Volume 10 • nomor 15 januari 2009
issn 1693-1467
P e w a r a
Dinamika majalah universitas negeri yogyakarta
MENUJU WORLD CLASS UNIVERSITY
Tahun 2009 ini, UNY bersepakat menuju WCU
Sekali Lagi: Siapa Teroris Sesungguhnya?
Hampir sepertiga dari 1.284 warga Palestina yang tewas dalam serangan brutal Israel di Gaza adalah anak-anak. Mereka adalah orang-orang tak berdosa. Entah kenapa diusia yang masih kecil itu, mereka harus menanggung jiwa hanya karena alasan yang dibuat-buat oleh bangsa Yahudi Israel. Menurut Israel agresi selama 22 hari dilakukan untuk melumpuhkan “teroris” Hamas! Lantas, benarkah asumsi itu? Jika melihat keberadaan Hamas yang dekat dengan rakyat amatlah sulit untuk menerima alasan Israel. Apalagi, sebagai faksi politik, mereka berhasil memenangkan pemilu secara demokratis. Seharusnya mereka diberi kebebasan mengatur pemerintahan. Bukan dicap yang tidak masuk akal untuk memperpanjang kolonialisme di tanah para nabi itu. Kini, sekitar 4.336 korban luka-luka yang masih hidup (Aljazeera; 14/01/2009) hanya bisa meratapi kesedihan. Kesedihan atas kehilangan segalanya baik tempat tinggal, suami, istri, anak-anak, orang tua, tetangga, dan handai taulan. Jika demikian KEJAM dan KEJI bangsa Israel, siapakah TERORIS SESUNGGUHNYA?
Iklan layanan ini dipersembahkan oleh Pewara Dinamika • Sumber foto: istimewa
pena redaksi
P ewa r a
Dinamika majalah universitas negeri yogyakarta
PENERBIT HUMAS Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467 PENANGGUNG JAWAB Dr. H. Rochmat Wahab, M.A. (Penjabat Rektor UNY) PENGARAH Dr. H. Rochmat Wahab, M.A. (Pembantu Rektor I) H. Sutrisna Wibawa, M.Pd. (Pembantu Rektor II) Prof. Dr. H. Herminarto Sofyan (Pembantu Rektor III) PENASEHAT Hj. Sudjariyah, M.Pd. (Kepala Biro AUK) Dra. Hj. Budi Hestri Hutami (Kepala Biro AAKPSI) H. Sugirin, Ph.D. (Kepala KKHP) PEMIMPIN UMUM Prawoto, S.E. PEMIMPIN PERUSAHAAN Hj. Sri Sujarwanti, S.I.P. PEMIMPIN REDAKSI Sumaryadi, M.Pd. SEKRETARIS REDAKSI Tusti Handayani, A.Md. REDAKTUR PELAKSANA Sismono La Ode, S.S. REDAKTUR Endang Artiati Suhesti, S.Pd. Dhian Hapsari Witono Nugroho, S.I.P. Kusmarwanti, M.Pd. Hermanto, M.Pd. Desain dan Tata Letak Kalam Jauhari FOTOGRAFI Ahmad Natsir Eka Putra, S.H. REPORTER Ratna Ekawati, S.I.P. (FIP) Isti Kistianingsih, S.Pd. (FISE) Dedy Herdito, M.M. (FMIPA) Haryono (FBS) Hadimin, S.Pd. (FIK) Rani Eryani, S.I.P. (FT) Prayoga, S.I.P. (LPM/Lemlit) Agus Purwatma W., S.Pd. (BAAKPSI/BAUK) Syamsu Rahmadi, S.E. (Kemahasiswaan) Yansri Widayati, S.Pd. (Kerjasama) Hadna A. Al-Falasany, A.Md. (Kampus Wates) SIRKULASI Drs. H. Trisilia Suwanto Sarjana Ngadina Sudarman Fashilaturrochmah Widodo ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Online: www.uny.ac.id
Setiap sudut jalan, tampak tentara dan polisi bersenjata lengkap. Peman dangan yang menegangkan ini lebih-le bih terlihat di area Pensylvania Avenue yang menjadi jalan utama penghubung Capitol Hill (CH) dengan White House (WH). Sementara di seluruh puncak ge dung yang dekat dengan CH dan WH terlihat para tentara yang mengawasi gerak gerik massa. Menurut berita di Washington Post (18/1), senjata berat ter masuk peluru kendali juga disiapkan di sana untuk mengantisipasi serangan pe sawat seperti yang terjadi di WTC. Dan tak kalah hebatnya, dua hari setelah itu, di pela taran Capitol Hill 2 hingga 3 juta warga Amerika Serikat ber jejal dan berdesakdesakan untuk me nanti kedatangan sang harapan: Ba rack Hussein Oba ma! Kala itu, 20 Ja nuari 2009, jutaan manusia “terhipno tis” sementara pasu kan keamaan sema kin diperketat dan berjaga-jaga tanpa mau teledor. Bersama Istri dan anak nya, seorang anak kebangsaan KenyaAmerika yang sebagian besar masa kecil dihabiskan di Menteng Jakarta, datang menghampiri warganya. Siap untuk dilantik menjadi Presiden AS ke-44. Kami, memang sudah memastikan, jargon “Chance, We can Believe In” yang disuarakan Berry, nama kecil Obama, dapat mengobati warga AS (juga dunia) yang sedang muak dengan keserakahan kepemimpinan George Bush. Selama 10 tahun Bush dianggap telah mencederai wajah AS karena haus akan darah rakyat Palestina, Irak, dan Afganistan.
Mereka yakin bahwa Obama-lah, se orang tokoh muda yang mampu mem buat AS menjadi semakin beradab dan dekat dengan siapapun. Tak ayal, Oba mania pun lahir, tidak hanya di AS teta pi dipelbagai belahan dunia, bahkan di kawasan Semenanjung Arab sekalipun. Mereka terus menyuarakan SEMANGAT PERUBAHAN Obama! Lantas, mengapa kisah ini menjadi penting bagi kami, redaksi Pewara Dina mika? Apakah hanya karena jadwal pe milihan Presiden AS bertepatan dengan pemilihan Rektor UNY? Kami rasa ti dak sesederhana itu! Apalagi jarak AS dan UNY begitu jauh? Membuat ka mi tidak berusaha mengait-ngaitkan peristiwa itu. Yang jelas, menurut kami, fenomena tersebut adalah momentum perubahan terbe sar dalam sejarah AS. Dan spirit ini adalah spirit terbaik dan penting! Kare na, kami berharap spirit perubahan REPRO. kalam/pewara yang digelontarkan Obama dapat menjadi inspirasi bagi perubahan Pewara Dinamika menuju majalah yang lebih baik. Tahun ini, 2009, tepatnya di awal bu lan, kami bersepakat untuk berubah. Se mangat Obama tersebut akan kami pe gang teguh, karena itulah yang akan membuat Pewara Dinamika terus terbit sesuai dengan waktunya. Sebanyak 12 edisi selama 2009 adalah cita-cita kami. Itu bisa terjadi ketika kita MAU dan SE MANGAT PERUBAHAN OBAMA (walau pun belum terbukti) menjadi pemantik sekaligus inspirasi yang terbaik. Itu sa ja. Tabik….
Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 kata), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Buku (500 kata). Tulisan harus dilengkapi dengan identitas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul buku (khusus Resensi Buku). Kirimkan tulisan Anda melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kan tor Humas UNY. Bagi yang dimuat, honor dapat diambil di kantor Humas UNY.
P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009
daftar isi Volume 10 • Nomor 15 januari 2009
l a p o r a n U ta m a
Belajar dari Kota Unggulan Duta UNY baru saja menjajaki pelbagai universitas di Malaysia, Jepang, Australia, Belanda, Belgia. Dari kota unggulan di tiap negara inilah, UNY mengawali mimpinya menjadi universitas yang siap menuju WCU. halaman 6
26
36 opini
berita
Rusunawa Sebagai Laboratorium Sosial Laboratorium Sosial bagi mahasiswa, sehingga setiap mantan penghuni Rusunawa (asrama mahasiswa, red.) dapat menjadi bagi mahasiswa lainnya.
Rumah Susun Mahasiswa (Rusunawa) Universitas Negeri Yogyakarta dapat dijadikan
Berita Lainnya • UNY Juara Umum Lomba Inovasi Teknologi Mahasiswa 2008 • Sebanyak 92 Dosen UNY Terima Sertifikasi Pendidik • Kejuaraan Renang Indah Diada kan di Kolam Renang FIK UNY
Triple Quetion Method: Alternatif Mewujudkan Pemimpin Cerdas dan Visioner “Apakah Indonesia tidak memiliki budaya kepemimpinan, sehingga belum bisa menyelenggarakan transisi kepemimpinan?” 41 5 42 4 1 3 44 44 40
bina rohani bunga rampai cerpen dari pembaca dari redaksi Jendela pojok gelitik puisi•geguritan•tembang resensi buku perancang sampul: kalam jauhari
Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9
jendela
Tahun Baru Mau Kita Apakan?
K
arena masa bergerak dan karena wak tu berjalan, maka pergantian tahun, mau tidak mau, tidak dapat dihindari. Kepada tahun 2008 harus kita berikan lambaian tangan mesra ’selamat tinggal’ dan kepada tahun 2009 musti kita berikan jabat ta ngan hangat ’selamat datang’. Sementara masyarakat kita ada yang mena tap pergantian tahun ini dengan penuh duka cita, lantaran menyaksikan situasi dan kondisi bangsa kita yang sedang carut-marut seperti ini, sehingga masa depan dipandang dengan kacamata pesimisme. Sementara masyarakat kita yang lain enggan berkomentar lantaran pergantian tahun dipandang sebagai gejala ala miah belaka. Di samping keberadaan dua kelompok terse but di atas, ada sementara masyarakat kita yang menatap pergantian tahun dengan sukacita, lan taran mampu memandang hadirnya tahun baru dengan optimisme tinggi, yakin bahwa tahun yang datang adalah masa dan waktu yang cu kup menjanjikan! Kelompok yang terakhir menarik untuk disi mak apa yang mereka lakukan. Kenapa? Karena kelompok ini segera bersyukur kepada Allah swt begitu datang kenikmatan pergantian tahun. Bentuk dan wujud syukur mereka proporsional dan prospektif. Setelah bersyukur dengan ikhlas, mereka segera melakukan kegiatan introspeksi, melihat ke belakang untuk diproyeksikan ke de pan. Kesempatan memasuki tahun baru mereka pergunakan dengan niat dan iktikad yang baik, dengan harapan semakin banyak membawa ke maslahatan bagi umat manusia. Berangkat dari semua itu, kita musti sadar bahwa kita adalah warga dari sebuah keluarga besar yang bernama sivitas akademika Univer sitas Negeri Yogyakarta (UNY). Sebagai bagian dari sebuah sistem yang bernama UNY, kita musti bertanya dengan gagah kepada diri ki ta sendiri: ’Apakah yang sudah aku perbuat
selama setahun kemarin demi kemajuan dan keberhasilan UNY?’ Dan, bukan bertanya: ’Apa kah yang sudah aku peroleh dari UNY selama se tahun kemarin?’ Kedua pertanyaan itu sepintas serupa, tetapi sesungguhnya sangatlah tidak sama! Sebagai anggota masyarakat UNY khususnya dan masyarakat pendidikan Indonesia umum nya, kita sebaiknya segera metani adakah tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepada kita setahun kemarin sudah terselesaikan de ngan baik? Kalau jawabnya belum, pasti ada something wrong di sana. Tindak lanjutnya, su dah tentu, siapkah kita mencobacaritemukan, sehingga ke depan tidak ada lagi ’ulangan se jarah lama’? Tidak ada lagikah kekeliruan, kesalahan, ke khilafan, kekurangan di sana di sini di situ te lah kita perbuat terhadap institusi UNY yang tercinta ini selama setahun kemarin? Kalau ja wabnya ada, tentu ’keteledoran’ kita itu ber buah dengan ketidakberesan proses dan hasil yang dicapai. Tindak lanjut untuk itu, sudah pas ti, yakinkah kita mau dan mampu untuk mem benahi dan berbenah diri, sehingga ke depan tidak ada lagi ‘copy-copy-paste’ untuk kekeliru an, kesalahan, kekhilafan, kekurangan di masa datang ini? Tidak ada pilihan lain bagi kita–dosen, karya wan, mahasiswa, dan alumni–anggota dari ke luarga besar ‘Kampus Karangmalang’ ini untuk segera cancut tali wanda, matek aji, seiring-se jalan-seirama, dengan menjadikan tahun 2009 ini untuk melakukan berbagai perubahan dan terobosan demi perbaikan dan kemajuan UNY. Sebab, tanpa usaha kita sendiri untuk mengu bahnya, niscaya Tuhan pun enggan mengubah keadaan kita. Selamat Tahun Baru 2009!
