sepakat dan sepaham soal itu. Kalaupun, kelak, ter­dapat kekurangan adalah hal yang wa­jar, tinggal bagaimana kita menu­tu­ pi celah-celah tersebut. Dan UNY yang memiliki segudang tenaga ahli, bu­­kan­ lah hal yang sukar untuk meng­a­tasi per­ kara tersebut. Kini, setelah setahun (baca: sejak 2008), mengikrarkan diri sebagai universitas yang siap go international, alias siap menuju Word Class University,

UNY makin membenahi dan memantapkan diri. Akankah hasil belajar di tiapti­ap sudut kota di atas dapat terlaksana? Untuk menjawab ini, kita baiknya me­nunggu peran para stakholder dalam mem­benahi universitas tercinta. Namun un­tuk melacak sejauhmana persiapan pa­ra stakeholder, ada baiknya membaca Pe­wara Dinamika edisi ini kali. Karena di ti­ap lembaran laporan utama ini, sungguh terdapat kisah yang indah di ma­ sing-masing kota-kota pelajar itu. Brovo UNY !!! 


laporan utama

(UNY) On The Move World Class University Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) maupun Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) mulai bermunculan hampir di setiap daerah. UNY sebagai embrio tenaga pendidik harus cepat menyikapinya. Setidaknya UNY bersiap-siap menuju World Class University (WCU). Bukan hal yang tidak mungkin UNY mampu mewujudkannya, namun bukan pula perkara yang mudah untuk menjadi sebuah kampus yang berstandar internasional. Oleh Endang Artiati S uhesti

P

ada sebuah kesempatan yang lalu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pernah mengatakan bahwa UNY punya po­ tensi untuk menjadi WCU. Prof. Sugeng Mardiyono, Ph.D., mendiang Rektor UNY kala itu merasa tertantang untuk mewujudkan apa yang telah disampaikan oleh Presiden. Langkah-langkah nyata pun segera dilakukan, deng­ an sistem ISO 9001:2000yang diterapkan, UNY ingin memperbaiki diri guna menyiapkan diri menjadi kampus yang diakui di dunia internasional. Tanpa terasa sudah satu tahun UNY menyiapkan ubo rampe WCU. Dr. Marsigit M.A, Koordinator Studi Banding WCU ke Australia mema­par­ kan bahwa ada fase-fase yang dilakukan UNY da­lam mempersiapkan diri menjadi kampus ber­standar internasional. Untuk satu tahun per­­ta­ma UNY on going activity, salah satunya de­ng­an melakukan studi banding ke beberapa uni­ver­sitas di luar negeri. UNY juga sudah me­ miliki buku panduan yang memuat 14 butir. Da­ri ku­ri­kulum, program studi, fasilitas dan sum­ber belajar mahasiswanya semuanya termaktub dalam buku panduan ini yang berguna un­­tuk memetakan dan memandu langkah-lang­ kah menuju kampus internasional.

Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9

Penjabat Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab me­negaskan,”Kita sudah menyiapkan tim yang terdiri dari orang-orang di fakultas yang konsen­ trasi dalam persoalan-persoalan yang internasi­ onal. Dari tim itu di harapkan dapat membuat pro­gram internasional baik dalam jangka panjang, menengah, maupun jangka pendek supa­ ya kegiatan kita lebih sistematik dan terencana karena komponen yang satu dengan komponen tidak bisa saling lepas. Komponen-komponen penting itu meliputi program pendidikan, SDM, kelembagaan, sarana dan prasarana, pendana­ an, dan tak kalah penting adalah peserta yang dapat menjadi target, atau dapat masuk dalam program internasional.” Diperlukan Sikap Kerja keras Berstandar internasional artinya diakui di da­ lam jejaring internasional. UNY sebagai kampus eks IKIP perlu kerja keras untuk mempersiapkan diri di kancah internasional. Ada beberapa persyaratan yang harus di penuhi UNY untuk menjadi WCU. Dalam Seminar Kebijakan UNY Menuju WCU di ruang Sidang Lembaga Penelitian UNY, (15/12/08), Prof. Dr. Sugiono memaparkan bahwa untuk menjadi WCU dibutuhkan 40 persen dosen bergelar Dr. atau Ph.D., dan


laporan utama juga, manajemen UNY yang meliputi pengelola­ an sistem akademik, keuangan, dan sebagainya juga perlu disesuaikan dengan kriteria stan­dar internasional. Selain itu, peningkatan sumber daya manusia dosen tetap menjadi prioritas yang harus ditingkatkan. ”Kalau di luar negeri yang di sebut dosen itu ya doktor atau malah profesor. Kalau di tempat kita kan belum seja­ uh itu, jadi kita harus berjuang agar jumlah dok­tor dan guru besar kita makin bertambah,” tam­bah Herminarto dengan tegas. Di samping urusan peningkatan kualitas dosen, menurut Hermin, UNY juga masih harus bekerja keras menata mahasiswa agar mereka mampu bersaing dengan lulusan luar nege­ri. “UNY masih harus membekali mahasiswa­nya un­tuk mau menguasai bahasa asing, belajar ke­ ras, dan mempunyai tradisi membaca yang ba­ ik. Jika tradisi ini dapat dilakukan dengan baik

Dr. Marsigit

Ahmad Natsir/pewara dinamika

UNY baru mencapai 10 persen. Selain itu, diperlukan jumlah 20 persen mahasiswa asing dan sa­at ini, mahasiswa asing di UNY masih minim. Oleh karena itu, menurut mantan Dekan Fakultas Teknik ini, UNY masih harus berjuang keras untuk mencapai WCU. Marsigit yang kesibukannya juga sebagai Ketua Task Force World Class University meng­ ung­kapkan, ”Standar internasional itu macammacam kriterianya, antara lain berapa banyak lulusan yang memperoleh nobel, berapa ba­ nyak Dr./Ph.D. yang ada dalam kampus tersebut, berapa banyak penelitian yang dilakukan para dosen dan masuk dalam jurnal internasi­ onal, berapa banyak mahasiswa yang lulus cum­ laude, dan seberapa banyak masyarakat internasional mengunjungi situs website kampus tersebut.” Setidaknya itulah gambaran secara umum kriteria yang dipersyaratkan pada sebu­ ah institusi perguruan tinggi untuk mendapat pengakuan di tingkat internasional. ”Lulusan UNY belum ada yang mendapat nobel, penelitian dosen yang masuk ke dalam jurnal penelitian international masih bisa dihitung, website kita masih bahasa Indonesia, padahal kalau untuk bisa dikunjungin oleh warga internasional harus bahasa Inggris, jadi kita memang perlu kerja keras lagi. Kita masih dalam tahap menu­ ju kampus berstandar internasional, UNY on the move World Class University,” tegas Marsi­ git dengan penuh semangat. Pembantu Rektor III, Prof. Dr. Herminarto Sofyan, menambahkan, berstandar internasi­ onal lebih pada pengakuan dari dunia interna­ sional tentang kualitas akademik, pengelola­an manajerial, dan pengembangan sumber da­ya ma­nusianya. ”Untuk itu kita (UNY, red.) ha­rus mem­pu­nyai program-program jitu yang ber­ku­ a­litas dan setaraf dengan universitas-unversitas di dunia. Dalam bidang akademik, persoalan mata kuliah dan program studi juga harus di­akui oleh universitas di dunia. Di samping itu, kalau UNY hendak menjadi universitas berstandar internasional, maka keterbukaan terha­ dap warga negara asing termasuk dosen asing yang mengajar di sini (UNY, red.) menjadi hal yang harus dipenuhi. Tetapi untuk jangka pen­­ dek, kita perlu berupaya agar lulusan maha­sis­ wa kita dapat melanjutkan studi ke luar nege­ri dan sebagian dosen-dosen dari luar negari dapat mengajar di UNY,” papar Herminarto ketika ditemui di ruang kerjanya. Dosen Fakultas Teknik ini mengungkapkan

P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009


laporan utama dan terencana, UNY dipastikan dapat meraih kampus yang siap WCU,” tegasnya. Untuk itu semua, dalam rangka menuju WCU, UNY juga melakukan studi banding di beberapa negara antara lain, di Australia, Jepang, Be­landa, Belgia, dan Malaysia. Di Jepang, beberapa petinggi UNY mendatangi Simposium Soci­ al Studies yang kemudian berlanjut pada kerja sama dengan Aichi Univerity of Education. Di Australia, menjambangi sekaligus bekerjasama dengan The Univercity of Melbourne. Di Malay­ sia, UNY akan menandatangani kerjasama deng­ an Universitas of Malay (UM) dan Universitas Pendidikan Sultan Idris (UPSI). Di Belanda dan Belgia, UNY sedang menjajaki kerjasama deng­ an universitas Ultrecht University Belanda dan Leuven University Belgia.

Ahmad Natsir/pewara dinamika

Kelas Internasional UNY menuju WCU adalah sebuah tinda­k­an un­tuk me­ nyi­kapi banyaknya SBI yang sudah ber­mun­culan. “Tahun per­ta­ma ke­marin itu kita meng­i­den­ti­­fi­ka­si program stu­di yang la­yak ki­ta ung­gul­kan. Ki­ta le­ bih kon­­sen­­tra­si pa­da pro­ gram pen­­di­dikan. Me­nga­ pa program in­ter­na­si­o­nal pendi­dik­an karena tun­ tut­­an yang ada di lapang­ an sudah

banyak bermunculan sekolah-sekolah inter­na­ sional, atau sekolah-seko­lah bertaraf in­ter­na­ sio­nal, dan juga sekolah ber­taraf nasional yang di bawah kontrol Departemen Pendidikan Na­si­ o­nal. Mereka membutuh­kan tenaga pendidik, selama ini tenaganya me­ng­ambil seadanya se­ hing­ga kurang efektif. Oleh karena itu, UNY me­nyi­ap­kan calon pendi­dik untuk memenuhi ke­butuhan-kebutuhan di se­kolah SBI,” papar Roch­mat Wahab, selaku Penjabat Rektor UNY deng­an ramah. Untuk mempersiapkan lulusan pendidik yang berstandar internasional itu, maka tahun 2009 ini UNY berencana untuk membuka kelas internasional untuk kelas Pendidikan Matematika dan Pendidikan Akutansi. Dipilih­nya dua ke­las tersebut karena memenuhi kriteria yang di­lakukan tim penilai WCU. Seperti yang diungkapkan oleh Prof. Parjono, Ph.D., Koordinator Stu­di Banding WCU ke Malaysia. ”Tim WCU su­ dah menyeleksi berdasarkan ketersediaan do­ sen, fasilitas yang dimiliki, akreditasi, ISO, dan ku­rikulum. Matematika dan Akutansi terma­suk yang mendapatkan score tinggi.” Selain itu menurut Penjabat Rektor, dipilihnya program studi Pendidikan Matematika seba­ gai perwakilan dari pendidikan Ilmu Pengetahu­ an Alam (IPA) dan program studi Pendidikan Akutansi sebagai perwakilan dari pendidikan Il­mu Pengetahuan Sosial (IPS) dikarenakan baik dari sisi anggaran dan sumber daya dosen, UNY te­lah siap. “Tahun ini gerakan UNY adalah internasional. Selanjutnya, tiap bulan, kita akan me­ngirimkan dosen ke luar negeri, begitu juga ki­ta akan mendatangkan dosen dari luar nege­ ri untuk berdiskusi bersama,” tegas Rochmat, yang juga selaku Pembantu Rektor I, bidang Aka­demik ini. Tanpa menunggu waktu lama, sosialisa­si pem­­bukaan kelas internasional ini dimulai. ”Sis­ tem penerimaan sudah dibuat, dosen juga te­ lah disiapkan, dan nantinya dosen tamu juga a­kan di­da­tangkan untuk mengajar. Pada berbagai ke­sem­patan yang berkaitan dengan mahasiswa juga sudah saya sosialisasikan. Leaf­ leat-nya yang nantinya dapat disebarluaskan ke­­pa­­da masyarakat. Mulai bulan depan (Februari, red.) akan ada beberapa tim yang akan ke da­erah-daerah untuk mensosialisasikan,” ujar Her­mi­narto Sofyan lebih lanjut. Menyambut dibukanya kelas internasio­nal dr. Ariswan

10

Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9


Ahmad Natsir/pewara dinamika

laporan utama

ini, FISE dan FMIPA menjadi ekstra lebih ke­ras dalam menyiapkan diri. Dekan FMIPA, Dr Ari­ swan ketika ditemui di ruang kerjanya meng­ ungkapkan, ”Sebenarnya kalau dilihat dari sisi persiapannya belum siap betul, karena kurikulum secara keseluruhan baru mulai dipersiapkan. Tahun pertama ini kita masih memakai kurikulum yang sudah ada, tetapi dalam peng­ ajaran sudah harus menggunakan bahasa Ing­ gris.” Oleh karena itu, hasil studi banding Dr. Har­tono, Ketua Jurusan Matematika, dan Dr. Mar­sigit, dosen jurusan Pendidikan Matematika akan kami ditindaklanjuti, dengan pembentukan tim untuk penyususan kurikulum bertaraf internasional secara keseluruhan. FISE-pun juga sudah mempersiapkan kelas Pendidikan Akuntasi Internasional ini dengan baik. Djazari, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Akuntasi menyatakan kesiapannya dalam me­ nyambut dibukanya kelas Pendidikan Akuntasi

Internasional. ”Sekitar empat dosen yang akan mengajar di tahun pertama telah diberangkat­ kan di Australia untuk mempelajari model pem­ belajaran internasional,” jelas Djazari saat dite­ mui di ruang kerjanya. Selain menyiapkan kelas internasional, Aris­ wan menyiapkan ada kelas bilingual di tiap program studi yang ada di FMIPA. Hal ini dilakukan sebagai follow up dari adanya Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yang sudah berdiri di bebera­ pa daerah. ”Tahun 2010, sekolah-sekolah RSBI sudah menjadi sekolah-sekolah SBI, jadi di sam­ ping ada program studi yang pengajarannya dengan bahasa Inggris. Saya juga akan mem­ bentuk kelas bilingual di setiap program stu­di untuk mahasiswa semester lima. Harapan­nya, di tahun 2010 sudah bisa meluluskan mahasis­ wa program studi yang mengikuti program kelas bilingual dan dapat mengajar di se­ko­lah-sekolah SBI,” papar Ariswan dengan ra­mah. 

P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009

11


laporan utama

Kemampuan Berbahasa Menjadi Agenda Utama Setelah belajar di negeri Belanda dan Belgia, para duta UNY meyakini bahwa penguasaan bahasa Inggris merupakan salah satu kunci kesuksesan menuju WCU. Oleh D hian Hapsari

T

entu bukan karena ingin sekadar men­ci­ cipi olliebollen ataupun liburan musim dingin yang sedang jatuh pada bulan Desember, Widyastuti Purbani, Prof. Dr. Djukri, dan Prof. Djemari Mardapi,Ph.D. pergi ke negeri Eropa. Kedatangan mereka ke Ul­ trecht University Belanda dan Leuven University Beligia untuk memonitoring sekaligus evaluasi pengiriman mahasiswa S3 yang sedang dalam proses penulisan disertasi. Keenam mahasiswa ini merupakan peserta program sandwich yang telah berada di Ultrecht sejak tiga bulan lalu.

Widyastuti Purbani

12

Evaluasi Program Sandwich Program sandwich termasuk sebagai program kerjasama internasional UNY dengan universitas-universitas pendidikan di dunia yang diharapkan dapat menunjang program World Class University. Melalui sandwich ini diharapkan mahasiswa-mahasiswa UNY dapat memiliki wawasan global yang nantinya dapat ditu­ larkan mahasiswa lain. Selama kurun waktu tertentu sandwich akan dievaluasi oleh kedua belah pihak, baik dari Ul­ trecht University maupun UNY sendiri. Dari ha­ sil evaluasi yang dilakukan tim monitoring, hal yang paling penting untuk ditingkatkan UNY antara lain kemampuan berbahasa asing. “Dari segi substansi materi mahasiswa kita tidak ka-

Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9

lah, hanya saja kalau akan mengirimkan lagi ma­ha­siswa untuk belajar di sana, setidaknya ke­mam­puan berbahasa perlu ditingkatkan,” ujar Prof. Dr. Djukri, Assisten Direktur I Program Pascasarjana UNY. Kemampuan berbahasa yang memadai untuk berkomunikasi aktif ini seharusnya menjadi agenda utama untuk mencapai WCU bagi UNY, tambahnya. Kemampuan berbahasa asing ini mutlak di­mi­ li­ki mereka yang berkeinginan me­ lan­jutkan studi di luar ne­ge­ ri, “Hubungan kerjasama de­­ngan luar negeri ini ju­ga di­­pengaruhi ke­ mam­puan berba­ha­ sa, se­lain tentunya fi­nan­si­al yang men­ dukung. Hubungan kerjasama ini dapat sa­­ling bermanfaat ba­ gi ke­du­anya,” ung­ kap Djukri. Di sam­­ping ke­ mam­­­pu­­an b e r­ b a ­


Ahmad Natsir/pewara dinamika . Istimewa

laporan utama

ha­­sa, UNY ju­ga ha­rus menyesuaikan agenda yang ber­la­ku di universitas tujuan. “Seperti sand­wich ka­li ini kan termasuk yang terlambat. Semestinya kita ma­suk pada semester ganjil sehingga dapat me­ngikuti.” Menuju Universitas Internasional Masih dalam rangka kunjungan monitoring sandwich, tim juga berkesempatan untuk mempelajari perkembangan universitas internasional di Belanda dan Belgia. Di Belgia, mereka ke Leuven University. Banyak hal yang dicermati tim monitoring, salah satunya definisi universitas internasional dari pandangan Leuven University. Universitas ini memiliki fokus dalam mendidik calon guru sekolah menengah atau teacher collage. “Le­ uven University ini menggunakan label univer­ sal university,” papar Widyastuti Purbani. Label itu sesuai dengan tujuan mereka: menerima ma­ha­sis­wa berbagai negara dan berbagai su-

ku bangsa. “Mereka memang menonjolkan uniqe dan keberagaman yang datang dari manapun, karena dengan keberagaman itu mereka dapat saling belajar dan memahami,” kata Wid panggilan akrab Widyastuti Purbani. Bahasa yang diguna­ kan sebagai pengantar mata kuliah pun bukan sa­tu bahasa saja, melainkan tiga bahasa yaitu ba­ha­sa Inggris, bahasa Belanda, dan bahasa Pe­ ran­cis. Dengan demikian, paling tidak mahasiswa yang belajar di Leuven University mengu­ a­sai ketiga-tiganya atau salah satunya agar da­­pat menyerap ilmu dengan tepat dan la­ncar ber­ko­mu­nikasi. Sebagai universitas bertaraf internasional, Leuven University memiliki beberapa kriteria untuk lulusannya. “Lulusan Leuven University setidaknya memiliki kemampuan mengajar yang handal sehingga mereka bisa anyway on in the world,” jelas Wid. Kemampuan mengajar ini dia­ sah sejak semester pertama. “Di tahun perta

Perpustakaan Lueven University, Belgia.