Drs. Sumaryadi, M.Pd. Pemimpin Redaksi
P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009
dari pembaca Kirimkan kritik/komentar/tanggapan Anda mengenai Pewara Dinamika maupun persoalan di seputar kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Kritik/komentar/tanggapan harap dilengkapi identitas yang jelas dan dapat dikirim melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas UNY.
Mendiknas Mengklaim Uu Bhp Telah Disepakati Bem “Dukungan terhadap pelaksanaan UU BHP ini, kata Mendiknas, termasuk 40 wartawan pendidikan, 82 rektor perguruan tinggi ne geri, serta Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) telah menyatakan menerima dan antusias melaksanakannya” (KOMPAS, 19 Januari 2009, hal.12). Kutipan pernyataan Mendiknas Bambang Sudibyo di atas perlu dikaji ulang. Pasalnya saat ini BEM SI (Seluruh Indonesia) belum memberikan statement resmi terkait keberterimaan terhadap UU BHP. Memang hingga saat ini masih terjadi pro-kontra pengesahan UU BHP. Tujuan UU BHP yang digembar-gemborkan adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan, namun sebagian kalangan ber pendapat bahwa UU ini akan menjerumuskan pendidikan Indonesia ke dalam praktik komersialisasi dan kapitalisasi. Pengamat pendidikan, Darmaningtyas, menyatakan bahwa perubahan status dari PTN menjadi BHMN memiliki implikasi luas terhadap perubahan peran institusi pendidikan tersebut, yang menjadi sangat komersial dan pabrikan. PT khususnya universitas, bukan lagi seba gai wahana untuk pengembangan ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan mencari kebenaran, tapi sekedar institusi legal yang punya kedudukan hukum di ma syarakat untuk melakukan pungutanpungutan yang amat mencekik. Hampir senada, Ketua Umum Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, Tyasno Sudarto, menyatakan UU tersebut bertentangan dengan UUD 1945. Semangat
Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9
nya malah mengacu pada Konsensus Washington tentang liberalisme, privatisme, dan kapitalisme pengelolaan negara menyangkut masalah publik. Termasuk di dalamnya pengelolaan sekolah dengan prinsip korporasi (Repub lika, 21 Januari 2009). Menanggapi situasi pelik seputar UU BHP, BEM REMA UNY sebagai Koordinator Bidang Pendidikan BEM SI, menyata kan saat ini BEM SI sedang melakukan kajian dan riset terkait UU BHP dan dam paknya terhadap iklim pendidikan di Indonesia. “Setelah kajian dan riset itu BEM SI baru akan mengajukan materi judicial review, aksi atau people power, dan berbagai bentuk sikap konkret ter-
hadap UU BHP”, ujar Pidi Winata, Presiden BEM REMA UNY 2009. Pidi Winata menilai Mendiknas tidak memiliki kewenangan untuk mengklaim bahwa BEM telah menerima apalagi antusias melaksanakan UU BHP. BEM SI tidak terburu-buru mengeluarkan pernyataan karena ingin mendasarkan argumen pada kajian ilmiah yang tepat. Meski belum menentukan sikap, BEM SI sebagai aliansi strategis pasti tetap akan konsisten mengawal isu BHP sebagai wujud komitmen dan kepedulian terhadap pendidikan di Indonesia. Nurhayati Budiyanti Menteri Komunikasi dan Informasi BEM REMA UNY 2009
bunga rampai
Say No to Nyonon, Dab!
S
iapapun tahu, rokok bukan “teman” yang mendatangkan keberuntungan, melainkan lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya. Masalahnya, mengapa benda berasap ini masih terus digandrungi? Mungkin mulanya hanya coba-coba, demi gengsi, tidak mau dibilang ketinggalan zaman, selanjutnya silakan lihat sendiri. Sebaliknya, coba sebutkan satu saja keuntungan dari rokok, pasti tidak ada! Mungkin usaha kita untuk menghentikan kebiasaan buruk yang satu ini cukup keras, tetapi terus saja gagal. Konon, kebiasaan merokok memang sulit dihentikan. Wa laupun kita sudah membaca semua informasi mengenai buruknya dan berbahayanya rokok bagi kesehatan manusia, baik bagi yang merokok maupun perokok pasif. Ada baiknya dicoba sekali lagi untuk menghentikannya, tidak pernah ada kata terlambat. Niat adalah kata kuncinya. Berikut ini tips yang mudah-mudahan dapat membantu. Dengan kata “niat” buang kebiasaan merokok. Jika ga gal, apa salahnya mencoba dan terus mencoba. ol e h A hmad Natsir Eka P utra
1
Pahami Motif Kita. Mungkin kita bisa mencatat tujuan ingin berhenti merokok, atau catatlah saat-saat kita ingin merokok. Jadi, akan terbentuk pola tertentu yang mungkin dapat kita hindari.
2
Tentukan Tanggal/Hari saat Kita ingin Berhenti. Lakukan secepat mungkin, kita membiasakan diri dengan cepat tanpa rokok. Bila sudah menentukan harinya, beritahu keluarga, sahabat, atau teman-teman, sehingga mereka mendukung usaha kita sekali lagi.
3
Tabung Uang Rokok Kita. Carilah kotak untuk menyimpan uang yang biasanya kita pakai untuk membeli rokok. Setiap kali timbul keinginan untuk membeli rokok, masuk kan uang itu ke dalam kotak tersebut. Coba hitung jumlahnya setelah sebu-
lan, kita ternyata bisa menghemat uang begitu banyak.
4
Hilangkan Keinginan Merokok. Bila keinginan menggebu itu da tang lagi, cari makanan kecil yang mirip dengan bentuk rokok, misalnya stick keju atau coklat, permen, atau minumlah segelas air segar, maka keingin an merokok akan hilang dalam waktu 1-5 menit.
5
Konsultasikan ke Dokter tentang Keinginan Berhenti Merokok. Mungkin dokter akan memberi kan solusi seperti plester anti rokok atau permen karet nikotin, bergantung usia masing-masing.
6
Jangan Patah Semangat. Lakukan olahraga secara teratur, konsumsi makanan sehat, dan lakukan teknik relaksasi untuk memerangi stres.
Untuk sementara hindari tempat atau acara-acara tertentu yang bisa membuat banyak orang merokok di sekeli ling Anda. Kunyah permen karet rendah gula atau makan snack sehat. Jangan pernah berkata: “Aaaah satu lagi kan tidak apa-apa.” Jika kita lupa, segera matikan rokok. Jika masih gagal, coba lagi, coba lagi, coba lagi, jangan patah semangat. Akhirnya, lebih baik terus mencoba dan mencoba terus. Tanpa mencoba ber usaha, mana ada keberhasilan datang dengan sendirinya. Nah, selamat berhenti merokok! *tulisan ini diolah dari Majalah Health To Day Indonesia, edisi Agustus 2003. Ahmad Natsir Eka Putra, S.H. Fungsional Pranata Humas & Staf Humas UNY
P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009
laporan utama
Belajar dari Ko Duta UNY baru saja menjajaki pelbagai universitas di Malaysia, Jepang, Australia, Belanda, Belgia. Dari kota unggulan di tiap negara inilah, UNY mengawali mimpinya menjadi universitas yang siap menuju WCU. O l e h sismono la ode
JAUH DI SUDUT SANA, ribuan generasi dunia mengejar cita. ASA! Di tiap sudut itu dan kala yang silih berganti, mereka tak henti-henti berpikir dan berkarya. Di pojok-pojok kampus nan rindang, anak bangsa itu tak mau melepaskan buku yang sedang dibacanya. Di sekeli lingnya, suasana bermain-main dengan Mr. Google tampak terasa. Sedang di depan dan belakang anak itu, berba gai komunikas hadir. Bukan untuk bergosip, melainkan membincangkan sesu atu yang amat akademis.
Geliat itu hanya ditemukan di kampus-kampus yang yang bertaraf interna sional, sekitar berkilo-kilo meter dari bu mi Nusantara ini. Setidaknya, itu kata seorang dosen UNY, yang baru saja ber kunjung ke Belanda, Belgia, Jepang, Aus tralia, dan Malaysia. Sebenarnya, geliat itu juga di temukan di kampus-kampus Indonesia, termasuk UNY. Bedanya, di sana, geliat ini telah menjadi habitus civitas akademika dan tidak perlu su sah-susah memobilisir mereka untuk melakukan hal itu. Mereka telah sadar
bahkan menganggap itu adalah kebu tuhan! Sedang di sini, geliat ini baru menjadi habitus sebagian civitas akade mika. Dan yang jelas belum menjadi la ku civitas akademika UNY (baca: mahasiswa dan dosen). Lantas, bagaimana dengan habitus di perpustakaan dan ruang kelas? So, pasti jauh dari habitus di sini. Pewara Di namika, edisi ini kali tidak akan mengisahkan kisah manis itu. Tetapi, kita akan menunggu waktu yang tepat untuk menuliskannya. Ya’ mungkin edisi
ahmad natsir/pewara dinamika
ota Unggulan
depan. Semoga! Edisi ini kali kita beru saha mengangkat kisah tentang asa se genap civitas akademika UNY yang hen dak bermimpi bahwa UNY akan segera menuju Word Class University. Makanya, keberangkatan mereka berkunjung dan menawarkan kerjasama ke kampus-kampus terbaik di negara-negara Eropa dan Asia adalah hal yang perlu diapresiasi. Mengapa? Karena itu adalah hal yang terbaik dari pada harus memulai 1,2,3,4,5 dst. tahun lagi. Bukankah me
mulai dari saat ini atau kemarin adalah hal yang lebih baik? Kita pasti sepakat dan sepaham soal itu. Kalaupun, kelak, terdapat kekurangan adalah hal yang wajar, tinggal bagaimana kita menutu pi celah-celah tersebut. Dan UNY yang memiliki segudang tenaga ahli, bukan lah hal yang sukar untuk mengatasi per kara tersebut. Kini, setelah setahun (baca: sejak 2008), mengikrarkan diri sebagai universitas yang siap go international, alias siap menuju Word Class University,
UNY makin membenahi dan memantapkan diri. Akankah hasil belajar di tiaptiap sudut kota di atas dapat terlaksana? Untuk menjawab ini, kita baiknya menunggu peran para stakholder dalam membenahi universitas tercinta. Namun untuk melacak sejauhmana persiapan para stakeholder, ada baiknya membaca Pewara Dinamika edisi ini kali. Karena di tiap lembaran laporan utama ini, sungguh terdapat kisah yang indah di ma sing-masing kota-kota pelajar itu. Brovo UNY !!!
laporan utama
(UNY) On The Move World Class University Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) maupun Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) mulai bermunculan hampir di setiap daerah. UNY sebagai embrio tenaga pendidik harus cepat menyikapinya. Setidaknya UNY bersiap-siap menuju World Class University (WCU). Bukan hal yang tidak mungkin UNY mampu mewujudkannya, namun bukan pula perkara yang mudah untuk menjadi sebuah kampus yang berstandar internasional. Oleh Endang Artiati S uhesti
P
ada sebuah kesempatan yang lalu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pernah mengatakan bahwa UNY punya po tensi untuk menjadi WCU. Prof. Sugeng Mardiyono, Ph.D., mendiang Rektor UNY kala itu merasa tertantang untuk mewujudkan apa yang telah disampaikan oleh Presiden. Langkah-langkah nyata pun segera dilakukan, deng an sistem ISO 9001:2000yang diterapkan, UNY ingin memperbaiki diri guna menyiapkan diri menjadi kampus yang diakui di dunia internasional. Tanpa terasa sudah satu tahun UNY menyiapkan ubo rampe WCU. Dr. Marsigit M.A, Koordinator Studi Banding WCU ke Australia memapar kan bahwa ada fase-fase yang dilakukan UNY dalam mempersiapkan diri menjadi kampus berstandar internasional. Untuk satu tahun pertama UNY on going activity, salah satunya dengan melakukan studi banding ke beberapa universitas di luar negeri. UNY juga sudah me miliki buku panduan yang memuat 14 butir. Dari kurikulum, program studi, fasilitas dan sumber belajar mahasiswanya semuanya termaktub dalam buku panduan ini yang berguna untuk memetakan dan memandu langkah-lang kah menuju kampus internasional.
Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9
Penjabat Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab menegaskan,”Kita sudah menyiapkan tim yang terdiri dari orang-orang di fakultas yang konsen trasi dalam persoalan-persoalan yang internasi onal. Dari tim itu di harapkan dapat membuat program internasional baik dalam jangka panjang, menengah, maupun jangka pendek supa ya kegiatan kita lebih sistematik dan terencana karena komponen yang satu dengan komponen tidak bisa saling lepas. Komponen-komponen penting itu meliputi program pendidikan, SDM, kelembagaan, sarana dan prasarana, pendana an, dan tak kalah penting adalah peserta yang dapat menjadi target, atau dapat masuk dalam program internasional.” Diperlukan Sikap Kerja keras Berstandar internasional artinya diakui di da lam jejaring internasional. UNY sebagai kampus eks IKIP perlu kerja keras untuk mempersiapkan diri di kancah internasional. Ada beberapa persyaratan yang harus di penuhi UNY untuk menjadi WCU. Dalam Seminar Kebijakan UNY Menuju WCU di ruang Sidang Lembaga Penelitian UNY, (15/12/08), Prof. Dr. Sugiono memaparkan bahwa untuk menjadi WCU dibutuhkan 40 persen dosen bergelar Dr. atau Ph.D., dan
laporan utama juga, manajemen UNY yang meliputi pengelola an sistem akademik, keuangan, dan sebagainya juga perlu disesuaikan dengan kriteria standar internasional. Selain itu, peningkatan sumber daya manusia dosen tetap menjadi prioritas yang harus ditingkatkan. ”Kalau di luar negeri yang di sebut dosen itu ya doktor atau malah profesor. Kalau di tempat kita kan belum seja uh itu, jadi kita harus berjuang agar jumlah doktor dan guru besar kita makin bertambah,” tambah Herminarto dengan tegas. Di samping urusan peningkatan kualitas dosen, menurut Hermin, UNY juga masih harus bekerja keras menata mahasiswa agar mereka mampu bersaing dengan lulusan luar negeri. “UNY masih harus membekali mahasiswanya untuk mau menguasai bahasa asing, belajar ke ras, dan mempunyai tradisi membaca yang ba ik. Jika tradisi ini dapat dilakukan dengan baik
Dr. Marsigit
Ahmad Natsir/pewara dinamika
UNY baru mencapai 10 persen. Selain itu, diperlukan jumlah 20 persen mahasiswa asing dan saat ini, mahasiswa asing di UNY masih minim. Oleh karena itu, menurut mantan Dekan Fakultas Teknik ini, UNY masih harus berjuang keras untuk mencapai WCU. Marsigit yang kesibukannya juga sebagai Ketua Task Force World Class University meng ungkapkan, ”Standar internasional itu macammacam kriterianya, antara lain berapa banyak lulusan yang memperoleh nobel, berapa ba nyak Dr./Ph.D. yang ada dalam kampus tersebut, berapa banyak penelitian yang dilakukan para dosen dan masuk dalam jurnal internasi onal, berapa banyak mahasiswa yang lulus cum laude, dan seberapa banyak masyarakat internasional mengunjungi situs website kampus tersebut.” Setidaknya itulah gambaran secara umum kriteria yang dipersyaratkan pada sebu ah institusi perguruan tinggi untuk mendapat pengakuan di tingkat internasional. ”Lulusan UNY belum ada yang mendapat nobel, penelitian dosen yang masuk ke dalam jurnal penelitian international masih bisa dihitung, website kita masih bahasa Indonesia, padahal kalau untuk bisa dikunjungin oleh warga internasional harus bahasa Inggris, jadi kita memang perlu kerja keras lagi. Kita masih dalam tahap menu ju kampus berstandar internasional, UNY on the move World Class University,” tegas Marsi git dengan penuh semangat. Pembantu Rektor III, Prof. Dr. Herminarto Sofyan, menambahkan, berstandar internasi onal lebih pada pengakuan dari dunia interna sional tentang kualitas akademik, pengelolaan manajerial, dan pengembangan sumber daya manusianya. ”Untuk itu kita (UNY, red.) harus mempunyai program-program jitu yang berku alitas dan setaraf dengan universitas-unversitas di dunia. Dalam bidang akademik, persoalan mata kuliah dan program studi juga harus diakui oleh universitas di dunia. Di samping itu, kalau UNY hendak menjadi universitas berstandar internasional, maka keterbukaan terha dap warga negara asing termasuk dosen asing yang mengajar di sini (UNY, red.) menjadi hal yang harus dipenuhi. Tetapi untuk jangka pen dek, kita perlu berupaya agar lulusan mahasis wa kita dapat melanjutkan studi ke luar negeri dan sebagian dosen-dosen dari luar negari dapat mengajar di UNY,” papar Herminarto ketika ditemui di ruang kerjanya. Dosen Fakultas Teknik ini mengungkapkan
P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009
laporan utama dan terencana, UNY dipastikan dapat meraih kampus yang siap WCU,” tegasnya. Untuk itu semua, dalam rangka menuju WCU, UNY juga melakukan studi banding di beberapa negara antara lain, di Australia, Jepang, Belanda, Belgia, dan Malaysia. Di Jepang, beberapa petinggi UNY mendatangi Simposium Soci al Studies yang kemudian berlanjut pada kerja sama dengan Aichi Univerity of Education. Di Australia, menjambangi sekaligus bekerjasama dengan The Univercity of Melbourne. Di Malay sia, UNY akan menandatangani kerjasama deng an Universitas of Malay (UM) dan Universitas Pendidikan Sultan Idris (UPSI). Di Belanda dan Belgia, UNY sedang menjajaki kerjasama deng an universitas Ultrecht University Belanda dan Leuven University Belgia.
Ahmad Natsir/pewara dinamika
Kelas Internasional UNY menuju WCU adalah sebuah tindakan untuk me nyikapi banyaknya SBI yang sudah bermunculan. “Tahun pertama kemarin itu kita mengidentifikasi program studi yang layak kita unggulkan. Kita le bih konsentrasi pada pro gram pendidikan. Menga pa program internasional pendidikan karena tun tutan yang ada di lapang an sudah
banyak bermunculan sekolah-sekolah interna sional, atau sekolah-sekolah bertaraf interna sional, dan juga sekolah bertaraf nasional yang di bawah kontrol Departemen Pendidikan Nasi onal. Mereka membutuhkan tenaga pendidik, selama ini tenaganya mengambil seadanya se hingga kurang efektif. Oleh karena itu, UNY menyiapkan calon pendidik untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan di sekolah SBI,” papar Rochmat Wahab, selaku Penjabat Rektor UNY dengan ramah. Untuk mempersiapkan lulusan pendidik yang berstandar internasional itu, maka tahun 2009 ini UNY berencana untuk membuka kelas internasional untuk kelas Pendidikan Matematika dan Pendidikan Akutansi. Dipilihnya dua kelas tersebut karena memenuhi kriteria yang dilakukan tim penilai WCU. Seperti yang diungkapkan oleh Prof. Parjono, Ph.D., Koordinator Studi Banding WCU ke Malaysia. ”Tim WCU su dah menyeleksi berdasarkan ketersediaan do sen, fasilitas yang dimiliki, akreditasi, ISO, dan kurikulum. Matematika dan Akutansi termasuk yang mendapatkan score tinggi.” Selain itu menurut Penjabat Rektor, dipilihnya program studi Pendidikan Matematika seba gai perwakilan dari pendidikan Ilmu Pengetahu an Alam (IPA) dan program studi Pendidikan Akutansi sebagai perwakilan dari pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dikarenakan baik dari sisi anggaran dan sumber daya dosen, UNY telah siap. “Tahun ini gerakan UNY adalah internasional. Selanjutnya, tiap bulan, kita akan mengirimkan dosen ke luar negeri, begitu juga kita akan mendatangkan dosen dari luar nege ri untuk berdiskusi bersama,” tegas Rochmat, yang juga selaku Pembantu Rektor I, bidang Akademik ini. Tanpa menunggu waktu lama, sosialisasi pembukaan kelas internasional ini dimulai. ”Sis tem penerimaan sudah dibuat, dosen juga te lah disiapkan, dan nantinya dosen tamu juga akan didatangkan untuk mengajar. Pada berbagai kesempatan yang berkaitan dengan mahasiswa juga sudah saya sosialisasikan. Leaf leat-nya yang nantinya dapat disebarluaskan kepada masyarakat. Mulai bulan depan (Februari, red.) akan ada beberapa tim yang akan ke daerah-daerah untuk mensosialisasikan,” ujar Herminarto Sofyan lebih lanjut. Menyambut dibukanya kelas internasional dr. Ariswan
10
Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9
Ahmad Natsir/pewara dinamika
laporan utama
ini, FISE dan FMIPA menjadi ekstra lebih keras dalam menyiapkan diri. Dekan FMIPA, Dr Ari swan ketika ditemui di ruang kerjanya meng ungkapkan, ”Sebenarnya kalau dilihat dari sisi persiapannya belum siap betul, karena kurikulum secara keseluruhan baru mulai dipersiapkan. Tahun pertama ini kita masih memakai kurikulum yang sudah ada, tetapi dalam peng ajaran sudah harus menggunakan bahasa Ing gris.” Oleh karena itu, hasil studi banding Dr. Hartono, Ketua Jurusan Matematika, dan Dr. Marsigit, dosen jurusan Pendidikan Matematika akan kami ditindaklanjuti, dengan pembentukan tim untuk penyususan kurikulum bertaraf internasional secara keseluruhan. FISE-pun juga sudah mempersiapkan kelas Pendidikan Akuntasi Internasional ini dengan baik. Djazari, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Akuntasi menyatakan kesiapannya dalam me nyambut dibukanya kelas Pendidikan Akuntasi
Internasional. ”Sekitar empat dosen yang akan mengajar di tahun pertama telah diberangkat kan di Australia untuk mempelajari model pem belajaran internasional,” jelas Djazari saat dite mui di ruang kerjanya. Selain menyiapkan kelas internasional, Aris wan menyiapkan ada kelas bilingual di tiap program studi yang ada di FMIPA. Hal ini dilakukan sebagai follow up dari adanya Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yang sudah berdiri di bebera pa daerah. ”Tahun 2010, sekolah-sekolah RSBI sudah menjadi sekolah-sekolah SBI, jadi di sam ping ada program studi yang pengajarannya dengan bahasa Inggris. Saya juga akan mem bentuk kelas bilingual di setiap program studi untuk mahasiswa semester lima. Harapannya, di tahun 2010 sudah bisa meluluskan mahasis wa program studi yang mengikuti program kelas bilingual dan dapat mengajar di sekolah-sekolah SBI,” papar Ariswan dengan ramah.