P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009

13


laporan utama

Prof. Dr. Jukri

ma, mereka sudah harus memahami bagaimana perkembangan sekolah dan mempelajari apa yang dibutuhkan di sekolah.” Praktik mengajar dan memahami sekolah itu akan dilakukan te­­rus-menerus sampai masa studinya selesai. “Ma­ka tidak heran kalau mereka bukan hanya siap se­cara keilmuan, tapi juga menguasai medan atau sekolah,” kata Wid menambahkan. Keinternasionalan yang diakui oleh Leuven University juga dibuktikan dengan kemampuan mahasiswanya menguasai wawasan global atau yang mereka sebut sebagai pengalaman internasional. “Artinya, mahasiswa diwajibkan un-

Sambil Menyelam Minum Air Kesempatan berkunjung ke Belanda dan Belgia ini juga dimanfaatkan tim untuk menyambangi APS (Algemeen Paedagogiche Studie), sebuah Pusat Nasional Pengembangan Sekolah di Belanda. Misi utama mereka mendatangi APS tidak lain untuk merintis kerjasama dalam bidang Pelatihan Matematika Realistik sebagai pendukung Pendidikan Matematika Kelas internasional UNY. Kelas ini akan dibuka sekitar Juli tahun ini bersamaan dengan dibukanya Pendi­ dikan Akuntansi Kelas Internasional FISE. Kerjasama APS dengan UNY ini diharapkan dapat menghasilkan tenaga dosen yang mampu secara kebahasaan maupun keilmuannya dalam memberikan materi di kelas internasional mendatang. “Kalau kemampuan mengajar dan keba­hasaan kita memadai, kita akan mudah

Guru Itu Bisa Didik Anaknya Sendiri O l e h E ndang Artiati S uhesti

S "

aya menginginkan anak saya mampu menata masa depan­ nya." Itulah harapan seorang Mo­hammad Qiyata pada anaknya sem­ bari menemani putri keduanya meng­ isi formulir pendaftaran mahasiswa baru UNY. Qiyata, pria berkumis yang berusia 51 tahun ini berharap sekali anaknya dapat mengenyam ilmu di kampus yang tepat pada 21 Mei la­ lu merayakan Dies Natalis yang ke44 ini.

14

Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9

Ia paham keinginan anaknya, Ar­ ya­ti Dewi Anggreni yang bercita-ci­ta menjadi seorang guru. “Ibunya ju­ga dari dulu sini (masih IKIP, red.). Mung­ kin dia terinspirasi juga dari ibunya yang jadi guru,” terang Qi­ya­ta yang ken­tal dengan dialek Purba­lingga. Citra seorang guru memang masih melekat erat di kampus UNY. Masih ter­tanam hingga sekarang bahwa UNY sebagai kampus pencetak guru. “Se­orang gu­ru itu bisa mendidik tak

hanya di se­ko­lah tetapi juga bisa men­ didik anak­nya sendiri,” tutur­nya. Bagi Qiyata, pria yang berwiraswas­ ta ini hanya bisa berdoa dan mendu­ kung, ia dampingi putrinya untuk me­ra­ih citanya. Walaupun biaya pen­ di­dik­an yang melambung, tapi ia ber­ usaha untuk memberikan pendi­dik­an yang terbaik bagi kedua anak­nya. “Saya yang penting berusaha, me­ nye­rahkan semuanya pada Yang Ma­ ha Kuasa. Saya ingin memberikan yang terbaik untuk anak saya, bahkan ke­inginan saya seandainya biaya men­ cukupi sampai ke Mesir pun akan saya dukung. Saya ingin anak saya lebih ting­gi pendidikannya daripada saya,” te­gasnya yang hanya lulusan Sekolah Menengah Atas dengan tersenyum ra­ mah. 

Ahmad Natsir/pewara dinamika

Kerjasama APS dengan UNY ini diharapkan dapat menghasilkan tenaga dosen yang mampu secara kebahasaan maupun keilmuannya dalam memberikan materi di kelas internasional mendatang.

tuk praktik mengajar di berbagai negara. Mereka dipersilakan memilih, apakah akan me­ngajar di negara-negara Eropa, Asia, Amerika, dan Australia. Minimal lima belas sekolah masuk dalam daftar pengalaman mengajar­nya.” Pengalaman mengajar internasional ini menjadi tolak ukur seberapa handal mereka sebagai guru. Kendati hal ini belum dapat diterapkan di UNY, Wid berharap UNY dapat meningkatkan peran sertanya dalam mencetak calon guru dapat “gaul” secara internasional.


Istimewa

laporan utama

Universitas Ultrecht, Belanda

beker­­jasama dengan mana pun,” tegas Djukri. Ter­le­bih lagi, kerjasama dengan universitas di luar ne­ge­ri tersebut akan melibatkan beberapa ma­ta kuliah yang diakui bersama. “Kita harus meng­godok kurikulum itu dengan serius, selain juga ada proses saling menyesuaikan di ke­dua b­elah pihak.” Langkah awal yang segera dilaksanakan antara lain kunjungan mahasiswa Leuven Uni­­ ver­si­ty ke UNY pada April mendatang. “Sekitar 28 mahasiswa akan mengunjungi sekolah-se­­­ko­ lah di Indonesia, termasuk di Yogyakarta,” ka­­ta Wid. Selanjutnya, setiap dua mahasiswa Leuven

University akan mendapatkan seorang pen­­­­­­ damping dari mahasiswa UNY. “Mereka a­kan bertukar pengalaman memahami sekolah dan berkecimpung dengan dunia pendidikan. Se­­­­lain itu, mereka juga akan mengunjungi kos-ko­san ma­hasiswa UNY dan mempelajari kehidupan mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman bu­­­daya.” Setelah ini kami berharap rintisan ker­­­­­­ jasama itu membuahkan ha­sil. “Kami merintis kerjasama agar nantinya mahasiswa UNY juga ada yang berangkat ke Belgia untuk memahami bagaimana menja­di guru yang handal dan dapat mengajar di manapun.” 

P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009

15


dokumen Pribadi

laporan utama

Menuju WCU Bersama UM dan UPSI Dari dua kampus pendidikan di negeri Jiran inilah UNY belajar mengembangkan pendidikan Akuntansi menuju WCU. Ole h D hian Hapsari

U

niversitas of Malay (UM) menduduki sepuluh besar universitas terbaik di Malaysia. Pendidikan bisnis dan akun­tansi merupakan fokusnya. Uni­ v­er­­sitas yang berdiri sejak 1905 ini menja­di per­ tim­bang­an tim UNY untuk digandeng dan di­ja­ dikan mitra pendukung kemajuan pendidikan akuntansi. Berkaitan dengan pendidikan akuntansi, UNY yang pada tahun ini sedianya akan membu­ka kelas internasional pendidikan akuntansi mera­ sa perlu untuk melakukan studi banding dan kerja sama lebih lanjut. Hal ini dinyatakan, Prof. 16

Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9

Pardjono, Ph.D. Koordinator Studi Banding di Malaysia, “Setelah studi banding UNY memiliki misi utama merintis MoU dengan UM.” Sebelum ini UNY telah melaksanakan MoU dengan UPSI, jauh sebelum pembukaan kelas internasional, sedangkan MoU denngan UM sedang akan dirintis, tambah M. Djazari, M. Pd, Katua Jurusan (Kajur) Pendidikan Akuntansi. Memandang UM dan UPSI Pada pertengahan Desember UNY membe­ rang­katkan dutanya untuk mengunjungi Universitas of Malay (UM) dan Universitas Pendi­ dik­an Sultan Idris (UPSI). Mereka antara lain M. Djazari, M.Pd, Prof. Pardjono, Ph. D., Dr. Suyanto, Rr. Indah Mustikawati, M.Si. Akt., dan Prof. Har­yadi. Dua universitas tersebut dipandang UNY sebagai universitas yang memiliki kelebih­ an tertentu sehingga dapat dijadikan mitra untuk bersama-sama menuju menjadi World Class University. Universitas of Malay dipandang UNY memiliki kelebihan karena universitas tersebut telah diakui sebagai World Class University. Di Malaysia, UM menduduki ranking tinggi di kelasnya. Universitas ini memfokuskan bidang bisnis dan akuntansi dengan serius, sehingga lulusannya


laporan utama

Kelas Internasional Kerjasama UPSI-UNY Dalam bidang pendidikan akuntansi, UPSI juga telah bekerja sama dengan universitas lain di Indonesia seperti Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung dan Universitas Negeri Semarang (UNESA). Kerjasama UPSI dengan UNY dirintis sejak dua tahun lalu melalui kerjasa­ ma Himpunan Sarjana Pendidikan Sosial (HIPSI). Menurut M. Djazari, M.Pd, kerjasama UNY dan UPSI ini antara lain menyusun kurikulum untuk mempersiapkan Pendidikan Akuntansi Kelas Internasional. “Setelah kerjasama itu kami berharap akan dapat memperlebar jaringan dan membuat MOU kerjasama akademik yang lain,” ditambahkan Rr. Indah Mustikawati, M.Si, Koordinator Kelas Internasional. Pendidikan Akuntani Kelas Internasional ini akan dibuka pada Juli 2009. “Untuk angkat­ an pertama, kami menargetkan 30 mahasiswa saja,” ujar Rr. Indah Mustikawati, M.Si, Akt. Apabila mahasiswa yang mendaftar kurang dari jumlah yang ditargetkan, Pendidikan Akuntansi Kelas Internasional akan tetap dibuka. “De­­­ngan jumlah tersebut kami harapkan kelas internasional angkatan pertama ini dapat kondusif dalam proses pembelajaran,” harapnya. Sebagai kelas internasional, bahasa yang di­ gunakan untuk menyampaikan materi di ke­ las pun menggunakan bahasa Inggris. Untuk itu, beberapa dosen, khususnya dosen Pendi­ dikan Akuntansi, telah digodok di P3AI beberapa waktu lalu. “Dosen-dosen itu akan mulai menggunakan bahasa Inggris di kelas untuk tiga mata kuliah di tahun pertama,” ungkap Indah Mustikawati. Mata kuliah yang akan diberikan antara lain Introduction of Account­

ing, Introduction of Bisnis, dan Introduction of Management. Mata kuliah-mata kuliah itu masuk dalam kurikulum yang merupakan hasil kerjasama UPSI dan UNY. “Kurikulum ini sesuai dengan Inter­ nasional Financial Report Standart yang menjadi kesepakatan kami,” papar Djazari. Mata kuliah yang akan dijadikan kerjasama dua universitas hanya mata kuliah yang memenuhi stan­ dar tertentu. “Artinya, mata kuliah tersebut di­ a­­kui oleh kedua fakultas.” Kurikulum ini juga akan dievaluasi pada tahun yang akan datang. “Evaluasi itu menjadi bahan perbaikan kami un­­tuk keberlanjutan kelas internasional ini,” tam­bahnya. Proses perkuliahan Pendidikan Akuntansi Kelas Internasional ini akan menarik. “Mahasiswa yang mengambil mata kuliah tertentu dalam kelas ini akan kami berangkatkan ke Malaysia dan begitu pula sebaliknya,” kata Indah Mustikawati. Mahasiswa itu akan menghabiskan paling tidak beberapa semester untuk menyerap ilmu di UPSI dan apabila memungkin­ kan juga akan dilakukan di UM. Menyongsong pembukaan kelas internasional, banyak hal dilakukan program studi Pendidikan Akuntansi. “Kurikulum yang kami susun sudah sampai pada tahap finishing, tapi masih ada yang perlu dibenahi.” Proses tersebut dijanjikan akan segera selesai menjelang pembukaan kelas internasional tahun ini. Pro­ ses lain yang juga sedang dilakukan antara lain mengirimkan sekitar empat karyawan administrasi Pendidikan Akuntansi ke Melbourne, Australia. “Mereka akan mempelajari bagaimana kedisiplinan akademik dalam short course di Melbourne University,” tutur Indah. Kelas internasional ini memiliki tujuan men­ dukung mahasiswanya untuk dapat terserap di berbagai bidang pendidikan, terutama seko­ lah-sekolah yang telah berstandar interna­si­o­ nal. Sebagaimana dinyatakan Prof. Pardjono, Ph. D., “kampus ini sedang mengalami proses menjadi WCU dan peka terhadap ke­bu­ tuhan pen­didikan.” Dengan demi­ kian, Pendidikan Akuntan­si dan Matematika yang di­­fo­kuskan men­­jadi kelas in­ter­­na­si­on­al ini diharap­kan dapat me­nam­ bah daya sa­ing lu­lusan UNY di bi­­dang pen­didikan. 

Ahmad Natsir/pewara dinamika

pun memiliki daya saing tinggi di luar negeri. “Kelebihan itu yang menarik kami, sehingga ka­ mi berharap dapat menjalin kerjasama deng­an UM untuk mendukung kelas internasional nanti,” jelas Prof. Pardjono, Ph. D. Di samping UM, tim studi banding juga berkesempatan mengadakan kerjasama dengan UPSI. Universitas ini berada di Perak, Malaysia. Bila UM memiliki kelebihan dalam metode bisnis dan akuntansi, UPSI menonjol dalam bidang pendidikan bisnis dan akuntansi. Universitas ini dinilai sebagai universitas yang se­ nasib dengan UNY: sedang bergerak menjadi uni­ver­sitas yang WCU. Kesamaan misi inilah yang menjadikan UNY memiliki point khusus di mata UPSI.

Indah Mustikawati

P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009

17


laporan utama

Belajar Ilmu Sosial dari Jepang Setelah menjajaki kerjasama di Negeri Sakura, UNY mulai menyiapkan diri menjadi kampus unggulan berbasis pendidikan.

Ahmad Natsir/Pewara Dinamika

Ole h D hian Hapsari

B

anyak hal yang perlu dipersiapkan da­ lam rangka menuju World Class Univer­ sity. Jaringan internasional dan kerja­ sama di berbagai bidang juga sedang diperluas. Salah satu langkah kerjasama interna­ sional yang dilakukan UNY antara lain membu­ at MoU dengan berbagai lembaga yang fokus me­nangani pendidikan. Awal tahun ini UNY akan mengadakan MoU dengan Aichi University of Edu­cation. MoU itu dilakukan untuk menjalin ker­ja­sama dalam pengembangan pendidikan teru­tama ilmu sosial di UNY. Sebelum MoU kerjasama pengembangan ilmu sosial, UNY telah bekerjasama dengan JICA yang juga berasal dari Jepang. Kerjasama ini membuahkan hasil yang menarik dan memberikan kemajuan yang signifikan. Dengan demikian, tidak ada salahnya untuk pengembangan keilmuan lain UNY juga bekerjasama dengan JICA ataupun universitas lain di Jepang. Seperti yang dinyatakan Dekan FISE, Sardiman M.Pd., “Se­lain keefektifitasan, saya tertarik dengan ko­ mit­men yang dimiliki Jepang untuk memajukan pendidikan.” Untuk itu, pada akhir Desember wakil UNY antara lain Sutrisna Wibawa selaku Pembantu Rektor (PR) II, Sardiman sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi (FISE), dan Sugirin, selaku Kepala Kantor Kerjasama Humas dan Protokol (KKHP) berkunjung ke Jepang dalam rangka Simposium Social Studies sekaligus merintis kerjasama dengan Aichi Univerity of Education. Selain menghadiri simposium yang diadakan Prof. Takeshi, duta UNY juga berkesempatan mengunjungi beberapa sekolah dan museum yang merupakan jeja­ ring dari Aichi University of Education. Memilih Aichi University of Education Setiap daerah atau propinsi di Jepang

18

Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9

setidak­nya memiliki tiga jenis universitas: universitas umum, univeritas pendidikan, dan univer­sitas tek­no­logi. Semua universitas ne­geri di Jepang memiliki standar fasilitas dan lulusan yang relatif sama. “Sekolah di desa maupun di kota me­mi­liki gedung yang sama, sehingga anak-anak di desa dapat bersekolah di dekat rumahnya yang memiliki fasilitas sama dengan di kota,” ung­kap Sutrisna Wibawa. Salah satu univeritas pendidikan di Jepang ada­­lah Aichi University of Education, berada di Ka­ri­ya yang berjarak kurang lebih 30 kilometer dari Nagoya. Universitas ini berdiri pada 1873 dengan nama Aichi Prefectural Academy yang bergerak dalam bidang pendidikan guru. Dalam perkembangannya kemudian menja­di universi­ tas nasional yang memayungi semua sekolah gu­ru di wilayah Aichi di bawah Aichi Gakugei Uni­versity. Pada tahun 1966 semua jaringan kerjasama itu disatukan menjadi lembaga baru ber­ na­ma Aichi University of Education. Sebagai sekolah pencetak guru, Aichi Uni­ versity of Education menangani masalah pendidikan dengan serius. Universitas ini bahkan memiliki jaringan yang kuat dengan sekolah dasar hingga sekolah menengah. Tidak heran, apabila lulusan Aichi University of Education dapat langsung mengajar di sekolah-sekolah yang masuk dalam jaringan Aichi University of Educa­ tion. “Bukan itu saja, Aichi University of Educa­ tion juga bekerjasama dengan museum, sehingga ketika kami berkunjung bersama dosen dari Aichi pihak museum seperti menyambut kedatangan keluarga. Rupanya orang-orang yang bekerja di museum itu adalah lulusan dari Aichi yang ditempatkan di museum,” kenang Sugirin. Jaringan pendidikan yang mengakar hingga sekolah dasar ini juga menarik perhatian Sar­di­ man, Dekan FISE. “Sekolah-sekolah di bawah Ai­


Dokumen Pribadi

laporan utama

chi Universirty of Education menjadi lab school bagi mahasiswanya, sebaliknya sekolah-seko­ lah di bawah Aichi juga berhak meminta peng­ ajar yang berkualitas dari Aichi. Hubungan ini menjadikan jaringan pendidikan itu kuat dan saling menguntungkan.” Pengembangan Ilmu Sosial Hal yang menjadi perhatian khusus Sardiman ketika berkunjung ke Jepang antara lain pengajaran ilmu sosial dan keefektifitasan pendi­dikan di Aichi University of Education. “Saya terkesan dengan pengajaran ilmu sosial di salah satu sekolah di Jepang. Untuk pelajaran sejarah, misalnya, gurunya mengajak siswa didik berpikir dari kasus adanya polisi tidur di kampung,” katanya. Sardiman lantas berusaha memahami strategi itu. Selanjutnya ia mengambil kesimpulan, “Rupanya pengajaran ilmu sosial itu akan lebih dipahami siswa ketika mendekatkannya dengan kehidupan sehari-hari,” jelasnya. Menurut Sardiman, perkembangan ilmu sosial pantas mendapat perhatian. Terlebih lagi, berdasarkan seleksi yang telah dilakukan tim, Pendidikan Akuntansi FISE menjadi program studi (prodi) yang akan difokuskan untuk membuka kelas internasional. “Kami akan mulai be­ kerja keras untuk mempersiapkan kelas interna­ sional yang rencananya akan dibuka tahun ini,” jelasnya. Selain perhatian terhadap prodi Pendidikan

Akuntansi, Dekan FISE juga memperlebar jaringan kerjasama untuk pengembangan ilmu sosial lannya. Langkah awal yang akan ditempuh antara lain MoU yang akan dilaksanakan pada Mei mendatang. Tahun ini UNY sudah akan membuka dua ke­ las in­ternasional untuk prodi Pendidikan Mate­ ma­tika dan Pendidikan Akuntansi. Kelas internasional ini yang sedianya disiapkan UNY da­­­lam rangka menghasilkan lulusan yang ti­dak ha­­nya dapat bekerja di dalam negeri, tapi ju­ga ter­­se­­rap di berbagai lembaga pendidikan ma­u­ pun perusahaan luar negeri. Sebagai pendukung program ini, UNY pun akan mempersiapkan beberapa dosen. Setidak­ nya UNY akan meningkatkan jumlah guru besar dan mendorong dosen untuk meraih gelar dok­ toral. Selebihnya, berdasarkan hasil kunjung­an ke Jepang, PR II juga tertarik untuk memberikan otonomi kepada para guru besar seperti yang dilakukan Jepang. “Saya kagum dengan ada­ nya otonomi khusus yang diberikan Aichi Uni­ versity of Education kepada para profesor­nya,” tegasnya. Dengan otonomi itu memberi se­ma­ cam semangat para profesor di Jepang un­tuk mengembangkan keilmuannya. “Untuk menyelengarakan Simposium social studi­es saja mereka tidak memerlukan kepanitian yang berstruktur gemuk. Cukup satu profesor sa­ja dibantu beberapa mahasiswa bimbingannya,” ujar Sar­ diman. 