P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009
11
laporan utama
Kemampuan Berbahasa Menjadi Agenda Utama Setelah belajar di negeri Belanda dan Belgia, para duta UNY meyakini bahwa penguasaan bahasa Inggris merupakan salah satu kunci kesuksesan menuju WCU. Oleh D hian Hapsari
T
entu bukan karena ingin sekadar menci cipi olliebollen ataupun liburan musim dingin yang sedang jatuh pada bulan Desember, Widyastuti Purbani, Prof. Dr. Djukri, dan Prof. Djemari Mardapi,Ph.D. pergi ke negeri Eropa. Kedatangan mereka ke Ul trecht University Belanda dan Leuven University Beligia untuk memonitoring sekaligus evaluasi pengiriman mahasiswa S3 yang sedang dalam proses penulisan disertasi. Keenam mahasiswa ini merupakan peserta program sandwich yang telah berada di Ultrecht sejak tiga bulan lalu.
Widyastuti Purbani
12
Evaluasi Program Sandwich Program sandwich termasuk sebagai program kerjasama internasional UNY dengan universitas-universitas pendidikan di dunia yang diharapkan dapat menunjang program World Class University. Melalui sandwich ini diharapkan mahasiswa-mahasiswa UNY dapat memiliki wawasan global yang nantinya dapat ditu larkan mahasiswa lain. Selama kurun waktu tertentu sandwich akan dievaluasi oleh kedua belah pihak, baik dari Ul trecht University maupun UNY sendiri. Dari ha sil evaluasi yang dilakukan tim monitoring, hal yang paling penting untuk ditingkatkan UNY antara lain kemampuan berbahasa asing. “Dari segi substansi materi mahasiswa kita tidak ka-
Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9
lah, hanya saja kalau akan mengirimkan lagi mahasiswa untuk belajar di sana, setidaknya kemampuan berbahasa perlu ditingkatkan,” ujar Prof. Dr. Djukri, Assisten Direktur I Program Pascasarjana UNY. Kemampuan berbahasa yang memadai untuk berkomunikasi aktif ini seharusnya menjadi agenda utama untuk mencapai WCU bagi UNY, tambahnya. Kemampuan berbahasa asing ini mutlak dimi liki mereka yang berkeinginan me lanjutkan studi di luar nege ri, “Hubungan kerjasama dengan luar negeri ini juga dipengaruhi ke mampuan berbaha sa, selain tentunya finansial yang men dukung. Hubungan kerjasama ini dapat saling bermanfaat ba gi keduanya,” ung kap Djukri. Di samping ke mampuan b e r b a
Ahmad Natsir/pewara dinamika . Istimewa
laporan utama
hasa, UNY juga harus menyesuaikan agenda yang berlaku di universitas tujuan. “Seperti sandwich kali ini kan termasuk yang terlambat. Semestinya kita masuk pada semester ganjil sehingga dapat mengikuti.” Menuju Universitas Internasional Masih dalam rangka kunjungan monitoring sandwich, tim juga berkesempatan untuk mempelajari perkembangan universitas internasional di Belanda dan Belgia. Di Belgia, mereka ke Leuven University. Banyak hal yang dicermati tim monitoring, salah satunya definisi universitas internasional dari pandangan Leuven University. Universitas ini memiliki fokus dalam mendidik calon guru sekolah menengah atau teacher collage. “Le uven University ini menggunakan label univer sal university,” papar Widyastuti Purbani. Label itu sesuai dengan tujuan mereka: menerima mahasiswa berbagai negara dan berbagai su-
ku bangsa. “Mereka memang menonjolkan uniqe dan keberagaman yang datang dari manapun, karena dengan keberagaman itu mereka dapat saling belajar dan memahami,” kata Wid panggilan akrab Widyastuti Purbani. Bahasa yang diguna kan sebagai pengantar mata kuliah pun bukan satu bahasa saja, melainkan tiga bahasa yaitu bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan bahasa Pe rancis. Dengan demikian, paling tidak mahasiswa yang belajar di Leuven University mengu asai ketiga-tiganya atau salah satunya agar dapat menyerap ilmu dengan tepat dan lancar berkomunikasi. Sebagai universitas bertaraf internasional, Leuven University memiliki beberapa kriteria untuk lulusannya. “Lulusan Leuven University setidaknya memiliki kemampuan mengajar yang handal sehingga mereka bisa anyway on in the world,” jelas Wid. Kemampuan mengajar ini dia sah sejak semester pertama. “Di tahun perta
Perpustakaan Lueven University, Belgia.
P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009
13
laporan utama
Prof. Dr. Jukri
ma, mereka sudah harus memahami bagaimana perkembangan sekolah dan mempelajari apa yang dibutuhkan di sekolah.” Praktik mengajar dan memahami sekolah itu akan dilakukan terus-menerus sampai masa studinya selesai. “Maka tidak heran kalau mereka bukan hanya siap secara keilmuan, tapi juga menguasai medan atau sekolah,” kata Wid menambahkan. Keinternasionalan yang diakui oleh Leuven University juga dibuktikan dengan kemampuan mahasiswanya menguasai wawasan global atau yang mereka sebut sebagai pengalaman internasional. “Artinya, mahasiswa diwajibkan un-
Sambil Menyelam Minum Air Kesempatan berkunjung ke Belanda dan Belgia ini juga dimanfaatkan tim untuk menyambangi APS (Algemeen Paedagogiche Studie), sebuah Pusat Nasional Pengembangan Sekolah di Belanda. Misi utama mereka mendatangi APS tidak lain untuk merintis kerjasama dalam bidang Pelatihan Matematika Realistik sebagai pendukung Pendidikan Matematika Kelas internasional UNY. Kelas ini akan dibuka sekitar Juli tahun ini bersamaan dengan dibukanya Pendi dikan Akuntansi Kelas Internasional FISE. Kerjasama APS dengan UNY ini diharapkan dapat menghasilkan tenaga dosen yang mampu secara kebahasaan maupun keilmuannya dalam memberikan materi di kelas internasional mendatang. “Kalau kemampuan mengajar dan kebahasaan kita memadai, kita akan mudah
Guru Itu Bisa Didik Anaknya Sendiri O l e h E ndang Artiati S uhesti
S "
aya menginginkan anak saya mampu menata masa depan nya." Itulah harapan seorang Mohammad Qiyata pada anaknya sem bari menemani putri keduanya meng isi formulir pendaftaran mahasiswa baru UNY. Qiyata, pria berkumis yang berusia 51 tahun ini berharap sekali anaknya dapat mengenyam ilmu di kampus yang tepat pada 21 Mei la lu merayakan Dies Natalis yang ke44 ini.
14
Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9
Ia paham keinginan anaknya, Ar yati Dewi Anggreni yang bercita-cita menjadi seorang guru. “Ibunya juga dari dulu sini (masih IKIP, red.). Mung kin dia terinspirasi juga dari ibunya yang jadi guru,” terang Qiyata yang kental dengan dialek Purbalingga. Citra seorang guru memang masih melekat erat di kampus UNY. Masih tertanam hingga sekarang bahwa UNY sebagai kampus pencetak guru. “Seorang guru itu bisa mendidik tak
hanya di sekolah tetapi juga bisa men didik anaknya sendiri,” tuturnya. Bagi Qiyata, pria yang berwiraswas ta ini hanya bisa berdoa dan mendu kung, ia dampingi putrinya untuk meraih citanya. Walaupun biaya pen didikan yang melambung, tapi ia ber usaha untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi kedua anaknya. “Saya yang penting berusaha, me nyerahkan semuanya pada Yang Ma ha Kuasa. Saya ingin memberikan yang terbaik untuk anak saya, bahkan keinginan saya seandainya biaya men cukupi sampai ke Mesir pun akan saya dukung. Saya ingin anak saya lebih tinggi pendidikannya daripada saya,” tegasnya yang hanya lulusan Sekolah Menengah Atas dengan tersenyum ra mah.
Ahmad Natsir/pewara dinamika
Kerjasama APS dengan UNY ini diharapkan dapat menghasilkan tenaga dosen yang mampu secara kebahasaan maupun keilmuannya dalam memberikan materi di kelas internasional mendatang.
tuk praktik mengajar di berbagai negara. Mereka dipersilakan memilih, apakah akan mengajar di negara-negara Eropa, Asia, Amerika, dan Australia. Minimal lima belas sekolah masuk dalam daftar pengalaman mengajarnya.” Pengalaman mengajar internasional ini menjadi tolak ukur seberapa handal mereka sebagai guru. Kendati hal ini belum dapat diterapkan di UNY, Wid berharap UNY dapat meningkatkan peran sertanya dalam mencetak calon guru dapat “gaul” secara internasional.
Istimewa
laporan utama
Universitas Ultrecht, Belanda
bekerjasama dengan mana pun,” tegas Djukri. Terlebih lagi, kerjasama dengan universitas di luar negeri tersebut akan melibatkan beberapa mata kuliah yang diakui bersama. “Kita harus menggodok kurikulum itu dengan serius, selain juga ada proses saling menyesuaikan di kedua belah pihak.” Langkah awal yang segera dilaksanakan antara lain kunjungan mahasiswa Leuven Uni versity ke UNY pada April mendatang. “Sekitar 28 mahasiswa akan mengunjungi sekolah-seko lah di Indonesia, termasuk di Yogyakarta,” kata Wid. Selanjutnya, setiap dua mahasiswa Leuven
University akan mendapatkan seorang pen damping dari mahasiswa UNY. “Mereka akan bertukar pengalaman memahami sekolah dan berkecimpung dengan dunia pendidikan. Selain itu, mereka juga akan mengunjungi kos-kosan mahasiswa UNY dan mempelajari kehidupan mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman budaya.” Setelah ini kami berharap rintisan ker jasama itu membuahkan hasil. “Kami merintis kerjasama agar nantinya mahasiswa UNY juga ada yang berangkat ke Belgia untuk memahami bagaimana menjadi guru yang handal dan dapat mengajar di manapun.”
P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009
15
dokumen Pribadi
laporan utama
Menuju WCU Bersama UM dan UPSI Dari dua kampus pendidikan di negeri Jiran inilah UNY belajar mengembangkan pendidikan Akuntansi menuju WCU. Ole h D hian Hapsari
U
niversitas of Malay (UM) menduduki sepuluh besar universitas terbaik di Malaysia. Pendidikan bisnis dan akuntansi merupakan fokusnya. Uni versitas yang berdiri sejak 1905 ini menjadi per timbangan tim UNY untuk digandeng dan dija dikan mitra pendukung kemajuan pendidikan akuntansi. Berkaitan dengan pendidikan akuntansi, UNY yang pada tahun ini sedianya akan membuka kelas internasional pendidikan akuntansi mera sa perlu untuk melakukan studi banding dan kerja sama lebih lanjut. Hal ini dinyatakan, Prof. 16
Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9
Pardjono, Ph.D. Koordinator Studi Banding di Malaysia, “Setelah studi banding UNY memiliki misi utama merintis MoU dengan UM.” Sebelum ini UNY telah melaksanakan MoU dengan UPSI, jauh sebelum pembukaan kelas internasional, sedangkan MoU denngan UM sedang akan dirintis, tambah M. Djazari, M. Pd, Katua Jurusan (Kajur) Pendidikan Akuntansi. Memandang UM dan UPSI Pada pertengahan Desember UNY membe rangkatkan dutanya untuk mengunjungi Universitas of Malay (UM) dan Universitas Pendi dikan Sultan Idris (UPSI). Mereka antara lain M. Djazari, M.Pd, Prof. Pardjono, Ph. D., Dr. Suyanto, Rr. Indah Mustikawati, M.Si. Akt., dan Prof. Haryadi. Dua universitas tersebut dipandang UNY sebagai universitas yang memiliki kelebih an tertentu sehingga dapat dijadikan mitra untuk bersama-sama menuju menjadi World Class University. Universitas of Malay dipandang UNY memiliki kelebihan karena universitas tersebut telah diakui sebagai World Class University. Di Malaysia, UM menduduki ranking tinggi di kelasnya. Universitas ini memfokuskan bidang bisnis dan akuntansi dengan serius, sehingga lulusannya
laporan utama
Kelas Internasional Kerjasama UPSI-UNY Dalam bidang pendidikan akuntansi, UPSI juga telah bekerja sama dengan universitas lain di Indonesia seperti Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung dan Universitas Negeri Semarang (UNESA). Kerjasama UPSI dengan UNY dirintis sejak dua tahun lalu melalui kerjasa ma Himpunan Sarjana Pendidikan Sosial (HIPSI). Menurut M. Djazari, M.Pd, kerjasama UNY dan UPSI ini antara lain menyusun kurikulum untuk mempersiapkan Pendidikan Akuntansi Kelas Internasional. “Setelah kerjasama itu kami berharap akan dapat memperlebar jaringan dan membuat MOU kerjasama akademik yang lain,” ditambahkan Rr. Indah Mustikawati, M.Si, Koordinator Kelas Internasional. Pendidikan Akuntani Kelas Internasional ini akan dibuka pada Juli 2009. “Untuk angkat an pertama, kami menargetkan 30 mahasiswa saja,” ujar Rr. Indah Mustikawati, M.Si, Akt. Apabila mahasiswa yang mendaftar kurang dari jumlah yang ditargetkan, Pendidikan Akuntansi Kelas Internasional akan tetap dibuka. “Dengan jumlah tersebut kami harapkan kelas internasional angkatan pertama ini dapat kondusif dalam proses pembelajaran,” harapnya. Sebagai kelas internasional, bahasa yang di gunakan untuk menyampaikan materi di ke las pun menggunakan bahasa Inggris. Untuk itu, beberapa dosen, khususnya dosen Pendi dikan Akuntansi, telah digodok di P3AI beberapa waktu lalu. “Dosen-dosen itu akan mulai menggunakan bahasa Inggris di kelas untuk tiga mata kuliah di tahun pertama,” ungkap Indah Mustikawati. Mata kuliah yang akan diberikan antara lain Introduction of Account
ing, Introduction of Bisnis, dan Introduction of Management. Mata kuliah-mata kuliah itu masuk dalam kurikulum yang merupakan hasil kerjasama UPSI dan UNY. “Kurikulum ini sesuai dengan Inter nasional Financial Report Standart yang menjadi kesepakatan kami,” papar Djazari. Mata kuliah yang akan dijadikan kerjasama dua universitas hanya mata kuliah yang memenuhi stan dar tertentu. “Artinya, mata kuliah tersebut di akui oleh kedua fakultas.” Kurikulum ini juga akan dievaluasi pada tahun yang akan datang. “Evaluasi itu menjadi bahan perbaikan kami untuk keberlanjutan kelas internasional ini,” tambahnya. Proses perkuliahan Pendidikan Akuntansi Kelas Internasional ini akan menarik. “Mahasiswa yang mengambil mata kuliah tertentu dalam kelas ini akan kami berangkatkan ke Malaysia dan begitu pula sebaliknya,” kata Indah Mustikawati. Mahasiswa itu akan menghabiskan paling tidak beberapa semester untuk menyerap ilmu di UPSI dan apabila memungkin kan juga akan dilakukan di UM. Menyongsong pembukaan kelas internasional, banyak hal dilakukan program studi Pendidikan Akuntansi. “Kurikulum yang kami susun sudah sampai pada tahap finishing, tapi masih ada yang perlu dibenahi.” Proses tersebut dijanjikan akan segera selesai menjelang pembukaan kelas internasional tahun ini. Pro ses lain yang juga sedang dilakukan antara lain mengirimkan sekitar empat karyawan administrasi Pendidikan Akuntansi ke Melbourne, Australia. “Mereka akan mempelajari bagaimana kedisiplinan akademik dalam short course di Melbourne University,” tutur Indah. Kelas internasional ini memiliki tujuan men dukung mahasiswanya untuk dapat terserap di berbagai bidang pendidikan, terutama seko lah-sekolah yang telah berstandar internasio nal. Sebagaimana dinyatakan Prof. Pardjono, Ph. D., “kampus ini sedang mengalami proses menjadi WCU dan peka terhadap kebu tuhan pendidikan.” Dengan demi kian, Pendidikan Akuntansi dan Matematika yang difokuskan menjadi kelas internasional ini diharapkan dapat menam bah daya saing lulusan UNY di bidang pendidikan.
Ahmad Natsir/pewara dinamika
pun memiliki daya saing tinggi di luar negeri. “Kelebihan itu yang menarik kami, sehingga ka mi berharap dapat menjalin kerjasama dengan UM untuk mendukung kelas internasional nanti,” jelas Prof. Pardjono, Ph. D. Di samping UM, tim studi banding juga berkesempatan mengadakan kerjasama dengan UPSI. Universitas ini berada di Perak, Malaysia. Bila UM memiliki kelebihan dalam metode bisnis dan akuntansi, UPSI menonjol dalam bidang pendidikan bisnis dan akuntansi. Universitas ini dinilai sebagai universitas yang se nasib dengan UNY: sedang bergerak menjadi universitas yang WCU. Kesamaan misi inilah yang menjadikan UNY memiliki point khusus di mata UPSI.
Indah Mustikawati
P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009
17
laporan utama
Belajar Ilmu Sosial dari Jepang Setelah menjajaki kerjasama di Negeri Sakura, UNY mulai menyiapkan diri menjadi kampus unggulan berbasis pendidikan.
Ahmad Natsir/Pewara Dinamika
Ole h D hian Hapsari
B
anyak hal yang perlu dipersiapkan da lam rangka menuju World Class Univer sity. Jaringan internasional dan kerja sama di berbagai bidang juga sedang diperluas. Salah satu langkah kerjasama interna sional yang dilakukan UNY antara lain membu at MoU dengan berbagai lembaga yang fokus menangani pendidikan. Awal tahun ini UNY akan mengadakan MoU dengan Aichi University of Education. MoU itu dilakukan untuk menjalin kerjasama dalam pengembangan pendidikan terutama ilmu sosial di UNY. Sebelum MoU kerjasama pengembangan ilmu sosial, UNY telah bekerjasama dengan JICA yang juga berasal dari Jepang. Kerjasama ini membuahkan hasil yang menarik dan memberikan kemajuan yang signifikan. Dengan demikian, tidak ada salahnya untuk pengembangan keilmuan lain UNY juga bekerjasama dengan JICA ataupun universitas lain di Jepang. Seperti yang dinyatakan Dekan FISE, Sardiman M.Pd., “Selain keefektifitasan, saya tertarik dengan ko mitmen yang dimiliki Jepang untuk memajukan pendidikan.” Untuk itu, pada akhir Desember wakil UNY antara lain Sutrisna Wibawa selaku Pembantu Rektor (PR) II, Sardiman sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi (FISE), dan Sugirin, selaku Kepala Kantor Kerjasama Humas dan Protokol (KKHP) berkunjung ke Jepang dalam rangka Simposium Social Studies sekaligus merintis kerjasama dengan Aichi Univerity of Education. Selain menghadiri simposium yang diadakan Prof. Takeshi, duta UNY juga berkesempatan mengunjungi beberapa sekolah dan museum yang merupakan jeja ring dari Aichi University of Education. Memilih Aichi University of Education Setiap daerah atau propinsi di Jepang
18
Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9
setidaknya memiliki tiga jenis universitas: universitas umum, univeritas pendidikan, dan universitas teknologi. Semua universitas negeri di Jepang memiliki standar fasilitas dan lulusan yang relatif sama. “Sekolah di desa maupun di kota memiliki gedung yang sama, sehingga anak-anak di desa dapat bersekolah di dekat rumahnya yang memiliki fasilitas sama dengan di kota,” ungkap Sutrisna Wibawa. Salah satu univeritas pendidikan di Jepang adalah Aichi University of Education, berada di Kariya yang berjarak kurang lebih 30 kilometer dari Nagoya. Universitas ini berdiri pada 1873 dengan nama Aichi Prefectural Academy yang bergerak dalam bidang pendidikan guru. Dalam perkembangannya kemudian menjadi universi tas nasional yang memayungi semua sekolah guru di wilayah Aichi di bawah Aichi Gakugei University. Pada tahun 1966 semua jaringan kerjasama itu disatukan menjadi lembaga baru ber nama Aichi University of Education. Sebagai sekolah pencetak guru, Aichi Uni versity of Education menangani masalah pendidikan dengan serius. Universitas ini bahkan memiliki jaringan yang kuat dengan sekolah dasar hingga sekolah menengah. Tidak heran, apabila lulusan Aichi University of Education dapat langsung mengajar di sekolah-sekolah yang masuk dalam jaringan Aichi University of Educa tion. “Bukan itu saja, Aichi University of Educa tion juga bekerjasama dengan museum, sehingga ketika kami berkunjung bersama dosen dari Aichi pihak museum seperti menyambut kedatangan keluarga. Rupanya orang-orang yang bekerja di museum itu adalah lulusan dari Aichi yang ditempatkan di museum,” kenang Sugirin. Jaringan pendidikan yang mengakar hingga sekolah dasar ini juga menarik perhatian Sardi man, Dekan FISE. “Sekolah-sekolah di bawah Ai
Dokumen Pribadi
laporan utama
chi Universirty of Education menjadi lab school bagi mahasiswanya, sebaliknya sekolah-seko lah di bawah Aichi juga berhak meminta peng ajar yang berkualitas dari Aichi. Hubungan ini menjadikan jaringan pendidikan itu kuat dan saling menguntungkan.” Pengembangan Ilmu Sosial Hal yang menjadi perhatian khusus Sardiman ketika berkunjung ke Jepang antara lain pengajaran ilmu sosial dan keefektifitasan pendidikan di Aichi University of Education. “Saya terkesan dengan pengajaran ilmu sosial di salah satu sekolah di Jepang. Untuk pelajaran sejarah, misalnya, gurunya mengajak siswa didik berpikir dari kasus adanya polisi tidur di kampung,” katanya. Sardiman lantas berusaha memahami strategi itu. Selanjutnya ia mengambil kesimpulan, “Rupanya pengajaran ilmu sosial itu akan lebih dipahami siswa ketika mendekatkannya dengan kehidupan sehari-hari,” jelasnya. Menurut Sardiman, perkembangan ilmu sosial pantas mendapat perhatian. Terlebih lagi, berdasarkan seleksi yang telah dilakukan tim, Pendidikan Akuntansi FISE menjadi program studi (prodi) yang akan difokuskan untuk membuka kelas internasional. “Kami akan mulai be kerja keras untuk mempersiapkan kelas interna sional yang rencananya akan dibuka tahun ini,” jelasnya. Selain perhatian terhadap prodi Pendidikan
Akuntansi, Dekan FISE juga memperlebar jaringan kerjasama untuk pengembangan ilmu sosial lannya. Langkah awal yang akan ditempuh antara lain MoU yang akan dilaksanakan pada Mei mendatang. Tahun ini UNY sudah akan membuka dua ke las internasional untuk prodi Pendidikan Mate matika dan Pendidikan Akuntansi. Kelas internasional ini yang sedianya disiapkan UNY dalam rangka menghasilkan lulusan yang tidak hanya dapat bekerja di dalam negeri, tapi juga terserap di berbagai lembaga pendidikan mau pun perusahaan luar negeri. Sebagai pendukung program ini, UNY pun akan mempersiapkan beberapa dosen. Setidak nya UNY akan meningkatkan jumlah guru besar dan mendorong dosen untuk meraih gelar dok toral. Selebihnya, berdasarkan hasil kunjungan ke Jepang, PR II juga tertarik untuk memberikan otonomi kepada para guru besar seperti yang dilakukan Jepang. “Saya kagum dengan ada nya otonomi khusus yang diberikan Aichi Uni versity of Education kepada para profesornya,” tegasnya. Dengan otonomi itu memberi sema cam semangat para profesor di Jepang untuk mengembangkan keilmuannya. “Untuk menyelengarakan Simposium social studies saja mereka tidak memerlukan kepanitian yang berstruktur gemuk. Cukup satu profesor saja dibantu beberapa mahasiswa bimbingannya,” ujar Sar diman.