Rombongan UNY yang dipimpin Pembantu Rektor II, Sutrisna Wibawa, M.Pd., berjabat tangan dengan Rektor Aichi University of Education Japan.

P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009

19


laporan utama

Rintisan Kerjasama UNY di Negeri Kanguru Ole h E ndang Artiati Suhesti

Ahmad Natsir/Pewara Dinamika

P

20

rogram World Class University (WCU) te­ lah dicanangkan, untuk mewujudkan­ nya, UNY berusaha semaksimal mungkin. Kerja keras pun dilakukan dari pe­nyi­­apan fasilitas sampai pada penyiapan ku­ ri­ku­lum yang semuanya harus berstandar Inter­ na­si­o­nal. Ini bukan perkara mudah, tetapi UNY op­ti­mis mampu menjadi sebuah kampus pendidikan berstandar internasional. UNY punya po­tensi. “Potensi itu harus di diperjuangkan,” te­gas Herminarto Sofyan, Pembantu Rektor III UNY. WCU bukan sesuatu yang idealis. Tetapi di lapangan sekolah-sekolah bertaraf internasional sudah banyak yang berdiri. Secara multidemesial, UNY sudah saatnya untuk menjadi kampus internasional, karena sekolah-sekolah sudah membutuhkan lulusan UNY. ”Waktu saya ke Australia, ketika di Australia dan mempresen­ tasikan UNY, saya bilang kepada mereka we in Jogjakarta have very good and establish center of English language. Jadi sebetulnya kita tidak ke­ re­potan untuk menyiapkan bahasa Inggris se­ba­gai salah satu yang dipersyaratkan dalam WCU,” papar Dr.. Marsigit M.A, Koordinator Program WCU ke Australia. Dalam persiapannya, UNY, salah satunya me­la­ ku­kan stu­di banding ke luar ne­ge­ri untuk mengetahui ba­gai­ma­na sebenarnya kon­sep World Class University dan ju­ga meng­gan­deng be­be­ra­ pa uni­ver­si­tas di luar negeri un­ tuk be­­ker­ja sa­ma. Maka akhir ta­ hun 2008, rom­bong­an bebera­pa pim­pin­an UNY, Penjabat Rek­ tor, Pem­­ban­­tu Rektor III, Ka­ jur­dik Ma­te­ma­ti­ka, dan Dr. Mar­si­git, MA., be­rangkat ke Aus­tra­lia. Selama seming­

Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9

gu, me­re­ka me­la­ku­kan studi ban­ding sekaligus mem­bi­ca­ra­kan proposal kerjasama. Adalah University of Melbourne, universitas yang mereka kunjungi. Alasan di pilihnya Uni­ versity of Melbourne salah satunya adalah kerena universitas ini mempunyai program teach­ ing nomor satu di Australia. Selain itu, mereka juga mengunjungi IRMT. ”Tujuan sebenarnya adalah ke University of Melbourne, tetapi kebetulan di pascasarjana UNY ada program sandwich di IRMT Australia, yang kebetulan berdekatan de­ngan University of Melbourne, maka atas persetujuan Pak Penjabat Rektor, kami langsung ke IRMT untuk mengunjungi mahasiswa-mahasiswa pascasarjana UNY yang sedang mengikuti perkuliahan dan penelitian. Alhasil, sepulangnya dari dua kampus ini, kami membawa segudang ide yang nantinya akan dipakai seba­ gai pijakan untuk membuat proposal menuju WCU,” papar Marsigit. Hubungan UNY dengan University of Mel­ bourne pun sebenarnya sudah baik. Marsi­git menjelaskan bahwa UNY sudah punya kontak dengan profesor di sana dan sebelum studi banding di lakukan, UNY sudah melaksanakan program IMHERE untuk pengembangan pro­gram Matematika. “Awalnya saya berangkat untuk studi kelayakan kurikulum program stu­di Matematika tanggal 26 Agustus 2008 s.d. 5 September 2008. Lalu ketika saya breafing dengan almarhum Rektor UNY (Prof. Su­geng Mardiyono, PhD. red), beliau menginginkan ti­dak hanya kurikulum program studi matema­tika, tetapi juga tentang konsep Wold Class Uni­versity. Oleh sebab itu, saya di sana bertemu dengan profesor, unit kerja, dan de­kan. Di tiap pertemuan saya informasikan ten­tang UNY dan proposal kerjasama. Respon me­reka sangat bagus dan konstruktif. Dan keti­ka kami ke sana lagi, mereka sudah menyiapkan dua proposal kerja sama untuk membantu UNY menuju WCU,” lanjut Marsigit yang per­nah menulis buku Matema-


Dokumen Pribadi

laporan utama

tika SMP-SMA C ini dengan ramah. Ketua Jurusan Matematika, Dr. Hartono, menjelaskan bahwa University of Melbourne me­na­war­kan program untuk meng-up great ke­mam­puan UNY pada umumnya dan prodi Pendidikan Matematika dan Pendidikan Aku­tan­si, pada khususnya. “University of Mel­ bourne menawarkan program pembelajaran ma­te­ri dengan bahasa Inggris. Ada juga program lain yang ditawarkan, yaitu semacam join ri­set, tetapi bersifat personal. Oleh karena itu, program join riset masih menjadi wacana. Jika program yang berkaitan dengan program S3 direalisasikan, maka kita akan pengirim mahasis­ wa S3 sesuai dengan jalur yang ditetapkan,” katanya, “Ada juga tawaran program evaluasi,” je­lasnya kemudian. Mengawali kerjasama yang dilakukan UNY dengan University of Melbourne, maka UNY akan pengiriman tenaga pengajarnya untuk belajar ke sana. Mereka akan tinggal di sana kurang le­bih sekitar 6 minggu. Dosen-dosen yang di­ kirim ini dipersiapkan untuk mengajar kelas internasional Pendidikan Matematika dan Pendidikan Akutansi yang rencananya akan di bu-

ka pada September mendatang. “Jadi, mereka me­na­warkan teaching content true English. Ada sisi strategisnya, yaitu mereka memberikan serti­fikat untuk teaching matem­ athic true English. Ja­di, di sana, mereka akan mempelajari matematika dan pembelajaran matematika, lalu mempelajari juga teaching matemathic true English. Selanjutnya, mereka memperoleh sertifikasi. De­ngan memberikan seritifikat, berarti mereka mengakui program kita. Adanya pengakuan ini sebenarnya adalah merintis untuk menuju ja­lan in­ter­nasional. Artinya, kalau program kita sudah diakui oleh mereka, itulah sebenarnya, kita sudah bertaraf internasional,” papar Marsigit yang lahir di Kebumen 1957 lalu. Yang jelas di sana, menurut Penjabat Rektor, UNY mendapat sambutan hangat, bahkan kami pun mendapatkan tawaran pelbagai macam program WCU, salah satunya teaching content true English. “Jika pelbagai program dapat kita realisasikan, termasuk program di negara-negara yang menjadi bidikkan UNY, maka pencapaian WCU adalah bukan perkara yang sukar,”  te­gas Rochmat.

Penjabat Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, MA., di dampingi Pembantu Rektor III UNY, Prof. Dr. Herminarto Sofyan menukar kenang-kenangan dengan jajaran pimpinan University of Melbourne, Australia.

P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009

21


laporan utama Prof. Dr. Herminarto Sofyan

Mengubah Mindset Mahasiswa

foto-foto: Dokumen pribadi

Sore itu (21/1) di sela-sela kesibukan, Prof. Dr. Herminarto Sofyan mempersilahkan Endang Artiati Suhesti, reporter Pewara Dinamika untuk melakukan wawancara khusus berkaitan de­ ngan program pengiriman mahasiswa aktivis ke luar negeri. Awalnya program beasiswa perjalanan ke luar negeri ini akan dilaksanakan ke beberapa negara Asia Tenggara, meliputi Malay­ sia, Philipina, Thailand, dan Brunai Darusalam. Namun karena situasi ekonomi yang tidak stabil akibat goncangan harga minyak dunia, maka pelaksanaan program ini diserahkan ke pergu­ ruan tinggi masing-masing, tepatnya setelah turunnya Surat Edaran Kepala Biro Perencana­ an dan Kerjasama Luar Negeri bernomor: 46/ A2.5/LN/2008, tertanggal 4 Juli 2008. Harapannya, perguruan tinggi tersebut dapat mengatur dan menyesuaikan anggaran tersebut sesuai kebutuhan perguruan tinggi masing-masing. UNY sendiri, menggeser pelaksanaan program pengiriman mahasiswa aktivis ini bersamaan dengan program World Class University (WCU). Untuk mengetahui lebih jauh alasannya, ikuti wawancara khusus berikut ini: Mengapa dipilihnya mahasiswa akti­vis? Pada waktu Bapak Gatot menjadi Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, ia ing­in memberikan bekal kepada mahasiswa di selu­ruh Indonesia tentang bagaimana budaya di luar negeri dan bagaimana pola belajar-mengajar di sana. Untuk mempermudah proses transformasi gagasan t e r­ s e­ b u t , Pak Ga­to­t 22

Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9


laporan utama

Universitas mana yang akan dituju? Senyampang dengan program World Class Uni­versity dan MoU antara UNY deng­an Perguruan Tinggi Luar Negeri, maka UNY me­mi­lih Universitas Pendidikan Sultan Idris (UPSI) dan Universitas Tun Hussein Onn Malaysia (UHTM) untuk memberangkatkan mahasis­wa aktivis. Di sana, selain UNY menandatangai MoU, mahasiswa aktivis tersebut dapat belajar banyak hal, setelah itu mereka diminta analisis bagaimana hasil pembelajaran (baca: pengamatan) tersebut dapat di­a­pli­kasikan ke UNY, terutama untuk kalang­an ma­­ha­­sis­­wa. Kami mengirim 6 orang aktivis dan 1 pendamping untuk ditempatkan di UPSI, dan 8 orang dan 1 orang pendam­ping yang akan ditempatkan di UTHM. Mereka akan diberang­kat­kan tanggal 23 sampai dengan 30 Januari 2009. Syaratnya mahasiswa yang terpilih itu, se­ per­ti apa? Kami merujuk dengan ketentuan dari Jakarta. Yakni, mereka adalah pengurus harian, yang terdiri atas ketua dan sekretaris. Mereka diminta untuk melamar, setelah itu berkas lamarannya di kirim ke Jakarta dan dipilih 18 orang ak­ti­vis. Tetapi berhubungan 4 orang mahasis­wa­ nya sudah lulus, maka UNY hanya akan mem­be­ rang­katkan 14 orang mahasiswa dan 2 orang pendamping. Apa saja kegiatan yang mereka lakukan? Ada sit in class, selama berada di luar negeri mereka dapat melaksanakan kegiatan pada mata kuliah yang diminati. Dalam Campus Tour, mereka mempresentasikan pengalaman selama aktif di Indonesia dan melakukan diskusi dengan Unit Kegiataan Mahasiswa kampus setempat. Ada juga kegiatan Literature Study untuk mempelajari bidang keahlian yang di-

minati. Ada juga kegiatan factory tour dan cul­ tural study, yaitu kunjungan–kunjungan yang akan dilakukan pada week end bersama aktivis mahasiswa setempat untuk memperlajari budaya Malaysia. Bagaimana follow up-nya mereka setelah kembali lagi ke Indonesia? Mereka akan mempresentasikan apa saja yang telah mereka lakukan di sana di depan te­ man-te­mannya. Selain itu, mereka diwajibkan mem­bu­at laporan secara tertulis mengenai ke­ gi­­at­an dan pengamana belajar di sana. Nanti akan ada forum dengan mengundang temante­­man mereka. Apa tujuan terpenting dari adanya pengirim­ an aktivis bagi UNY? Mengirimkan aktivis ke luar negeri dapat memberikan pengetahuan kepada mereka, me­ ng­ubah mindset agar minat belajarnya tinggi. Kalau di sini (Indonesia, red.) biasanya mahasiswa itu kalau belajar, cukup kebut satu ma­lam, padahal tidak seperti itu. Sebenarnya ma­ha­sis­wa kita punya potensi yang luar biasa, tetapi manajemennya yang keliru. Dalam meng­ha­dapi kehidupan ini, mereka enak saja, se­hingga jadi tidak mau belajar keras. Tetapi jika me­reka tahu bagaimana belajarnya mahasiswa di luar negeri, yang biasanya belajar dari pagi sampai malam, maka mereka akan tersadarkan. Jadi, mereka dapat membentuk dan mempersiapkan karakter diri mereka masingmasing untuk menjadi ilmuan bukan hanya terlibat dalam kegiatan politis praktis, seperti yang kerap terjadi di Indonesia (juga di UNY).

Foto-Foto: Ahmad Natsir/Pewara Dinamika

merencana­kan jika beasiswa ini lebih tepat ditujukan ke­pa­da mahasiswa aktivis karena mereka dipercaya mempunyai kemampuan untuk menganalisis dan mengkomunikasikan program tersebut kepada mahasiswa-mahasiswa lainnya. Selanjutnya, program ini dilakukan secara bertahap, dan UNY masuk dalam pemberangkatan tahap ke-4. Namun begitu ada krisis minyak dunia, da­na untuk pemberangkatan mahasiswa diserah­kan kepada universitas masing-masing untuk digunakan sesuai dengan kemampuan universi­tas tersebut.

Pendidikan: S2/ S3 Universitas Negeri Jakarta • Pekerjaan: Pembantu Dekan III FPTK (1988– 1994); Dekan FPTK (1995–1999); Ketua UP2AI UNY (2002-2003); Pembantu Rektor III UNY (2004-2008 dan 2008-2011)

Lantas, apa harapan UNY sebagai universitas yang siap menuju WCU? Harapannya mereka tahu bahwa etos kerja dan belajar di luar negeri itu berbeda sekali. Mereka akan bisa membandingkan dan akan terbentuk mindset, bahwa Indonesia, termasuk UNY sebetulnya punya potensi. Oleh karena itu, kinerjanya sebagai mahasiswa perlu diperbaiki dan mereka harus disiplin. Selain itu, program yang dapat memberikan wawasan global, dapat menjadi bekal masa depan mereka. Bahwa, mereka sebaiknya tidak terlalu menggantungkan kehidupan pada negara ini. Mungkin suatu saat mahasiswa UNY ingin belajar dan bekerja di luar negeri, sudah harus mempersiapkan di­ri sejak dini. 

P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009

23


laporan utama

Mengejar Citra Pendidikan Seutuhnya O l e h A rdyan M . Erlangga

U

niversitas Negeri Yogyakarta berusaha meraih status sebagai World Class University? Terdengar utopis melihat kon­disi riil di internal kampus saat ini. Kata semoga biasanya dipergunakan untuk me­ngiringi semboyan “menjadi universitas ber­ taraf internasional.” Belum lagi dengan em­bel – embel “jika disertai doa dan dukungan da­ri seluruh civitas akademika!” Mengacu pada kon­ disi UNY yang masih harus bekerja keras untuk men­jadi sebuah universitas yang memiliki ja­ti diri yang kuat, maka besar kemungkinan ci­ta – cita yang didengungkan tadi hanya akan men­jadi sebuah semboyan yang hidup dalam ri­tus perayaan saja. Terdengar sinis? Memang. Namun sebelum melangkah lebih jauh mengejar cita – cita menjadi Universitas top di jagad, segenap elemen kampus perlu untuk urun rembug terlebih dahulu perihal jati diri kampus yang dulu mengusung nama IKIP ini. Sudah 44 tahun kampus ini berdiri, dan aktualisasi diri sebagai kampus Pendidikan tampak masih jauh panggang da­ri api. Saya pribadi menganggap bahwa fiksasi citra yang harus dibangun merupakan langkah wajib untuk melangkah ke sana. Memang UNY telah menjadi salah satu institusi pendidikan yang mengomandoi program sertifikasi guru, be­lum lagi banyak dosen yang “dipinjam” oleh Dep­diknas untuk memberi sumbangsih pada pe­ngembangan kebijakan pendidikan nasional. Namun itu saja tidak cukup. Mari kita lihat

Langkah yang cukup riil adalah meng­­­­ hidupkan kembali Lab School yang dahulu­nya­ bernama SMA IKIP. 24

Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9

terlebih dahulu syarat menjadi sebuah World Class University yang ternyata amat sulit dicapai, bahkan oleh kampus – kampus ternama di Indonesia. Beberapa kriteria world class university dian­ taranya adalah 40 % tenaga pendidik bergelar Ph.D/doktoral, publikasi internasional 2 papers/staff/tahun, jumlah mahasiswa pasca 40% dari total populasi mahasiswa (student body), ang­garan riset minimal US$ 1300/staff/tahun, jumlah mahasiswa asing lebih dari 20%, dan pe­nyediaan Information Communication Techno­ logy (ICT) 10 KB/mahasiswa. Mengacu pada pra­syarat yang cukup sulit tersebut patut kita per­tim­bang­kan kemudian sebuah pertanyaan pen­ting, “Apa yang membuat UNY memiliki ke­ le­bi­h­an dibanding 82 Perguruan tinggi Negeri dan 2.700 PT swasta lainnya?” Untuk membangun universitas kelas dunia, tentunya memerlukan dukungan dari segi fi­ nansial maupun non-finansial. Dukungan nonfinansial antara lain bisa berupa hasil riset yang bermutu, prestasi mahasiswa, dan lain-lain. Sedangkan untuk dukungan finansial, UNY membutuhkan dana yang diperoleh sumber-sumber pendapatan dari biaya pendidikan mahasiswa, keuntungan dari hasil-hasil riset yang ada, pendanaan melalui APBN, donasi pihak swasta dan peran lembaga-lembaga philantropy. Selain dukungan finansial dan non finansial, ada tiga hal yang harus ada dalam strategi me­ nu­ju world class university. Pertama, universitas harus punya fokus riset atau pengembangan bidang-bidang tertentu yang akan jadi unggulan mereka. Sebaiknya, bidang-bidang ini punya kedekatan dengan kondisi alam, sosial, dan budaya. Hasil riset juga punya kegunaan langsung di masyarakat. Kedua, mendorong tiga mesin utama, yaitu integrasi berbagai bidang terkait, pemanfaatan teknologi IT, dan penanaman nilai-nilai entrepreneurship. Ketiga mesin ini harus dijalankan secara sinergis dan kontinu. Strategi ketiga, ada pengembangan ventura-ventura


laporan utama atau sumber daya yang ada di universitas. Pe­ ngembangan itu bisa dari segi akademik deng­ an pengembangan intellectual capital dan sumber daya lain yang bersifat ekonomis. Untuk memulai langkah besar, pastinya harus sebuah dilakukan langkah kecil sebagai pijakan awal untuk menjadi fondasi terlebih dahu­ lu. Jika jajaran Pembantu Rektor II se­bagai ujung tombak dalam perjuangan mendapatkan dana untuk melandasi semuanya, maka elemen lain perlu memperjuangkan strategi yang saya ungkapkan pertama tadi, yaitu fokus riset atau pe­ngem­bang­an bidang-bidang ter­tentu yang akan jadi unggulan. Kita harus menyepakati terlebih dahulu bah­wa khit­tah UNY adalah kampus yang men­cip­­takan tenaga pen­di­dik, dan oleh karenanya Kam­­pus ini dengan penga­ kalam/pewara lam­an selama ini sudah se­harusnya melakukan branding sebagai kampus dengan fokus ka­jian pengembangan pendi­dikan ataupun stu­di berkaitan dengan efektivitas kurikulum. Lang­kah yang cukup riil adalah menghidupkan kembali Lab School – yang dahu­lu bernama SMA IKIP – dan meningkatkan peran Pu­sat Studi Pen­didikan sebagai lembaga yang ru­tin mengaji kebijakan pendidikan pemerintah mela­ lui berbagai media, baik jurnal ilmiah ma­upun me­dia massa. Langkah – langkah tersebut memang cukup menyita banyak biaya, namun saya rasa untuk langkah pertama menancapkan imej, maka kam­ pus perlu melihatnya sebagai sebuah Cost Re­ covery. Mendirikan lab school bukan untuk ga­ gah – gagahan, namun sebagai sebuah bentuk pembuktian riil pada masyarakat bagaimana kurikulum yang kita bahas dalam kerangka teoritis di ruang kelas dapat diimplementasikan pada peserta didik yang nantinya akan memiliki kriteria kita sebagai cendikia, mandiri, dan bernurani. Kurikulumnya bisa jadi akan menjadi terobosan pada dunia pendidikan, sebagaima­ na yang telah dilakukan oleh institusi alternatif lainnya semisal SMP Qaryah Thayyibah ataupun SD Kanisius Mangunan. Untuk peningkatan riset, pastinya dibarengi pada peningkatan alokasi dana, dan pengu­

rangan jam mengajar bagi dosen. Bukan rahasia umum, dosen yang sibuk mengajar tidak a­kan punya waktu untuk melakukan riset. Bo­ ro – boro penelitian, mengurus nilai mahasis­ wa yang bejibun saja masih keteteran. Padahal dosen akan memiliki dukungan struktural cu­ kup untuk meneliti apabila rasio student selec­ ti­vity (kualitas penerimaan mahasiswa) dan ra­sio Stu­ dent body (jumlah mahasiswa) berimbang. Bagaimana akan memiliki student selectivity yang baik kalau setiap tahun ada beberapa prodi-prodinya masih harus menerima sekian banyak ma­ha­sis­wa baru, dengan ala­s­an untuk pendanaan sub­si­di silang ke prodi yang lai­n. Bagaimana bisa memili­ki rasio yang seimbang kalau student bodynya terlalu be­sar sementara kebijakan un­tuk pe­ng­adaan dosennya sangat lambat. Lebih penting lagi, agar tulisan ini tidak men­jadi terlalu pesimistis, branding sebenar­ nya bukan harga mati. Di saat ratusan Universitas percaya bahwa pendidikan bermutu sama pelafalannya dengan biaya mahal, akses pendidikan pada rakyat miskin merupakan utopisme sosialis, - dan pendidikan berkarakter yang mem­bebaskan bagi peserta didik masih kalah populer dengan pola pendidikan turbo yang men­ciptakan peserta didik menjadi bank data il­mu semata – disitulah celah dimana UNY bisa ma­suk dan memberi sumbangsih yang nyata. UNY sebenarnya lebih mulia menjadi institu­ si yang memberi spirit perubahan, bukan spirit menjadi tukang. Oleh karenanya memperta­­­han­ kan idealisme pendidikan akan lebih penting bagi UNY, terutama yang bernafaskan semangat kerakyatan. Maka sasaran tembak perlu ditata ulang kembali. Saat UNY mampu menghasilkan Paulo Freire, Ki Hajar, Donnie Koesoema, ataupun Anita Lie baru, dan menghasilkan pendidik pro­fesional yang bernurani, itulah brand yang pa­ling kuat bahwa UNY, kelak akan menjadi universi­tas kelas dunia. 

Ardyan M. Erlangga jurnalis LPM EKSPRESI UNY

P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009

25


berita PEMBANGUNAN

RUSUNAWA SEBAGAI LABORATORIUM SOSIAL

Rusunawa UNY dapat dijadikan s­eba­gai Laboratorium Sosial bagi ma­ha­­sis­­wa, se­ hing­ga setiap mantan peng­hu­ni Ru­su­na­ wa UNY (Asra­ma Ma­ha­sis­wa) da­pat men­ ja­di mo­del ba­gi yang ma­ha­sis­wa la­i­n­nya. Ke­ber­a­da­an Ru­su­na­wa UNY sungguh mem­be­ri­kan man­fa­at bagi mahasiswa, di an­ta­ra­nya ter­se­di­a­nya tempat tinggal ba­gi ma­ha­sis­wa, khu­sus­nya bagi ma­ha­ sis­wa pada tahun pertama yang ber­a­ sal da­ri luar daerah, tersedianya tem­pat ting­gal ba­gi sejumlah kecil ter­pi­lih (ma­ ha­sis­wa ak­ti­­vis, berprestasi yang me­mi­ liki moralitas yang baik), tersedianya tempat tinggal bagi mahasiswa dengan kualitas bangunan yang memadai. Demikian dijelaskan Penjabat Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, MA., pada acara Pemancangan Tiang Pertama pembangunan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) untuk mahasiswa UNY di kampus Wates, Senin (19/1). Aca­ ra ini dihadiri Menteri Negara Perumah­ an Rakyat (Menegpera)Republik Indonesia, Muhammad Yusuf Asy’ari, yang 26

Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9

sekaligus meresmikan mulainya pembangunan rusunawa UNY. Rangkaian seremonial pemancangan tiang pertama ini diawali persembahan Tari Gambyong oleh mahasiswa Seni Tari FBS UNY dan sambu­tan-sam­butan, antara lain sambutan Pen­jabat Rektor UNY dan Bupati Kepala Daerah Kulonprogo dan Menegpera RI, Yusuf Asy’ari. Setelah Menegpera menekan tombol alat ‘pemukul’ tiang pancang pertama, dilanjutkan penanaman pohon Kepel dan Sawo Kecik pada sembilan titik untuk menghijaukan lingkungan Kampus UNY Wates yang sudah tampak asri. Menurut Pembantu Rektor II UNY, Su­trisna Wibawa, M.Pd., rusunawa di­ ba­ngun di atas lahan bekas lapangan se­pak­bola di Kampus UNY Wates, Kulon­ progo. Bangunan calon asrama ini meng­ gunakan model fondasi tiang pancang, berukuran 17 meter x 60 meter terdiri atas lima lantai. Jumlah kamar ada 93, ma­sing-masing berukuran 3,8 m x 4,9 m. Pem­bangunan menghabiskan dana

se­besar Rp 10 miliar dianggarkan dari APBN. Lantai dasar diperuntukkan bagi layanan umum, yaitu: ruang komersial, ruang serbaguna, ruang pengelola, gudang, tempat parkir, dan layanan lainnya. Harga bangunan senilai Rp. 9.945.500,00, belum termasuk penyambungan daya, mebeler, drainase halaman dan penghijauan, sebagai imbalan sharing. Lebih lanjut, Sutrisna Wibawa, menje­laskan, rusunawa ini telah diusulkan kepada Kemenegpera sejak 2006. “Selama dua tahun, kami terus melobi pihak kementrian agar proposal rusunawa UNY da­pat diterima. Dan, Al­ hamdullah dires­pon. Semua itu, berkat kerja keras tim,” ung­kap PR II UNY. Menurutnya, rusunawa diperkirakan selesai dibangun Juni 2009, sehingga awal tahun akademik ba­ru mendatang (September) sudah bisa di­tempati. Sutrisna juga menjelaskan asrama mahasiswa yang akan dibangun ini merupakan tahap I. Sementara saat ini juga sedang mengajukan pemba­ ngun­an Rusunawa Tahap II di tempat yang sama, bersebelahan dengan Rusu­ na­wa Tahap I. Sehingga, setelah kedu­ a­nya berdiri, Kampus UNY di Wates, me­miliki asrama putra-putri terpisah. “Na­mun untuk Rusunawa Tahap I ini be­lum ditentukan untuk asrama putra atau putri,” paparnya. “Pembangunan Rusunawa Tahap I ini, merupakan kolaborasi antara UNY dan Kemenegpera. Pihak Kemenegpe­ra me­nyediakan g­e­dung, se­dangkan UNY menyediakan fa­si­li­­tas isinya, seperti fur­ nitur, pe­rang­kat elektronik, sarana sa­ni­ tasi dan se­ba­gai­nya. Asrama Tahap I ini di­si­ap­kan bagi 186 mahasiswa, se­ti­ap ka­mar diisi 2 orang, “ tegas Sutris­na. Sementara itu, Rochmat Wahab me­


Foto-Foto: Ahmad Natsir/Pewara Dinamika

berita

ngutarakan selain manfaat asrama, rusunawa dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kegiatan akademik maupun non akademik bagi mahasis­ wa, terciptanya komunitas sosial maha­ siswa yang mampu memberikan peng­ a­laman kehidupan berorganisasi dan ber­masyarakat, dan terciptanya tempat yang terkontrol dan rasa aman, khusus-

nya bagi orang tua, selama putera dan puterinya belajar di UNY. “Keberadaan Rusunawa UNY sungguh memberikan manfaat bagi mahasiswa, di antaranya ter­­sedianya tempat tinggal bagi mahasiswa, khususnya bagi mahasiswa pada tahun pertama dengan kualitas bangunan yang memadai. Selain itu, fungsi rusunawa sebagai laboratorium sosial

merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari bagi penghuni,” lanjutnya. Ditambahkan Rochmat, dengan pen­ di­ri­an Rusunawa UNY akan sedikit ber­po­ tensi menimbulkan masalah sosial-budaya dan lingkungan fisik, di antaranya reaksi dari masyarakat. Untuk itu perlu keterlibatan semua pihak, sehingga dapat mengurangi dampak negatif. Kita ingat bahwa Rusunawa bukan men­jadi kompetitir usaha pondokan ma­sya­rakat, karena pada tahun kedua, se­ba­gian besar mereka akan dilepas ke ma­sya­rakat. Yang jelas, bagi UNY secara fisikal, psikologis, sosial, dan edukatif, kehadir­ an Rusunawa UNY dapat berdam­pak po­ sitif bagi pembentukan diri mahasiswa secara optimal, terutama kehidupan mo­ralitas, kehidupan yang sehat, kehi­ dupan kolektif-kooperatif, kemampuan kepemimpinan, perilaku empati, dan ke­ mampuan akademik yang unggul. Untuk dapat mewujudkan semuanya itu di­ha­rapkan Rusunawa dilengkapi sarana dan prasarana yang memadai, misal­nya tempat diskusi dan tempat ibadah yang memadai, demikian juga ada program pembinaan yang terpadu, serta pe­ngelolaan oleh mahasiswa secara bertanggung jawab yang didampingi oleh pembina asrama mahasiswa, sehingga terbangun suatu komunitas asrama mahasiswa yang anggun. ld/lensa/wit

P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009

27


berita KUNJUNGAN KERJASAMA

Dalam rangka perintisan ker­ja­­sa­ma UNY dengan Aichi Uni­ver­si­ty of Edu­ca­ ti­on Jepang, Pem­ban­tu Rek­tor II UNY, Sutrisna Wi­ba­wa, Dekan FISE UNY Sar­ di­man AM, dan Kepala Kan­tor Ker­ja­sa­ ma, Humas dan Protokol (KKHP) UNY, Sugirin, berkunjung ke Jepang,(18/12/ 2008). Selain me­­­la­­­ku­­­kan kunjungan ke Labo­ra­­to­ri­­um Aichi University of Edu­­ca­ tion Je­pang, rem­bongan ini juga me­­ ngun­­ju­ngi se­ko­lah dasar (SD) un­tuk me­li­hat proses belajar-me­nga­jar dan sa­ ra­na pra­sa­rana yang ada di se­ko­lah SD ter­se­but, ke­­sempatan Jepang juga di­ gu­na­kan rom­bong­an UNY untuk meng­i­ ku­ti Sim­­po­si­um Pendidikan Se­ja­rah. Ditemui di ruang kerjanya, Jumat (9/1), Pem­bantu Rektor II, Sutrisna Wiba­ wa, M.Pd., menjelaskan, dalam rangka UNY me­nuju World Class University, UNY te­rus meningkatkan jumlah kerjasa­ma dengan berbagai universitas di lu­ar ne­ ge­ri, sa­lah satunya dengan uni­ver­si­tas di Je­pang. Rencananya ber­sa­ma­an de­ ng­an pelaksanaan dies na­ta­lis UNY Mei 2009 akan diadakan pe­nan­da­ta­ngan­an MoU. Selain itu, ta­hun 2009 ini, UNY akan mem­bu­ka dua (2) pro­gram stu­di (prodi) in­ter­na­sional, yak­ni pro­di Pen­di­ dikan Akun­tansi dan Prodi Pendidikan Matematika, dan pro­di-prodi lain akan menyusul. Sementara itu ditempat terpisah, De­ kan FISE UNY, Sardiman, AM., M.Pd., me­ nga­takan sangat terkesan dengan kun­ jung­an ke sekolah dasar yang men­ja­di sekolah afiliasi dan binaan Ai­chi Uni­ ver­sity of Education. Sarana belajarnya lengkap mulai da­ri ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang kesehatan, ruang seni dan krea­ti­vitas, laboratorium kom­ puter, juga ter­se­dia ruang khusus untuk 28

Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9

dokumen pribadi

UNY MERINTIS KERJASAMA DENGAN AICHI UNIVERSITY of EDUCATION JEPANG

anak-anak yang memiliki cacat fisik, dll. Menurut pe­man­du, setiap sekolah di Jepang memiliki standar yang sama. Yang menarik, bila dilihat dari bahan dan peralatan, tidak menunjukkan kemewahan, te­ta­pi semua tertata rapi dan terjaga ke­ber­sih­an­nya. Sarana dan prasarana yang tersedia, memang betul-betul mem­per­hi­tung­kan fungsi dan manfaat­nya. Lebih lanjut Sardiman mengungkap­ kan, proses belajar mengajar di SD ter­­se­ but menerapkan pendekatan sis­wa`ak­ tif dan kontektual. Tidak hanya ak­tif, te­ta­pi siswa juga didorong un­tuk kre­ a­tif. Model pembelajaran yang di­kem­ bang­­kan guru lebih banyak mendorong ak­ti­­vi­­tas siswa, seperti siswa diminta me­­nger­­ja­­kan tugas atau menyampai­ kan ma­teri di depan kelas, diskusi ber­ pa­­sa­ng­­an dua-dua, ada juga siswa mela­ ku­kan diskusi kelompok memecahkan ma­­­­­sa­­lah yang diberikan. Materi pe­la­­ jar­­an yang dibahas siswa juga sangat

kon­­­­teks­tu­al dikaitkan dengan ke­hi­dup­ an dan ling­kung­an anak. Misalnya mem­ ba­­has so­al kehidupan se­ha­ri-ha­ri: soal transportasi, kebersih­an ling­kungan, kegiatan rumah tangga, ke­bu­da­ya­an masyarakat, sampai pa­da so­­al krisis. Dengan kata lain, sis­tem pem­­be­­l­a­jar­­ an di sana mendorong siswa tidak ha­ nya aktif, tetapi juga bagai­ma­na berpikir kreatif, dan inovatif. Oleh ka­re­­n­a itu, di sekolah kerap ada kegiatan pe­­ngem­ bang­an kreativitas, misalnya se­ca­ra ter­ pa­du dikembangkan pe­la­jar­an ke­te­ram­ pil­an, seni, yang tidak ja­rang anak-anak bisa membuat sesuatu yang ba­ru. ”Terkait dengan proses be­la­jar me­ nga­jar siswa aktif dan konstek­tual bu­ kan hal yang baru. Tetapi yang membuat saya terkesan bagaimana gu­ru meng­­hu­bung­kan sebuah peristiwa de­ ngan ke­hi­dup­an dan lingkungan anak, se­­hing­ga anak terbiasa be­la­jar me­me­ cah­kan ma­sa­lah,” ujar Sardi­man. Lena Satlita


berita PERLOMBAAN

Mahasiswa UNY yang berlaga dalam Lomba Inovasi Teknologi Mahasiswa (LI­ TM) yang diselenggarakan Dinas Pen­di­ dik­an DIY, pantas untuk diacungkan jem­pol. Bagaimana tidak, dari 171 ke­ lom­pok mahasiswa perguruan tinggi se-DIY, yang bertandang di Universitas Tek­no­logi Yogyakarta, (8-10/11/08), UNY (ju­ga UGM) berhasil menempatkan lima (5) kelompok untuk bersaing menjadi sang juara. Alhasil, melalui perjuangan ke­ras mahasiswa UNY mampu meraih Ju­a­ra Umum LITM se-DIY. Sebelumnya, me­re­ka te­lah terpilih masuk ke dalam 18 no­mi­nator untuk enam (6) lomba yang di­pe­re­but­kan. Peraihan prestasi bergengsi ini di­da­

ahmad natsir/Pewara dinamika

UNY JUARA UMUM LOMBA INOVASI TEKNOLOGI MAHASISWA 2008

sar­kan pada penilaian dewan juri dari pelbagai kampus di DIY. Dalam penilain tersebut, UNY berhasil menyabet Ju­ara I bidang Pendidikan, yang diwaki­li Nawa Ari Pamungkas, dkk.; Juara I bidang Gi­ zi dan Makanan Tradisional, yang diwa­ kili Rani Asri Wijayanti, dkk.; Juara II bi­

dang Kerajinan, yang diwakili Untung Kur­niawan; dan Juara III bidang Pen­ di­dik­an diwakili Erna Wiji Astuti dan bi­dang Pa­ri­wisata, yang diwakili Eko Yu­li­an­to, dkk. Atas prestasi yang mem­ bangg­a­kan tersebut UNY berhak atas Thro­phy Bergilir Gubernur DIY. Sementara itu, Iwan Nopi Yono Pu­ tro, mahasiswa Fakultas Teknik, ju­rus­ an Pendidikan Elektronik, yang me­ra­ih Ju­a­ra Pertama dalam Lomba Pem­bu­at­ an Sistem Informasi bagi Perguruan Tinggi se-DIY, mengatakan sa­ngat se­ nang menjadi juara karena per­lom­ ba­an ini per­sa­ing­an­nya sangat ketat. ”Ini menjadi anugrah yang terbesar dari yang Ma­ha Kuasa di hari ulang ta­ hunku,” ujar­nya penuh haru. Ia menje­las­kan pa­­da saat persiapan untuk mem­pre­sen­ta­si­kan hasil kar­ya­­nya, dia mengalami ke­su­lit­an pa­da referensi buku karena ma­hal­nya har­ga buku. Selain itu, karena kekurangtahuannya terhadap komputer, membuatnya ha­rus be­la­jar komputer secara otodidak dan ha­rus ba­nyak bertanya pada te­man. tata irawan

KONFRENSI

ZEN, PESERTA TERMUDA DI INTERNATIONAL CONFERENCE ON ENVIRONMENT 2008 (EST) to Develop Self Awareness as an Al­ ter­na­tive Solution to Implement Eco-Ef­ fi­ciency and to Reduce Global Warming Ef­fects”, mendapat antuasisme dari pe­ ser­ta, bahkan seorang keynote speaker tampak begitu mengikuti materi yang ia sampaikan. “Saya senang dan bangga bisa me­ngi­ ku­ti acara ini,” akunya, “Selain itu, sa­ya memperoleh banyak pengalaman, wa­ wa­s­an, relasi, dan berbagai informasi me­nge­nai pendidikan di Malaysia.” Ia ber­ha­rap setelah menyelesaikan stu­di S-1, ia bisa meneruskan studi S2 di Ne­ge­ ri Ji­ran itu. “Luar biasa! Ter­nya­ta di Ma­

lay­sia banyak sekali peluang beasiswa yang bisa kita ambil,” tambahnya. Sementara itu, Dekan FMIPA UNY, Dr. Ariswan, mengaku bangga atas pres­­ta­si yang telah diraih sa­lah sa­­tu ma­ha­sis­wa­nya itu. Ia ber­ha­ rap setelah ini akan mun­cul ma­ ha­sis­wa-mahasiswa UNY la­in­­ nya yang tampil kembali di kan­cah internasional un­ tuk mengharumkan na­ma FMIPA UNY (juga UNY) khu­ susnya, dan In­do­ne­sia pada umum­nya.

dokumen pribadi

Zen Muhammad Alfaruq, mahasiswa Pro­gram Studi Biologi, Fakultas Matema­ ti­ka dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA UNY) mengikuti International Conference on Environment 2008 (ICENV 2008) di G hotel, Penang, Malaysia. Acara yang mengusung tema “Environmental Ma­na­ ge­ment and Technologies Towards Sus­ tai­na­ble Development”, berlangsung se­jak 15 s.d. 17/12), bertempat di Uni­ ver­si­tas Sains Malaysia (USM). Sebagai peserta termuda, Zen, de­mi­ kian ia disapa, merasa bahagia. Ba­gai­ mana tidak, presentasi makalahnya ber­ tajuk, “Environmental Spiritual Training

tata irawan

P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009

29


berita sertifikasi

SEBANYAK 92 DOSEN UNY TERIMA SERTIFIKAT PENDIDIK

ahmad natsir/pewara dinamika

Sebanyak 92 dosen UNY menerima ser­ ti­fi­kat pendidik. Sertifikat diserahkan oleh Se­kretaris Senat UNY, Prof. Dr. Wu­ ra­dji, Rabu (7/1) di ruang Sidang Uta­ ma UNY. Di antara penerima sertifikat adalah Pen­ja­bat Rektor UNY, Dr. Roch­ mat Wahab, MA, Pem­bantu Rektor II UNY, Sutris­na Wibawa, M.Pd., Dekan FIK, Dekan FIP, Dekan FISE, dan Dekan FMI­­PA. Pada kesempatan tersebut juga dilaksanakan penyeserahan 58 SK Ke­ naikan pangkat kepada dosen dan kar­ya­ wan, Pelantikan Kajur dan Sekjur, ser­ta penyerahan piagam penghargaan pe­ga­ wai berpres­tasi. Dalam sambutannya, Rochmat Wa­ hab mengatakan, secara akademik, do­ sen yang berhasil memperoleh sertifikat pen­di­dik sudah mampu menunjukkan 30

Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9

ki­ner­ja­nya. Mengingat persoalan sertifi­ kat pendidik ini merupakan sesuatu yang baru, maka untuk menjaga dan me­ me­lihara misi sertifikat pendidik ser­ta menghindari fitnah, kiranya perlu di­te­ tap­kan suatu rambu-rambu yang da­pat di­pa­kai acuan untuk menjaga ke­pro­fe­ si­o­nal­an dosen. Dilihat dari pers­pek­tif kompetensi, seorang dosen yang ber­ser­ ti­fikat, seharusnya terus menjaga dan me­ning­katkan kompetensi profesional, pe­da­gogik, personal, dan sosial. ”Seorang dosen (faculty member) ada­ lah seorang teaching staff yang se­ha­rus­ nya mampu berfungsi sebagai edu­ca­ tor dan scholar, bukan hanya se­ba­gai se­­­orang educator atau scholar sa­ja, se­ hing­ga tugas dosen di samping meng­a­ jar de­ngan baik, juga produktif da­lam

me­la­ku­kan penelitian dan kajian se­su­ ai dengan bidangnya. Seorang tea­ching staf pada hakikatnya memiliki ace­de­mic freedom, baik itu dosen yang yu­nior maupun yang senior,” tuturnya. Atas da­ sar itu, lanjut Rochmat, seorang facul­ty member seharusnya memikul tanggung jawab dengan benar. Dalam konteks ini seorang dosen baik yang bersertifikat pendidik maupun yang telah naik pang­ kat, wajib menjaga eksistensinya seba­ gai seorang faculty member, di mana dia se­harusnya terus menunjukkan tang­ gung jawab baik kepada Tuhan, ma­ha­ sis­wa, kolega, profesi, institusi, mau­ pun ma­syarakat. Pada bagian lain Rochmat menga­ta­ kan, Ketua Jurusan dan Sekretaris Ju­rus­ an teruslah melanjutkan keber­ha­sil­an


berita pengurus sebelumnya dan me­ning­kat­ kan peng­ab­di­an­nya dan mem­be­ri­kan yang ter­baik dari dirinya, dengan ha­rap­­ an ke­du­a­nya mampu memperbaiki ki­ner­ ja ju­rus­an, se­hing­ga dapat menghasil­ kan ma­ha­sis­wa dan juga calon-calon pe­la­tih bidang olahraga yang lebih ber­ mu­tu. ”Ujung tombak suatu perguruan ting­gi ada di jurusan, karena itu man­fa­ at­kan peluang yang baik ini untuk me­ ra­ih prestasi secara optimal, yang tidak ha­nya mengukuhkan posisi jurusan, me­ la­in­kan juga fakultas dan universitas. Per­lu kami tegaskan, bahwa pengurus ju­rus­an bukanlah birocratic leader, me­la­ in­kan academic leader, sehingga se­ti­ap pen­de­kat­an kepemimpinan yang di­gu­ na­kan lebih mengutamakan pendekatan

akademik,” tugas Penjabat Rektor ini. Lebih jauh Pembantu Rektor I ini me­ nuturkan, sehebat dan sebesar apapun universitas, tidak bisa dipisahkan da­ri ke­beradaan dan keterlibatan staf admi­ nis­tratif. Dalam bahasa manajemen uni­ versitas, staf administratif merupakan supporting staf yang ikut memberikan urunan bagi kemajuan suatu uni­ver­si­ tas. Prestasi yang diraih hari ini da­pat di­ja­di­kan modal penting untuk membe­ ri­kan pengabdiannya yang lebih baik, se­hing­ga memudahkan untuk mencapai ke­ma­ju­an karier di masa-masa de­pan. Da­lam rangka meningkatkan pengab­di­ an­nya, perlu diingat bahwa kepuasan pa­ra konsumen UNY menjadi salah sa­tu indikator penting, karena itu saya te­rus

meng­himbau kepada semua staf admi­ nis­trasi untuk selalu meningkatkan pro­ duktivitas kerjanya dan memberikan pe­ la­yanan dengan penuh kesantunan. Dosen yang kerap menulis inipun me­ nga­takan, ada dua unsur penting dalam mengawal perjalanan UNY, yaitu dosen dan staf administratif. Kedua unsur ini­ lah yang memainkan peran penting se­ su­ai dengan posisinya masing-masing. Po­sisi di kampus adalah bersifat se­men­ ta­ra, sehingga semua pihak perlu me­nyi­ kapi se­ca­ra proporsional, karena pa­da sa­at­nya akan terjadi pergantian dan per­ ge­ser­an, yang semuanya dimaksudkan untuk memudahkan kondinasi, sehing­ga terjadi sinergi yang lebih produktif. Witono Nugroho

Kejuaraan olah raga

ahmad natsir/pewara dinamika

KEJUARAAN RENANG INDAH DIADAKAN DI KOLAM RENANG FIK UNY

Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Renang Indah Kelompok Umur kembali dige­lar mulai 8 – 10 Januari 2009 di Kolam Re­ nang FIKUNY Jl.Colombo Yogya­kar­ta. Kejuraan Renang Indah ini memper­tan­ ding­kan kelompok umur 12 tahun diba­ wah­­nya, 13, 14, 15 tahun, dan 116, 17, 18 tahun. Ketua Penyelenggara Pengprop PRSI DIY Drs. Dapan, M.Kes., mengatakan pa­ ra peserta lomba ini berasal dari Propinsi Jawa Barat, DKI, DIY, Jawa Tengah, Sula­ we­si Selatan, dan Jawa Timur. Kejuara­

an ini dibuka oleh Sekretaris Jenderal (Sekjend) Pe­ngurus Propinsi Per­satuan Renang Selu­ruh Indonesia, Ade Kadiman diampingi Ketua Umum Pengprop PRSI DIY yang Baru, Drs. Su­mar­yanto, M.Kes., yang ju­ga selaku Dekan FIK UNY Masa Bakti 2009 – 2012, Kamis (8/1). Ketua Umum Pengprop PRSI DIY, Su­ mar­yanto menjelaskan Renang In­dah atau renang sinkronisasi yang di­per­lom­ ba­kan adalah olahraga yang me­ma­du­ kan unsur-unsur re­nang, se­nam, dan ta­ ri, Olah­ra­ga ini di­per­tan­ding­kan se­ca­ra

be­re­gu, tungal, duet, atau trio. ”Re­nang Indah memadukan ke­ku­ at­an dan ke­ta­han­an fisik dengan ke­lu­ wes­an, ke­ang­gun­an, nilai artistik, dan kemampuan me­na­han nafas sewaktu berada di dalam air,” ung­kapnya, ”Yang jelas, atlet yang didominasi kaum wanita ini dituntut me­mi­li­ki kekuatan fisik, kelenturan tu­buh, dan kemampuan aerobik yang ting­gi da­lam melakukan gerakan yang ter­sin­kro­ni­sa­ si,” tambahnya. Ahmad natsir ep

P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009

31


berita

Ahmad Natsir/PEwara Dinamika

Pengukuhan GURU BESAR

DI PENGHUJUNG 2008, UNY MENAMBAH GURU BESAR MATEMATIKA Menjelang akhir tahun 2008, Selasa (30/12); pukul 10.00 wib, di ruang Si­ dang Uta­ma Rektorat UNY, Rusgianto H.S. akan dikukuhkan sebagai Guru Be­­ sar da­lam bidang Teknologi Pendidik­an Ma­te­ma­ti­ka pada FMIPA UNY. Pria ke­la­ hir­an Yog­ya­kar­ta ini akan dikukuh­kan di de­pan Ra­pat Terbuka Senat UNY, se­ba­ gai Gu­ru Besar UNY yang ke-94. Hing­ga saat ini, terhitung sebanyak 45 pro­fe­sor aktif di lingkungan UNY. Renca­na­nya Rus­gi­an­to H.S., akan menyampai­kan pi­da­to Pe­ngu­kuh­an bertajuk ”Strategi Pe­ngem­bang­an Sikap Positif Terhadap Ma­te­ma­ti­ka dan Kecerdasan Emosional un­tuk Me­ning­kat­kan Prestasi Belajar Ma­te­ma­ti­ka”. Dalam pidato tersebut, ia men­je­las­kan, semua menyadari bah­wa se­jak memasuki bangku sekolah dasar, sebagian besar dari hadirin (ba­ca: kita, red.) telah bergelut dengan ma­te­ma­ti­ka, tetapi banyak di antara ha­ di­rin di masa pendidikan da­sar dan me­ ne­ngah sangat membenci ma­te­ma­ti­ka, bahkan sampai saat ini pun ma­sih banyak dijumpai siswa yang ”takut” ter­ha­ 32

Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9

dap Matematika. Masalah tidak senangnya siswa terhadap matematika sudah bu­kan ra­ha­sia umum, perilaku-perilaku ne­ga­tif sis­wa dalam belajar matematika me­ru­pa­kan muara sikap negatif siswa ter­ha­dap matematika. Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa ke­cen­derungan di atas disebabkan pel­ bagai hal di antaranya, guru mendo­ mi­­na­si proses pembelajaran, informasi ber­si­fat dog­matis, guru cenderung meng­gu­na­kan pendekatan konvensional. Dalam proses belajar matematika di se­ko­lah, guru cenderung melakukan ti­ ga hal: (1) guru menuliskan definisi atau te­o­re­ma beserta buktinya di papan tu­ lis, dilanjutkan contoh penerapan te­o­­re­ ma tersebut dalam menyelesai­kan so­­al, siswa mencatat apa yang dijelaskan gu­ ru dan contoh penyelesaian soal yang di­be­ri­kan; (2) guru menuliskan soal-so­ al di papan tulis dan siswa diminta me­ nger­ja­kan; dan (3) guru meminta sis­wa un­tuk menuliskan hasil pekerjaan­nya di papan tulis. Oleh karena itu, menurut dosen yang

se­lama lima tahun terakhir ini telah meng­hasilkan dan mempublikasikan 17 kar­ya ilmiah ini, bahwa kondisi de­mi­ki­ an bagi siswa yang pandai tidak me­ru­ pa­kan ma­sa­lah, tetapi bagi siswa yang ku­rang me­mi­liki kompetensi ma­te­­ma­ti­ ka atau membenci matemati­ka, kondisi seperti itu tidak me­nye­nang­kan. Apalagi jika siswa yang de­mi­ki­an diminta guru untuk me­nye­le­sai­kan soal di papan tulis, ia akan me­nge­lu­ar­kan keringat dingin seolah-olah mau pingsan. Dalam situasi belajar mengajar yang de­ mi­ki­an tidak dimungkinkan ada­nya per­ tum­buh­an kecerdasan emosi­o­nal, yang bermanfaat bagi siswa dalam ke­hi­dup­ an di masyarakat. Lebih jauh dikatakannya, perbaikan pres­tasi belajar matematika utamanya di ­ se­ko­lah perlu dilakukan oleh gu­ru me­la­­lui perubahan sikap siswa terha­ dap ma­te­ma­ti­ka dan perbaikan kondisi yang men­du­kung peningkatan kecerdas­an emo­si­o­nal dengan menggunakan strategi ter­ten­tu da­lam menge­ lola pembela­jar­an. Ada em­pat (4) stra-


berita tegi yang dapat di­lak­sa­na­kan, ya­i­tu ke­mam­pu­an dan kemauan gu­ru da­lam mengubah paradigma pen­di­dik­an. Ke­sa­ lah­an-kesalahan konsep yang diajarkan tidak pernah menda­pat­kan cara untuk memperbaikinya, guru meng­anggap dirinya ”serba bisa” dan menganggap apa yang diberikan ke­pa­da siswanya benar. Strategi kedua, ya­i­tu set­ting ke­las dalam pembelajaran. Set­ting ke­las yang baik dimungkinkan per­kem­bang­an ke­ cer­das­an emosional apa­bi­la sis­wa be­la­ jar dalam kelompok-ke­lom­pok ke­cil, saling mengutarakan ha­sil pe­mi­kir­an­nya, menghargai pendapat te­man, menyelesaikan tugas bersama-sa­ma, mempresentasikan apa yang te­lah di­ker­ja­kan kelompok, dan men­dis­­ku­si­kan hasil

kerja masing-masing ke­lom­pok. Strategi ketiga, adalah pembe­la­jar­an yang bermakna. Langkahnya ada­lah me­nye­ lek­si materi yang akan di­pe­la­ja­ri sis­ wa, mengorganisasi materi yang di­pi­ lih sejalan dengan alam pikiran sis­wa. Sedangkan strategi keempat, yai­tu sis­ wa dapat mengkonstruk kognitif sen­ di­ri. Seorang guru matemati­ka le­bih ba­nyak menggunakan buku pela­jar­an sebagai acuan dalam belajar. Sebe­nar­ nya materi buku memang bersifat in­ for­ma­tif, bagi guru seharusnya memiliki kom­pe­ten­si untuk mengelola materi ter­se­but agar siswa dapat membangun kon­struk kognitifnya. Anak dari pasangan Hj. Nurjanah Soe­ mi­yati dan H. Soediroatmodjo, BBA., ini

di­la­hir­kan pada 17 April 1949. Saat ini, su­a­mi dari Sri Yuniati, S.Pd., telah dika­ ru­ni­ai tiga anak dan seorang cucu, yakni, Nur­asih Hery Putranti, ST., Nursetyadi He­ry Putranto, ST., Nurfitriadi Hery Pu­tran­to, dan seorang cucu Dhirendra Abi­sat­ya Arundaya. Pada 1981, dosen FMIPA ini meraih ge­lar Sarjana Pendidikan Ilmu Pasti di FP­MIPA IKIP Yogyakarta; dan pada 1985, ia sukses me­nge­nyam pendidikan S2 di IKIP Ja­kar­ta, sementa­ra itu, pada 2002, ia telah berhasil menyele­sai­­kan pendidikan doktoralnya pada bi­dang Il­mu Teknologi Pendidikan di Pro­gram Pas­ca­sarjana Universitas Ne­ge­ri Ja­kar­ ta (UNJ). AHMAD Natsir EP dan Witono Nugroho