Rombongan UNY yang dipimpin Pembantu Rektor II, Sutrisna Wibawa, M.Pd., berjabat tangan dengan Rektor Aichi University of Education Japan.
P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009
19
laporan utama
Rintisan Kerjasama UNY di Negeri Kanguru Ole h E ndang Artiati Suhesti
Ahmad Natsir/Pewara Dinamika
P
20
rogram World Class University (WCU) te lah dicanangkan, untuk mewujudkan nya, UNY berusaha semaksimal mungkin. Kerja keras pun dilakukan dari penyiapan fasilitas sampai pada penyiapan ku rikulum yang semuanya harus berstandar Inter nasional. Ini bukan perkara mudah, tetapi UNY optimis mampu menjadi sebuah kampus pendidikan berstandar internasional. UNY punya potensi. “Potensi itu harus di diperjuangkan,” tegas Herminarto Sofyan, Pembantu Rektor III UNY. WCU bukan sesuatu yang idealis. Tetapi di lapangan sekolah-sekolah bertaraf internasional sudah banyak yang berdiri. Secara multidemesial, UNY sudah saatnya untuk menjadi kampus internasional, karena sekolah-sekolah sudah membutuhkan lulusan UNY. ”Waktu saya ke Australia, ketika di Australia dan mempresen tasikan UNY, saya bilang kepada mereka we in Jogjakarta have very good and establish center of English language. Jadi sebetulnya kita tidak ke repotan untuk menyiapkan bahasa Inggris sebagai salah satu yang dipersyaratkan dalam WCU,” papar Dr.. Marsigit M.A, Koordinator Program WCU ke Australia. Dalam persiapannya, UNY, salah satunya mela kukan studi banding ke luar negeri untuk mengetahui bagaimana sebenarnya konsep World Class University dan juga menggandeng bebera pa universitas di luar negeri un tuk bekerja sama. Maka akhir ta hun 2008, rombongan beberapa pimpinan UNY, Penjabat Rek tor, Pembantu Rektor III, Ka jurdik Matematika, dan Dr. Marsigit, MA., berangkat ke Australia. Selama seming
Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9
gu, mereka melakukan studi banding sekaligus membicarakan proposal kerjasama. Adalah University of Melbourne, universitas yang mereka kunjungi. Alasan di pilihnya Uni versity of Melbourne salah satunya adalah kerena universitas ini mempunyai program teach ing nomor satu di Australia. Selain itu, mereka juga mengunjungi IRMT. ”Tujuan sebenarnya adalah ke University of Melbourne, tetapi kebetulan di pascasarjana UNY ada program sandwich di IRMT Australia, yang kebetulan berdekatan dengan University of Melbourne, maka atas persetujuan Pak Penjabat Rektor, kami langsung ke IRMT untuk mengunjungi mahasiswa-mahasiswa pascasarjana UNY yang sedang mengikuti perkuliahan dan penelitian. Alhasil, sepulangnya dari dua kampus ini, kami membawa segudang ide yang nantinya akan dipakai seba gai pijakan untuk membuat proposal menuju WCU,” papar Marsigit. Hubungan UNY dengan University of Mel bourne pun sebenarnya sudah baik. Marsigit menjelaskan bahwa UNY sudah punya kontak dengan profesor di sana dan sebelum studi banding di lakukan, UNY sudah melaksanakan program IMHERE untuk pengembangan program Matematika. “Awalnya saya berangkat untuk studi kelayakan kurikulum program studi Matematika tanggal 26 Agustus 2008 s.d. 5 September 2008. Lalu ketika saya breafing dengan almarhum Rektor UNY (Prof. Sugeng Mardiyono, PhD. red), beliau menginginkan tidak hanya kurikulum program studi matematika, tetapi juga tentang konsep Wold Class University. Oleh sebab itu, saya di sana bertemu dengan profesor, unit kerja, dan dekan. Di tiap pertemuan saya informasikan tentang UNY dan proposal kerjasama. Respon mereka sangat bagus dan konstruktif. Dan ketika kami ke sana lagi, mereka sudah menyiapkan dua proposal kerja sama untuk membantu UNY menuju WCU,” lanjut Marsigit yang pernah menulis buku Matema-
Dokumen Pribadi
laporan utama
tika SMP-SMA C ini dengan ramah. Ketua Jurusan Matematika, Dr. Hartono, menjelaskan bahwa University of Melbourne menawarkan program untuk meng-up great kemampuan UNY pada umumnya dan prodi Pendidikan Matematika dan Pendidikan Akutansi, pada khususnya. “University of Mel bourne menawarkan program pembelajaran materi dengan bahasa Inggris. Ada juga program lain yang ditawarkan, yaitu semacam join riset, tetapi bersifat personal. Oleh karena itu, program join riset masih menjadi wacana. Jika program yang berkaitan dengan program S3 direalisasikan, maka kita akan pengirim mahasis wa S3 sesuai dengan jalur yang ditetapkan,” katanya, “Ada juga tawaran program evaluasi,” jelasnya kemudian. Mengawali kerjasama yang dilakukan UNY dengan University of Melbourne, maka UNY akan pengiriman tenaga pengajarnya untuk belajar ke sana. Mereka akan tinggal di sana kurang lebih sekitar 6 minggu. Dosen-dosen yang di kirim ini dipersiapkan untuk mengajar kelas internasional Pendidikan Matematika dan Pendidikan Akutansi yang rencananya akan di bu-
ka pada September mendatang. “Jadi, mereka menawarkan teaching content true English. Ada sisi strategisnya, yaitu mereka memberikan sertifikat untuk teaching matem athic true English. Jadi, di sana, mereka akan mempelajari matematika dan pembelajaran matematika, lalu mempelajari juga teaching matemathic true English. Selanjutnya, mereka memperoleh sertifikasi. Dengan memberikan seritifikat, berarti mereka mengakui program kita. Adanya pengakuan ini sebenarnya adalah merintis untuk menuju jalan internasional. Artinya, kalau program kita sudah diakui oleh mereka, itulah sebenarnya, kita sudah bertaraf internasional,” papar Marsigit yang lahir di Kebumen 1957 lalu. Yang jelas di sana, menurut Penjabat Rektor, UNY mendapat sambutan hangat, bahkan kami pun mendapatkan tawaran pelbagai macam program WCU, salah satunya teaching content true English. “Jika pelbagai program dapat kita realisasikan, termasuk program di negara-negara yang menjadi bidikkan UNY, maka pencapaian WCU adalah bukan perkara yang sukar,” tegas Rochmat.
Penjabat Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, MA., di dampingi Pembantu Rektor III UNY, Prof. Dr. Herminarto Sofyan menukar kenang-kenangan dengan jajaran pimpinan University of Melbourne, Australia.