STUDI BANDING

Untuk meningkatkan kualitas layanan akademik, Rombongan Pejabat Jajaran Akademik Universitas Ageng Tirtayasa Banten mengadakan Studi Banding ke UNY, Kamis (18/12). Rombongan yang ber­jumlah 8 orang di pimpin oleh Pem­ ban­tu Rektor I, Drs. HM. Syadeli Hanafi, M.Pd., diterima di Ruang Sidang RKU UNY oleh Kepala Biro Administrasi Aka­ de­mik Kemahasiswaan dan Perencanaan Sistem Informasi (BAAKPSI ), Dra. Hj. Budi Hestri Hutami di dampingi Drs. Setyo Budi Takarina Kabag. Perencanaan dan Sistem Informasi Universitas Negeri Yog­yakarta. Drs. HM. Syadeli Hanafi, M.Pd., Pembantu Rektor I Universitas Ageng Tirtayasa Banten dalam sambutannya mengatakan, “Kedatangan kami di UNY untuk melakukan studi banding. Sebagai universitas baru, kami ingin belajar bagai­ ma­na memberikan pelayananan akade­ mik yang prima. Karena pelayanan ad­­­mi­­nis­tra­si aka­demik merupakan inti pe­la­yan­an uni­ver­si­tas, sementara pe­la­ yan­an ad­mi­nis­tra­si lainnya merupakan

pe­la­yan­an pe­nun­jang. Jika pelayanan aka­de­mik ti­dak beres, maka sukar untuk men­ca­pai pilar pendidikan tinggi yang ber­mu­tu, relevan, dan mempu­nyai da­ya sa­ing,” ungkap Syadeli, alumnus IKIP Yog­ya­kar­ta (kini UNY) 1983 ini. Lebih lanjut, ia mengungkapkan bah­ wa kedatangan mereka sekaligus ingin be­la­jar ba­gai­ma­na memberi pelayanan, ter­u­ta­ma bagi mahasiswa, berbasis In­ for­ma­tion and Communication Technolo­ gy (ICT), yang telah berhasil dilakukan UNY. “Sekaligus, kami ingin menamba il­mu tentang sistem penerimaan maha­ sis­wa baru UNY,” tambahnya. Kepala Biro AAKPSI UNY, Dra. Hj. Budi Hes­tri Hutami, mengatakan, “Me­ mang pe­la­yananan akademik di Pergu­ ru­an Ting­­gi pa­ling vital untuk ma­ha­­sis­ wa. Di UNY sistem ICT dilakukan seca­ra ber­­si­­ner­­gi. Untuk pengembangan soft­­­ ware ma­u­pun keperluan hardware ber­­a­­ da sepenuhnya di Pusat Kom­pu­­ter (Puskom), lalu sistem informasi yang a­kan meng­o­lah data-data, yang telah dikem­­ bang­kan Puskom itu diserahkan ke Sub-

Ahmad Natsir/PEwara Dinamika

UNIVERSITAS AGENG TIRTAYASA BANTEN STUDI BANDING DI UNY bag. Sistem Informasi Pengguna Bagian Pen­di­dik­an dan Kerjasama, Regestrasi dan Pen­di­dik­an dan Evaulasi untuk diolah dan ditampilkan sebagai laporan. Dalam forum tersebut, dialog antara kedua universitas ini berlangsung secara santai dan ramah. Baik UNY maupun Universitas Ageng Tirtayasa Banten saling memahami perbedaannya, terutama dalam hal-hal teknis, perangkat kom­ po­nen, dan sarana prasarana. Setelah dia­log antarpejabat ini, mereka saling tukar me­nu­kar cenderamata. Setelah itu, rombongan pejabat diantar keliling melihat lang­sung ak­tivitas kerja di lingkungan kan­tor BAAKPSI selanjutnya ke Puskom UNY. Pada acara tersebut hadir juga Kasu­ bag. Pendidikan & Evaulasi, Kasubag. Re­ ges­trasi, Kasubag. Kerjasama, Sekretaris Pus­kom di lingkungan UNY. AHMAD Natsir EP

P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009

33


berita Upacara Wisuda

TINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ASING DAN TEKNOLOGI INFORMASI Untuk menjaga ke-uptodate-an ilmu pa­da Pro­gram studi Pendidikan Sejarah, yang te­lah dipelajari, kiranya setiap lu­ de­ngan IPK 3,69 berasal dari SMAN I lus­an perlu terus meningkatkan ke­mam­ Cawas, Klaten. Lebih lanjut dikatakan Rochmat, An­ pu­an berbahasa asing dan keterampilan da se­ka­rang adalah generasi yang sung­ meng­gunakan serta memanfaatkan fasi­ li­tas teknologi informasi. Kita sadar bah­ guh ber­a­da pada era reformasi dan ber­ wa di era pengetahuan, setiap individu a­da dalam perubahan. Pada era ini di­tun­tut untuk memiliki kecakapan dan perubahan di se­mua sek­tor kehidupan pe­nge­tahuan yang mampu membantu terus ber­lang­sung. Kondisi yang te­ da­lam menghadapi setiap persoalan ke­hi­ rus ber­u­bah, membuat kita memiliki dup­an yang secara fitrah terus beru­bah ke­mam­pu­an ad­just­ment yang sangat dan berkembang. Demikian di­ka­ta­ kan penjabat Rektor UNY, Dr. Rochmat Wa­hab,MA., dalam sam­­but­­an­nya pada aca­ra Wi­su­da Lu­lus­ an S3, S2, S1, dan S0 UNY pe­ri­o­de 2324 De­­­sem­­ber 2008 di Au­di­torium UNY. Wi­­­su­­da pe­riode De­ sem­ber 2008 di­­i­ku­­ti 1088 orang de­ng­an Ahmad Natsir/PEwara Dinamika rin­ci­an S3 = 2 orang; S2 (88), S1 non­ ting­gi ter­ha­dap perubahan global, ter­ ke­pen­di­dik­an (210), S1 ke­pen­di­dik­an ma­suk kri­sis ekonomi dunia yang ter­ja­ (523), Diploma Non­ke­pen­di­dik­an (240) di pa­da ta­hun 2008. ”Kini saatnya, setiap bangsa yang ti­ dan Diploma Ke­pen­di­dik­an (25). Ji­ka ber­ da­sar­kan unit pe­lak­sa­nan pendidikan, dak dibatasi oleh dinding-dinding teri­ ma­ka PPs me­lu­lus­kan se­ba­nyak 90 to­rial sebuah negara, semuanya ber­a­da orang, FMIPA (161); FT (261); FIP (83); pa­da jaringan globalisasi perlu mening­ FBS (170); FISE (230); dan FIK (93). Se­ba­ katkan keunggulan kompetitif bagi se­ nyak 87 orang yang memperoleh pre­di­ ti­ap lulusan Perguruan Tingginya, agar kat De­ngan Pujian (Cum Laude), yang bi­sa hidup eksis dan produktif di te­ngahter­se­bar di antaranya, PPs = 16 orang, te­ngah percaturan dunia yang se­ma­kin FMI­PA (11); FT (18); FIP ( 7); FBS (6); FI­ ter­bu­ka. Kendati pun tidak sedikit di an­ SE (29); dan FIK (0). Di samping ada dua ta­ra kita, baik yang ada di dalam negeri, (2) orang yang lulus dan diwisuda un­ ma­u­pun di luar negeri berusaha keras tuk jen­­­jang pen­di­dik­an S3 (doktor). me­no­lak kehadiran arus globalisasi, pa­ Lu­­lus­­­­­­an ter­mu­da adalah Triani, yang la­ da­hal ji­ka direnungi dengan benar, bah­ hir pa­­da 19 Desember 1987 atau ber­u­ wa globalisasi merupakan suatu fitrah, sia 21 ta­hun, pada program studi Pen­ bukan sesuatu yang baru,” tuturnya. Oleh ka­re­na itu, sa­ngat di­per­lu­kan di­­dik­­an Fisika, yang berasal dari SMAN I Can­di­mul­yo, Magelang. Sedangkan lu­ kom­pe­ten­­si profesional, di sam­ping lu­s­­an ter­­ce­pat yakni Sdr. Sri Mawanto me­mi­li­ki kom­pe­­ten­si dasar, yang ter­di­ 34

Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9

ri atas self ma­na­­ge­ment skills, com­mu­ni­ ca­ting skills, abi­li­ty to manage people and tasks, and abi­li­ty to manage change and in­no­va­tion. Rochmat menambahkan, se­ te­lah mem­per­ha­ti­kan faktor eksternal dan in­ter­nal tersebut, kiranya kita harus ikh­las, bah­kan seharusnya optimis un­ tuk meng­­ha­­da­­pi setiap tantangan. Wisuda yang berlangsung pada akhir 2008 ini menandai dan meneguhkan bah­wa di antara saudara telah terlibat lang­sung atau tidak langsung akan ke­ber­ ha­sil­an UNY untuk menghadirkan Pre­si­ den RI dalam rangka pe­res­mi­an GOR dan la­­­­­­­pang­an bola/atletik yang bertaraf in­ter­na­ si­o­nal, menghadirkan Sri Sultan Ha­meng­ku­ bo­wo­no dalam rangka me­res­mi­kan Mu­se­um Pendidikan Indonesia, peng­o­lah­an sampah (nabati), dan in­dus­tri bo­la. Demikian juga dicapainya se­jum­lah prestasi akademik, misalnya de­bat ba­ha­ sa Inggris, prestasi olahraga (mi­sal­nya si­lat, panahan, atletik pada ting­kat in­ ter­na­si­o­nal) dan prestasi seni (pa­du­an su­a­ra juara nasional, pentas se­ni Ra­ma­ ya­na di Burafa University, Thai­land), ser­ ta sejumlah forum ilmiah internasional yang diselenggarakan oleh mahasiswa atau dosen. Juga dimulainya ESQ untuk mahasiswa baru, di samping program pe­nge­nalan kampus lainnya, sejumlah 35 mahasiswa PPs yang men­da­patkan sandwich program se­la­ma 4 bu­lan. Demi­ kian juga cukup ba­nyak do­sen yang memperoleh kesempatan studi untuk program degree dan non degree di luar negeri yang mampu mendukung ke­si­ ap­an UNY menuju WCU. Witono nugroho


berita K i l as

OLAH RAGA

DEKAN FIK UNY TERPILIH KETUA UMUM PENGPROP PRSI DIY

dokumen FIK

Sekretaris Jenderal (Sekjend) Pengu­ rus Besar Persatuan Renang Seluruh In­­do­­ne­sia (PB PRSI), Ade Kadiman, me­ wa­ki­li Ke­­tua Umum PRSI Purnomo Yus­gi­ an­­to­­ro, melantik secara resmi Peng­u­rus Pro­pin­si (Pengprop) PRSI DIY di Kom­plek Ko­lam Re­nang Fakultas Il­mu Ke­o­lah­ra­ga­ an Universitas Negeri Yogyakarta (FIK U­NY). Da­lam pelantikan ini, Ade me­min­ ta ma­af karena Ketua Umum PB PRSI, Pur­­no­­mo, tidak dapat hadir ka­re­na ke­ gi­­at­­an ini bersamaan dengan tu­gas se­ ba­­gai Menteri Negara ESDM RI. Sumaryanto, yang juga Dekan FIK UNY terpilih sebagai Ketua Umum, di dampingi Moch.Slamet (Sebagai Ketua I), Sugiyanto (Ketua II), dan Dapan (Ke­ tua III), sedangkan jabatan Sekretaris di­ pe­gang Heru Wiryono, dan Ermawan se­ ba­gai Wakil Sekretaris. Dalam sambutannya, Ade Kadiman mem­be­ri­kan acungan jempol kepada peng­u­rus yang baru dilantik, yang dinilai­nya cukup profesional, karena sebagian pengurus terutama pegurus inti sudah la­ma berkecimpung dalam dunia re­nang di DIY. Sehingga, kepe­ ngu­rusan ini le­bih me­mi­li­ki nilai ju­ al di mata pu­b­lik. ”Karena olah ra­ga ini be­lum ter­la­lu tersohor, seperti hal­­­­­­­ nya olah­ra­ga sepakbola, maka sa­ya ber­ha­rap agar pengurus da­pat le­bih mengenalkan olah­­­­ra­ga re­nang ke pub­ lik di da­e­rah khu­­­sus­nya Yogyakarta, se­ hing­­ga da­pat memunculkan atlet-at­let pen­da­tang baru dari olahraga re­nang.” Se­la­in itu, pengurus yang seka­rang ini, lanjutnya, diharapkan lebih ber­o­ri­en­ta­­ si meng­a­da­kan event-event dan ba­nyak ke­ju­a­ra­an renang baik tingkat na­si­o­nal ma­u­pun regional. Apalagi DIY mem­pu­ nyai potensi yang sangat besar untuk meng­or­bitkan calon-calon perenang handal yang dapat mengharumkan nama In­do­nesia dan Yogyakarta. ahmad Natsir EP

Isori, Berkarya dari Hal Sederhana Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Ne­ geri Yogyakarta (FIK UNY), sebagai lembaga in­duk fasilitasinya berdirinya ISORI (Ikatan Sar­jana Olahraga Indonesia) di Yogyakarta meng­gelar rapat bersama seluruh anggota, men­jelang berakhirnya kepengurusan lama. Se­ba­nyak 43 dari 49 calon pengurus hadir di ruang Sidang Utama FIK (21/1) untuk mem­be­rikan sumbang saran pada rapat konsolidasi calon pengurus ISORI Daerah Is­ti­me­wa Yogyakarta (DIY) periode 2009 – 2013. “Saya ingin ISORI dapat meningkatkan kesejahteraan untuk orang yang ter­ libat di dalamnya. FIK sudah memutuskan mulai tahun 2009 semua mahasiswa yang lulus membayar Rp.150.000,- sebagai uang pangkal dan iuran wajib ma­ suk keanggotaan. Nantinya, uang tersebut juga akan dipergunakan untuk pe­ ngem­bangan ISORI secara bersama-sama, termasuk di dalamnya berbagai fa­ si­litas pendukung.,” harap Ketua Umum ISORI 2009 – 2013, sekaligus Dekan FIK, Sumaryanto, M.Kes, saat memipin rapat di kampus FIK. ratnae

Open House Proram Studi Tata Rias FT UNY Bertempat di halaman Fakultas Teknik (FT) UNY, Kamis, (22/1), mahasiswa se­ mes­­ter ganjil, jurusan Teknik Boga dan Busana (FTBB), mengadakan kegiatan Open House (OH) untuk kali pertama. Kegiatan tersebut juga menghadirkan ber­­ bagai macam perlombaan bagi perserta umum diantaranya Make up animal, pe­motretran model lewat HP maupun kamera. Triyanto, MA., dosen pengampu mata kuliah Dekorasi Rias FT, menuturkan bah­wa kegiatan ini dilakukan se­­­rang­kaian dengan adanya ujian mata kuliah de­korasi rias. “Jadi dibuat sekalian dalam kegiatan OH biar sedikit meriah.” Da­lam mata ujian pun kami menyarankan pada mahasiswa untuk sekalian mem­bantu mempromosikan program studi baru yaitu Tata Rias. Untuk itu, lan­jutnya, kami membuat display busana daerah, display makanan, serta tata ri­as pengantin ala Jogja – Solo. TATA IRAWAN

Jurdik Bahasa Jerman UAS di Pulau Dewata Ujian akhir semester (UAS) mata kuliah Freier Vortrag II mahasiswa semester tujuh jurusan Pendidikan (jurdik) Bahasa Jerman FBS UNY di adakan di Bali. Berangkat dari Gedung Rektorat UNY, Kamis (22/1) dan akan tiba kembali di kampus pada 26 /1-2009. Pimpinan rombongan, Su­lis Triyono yang juga merupakan dosen pengampu mata kuliah pemanduan ter­se­but, menjelaskan mata kuliah ini merupakan mata kuliah yang bersifat KKL (Kuliah Kerja Lapangan) yang terkait dengan objek wisata. Mata kuliah Freier Vortrag II ini berisi materi objek wisata di luar DIY. Masih menurut Sulis, tujuan mata kuliah ini adalah memberikan wawasan, pe­ nge­tahuan, dan keterampilan kepada mahasiswa tentang pemanduan wisata da­lam bahasa Jerman untuk turis asing berbahasa Jerman. Pada saat ujian, mahasiswa menerapkan pengetahuan dan keterampilan pemanduan wisata dalam bahasa Jerman baik di dalam bus selama perjalanan menuju ke Bali maupun di objek-objek wisata di pulau Bali. ld

P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009

35


opini

TRIPLE QUETION METHOD: ALTERNATIF MEWUJUDKAN PEMIMPIN CERDAS DAN VISIONER O l e h Reni nuryanti

S

eorang pemimpin adalah aktor yang tak hanya berhubungan dengan sutradara dan skenario sebagai pengendali peran— lebih detil ia berhubungan dengan pemain lain yang tidak bisa tidak adalah penentu keber­ hasilan perannya. Dialah yang dinamakan rakyat dalam konteks yang sesungguhnya. Mau dibawa ke mana rakyat, bangsa, dan negara bergantung pa­da kecakapan pemimpin dalam mengelola dan meng­organisasikannya. A. Pengantar Ada satu pernyataan menarik: “Jatuh bangun­ nya sebuah negara terletak pada kekuatan pemim­ pin”. Menarik, pun menggelitik pernyataan pen­ dek itu. Sederhana, tetapi cukup mengena. A­pa­la­gi di­ka­it­kan dengan kondisi bangsa In­do­ ne­sia sa­at ini, agaknya tidak salah kalau mun­cul sa­tu te­sis baru, “Indonesia lemah karena mis­kin pe­mim­pin yang kuat”. Pas dengan perta­nyaan Ha­bi­bie (pa­da 21 Mei 1998): “Apakah Indonesia ti­dak me­mi­li­ki bu­da­ya kepemimpinan, sehingga be­lum bi­sa me­nye­leng­ga­ra­kan transisi kepemim­ pin­an yang mu­lus?” Pertanyaan yang belum terjawab ini ter­i­ris kem­ba­li oleh Tanri Abeng yang me­nga­ta­kan, “Mimpi Indonesia mempunyai pem­ impin yang ku­at.” Pernyataan demi pernyataan orang-orang pen­ting di negeri ini seolah ikut mewarnai de-

Pada umumnya, manusia baru memanfaatkan 3% dari 10% kemampuan otaknya. Seandainya kita menggunakan 6% saja dari kuantitas yang ada, sudah pasti akan lebih jenius dari Einstein. 36

Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9

rita bangsa. Kapankah Indonesia yang dulu di­ per­ju­ang­kan dengan segenap pengorbanan jiwa-ra­ga ini bangkit berlari mengejar negara lain yang telah mapan dengan kendali ‘sopir’ yang ma­tang, cerdas, dan visioner? Akankah cu­ma mim­pi dan akan dijumpai di alam kubur la­yak­nya lam­bang negara kita, Padi dan Kapas yang se­ka­rang dikonotasikan dengan kalimat “Ke­a­dil­an di alam kubur”? Dari sanalah perlunya refleksi. Berkeluh ke­ sah, hanya mencela, itu tak cukup. Yang harus dilakukan, bagaimana memberikan sum­­bang­­ sih bagi bangsa sekecil apa pun ke­mam­pu­an ki­­ta mi­li­ki. Sejak dini, wujudkan pa­ra pe­mim­ pin yang cer­das dan visioner—pe­mim­pin tak akan ter­wu­jud de­ngan tiba-tiba, butuh pro­ses —yang men­ja­di sang­gaan dan tanggung ja­wab ber­sa­ma. Lom­pat­an demi lompatan yang men­ co­ba me­nam­pil­kan wajah baru pemimpin In­do­ ne­­sia su­dah sa­at­nya dimunculkan. Satu yang dikemukakan dalam tulisan ini ada­lah bagaimana mewujudkan pemimpin yang cerdas dan visioner dengan pendekatan neorosains melalui tiga kecerdasan otak: IQ (In­ telectual Quotion), EQ (Emotional Quotion), dan SQ (Spiritual Quotion), diistilahkan Triple Quo­ tion Method (TQM). Dunia yang berkembang saat ini tidak hanya menuntut persaingan intelektual, tetapi juga perang pemikiran atau ideologi. Oleh karena itu, perlunya menggabungkan tiga kekuatan otak sebagai manifestasi kekuatan jangka panjang. Banyak pernyataan, termasuk salah satunya penemu Kecerdasan Emotional (IQ), Daniel Goleman, mengatakan, kesuksesan seseorang hanya ditunjang 20% kemampuan IQ, lainnya EQ dan SQ. Lebih ekstrim, pengembang ESQ di Indonesia, Ari Ginanajar Agustian, mengatakan, IQ hanya menunjang 6-20% bagi kesuksesan manusia. Ungkapan menggelitik Hernowo, Direktur Mizan, patut direnungkan. Ia mengatakan,“Pada umumnya, manusia baru memanfaatkan 3% dari 10% kemampuan otaknya. Seandainya kita meng­


opini gunakan 6% saja dari kuantitas yang ada, su­ dah pasti akan lebih jenius dari Einstein. Sayang­ nya, kita masih gamang menggunakan kekuatan otak kita, sehingga selalu berada dalam kondisi yang minimal.” B. Triple Quetion Method; Sebuah Penjabaran Singkat Sebenarnya model TQM tidak terlalu asing di telinga. Metode ini, seperti dikatakan Ari Ginanjar, “Menggabungkan kekuatan IQ, EQ, dan SQ” atau meminjam model Dr. Taufik Pasiak yang ter­ kenal dengan Revolusi Kecerdasan Berbasis Neu­ rosains dan Al Quran. Tiga kekuatan itu akan dicobauraikan dari as­pek psikologi yang akan menjadi fondasi ke­ pe­mimpinan. Pertanyaan yang muncul: menga­ pa digabungkan, relevansinya dengan dunia ke­ pe­mimpinan? IQ. Awalnya, kecerdasan ini menjadi tolok ukur perkembangan penduduk suatu bangsa. Semakin tinggi skor IQ, semakin bangga. Psi­ko­ log berkebangsaan Prancis, Alfred Binet, pada 1905 menyusun tes kecerdasan terstandar un­ tuk pertama kalinya. Kecerdasan itu pada da­sar­ nya hanya mengukur kekuatan mental dengan perbandingan usia. Artinya, pada standar usia yang muda, IQ seseorang akan lebih mudah diukur, berikut penentuan kematangan mentalnya. Oleh karena itu, umumnya IQ dilakukan sejak SD. Tes dilakukan dalam konteks yang lebih sederhana, meningkat ke kompleks di SL. EQ. Dipopulerkan pertama kali oleh Daniel Go­le­man. Ia mencoba menyajikan tesis baru atas ke­ga­gal­an IQ secara otonom. Dicontohkan, Jer­man se­ba­gai negara dengan tingkat IQ ter­ ting­gi di dunia, berbanding lurus dengan keja­ hat­an paling kejam di dunia pula. Inikah yang di­na­ma­kan ke­cer­das­an yang sesungguhnya? Gole­man berpikir. Melalui penelitian dan pere­ nung­an yang lama, terciptalah EQ. Esensi dari ke­cer­das­an ini adalah manusia tak hanya butuh ke­cer­das­an yang berstandar intelektual sema­ta —lebih jauh ia harus punya kekuatan batin dan hati dalam usaha mengelola emosi dan mem­ba­ ngun relasi positif. SQ. Danah Zohar pertama kali mempopuler­ kan SQ. Pada 1932 ia mengadakan riset. Apa yang ditulis Zohar melahirkan karya yang cu­ kup monumental, 7 Habits (ditulis Stephen Covey). Inti SQ adalah bagaimana manusia mencoba me­maknai apa yang dikerjakan dan dihasilkan. Dengan demikian, akan terwujud sebuah em-

pati yang beralas pada titik pribadi manusia se­ ba­gai makhluk ciptaan. Dalam konteks Islam, inilah yang kemudian disebut titik kulminasi Tuhan (istilah filsafat). Manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, Tuhan yang menentukan. Dengan demikian, ma­ naka­la mencapai kesuksesan tidak takabur, ke­ga­gal­an dimaknai cobaan dan pelajaran. De­ mi­ki­an mudahnya memahami SQ. Dalam teori ne­su­ro­sains yang dikatakan oleh Dr. Taufik Pasiak — betapa hebatnya kekuatan SQ, sampai dikatakan, dalam belahan otak ia menempati pa­da bagian God Spot (titik Tuhan). “Luar bia­ sa, ba­gi yang bersih hatinya, maka God Spot ini akan ke­li­hatan bersinar.” repro kalam/pewara

C. TQM: Alternatif Mewujudkan Pemimpin Cerdas dan Visioner a. Tiga Kejahatan Akademik: Tidak Membaca, Me­nulis, dan Bicara Pertanyaan yang layak diajukan, bagaimana mewujudkan kepemimpinan yang cerdas dan visioner dengan kekuatan IQ, EQ, dan SQ. Satu hal yang perlu dipahami, IQ merupakan fondasi awal dalam menentukan kecerdasan seseorang walaupun bukan ukuran mutlak. Dalam jiwa seorang pemimpin, kecerdasan ini mutlak diperlukan. Seorang pemimpin membutuhkan kepekaan matematis dan kekuatan logika yang tinggi. *Tulisan pertama dari dua tulisan reni nuryanti Alumni Universitas Negeri Yogyakarta

P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009

37


opini Mengapa Perpustakaan Berlangganan Jurnal Elektronik? O l e h S ukarjono, S . S o s .

K

Pendahuluan emajuan IPTEKS membawa dampak yang begitu besar terhadap berbagai bidang kehidupan, tak terkecuali perpustakaan. Seiring dengan perkembangan zaman, perpustakaan harus mamu meng­an­ti­si­pa­si berbagai kebutuhan informasi pa­ra peng­gu­na­nya. Perpustakaan tidak cukup mem­be­ri­kan la­yan­an yang sama dari tahun ke ta­hun, te­ta­pi ha­rus me­nye­su­ai­kan diri dengan per­u­bah­an kebutuhan para penggunanya. Kalau tidak, perpustakaan akan ditinggalkan peng­ gu­na­nya. Untuk itu, perpustakaan harus mereposisi pe­ran dan fung­sinya dalam memenuhi ke­bu­tuh­an in­for­ma­si para pengguna. Adanya kemajuan di bidang teknologi informasi (TI), jarak, ruang, dan waktu seperti tidak ada batasan. Hal itu telah mengubah pola peri­ la­ku peng­gu­na perpustakaan dalam mencari in­­for­­ma­si. Peng­gu­na meng­i­ngin­kan informa­si ter­ki­ni, ti­dak pe­du­li in­for­ma­si tersebut ber­a­­sal da­­ri ma­na, yang penting ada dan bisa di­per­o­leh de­ng­an ce­pat. Pengguna tidak mau la­gi pen­ca­ ri­an in­for­ma­si­nya terganggu hanya ka­re­na per­ pus­ta­ka­an te­lah tutup. Haruskah perpustakaan selalu siap setiap saat? Haruskah perpustakaan buka selama 24 jam sehari? Itu di antara alternatif yang ada, atau mungkin dengan wacana baru (memanfa­ at­kan fa­sil­itas internet, misalnya). Dengan de­ mi­kian, mau tidak mau perpustakaan harus mam­pu me­na­ta diri untuk memasuki jaringan in­ter­net. De­nga­n sarana tersebut perpustakaan

Dibandingkan dengan jurnal tercetak, jurnal elektronik memiliki kelebihan, di antaranya dari segi kemutakhiran. 38

Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9

dapat selalu hadir di hadapan para penggunanya, juga karena di sanalah sumber informasi da­ri se­lu­ruh dunia berada. Salah satu sumber in­for­ma­si di internet untuk pengembang­an la­ yan­an per­pus­ta­ka­an adalah jurnal elektronik (on line). Kelebihan Jurnal Elektronik Jurnal elektronik adalah terbitan serial, seper­ ti halnya jurnal dalam bentuk tercetak, tetapi da­lam format elektronik. Itu biasanya terdiri atas tiga format: text, text dan grafik, serta full image (dalam format PDF). Di­ban­dingkan deng­ an jurnal tercetak, jurnal elektronik memiliki ke­ le­bihan, di antaranya dari segi kemutakhiran. Jur­nal elektronik seringkali sudah dapat diakses se­be­lum jurnal format tercetak diterbitkan, sehingga dalam hal kecepatan, penerimaan informasi jauh lebih menguntungkan. Jurnal elektronik juga lebih efisien dalam hal tempat karena tidak memerlukan ruangan yang luas untuk penyimpanannnya. Waktu pemanfaatan tidak dibatasi oleh jam layanan perpusta­ ka­an karena dapat diakses secara online melalui ja­ring­an internet. Juga tidak perlu antri untuk ber­gan­tian sebagaimana jurnal tercetak karena dapat diakses secara simultan oleh banyak peng­guna, satu informasi dapat diakses secara bersamaan oleh banyak pengguna. Selain itu, un­tuk mempercepat akses telah tersedia fasili­ tas penelusuran (indeks). Konsep Baru Perpustakaan Konsep perpustakaan seiring dengan kemaju­ an TI memang telah mengalami pergeseran. Da­ ri “penjaga pengetahuan” menjadi penyedia ja­sa in­formasi. Dulu hanya satu jenis media, se­ ka­rang menjadi multi media. Besarnya koleksi sem­pat menjadi tolok ukur eksistensi perpusta­ ka­an. Tetapi, kini akses ke berbagai sumber informasilah yang menjadi tolok ukur eksistensi ser­ta keberhasilan layanan perpustakaan. Supaya tetap digunakan masyarakat, perpus­ takaan harus beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Semakin kita menjauhi perubah­


opini an, semakin tertinggallah perpustakaan kita dan semakin sulit nantinya mengejar ketinggal­ an tersebut. Tuntutan Pengguna Dosen-dosen yang sedang melanjutkan studi (S-2, S-3) sangat memerlukan jurnal-jurnal yang mutakhir untuk keperluan tugas-tugasnya, tesis, dan disertasinya, agar penyelesaian tugasnya tepat waktu. Salah satu kendala yang sering di­ha­dapi adalah ketiadaan jurnal-jurnal mutakhir untuk pengerjaan tugas. Hal itu berakibat mundurnya lama belajar mereka, akan beraki­ bat pula pada membengkaknya biaya universi­ tas untuk pendidikan mereka. Bagi staf pengajar yang melanjutkan studi di per­guruan tinggi yang tersedia fasilitas jurnal on-line, tentu tidak menjadi masalah, bahkan da­­ pat berbagi pengalaman untuk pengembang­an perpustakaan yang ada di universitas kita. Berbeda dengan mereka yang melanjutkan studi di perguruan tinggi yang tidak tersedia fasilitas itu, tentu akan menghambat proses belajar­­nya.­ Untunglah saat ini UNY telah berlang­ganan jur­ nal on line, sehingga tidak peduli studi di mana pun, kebutuhan informasi akan selalu terpenuhi, pada akhirnya akan mempercepat pe­­nye­le­saian studinya. Cara Mengakses Jurnal Elektronik UNY melanggan jurnal elektronik dari Pro­ Quest, memuat tidak kurang dari 700 judul jurnal internasional bidang kependidikan. Ada dua pilihan dalam mengakses jurnal elektronik: per­ tama, untuk mengakses informasi yang sudah di-download, kedua, dapat diakses melalui alamat http://www.proquest.com/pqdweb. Cara pertama, akses jurnal elektronik yang su­dah di-download dapat dilakukan melalui se­lu­ ruh jaringan LAN yang ada di lingkungan Kampus UNY. Informasi pertama dalam tampilan adalah judul-judul jurnal yang sudah di-down­ load. Judul tersebut akan memberikan informa­ si tentang volume dan nomor (edisi) yang telah di-download. Berikutnya, nomor tersebut akan memberikan informasi full text yang tersa­ ji dalam format PDF. Cara kedua, akses melalui internet. Setelah masuk ke situs proquest, kita akan diminta mengisi Account Name dan Password. Sebagai in­formasi bagi para pengguna, Account Name dan Password dapat ditanyakan di Perpustakan (Pu­­sat) UNY. Selanjutnya, tinggal menuliskan in­

repro kalam/pewara

for­masi yang diinginkan. Konsep Baru Perpustakaan Sekitar dua atau tiga tahun lalu betapa sulitnya masyarakat akademik UNY menemukan lite­ ratur yang bersumber dari jurnal internasional. Kalaupun ada, jumlahnya tidak le­bih dari jumlah jari dua tangan. Belum lagi ber­bi­ca­ra masalah edisi, yang terbaru adalah edi­si sa­tu tahun yang lalu. Kondisi ini terjadi ka­­rena saat itu perpustakaan tidak bisa melang­gan­ deng­an alas­an administrasi pertanggungja­waban. Akhirnya, perpustakaan membeli ju­dul-judul jur­nal tahun lalu yang sudah lengkap nomor­nya. Begitu banyak informasi dapat diperoleh me­ lalui internet, bahkan sering kita kebingungan memilihnya. Karena itulah, agar akses kita terhadap informasi yang kita inginkan lebih mudah, perpustakaan melanggan jurnal elektronik (wa­laupun baru satu bidang). Perlu kiranya disadari bahwa saat ini perpustakaan jelas belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan informasi, tetapi kebijakan yang diambil oleh pimpinan universitas berkaitan dengan jurnal elektronik yang dikelola perpustakaan adalah langkah awal yang diharapkan akan menyusul langkahlang­kah berikutnya, yakni melanggan bidangbi­dang yang lain. Semoga!

Sukarjono, S.Sos. Pustakawan UNY

P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009

39


resensi buku

Memenangkan Beasiswa, Memenangkan Gengsi O l e h tusti H andayani

B

erburu beasiswa luar negeri di dunia maya, itu perkara mudah. Tinggal ketik di search en­ gine dengan kata ‘scholarship’, ‘study grant’, atau beasiswa, pastilah sederet situs penyedia beasiswa akan ber­munculan. Tapi, menjadikan mimpi kuliah gratis di luar negeri menjadi nyata, bukanlah barang gampang. Te­pat­ nya gampang-gampang susah! Se­lain rawan penipuan penyedia beasiswa di situs-situs dunia maya, serentetan persyaratan wajib siap menanti di daftar tunggu. Mulai dari penguasa­an bahasa asing yang lebih dari sekedar­nya, kemampuan akademik, serta berbagai dokumen. Be­­lum lagi ketika harus menghadapi ra­tusan saingan, bahkan ribuan un­tuk mem­pe­re­but­kan beasiswa. Buku karya Dina Mardiana, alumnus Sas­tra Perancis Universitas Indonesia ini, mencoba mengurai simpul dalam memenangkan sebuah beasiswa. Penulis meng­a­walinya dengan standar umum beasiswa, selanjutnya ia mene­ gaskankan agar kita yang mempu­nyai nilai pas-pasan tidak khawatir. Keaktifan da­lam perkuliahan, orga­ni­sasi, sekolah, seperti aktivis BEM, UKM, OSIS LSM, Karang Taruna, dsb. memiliki nilai tambah da­lam pe­ni­lai­an beasiswa. Sikap hati-hati alias tidak ceroboh juga harus menjadi perhatian dalam mendapatkan beasiswa. Sikap ini dapat ditunjukkan dengan mematuhi segala peraturan, misalnya siswa/mahasiswa tersebut sedang tidak memperoleh dua atau lebih beasiswa di waktu bersamaan, tanpa izin pemberi beasiswa. Karena hal ini dapat memungkinkan terjadinya pembatalan beasiswa. Bahkan, yang lebih parah lagi, 40

Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9

Kuliah Gratis ke Luar Negeri, Mau ? Oleh Dina Mardiana • PT Lingkar Pena Kreativa, Juli 2008 • 171 halaman

pemberi beasiswa akan memberikan cap buruk atau blacklist bagi negara asal penerima beasiswa. Dalam memenuhi persyaratan beasiswa, ada beberapa dokumen dan surat yang harus dipenuhi. Seperti surat rekomendasi, yang digunakan sebagai salah satu tolak ukur penilaian, selain nilai aka­­­demik yang diberikan oleh orang-orang yang berkompeten. Surat reko­­men­dasi dalam pengajuan aplikasi beasiswa, biasanya diminta dari dosen pembimbing, ataupun atasan langsung bagi yang sudah bekerja. Ini dapat dijadikan penilaian dan pertimbangan ba­­gi panitia beasiswa untuk menerima atau menolaknya. Selain surat reko­ mendasi, dokumen personal statement juga menjadi penting. Dokumen ini bisa menjadi ‘nilai jual’ pelamar beasiswa. Biasanya, personal statement atau per­ nya­taan pribadi merupakan pernyataan yang memberikan gambaran pribadi,

kegiatan, cita-cita, asa, dan usaha-usaha untuk mewujudkan cita-cita. Di sinilah tempat untuk menunjukkan segala kemampuan, sekaligus menjadi medan pertaruhan dengan peserta lain. Dalam buku ini, penulis juga memberikan contoh draft pembuatan surat rekomendasi dan personal statement, contoh pembuatan esai, proposal penelitian, dan CV berstandar internasional. Penulis yang mempunyai hobi berburu beasiswa ini, dengan piawai memberikan gambaran terperinci tentang proses persiapan hingga pasca mendapatkan beasiswa; mulai dari urusan visa, penginapan, komunitas mahasiswa hing­ga bagaimana berurusan dengan culture shock (gegar budaya), yaitu istilah psikologis untuk menggambarkan kecemasan dan stres akibat lingkungan sosial dan budaya yang berbeda. Tidak lupa, ia melam­pirkan berbagai daftar penyelenggara beasiswa, mulai dari Amerika Serikat, Australia, Eropa, dan Asia, komplit dengan detail persyaratan, waktu, nominal beasiswa, dan juga alamat lengkap penyedia beasiswa. Yang jelas membaca buku ringan ini jauh dari kesan menggurui. Ia telah memberikan oase kepada peminat beasiswa studi luar negeri. Bahkan, pembaca sama saja telah berguru langsung dari pengalaman penulis. Diselingi dengan data-data penunjang, menjadikan buku ini patut menjadi salah satu kolek­ si penghuni rak buku Anda. Selamat membaca dan selamat memenangkan beasiswa!