P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009
21
laporan utama Prof. Dr. Herminarto Sofyan
Mengubah Mindset Mahasiswa
foto-foto: Dokumen pribadi
Sore itu (21/1) di sela-sela kesibukan, Prof. Dr. Herminarto Sofyan mempersilahkan Endang Artiati Suhesti, reporter Pewara Dinamika untuk melakukan wawancara khusus berkaitan de ngan program pengiriman mahasiswa aktivis ke luar negeri. Awalnya program beasiswa perjalanan ke luar negeri ini akan dilaksanakan ke beberapa negara Asia Tenggara, meliputi Malay sia, Philipina, Thailand, dan Brunai Darusalam. Namun karena situasi ekonomi yang tidak stabil akibat goncangan harga minyak dunia, maka pelaksanaan program ini diserahkan ke pergu ruan tinggi masing-masing, tepatnya setelah turunnya Surat Edaran Kepala Biro Perencana an dan Kerjasama Luar Negeri bernomor: 46/ A2.5/LN/2008, tertanggal 4 Juli 2008. Harapannya, perguruan tinggi tersebut dapat mengatur dan menyesuaikan anggaran tersebut sesuai kebutuhan perguruan tinggi masing-masing. UNY sendiri, menggeser pelaksanaan program pengiriman mahasiswa aktivis ini bersamaan dengan program World Class University (WCU). Untuk mengetahui lebih jauh alasannya, ikuti wawancara khusus berikut ini: Mengapa dipilihnya mahasiswa aktivis? Pada waktu Bapak Gatot menjadi Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, ia ingin memberikan bekal kepada mahasiswa di seluruh Indonesia tentang bagaimana budaya di luar negeri dan bagaimana pola belajar-mengajar di sana. Untuk mempermudah proses transformasi gagasan t e r s e b u t , Pak Gatot 22
Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9
laporan utama
Universitas mana yang akan dituju? Senyampang dengan program World Class University dan MoU antara UNY dengan Perguruan Tinggi Luar Negeri, maka UNY memilih Universitas Pendidikan Sultan Idris (UPSI) dan Universitas Tun Hussein Onn Malaysia (UHTM) untuk memberangkatkan mahasiswa aktivis. Di sana, selain UNY menandatangai MoU, mahasiswa aktivis tersebut dapat belajar banyak hal, setelah itu mereka diminta analisis bagaimana hasil pembelajaran (baca: pengamatan) tersebut dapat diaplikasikan ke UNY, terutama untuk kalangan mahasiswa. Kami mengirim 6 orang aktivis dan 1 pendamping untuk ditempatkan di UPSI, dan 8 orang dan 1 orang pendamping yang akan ditempatkan di UTHM. Mereka akan diberangkatkan tanggal 23 sampai dengan 30 Januari 2009. Syaratnya mahasiswa yang terpilih itu, se perti apa? Kami merujuk dengan ketentuan dari Jakarta. Yakni, mereka adalah pengurus harian, yang terdiri atas ketua dan sekretaris. Mereka diminta untuk melamar, setelah itu berkas lamarannya di kirim ke Jakarta dan dipilih 18 orang aktivis. Tetapi berhubungan 4 orang mahasiswa nya sudah lulus, maka UNY hanya akan membe rangkatkan 14 orang mahasiswa dan 2 orang pendamping. Apa saja kegiatan yang mereka lakukan? Ada sit in class, selama berada di luar negeri mereka dapat melaksanakan kegiatan pada mata kuliah yang diminati. Dalam Campus Tour, mereka mempresentasikan pengalaman selama aktif di Indonesia dan melakukan diskusi dengan Unit Kegiataan Mahasiswa kampus setempat. Ada juga kegiatan Literature Study untuk mempelajari bidang keahlian yang di-
minati. Ada juga kegiatan factory tour dan cul tural study, yaitu kunjungan–kunjungan yang akan dilakukan pada week end bersama aktivis mahasiswa setempat untuk memperlajari budaya Malaysia. Bagaimana follow up-nya mereka setelah kembali lagi ke Indonesia? Mereka akan mempresentasikan apa saja yang telah mereka lakukan di sana di depan te man-temannya. Selain itu, mereka diwajibkan membuat laporan secara tertulis mengenai ke giatan dan pengamana belajar di sana. Nanti akan ada forum dengan mengundang temanteman mereka. Apa tujuan terpenting dari adanya pengirim an aktivis bagi UNY? Mengirimkan aktivis ke luar negeri dapat memberikan pengetahuan kepada mereka, me ngubah mindset agar minat belajarnya tinggi. Kalau di sini (Indonesia, red.) biasanya mahasiswa itu kalau belajar, cukup kebut satu malam, padahal tidak seperti itu. Sebenarnya mahasiswa kita punya potensi yang luar biasa, tetapi manajemennya yang keliru. Dalam menghadapi kehidupan ini, mereka enak saja, sehingga jadi tidak mau belajar keras. Tetapi jika mereka tahu bagaimana belajarnya mahasiswa di luar negeri, yang biasanya belajar dari pagi sampai malam, maka mereka akan tersadarkan. Jadi, mereka dapat membentuk dan mempersiapkan karakter diri mereka masingmasing untuk menjadi ilmuan bukan hanya terlibat dalam kegiatan politis praktis, seperti yang kerap terjadi di Indonesia (juga di UNY).
Foto-Foto: Ahmad Natsir/Pewara Dinamika
merencanakan jika beasiswa ini lebih tepat ditujukan kepada mahasiswa aktivis karena mereka dipercaya mempunyai kemampuan untuk menganalisis dan mengkomunikasikan program tersebut kepada mahasiswa-mahasiswa lainnya. Selanjutnya, program ini dilakukan secara bertahap, dan UNY masuk dalam pemberangkatan tahap ke-4. Namun begitu ada krisis minyak dunia, dana untuk pemberangkatan mahasiswa diserahkan kepada universitas masing-masing untuk digunakan sesuai dengan kemampuan universitas tersebut.
Pendidikan: S2/ S3 Universitas Negeri Jakarta • Pekerjaan: Pembantu Dekan III FPTK (1988– 1994); Dekan FPTK (1995–1999); Ketua UP2AI UNY (2002-2003); Pembantu Rektor III UNY (2004-2008 dan 2008-2011)
Lantas, apa harapan UNY sebagai universitas yang siap menuju WCU? Harapannya mereka tahu bahwa etos kerja dan belajar di luar negeri itu berbeda sekali. Mereka akan bisa membandingkan dan akan terbentuk mindset, bahwa Indonesia, termasuk UNY sebetulnya punya potensi. Oleh karena itu, kinerjanya sebagai mahasiswa perlu diperbaiki dan mereka harus disiplin. Selain itu, program yang dapat memberikan wawasan global, dapat menjadi bekal masa depan mereka. Bahwa, mereka sebaiknya tidak terlalu menggantungkan kehidupan pada negara ini. Mungkin suatu saat mahasiswa UNY ingin belajar dan bekerja di luar negeri, sudah harus mempersiapkan diri sejak dini.
P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009
23
laporan utama
Mengejar Citra Pendidikan Seutuhnya O l e h A rdyan M . Erlangga
U
niversitas Negeri Yogyakarta berusaha meraih status sebagai World Class University? Terdengar utopis melihat kondisi riil di internal kampus saat ini. Kata semoga biasanya dipergunakan untuk mengiringi semboyan “menjadi universitas ber taraf internasional.” Belum lagi dengan embel – embel “jika disertai doa dan dukungan dari seluruh civitas akademika!” Mengacu pada kon disi UNY yang masih harus bekerja keras untuk menjadi sebuah universitas yang memiliki jati diri yang kuat, maka besar kemungkinan cita – cita yang didengungkan tadi hanya akan menjadi sebuah semboyan yang hidup dalam ritus perayaan saja. Terdengar sinis? Memang. Namun sebelum melangkah lebih jauh mengejar cita – cita menjadi Universitas top di jagad, segenap elemen kampus perlu untuk urun rembug terlebih dahulu perihal jati diri kampus yang dulu mengusung nama IKIP ini. Sudah 44 tahun kampus ini berdiri, dan aktualisasi diri sebagai kampus Pendidikan tampak masih jauh panggang dari api. Saya pribadi menganggap bahwa fiksasi citra yang harus dibangun merupakan langkah wajib untuk melangkah ke sana. Memang UNY telah menjadi salah satu institusi pendidikan yang mengomandoi program sertifikasi guru, belum lagi banyak dosen yang “dipinjam” oleh Depdiknas untuk memberi sumbangsih pada pengembangan kebijakan pendidikan nasional. Namun itu saja tidak cukup. Mari kita lihat
Langkah yang cukup riil adalah meng hidupkan kembali Lab School yang dahulunya bernama SMA IKIP. 24
Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9
terlebih dahulu syarat menjadi sebuah World Class University yang ternyata amat sulit dicapai, bahkan oleh kampus – kampus ternama di Indonesia. Beberapa kriteria world class university dian taranya adalah 40 % tenaga pendidik bergelar Ph.D/doktoral, publikasi internasional 2 papers/staff/tahun, jumlah mahasiswa pasca 40% dari total populasi mahasiswa (student body), anggaran riset minimal US$ 1300/staff/tahun, jumlah mahasiswa asing lebih dari 20%, dan penyediaan Information Communication Techno logy (ICT) 10 KB/mahasiswa. Mengacu pada prasyarat yang cukup sulit tersebut patut kita pertimbangkan kemudian sebuah pertanyaan penting, “Apa yang membuat UNY memiliki ke lebihan dibanding 82 Perguruan tinggi Negeri dan 2.700 PT swasta lainnya?” Untuk membangun universitas kelas dunia, tentunya memerlukan dukungan dari segi fi nansial maupun non-finansial. Dukungan nonfinansial antara lain bisa berupa hasil riset yang bermutu, prestasi mahasiswa, dan lain-lain. Sedangkan untuk dukungan finansial, UNY membutuhkan dana yang diperoleh sumber-sumber pendapatan dari biaya pendidikan mahasiswa, keuntungan dari hasil-hasil riset yang ada, pendanaan melalui APBN, donasi pihak swasta dan peran lembaga-lembaga philantropy. Selain dukungan finansial dan non finansial, ada tiga hal yang harus ada dalam strategi me nuju world class university. Pertama, universitas harus punya fokus riset atau pengembangan bidang-bidang tertentu yang akan jadi unggulan mereka. Sebaiknya, bidang-bidang ini punya kedekatan dengan kondisi alam, sosial, dan budaya. Hasil riset juga punya kegunaan langsung di masyarakat. Kedua, mendorong tiga mesin utama, yaitu integrasi berbagai bidang terkait, pemanfaatan teknologi IT, dan penanaman nilai-nilai entrepreneurship. Ketiga mesin ini harus dijalankan secara sinergis dan kontinu. Strategi ketiga, ada pengembangan ventura-ventura
laporan utama atau sumber daya yang ada di universitas. Pe ngembangan itu bisa dari segi akademik deng an pengembangan intellectual capital dan sumber daya lain yang bersifat ekonomis. Untuk memulai langkah besar, pastinya harus sebuah dilakukan langkah kecil sebagai pijakan awal untuk menjadi fondasi terlebih dahu lu. Jika jajaran Pembantu Rektor II sebagai ujung tombak dalam perjuangan mendapatkan dana untuk melandasi semuanya, maka elemen lain perlu memperjuangkan strategi yang saya ungkapkan pertama tadi, yaitu fokus riset atau pengembangan bidang-bidang tertentu yang akan jadi unggulan. Kita harus menyepakati terlebih dahulu bahwa khittah UNY adalah kampus yang menciptakan tenaga pendidik, dan oleh karenanya Kampus ini dengan penga kalam/pewara laman selama ini sudah seharusnya melakukan branding sebagai kampus dengan fokus kajian pengembangan pendidikan ataupun studi berkaitan dengan efektivitas kurikulum. Langkah yang cukup riil adalah menghidupkan kembali Lab School – yang dahulu bernama SMA IKIP – dan meningkatkan peran Pusat Studi Pendidikan sebagai lembaga yang rutin mengaji kebijakan pendidikan pemerintah mela lui berbagai media, baik jurnal ilmiah maupun media massa. Langkah – langkah tersebut memang cukup menyita banyak biaya, namun saya rasa untuk langkah pertama menancapkan imej, maka kam pus perlu melihatnya sebagai sebuah Cost Re covery. Mendirikan lab school bukan untuk ga gah – gagahan, namun sebagai sebuah bentuk pembuktian riil pada masyarakat bagaimana kurikulum yang kita bahas dalam kerangka teoritis di ruang kelas dapat diimplementasikan pada peserta didik yang nantinya akan memiliki kriteria kita sebagai cendikia, mandiri, dan bernurani. Kurikulumnya bisa jadi akan menjadi terobosan pada dunia pendidikan, sebagaima na yang telah dilakukan oleh institusi alternatif lainnya semisal SMP Qaryah Thayyibah ataupun SD Kanisius Mangunan. Untuk peningkatan riset, pastinya dibarengi pada peningkatan alokasi dana, dan pengu
rangan jam mengajar bagi dosen. Bukan rahasia umum, dosen yang sibuk mengajar tidak akan punya waktu untuk melakukan riset. Bo ro – boro penelitian, mengurus nilai mahasis wa yang bejibun saja masih keteteran. Padahal dosen akan memiliki dukungan struktural cu kup untuk meneliti apabila rasio student selec tivity (kualitas penerimaan mahasiswa) dan rasio Stu dent body (jumlah mahasiswa) berimbang. Bagaimana akan memiliki student selectivity yang baik kalau setiap tahun ada beberapa prodi-prodinya masih harus menerima sekian banyak mahasiswa baru, dengan alasan untuk pendanaan subsidi silang ke prodi yang lain. Bagaimana bisa memiliki rasio yang seimbang kalau student bodynya terlalu besar sementara kebijakan untuk pengadaan dosennya sangat lambat. Lebih penting lagi, agar tulisan ini tidak menjadi terlalu pesimistis, branding sebenar nya bukan harga mati. Di saat ratusan Universitas percaya bahwa pendidikan bermutu sama pelafalannya dengan biaya mahal, akses pendidikan pada rakyat miskin merupakan utopisme sosialis, - dan pendidikan berkarakter yang membebaskan bagi peserta didik masih kalah populer dengan pola pendidikan turbo yang menciptakan peserta didik menjadi bank data ilmu semata – disitulah celah dimana UNY bisa masuk dan memberi sumbangsih yang nyata. UNY sebenarnya lebih mulia menjadi institu si yang memberi spirit perubahan, bukan spirit menjadi tukang. Oleh karenanya mempertahan kan idealisme pendidikan akan lebih penting bagi UNY, terutama yang bernafaskan semangat kerakyatan. Maka sasaran tembak perlu ditata ulang kembali. Saat UNY mampu menghasilkan Paulo Freire, Ki Hajar, Donnie Koesoema, ataupun Anita Lie baru, dan menghasilkan pendidik profesional yang bernurani, itulah brand yang paling kuat bahwa UNY, kelak akan menjadi universitas kelas dunia.