tusti Handayani, Am.D. Staf Humas UNY


bina rohani

Meneladani Rasul (lagi) O l e h M uhammad S afrodin

A

gama apapun di dunia ini pastilah dise­barkan dengan dakwah. Dengan cara yang berbeda namun tujuannya sama. Yak­ni, ingin mengajak umat untuk ikut aga­ma tersebut sebanyak mungkin. Ada yang memakai kekerasan, tipu melihat, hing­ga dengan kebaikan. Dalam Islam, ten­tu kita sepakat bahwa agama ini dise­ barluaskan dengan cara yang baik. Tak ada satu pun ayat Alquran yang membo­ lehkan pemaksaan terhadap ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW, apa­­lagi jika disertai kekerasan. Karena hal itu bertolak belakang dengan mi­si Is­lam yang pada dasarnya mengi­ngin­ kan per­ubahan kearah lebih baik. Keba­ ik­an tentu harus melalui jalan yang ba­ ik pula. Mereka yang tak setuju dengan Islam akan berpendapat sebaliknya. Islam ada­ lah identik dengan kekerasan, meng­ang­­ kat pedang, perang, dan sebagainya. Me­­re­­ka mengklaim bahwa Alquran meng­­ha­­lal­­kan peperangan de­mi agama. Me­mang be­nar bahwa beberapa ayat Al­ qur­an bercerita mengenai perang, akan te­tapi bukan berarti Islam harus­lah ber­ pe­rang. Kuat dugaan, adanya ang­­gap­ an se­per­ti itu disebabkan terla­lu sem­ pit­nya da­lam me­ma­hami teks tanpa di­ka­it­kan dengan konteks zaman dan pe­ la­jar­an se­sung­uh­nya yang bisa diambil da­ri ayat tersebut. Kondisi ini tentu membuat Islam semakin ditakuti. Terutama bagi mereka yang baru mengenal Islam atau bagi yang imannya lemah. Bisa jadi mereka ma­lah menjauhi dan tidak tertarik lagi dengan Diin al- Islam. Dalam hal ini me­re­ka akan mencari agama alterna­tif yang menurutnya lebih humanis dan flek­sibel. Cara berdakwah seperti ini ha­

nya akan memperkeruh citra Islam dan ga­gal guna membumikan ajaran Nabi Mu­hammad SAW. Pemaknaan keliru mengenai ayat-ayat perang dan semacamnya tak hanya meng­hinggapi kaum non-Islam tetapi ju­ga sebagian orang Islam sendiri. De­ ngan embel-embel Islam terkadang me­ re­ka menghalalkan darah kaum yang di­ ang­gapnya kafir. Dalam pandangannya orang kafir layak dimusnahkan dan bah­ kan bernilai jihad. Pada perkembangan­ nya kelompok ini sering disebut sebagai “teroris”. Di Indonesia, kelompok ini telah menghabiskan nyawa ratusan orang tak bersalah sebagaimana yang terjadi di Bali beberapa tahun silam. Saat ini para pelaku sudah tertangkap dan di­ek­­ se­ku­si, akan tetapi mereka sama se­ka­li tidak menyesal dengan perbuatan­nya. Mereka bersikukuh perbuatannya ada­ lah benar, jalan dakwah dan Islami. Benarkah Nabi Muhammad SAW sebagai satu-satunya suri teladan yang sempur-

na bagi kita, mengajarkan demikian? Ada kisah menarik yang patut diteladani dari Baginda Rasulullah SAW mengenai kearifan dakwah Islam. Suatu saat datang kepada Nabi lelaki yang ingin me­meluk Islam. Setelah mengucap dua kalimah Syahadat lelaki tersebut beru­ jar,”Ya Rasul, sesungguhnya hamba ini selalu berbuat dosa tetapi payah untuk meninggalkannnya.” Rasul pun menjawab, ”Maukah engkau berjanji untuk sang­gup berkata jujur?” Lelaki yang ke­ so­hor karena kejahatannya itu menyang­ gupi janji Rasul. Ia pun pulang. Singkat cerita, suatu saat lelaki tersebut hendak melakukan kejahatan. Akan tetapi di te­ ngah perjalanan ia ingat untuk selalu ber­kata jujur apa pun yang terjadi. Sampai akhirnya, ia urungkan niat berbuat ja­hat karena takut ketahuan sewaktu di­ta­nya Rasul mengenai perbuatannya. An­dai berbohong maka berarti ia telah meng­khianati janji Nabi. Lelaki itu hanya bisa berkata dalam hati betapa pesan se­derhana Rasul mengandung hikmah yang sangat agung. Dan akhirnya, ia men­jadi salah satu sahabat Nabi yang taat. Di sinilah kebesaran Islam. Islam bukanlah agama sangar yang membuat bu­lu kuduk berdiri. Islam adalah agama yang toleran, manusiawi, dan ramah. Dakwah bi al-Hikmah sebagaimana yang dicontohkan Nabi akan membuat Is­lam kian merasuk ke sanubari manusia mana pun. Persoalan akan lain jika dakwah Islam haruslah membom, me­ ru­sak kafe, memukul, membunuh dan se­ma­camnya. Wallahu a’lam.

Muhammad Safrodin Mahasiswa Jurusan KPI UIN Sunan Kalijaga

P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009

41


cerpen

Diary yang Tertinggal O l e h N ovita Purnaningsih “Tante…tante… kok belum nikah? Nisa keponakanku empat tahun bertanya pernikahan. Sensitif untukku. Apa boleh buat, anak kecil memang banyak ocehannya. Itulah Nisa, ke­po­na­kan­ku paling kecil. Dari empat bersaudara, aku yang belum menikah. “Tante, besok ‘kan dapat kado kalau nikah,” ucap Nisa. Yang lihat semua tertawa. Dasar anak kecil, pikirku. Aku mengambil buku bergambar beruang warna pink. Ter­ ke­jut, buku itu di meja. Perasaan, sudah kutaruh di gudang. Si­a­pa naruh di sini? Aku tidak tahu buku-buku berse­rakan di meja. Nisa yang sedang kugendong memintaku mengambilnya. “Tante lihat…ahh….” Nisa tak sabar mau lihat buku itu. “Nisa suka gambarnya?” tanyaku. Ragu kalau dikasihkan ka­rena buku itu diaryku delapan tahun lalu. Tepatnya aku ke­ las tiga SMA, pertama kali jatuh cinta, pertama kali pula aku dihadapkan pada sebuah pilihan. Aku tersenyum. Nisa hampir saja berhasil. Aku lekas meng­ alihkannya ke almari kaca. ”Yuk! Lihat Tante mengayuh sepe­ da?” Aku mendekat almari kaca. Kaki kiriku kuayuhkan dan kaki kananku kusembunyikan di samping almari yang tidak terlihat di kaca. Seakan-akan aku terlihat mengayuh dengan kedua kaki. “Nisa juga pingin, Tante,” dia melonjak-lonjak minta gendong lagi agar sampai. Mas Wibi, ayah Nisa, tiba-tiba mengangkatnya dari belakang. “Tante, Nisa mengayuh nih, boceng­ kan ayah,” pamer Nisa. Aku masuk kamar untuk meneruskan pekerjaanku yang tadi kutinggalkan karena Mas Wibi terima telepon. Nisa selalu begitu, menggangguku ketika orang sibuk sendiri-sendiri. Aku duduk di depan komputer sambil masih memegangi buku itu. Aku membuka lembar pertama. 7/5/1997. Dir, tahu? Aku lagi tepe-tepe dengan seseorang! Dia pinter, ganteng, apalagi ya? Pokoknya beda deh! Apa ini cin­ta? Ah, nggak! Jangan! Aku takut, Dir, jatuh cinta padanya! Ja­ngan­ kan padanya. Pada sebayaku aja aku tidak berani. Apalagi be­ da umur jauhhh! Dir, mohon kamu jangan mengira aku benarbe­nar jatuh cinta padanya. Aku nengok arloji. Jam lima sore. Sebentar lagi adzan. Aku se­gera bereskan serakan buku. Kubuat teh, tradisi keluargaku. Dulu bapakku yang membuat teh untuk semua anggota keluargaku. Pagi bapak juga membuatkan susu. Sekarang, aku ingin ganti layani mereka sebelum aku melayani suamiku. “Sis, umurmu sudah 26. Belum ada pacar atau sudah punya tapi disembunyikan?” Bapak membuka tutup gelas, masih panas, hanya nyeruput sedikit. 42

Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9

“Bapak rasakan dulu teh buatan Siska. Kalau enak berarti sudah pantas, tapi….” “Tapi, kalau masih pahit, belum pantas. Hubungannya?” “Ada. Bagaimana Siska melayani suami kalau melayani bapak-ibu saja masih kurang?” “Sudahlah, Pak, Siska belum ketemu jodoh, ’kan karena ki­ ta juga,” ibu ikut bicara. “Maksud Ibu?” bapak kaget. “Bapak ingat, Siska pernah dilamar?” Ibu mengingatkanku. Dulu pernah aku menantang orang itu karena takut pacaran. Orang itu nekat melamarku tiga hari kemudian. Kukatakan padanya, kalau memang jodoh, tanpa pacaran pun jadi. Tapi, kalau tidak jodoh, berapa pun lama pacaran, siasia, tetep tidak jodoh. “Ibu baca koran, ya?” aku menuding ibu termakan berita anak-anak SD di Klaten banyak yang sudah menikah karena su­dah dilamar. Mereka percaya kalau tidak langsung dinikah­ kan, anak bakal jauh dari jodoh. “Ibu aneh-aneh saja. Kalau semua kayak Ibu, wah … wah … bahaya,” bantah bapak. “Bahaya, Pak? Apanya?” “Ibu gimana? Sekarang jaman internet. Berita, mitos, le­gen­ daris dunia mudah diketahui, Bu. Apa kita mau percaya?” “Iya-iya, tapi siapa tahu aja benar.” Ibu tetap bertahan. “Itu terpulang anaknya. Sis, kamu masih berharap?” Bapak ka­lau tanya suka tanpa tedheng aling-aling. Aku sudah terbia­ sa. Tapi, untuk yang satu ini aku merasa berat. Ah, mungkin dia sudah punya istri. Jarak umur kami sepuluh tahun. Kalau aku 26, dia 36. Waktu melamarku saja usianya kira-kira 29 dan aku 19. Suara adzan terdengar. Mbak Tini, istri Mas Wibi, sudah mu­lai menghidupkan lampu-lampu dan menyiapkan sarungnya Mas Wibi dan bapak untuk shalat di masjid. Sore itu cepat berlalu. Sehabis Magrib, aku baca Al-Quran, su­rat An-Nisa, tentang keluarga, hak-hak suami-istri, dan ba­ nyak lagi. Mengulas perempuan, ayat demi ayat, sampai ad­ zan Isya. Kami shalat berjamaah di rumah. Waktu seperti inilah yang paling membuatku iri. Pasalnya, setelah shalat, Mas Wibi mencium dahi mbak Tini, bapak mencium dahi ibu. Aku kembali buka diary-ku. 8/5/97. Dir, makin hari aku makin suka tepe-tepe dengan dia. Ta­hu tidak? Tadi aku menyapanya. Dengan Assalamu’alaikum. Eh, tunggu, bukan dia aja yang kusalami, tapi semua yang ku­ jumpai. Tidak ada alasan dia untuk ge-er. Oh ya, aku takut dia ta­hu perasaanku. Kamu tahu kan, status kami beda. Dia guru dan aku muridnya.


cerpen 10/5/97. Dir, kenapa ya? Aku tidak suka pada bu Intan, gu­ ru Bahasa Jermanku. Dia ‘kan suka jalan ama pak Fuad, guru yang ehm…itu! Eih ngaco kamu, sorry kalau aku cemburu. Me­ nu­rut­mu benar tidak, pak Fuad pacaran ama bu Intan? Kena­ pa ya aku gelisah? “Tante…tante, Nisa tuh sebenernya kasihan ama Tante.” Tahu-tahu Nisa sudah di tempat tidurku. “Kok? Memangnya Tante kenapa?” tanyaku penasaran. “Habis, dari tadi tidak ada yang nemeni. Tante sendirian te­rus! Nisa nemeni ayah-bunda. Uti ama Yangkung. Gini Tante. Kasihan deh lu,” katanya sambil joget. Benar, dari tadi aku hanya bermain dengan sepenggal masa lalu. Itupun dalam buku yang hanya terbaca tidak tersentuh atau … ingin rasanya aku masuk buku itu dan mengubah segalanya, khu-

nah tukar pikiran tiga hari. Bertemu pertama kali dia ragu me­nya­paku. Dia ingin ngomong sesuatu. Dia nyuruh Emi, te­man­ku. Dasar Emi, malah nyuruh pak Fuad menyapaku langsung. 12/5/97. Dir, aku ingin sekali nembak pak Fuad. Kalau dito­ lak, aduh malu banget! Aku punya ide. Nembaknya pas lulusan. Ja­­di, kalau ditolak, nggak ketemu lagi, cerdas ‘kan? Tapi, kalau di­te­ri­ma? Aku tidak mau. Bukan tidak mau diterima cintaku. Aku tidak mau pacaran, yap…aku ge-er (siapa mau jadian ma aku). Bener, aku tidak mau pacaran. Bayangin, temenku yang du­lu selalu seneng, eh, punya pacar cemberut aja. Aneh ‘kan, tidak rasional ‘kan? Katanya “Itulah cinta, Sis.” Ye…cinta apa tuh. Cinta itu tidak menyakiti. 20/5/97. Dir, aku lulus! Hari ini, hari terakhirku memakai

repro kalam/uny

susnya pada tulisan “Because I Love You!” yang isinya, aku me­nan­tang pak Fuad menikahi aku, atau jauhi aku karena aku sayang padanya. Aku tidak mau pacaran. Eh, belum ada se­ming­gu dia melamarku. Senangnya aku saat itu. Sayangnya, dia melamarku setelah aku diterima di universitas. Jelas bapak menolak. “Masuk universitas itu mahal. Tidak semua orang mampu. Tidak seperti dulu, kaya miskin asal pinter bisa masuk, pi­kir­kan kalau di tengah harus keluar. Bagaimana tanggung jawabmu terhadap bapak yang membiayaimu?” ucap bapak. Han­curlah hatiku mendengarnya. Kami akhirnya saling menjauh, sampai-sampai aku tidak mau ke SMA kecuali Jumat, Ka­ mis, Selasa karena dia libur. Pernah satu kali bertemu, saat pem­be­kalan anggota baru di organisasi yang kukelola. Bayangkan, pertemuan pertama setelah perpisahan itu. Per­pi­sah­an? Bukan! Kami belum pernah jadian. Hanya per-

abu-abu. Sebentar lagi kuliah, tahu yang kupikirkan? Nembak pak Fuad? No, mungkin yes. UMPTN? Apalagi itu, tidak terpikir­ kan. Aku belum kepikiran, mau kuliah di universitas pilihan ba­­pak atau di mana? Aku kepikiran ninggalin pak Fuad, aku ngg­a­k­ tahu gimana lagi, tanpa dia mungkin aku lupa caranya ber­­na­­fas. Senyumku terurai, entah pernafasan seperti apa yang hilang dariku. Delapan tahun ini aku tetap bernafas tanpanya. 1/52005. Meriah yang sedang berlangsung dan... kutulis kembali di lembaran diary merah jambu yang masih kosong …Subhanallah, mungkin aku tahu kembali cara bernafas, atau aku menemukan yang paling baik untuk bernafas yang asli. Safrina Rovasita mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Biasa FIP UNY

P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009

43


puisi•geguritan•tembang Sajak Nuraeni Dalam Nyenyak Tidurmu Dalam nyenyak tidurmu: derai cemara membayang di keningmu kubelai rambutmu yang mulai berkabut kalam/uny

Dalam nyenyak tidurmu: gemuruh ombak riuh berkejaran sebelum akhirnya bersama-sama memecah di pantai Dalam nyenyak tidurmu: buku-buku terbuka kertas kerja beterbangan setangkai kembang yang kaupetik di ladang kadang timbul kadang tenggelam

Dalam nyenyak tidurmu: tuts-tuts piano tuaku gemetar membisikkan lagu : Surat untuk Kasihku Jalan Wates, awal 2009

poj o k g e litik

Kita kelahi saja!

kalam/uny

Umarmoyo : Di, met tahun baru ya! Umarmadi : Ya. Sama-sama. Met tahun baru juga, Yo. Umarmoyo : Umur kita tambah setahun. Umarmadi : Bukan! Umur kita berkurang setahun. Umarmoyo : Ah, embuh lah! Umarmadi : Yang pasti, setelah kuamati dirimu … Umarmoyo : Kenapa emang? Umarmadi : Kamu sekarang benar-benar sudah meninggalkan dunia hitam.

44

Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9

Umarmoyo : Heeeeee ….. ngomong sembarangan! Umarmadi : Heeeeee ….. ya enggaklah! Umarmoyo : Kapan aku seperti itu? Jangan asal ngomong kamu! Umarmadi : Eit, jangan marah dulu sobat. Umarmoyo : Ini masalah harga diri! Kita kelahi saja lah! Umarmadi : He-he-he… tuh lihat rambutmu … sudah putih semua. Umarmoyo : ......? ema r '09


l ensa

2008 Tawa (Lepas) Sang Jenderal Suasana halaman rektorat UNY sedikit hening. Seorang Jenderal bintang empat datang. Di temani rombongan Angkatan Udara RI, Sang Jenderal tetap memperlihatkan wajah tegas namun tetap bersahabat. KASAU Marsekal TNI Subandrio disambut hangat jajaran Pimpinan UNY. Siang itu, Kamis (4/12/08), mereka begitu dekat, walaupun mereka belum saling mengenal. Setelah menandatangi MoU antara dua institusi, acara makan siang dimulai. Sebagian orang-orang yang hadir dalam jamuan itu, terheran-heran ketika melihat sang Jenderal yang baru kali pertama datang di UNY, tertawa lepas. Saat itu, mereka asyik berbincang-bincang dengan Penjabat Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, MA. Entah apa yang mereka bincangkan? Namun suasana yang bersahabat itu adalah wujud keterbukaan UNY. teks: Sismono La ode • Foto: natsir dan dokumen humas.


universitas negeri Yogyakarta Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281 Telp. 0274-586168 www.uny.ac.id


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.