Ardyan M. Erlangga jurnalis LPM EKSPRESI UNY
P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009
25
berita PEMBANGUNAN
RUSUNAWA SEBAGAI LABORATORIUM SOSIAL
Rusunawa UNY dapat dijadikan sebagai Laboratorium Sosial bagi mahasiswa, se hingga setiap mantan penghuni Rusuna wa UNY (Asrama Mahasiswa) dapat men jadi model bagi yang mahasiswa lainnya. Keberadaan Rusunawa UNY sungguh memberikan manfaat bagi mahasiswa, di antaranya tersedianya tempat tinggal bagi mahasiswa, khususnya bagi maha siswa pada tahun pertama yang bera sal dari luar daerah, tersedianya tempat tinggal bagi sejumlah kecil terpilih (ma hasiswa aktivis, berprestasi yang memi liki moralitas yang baik), tersedianya tempat tinggal bagi mahasiswa dengan kualitas bangunan yang memadai. Demikian dijelaskan Penjabat Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, MA., pada acara Pemancangan Tiang Pertama pembangunan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) untuk mahasiswa UNY di kampus Wates, Senin (19/1). Aca ra ini dihadiri Menteri Negara Perumah an Rakyat (Menegpera)Republik Indonesia, Muhammad Yusuf Asy’ari, yang 26
Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9
sekaligus meresmikan mulainya pembangunan rusunawa UNY. Rangkaian seremonial pemancangan tiang pertama ini diawali persembahan Tari Gambyong oleh mahasiswa Seni Tari FBS UNY dan sambutan-sambutan, antara lain sambutan Penjabat Rektor UNY dan Bupati Kepala Daerah Kulonprogo dan Menegpera RI, Yusuf Asy’ari. Setelah Menegpera menekan tombol alat ‘pemukul’ tiang pancang pertama, dilanjutkan penanaman pohon Kepel dan Sawo Kecik pada sembilan titik untuk menghijaukan lingkungan Kampus UNY Wates yang sudah tampak asri. Menurut Pembantu Rektor II UNY, Sutrisna Wibawa, M.Pd., rusunawa di bangun di atas lahan bekas lapangan sepakbola di Kampus UNY Wates, Kulon progo. Bangunan calon asrama ini meng gunakan model fondasi tiang pancang, berukuran 17 meter x 60 meter terdiri atas lima lantai. Jumlah kamar ada 93, masing-masing berukuran 3,8 m x 4,9 m. Pembangunan menghabiskan dana
sebesar Rp 10 miliar dianggarkan dari APBN. Lantai dasar diperuntukkan bagi layanan umum, yaitu: ruang komersial, ruang serbaguna, ruang pengelola, gudang, tempat parkir, dan layanan lainnya. Harga bangunan senilai Rp. 9.945.500,00, belum termasuk penyambungan daya, mebeler, drainase halaman dan penghijauan, sebagai imbalan sharing. Lebih lanjut, Sutrisna Wibawa, menjelaskan, rusunawa ini telah diusulkan kepada Kemenegpera sejak 2006. “Selama dua tahun, kami terus melobi pihak kementrian agar proposal rusunawa UNY dapat diterima. Dan, Al hamdullah direspon. Semua itu, berkat kerja keras tim,” ungkap PR II UNY. Menurutnya, rusunawa diperkirakan selesai dibangun Juni 2009, sehingga awal tahun akademik baru mendatang (September) sudah bisa ditempati. Sutrisna juga menjelaskan asrama mahasiswa yang akan dibangun ini merupakan tahap I. Sementara saat ini juga sedang mengajukan pemba ngunan Rusunawa Tahap II di tempat yang sama, bersebelahan dengan Rusu nawa Tahap I. Sehingga, setelah kedu anya berdiri, Kampus UNY di Wates, memiliki asrama putra-putri terpisah. “Namun untuk Rusunawa Tahap I ini belum ditentukan untuk asrama putra atau putri,” paparnya. “Pembangunan Rusunawa Tahap I ini, merupakan kolaborasi antara UNY dan Kemenegpera. Pihak Kemenegpera menyediakan gedung, sedangkan UNY menyediakan fasilitas isinya, seperti fur nitur, perangkat elektronik, sarana sani tasi dan sebagainya. Asrama Tahap I ini disiapkan bagi 186 mahasiswa, setiap kamar diisi 2 orang, “ tegas Sutrisna. Sementara itu, Rochmat Wahab me
Foto-Foto: Ahmad Natsir/Pewara Dinamika
berita
ngutarakan selain manfaat asrama, rusunawa dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kegiatan akademik maupun non akademik bagi mahasis wa, terciptanya komunitas sosial maha siswa yang mampu memberikan peng alaman kehidupan berorganisasi dan bermasyarakat, dan terciptanya tempat yang terkontrol dan rasa aman, khusus-
nya bagi orang tua, selama putera dan puterinya belajar di UNY. “Keberadaan Rusunawa UNY sungguh memberikan manfaat bagi mahasiswa, di antaranya tersedianya tempat tinggal bagi mahasiswa, khususnya bagi mahasiswa pada tahun pertama dengan kualitas bangunan yang memadai. Selain itu, fungsi rusunawa sebagai laboratorium sosial
merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari bagi penghuni,” lanjutnya. Ditambahkan Rochmat, dengan pen dirian Rusunawa UNY akan sedikit berpo tensi menimbulkan masalah sosial-budaya dan lingkungan fisik, di antaranya reaksi dari masyarakat. Untuk itu perlu keterlibatan semua pihak, sehingga dapat mengurangi dampak negatif. Kita ingat bahwa Rusunawa bukan menjadi kompetitir usaha pondokan masyarakat, karena pada tahun kedua, sebagian besar mereka akan dilepas ke masyarakat. Yang jelas, bagi UNY secara fisikal, psikologis, sosial, dan edukatif, kehadir an Rusunawa UNY dapat berdampak po sitif bagi pembentukan diri mahasiswa secara optimal, terutama kehidupan moralitas, kehidupan yang sehat, kehi dupan kolektif-kooperatif, kemampuan kepemimpinan, perilaku empati, dan ke mampuan akademik yang unggul. Untuk dapat mewujudkan semuanya itu diharapkan Rusunawa dilengkapi sarana dan prasarana yang memadai, misalnya tempat diskusi dan tempat ibadah yang memadai, demikian juga ada program pembinaan yang terpadu, serta pengelolaan oleh mahasiswa secara bertanggung jawab yang didampingi oleh pembina asrama mahasiswa, sehingga terbangun suatu komunitas asrama mahasiswa yang anggun. ld/lensa/wit
P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009
27
berita KUNJUNGAN KERJASAMA
Dalam rangka perintisan kerjasama UNY dengan Aichi University of Educa tion Jepang, Pembantu Rektor II UNY, Sutrisna Wibawa, Dekan FISE UNY Sar diman AM, dan Kepala Kantor Kerjasa ma, Humas dan Protokol (KKHP) UNY, Sugirin, berkunjung ke Jepang,(18/12/ 2008). Selain melakukan kunjungan ke Laboratorium Aichi University of Educa tion Jepang, rembongan ini juga me ngunjungi sekolah dasar (SD) untuk melihat proses belajar-mengajar dan sa rana prasarana yang ada di sekolah SD tersebut, kesempatan Jepang juga di gunakan rombongan UNY untuk mengi kuti Simposium Pendidikan Sejarah. Ditemui di ruang kerjanya, Jumat (9/1), Pembantu Rektor II, Sutrisna Wiba wa, M.Pd., menjelaskan, dalam rangka UNY menuju World Class University, UNY terus meningkatkan jumlah kerjasama dengan berbagai universitas di luar ne geri, salah satunya dengan universitas di Jepang. Rencananya bersamaan de ngan pelaksanaan dies natalis UNY Mei 2009 akan diadakan penandatanganan MoU. Selain itu, tahun 2009 ini, UNY akan membuka dua (2) program studi (prodi) internasional, yakni prodi Pendi dikan Akuntansi dan Prodi Pendidikan Matematika, dan prodi-prodi lain akan menyusul. Sementara itu ditempat terpisah, De kan FISE UNY, Sardiman, AM., M.Pd., me ngatakan sangat terkesan dengan kun jungan ke sekolah dasar yang menjadi sekolah afiliasi dan binaan Aichi Uni versity of Education. Sarana belajarnya lengkap mulai dari ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang kesehatan, ruang seni dan kreativitas, laboratorium kom puter, juga tersedia ruang khusus untuk 28
Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9
dokumen pribadi
UNY MERINTIS KERJASAMA DENGAN AICHI UNIVERSITY of EDUCATION JEPANG
anak-anak yang memiliki cacat fisik, dll. Menurut pemandu, setiap sekolah di Jepang memiliki standar yang sama. Yang menarik, bila dilihat dari bahan dan peralatan, tidak menunjukkan kemewahan, tetapi semua tertata rapi dan terjaga kebersihannya. Sarana dan prasarana yang tersedia, memang betul-betul memperhitungkan fungsi dan manfaatnya. Lebih lanjut Sardiman mengungkap kan, proses belajar mengajar di SD terse but menerapkan pendekatan siswa`ak tif dan kontektual. Tidak hanya aktif, tetapi siswa juga didorong untuk kre atif. Model pembelajaran yang dikem bangkan guru lebih banyak mendorong aktivitas siswa, seperti siswa diminta mengerjakan tugas atau menyampai kan materi di depan kelas, diskusi ber pasangan dua-dua, ada juga siswa mela kukan diskusi kelompok memecahkan masalah yang diberikan. Materi pela jaran yang dibahas siswa juga sangat
kontekstual dikaitkan dengan kehidup an dan lingkungan anak. Misalnya mem bahas soal kehidupan sehari-hari: soal transportasi, kebersihan lingkungan, kegiatan rumah tangga, kebudayaan masyarakat, sampai pada soal krisis. Dengan kata lain, sistem pembelajar an di sana mendorong siswa tidak ha nya aktif, tetapi juga bagaimana berpikir kreatif, dan inovatif. Oleh karena itu, di sekolah kerap ada kegiatan pengem bangan kreativitas, misalnya secara ter padu dikembangkan pelajaran keteram pilan, seni, yang tidak jarang anak-anak bisa membuat sesuatu yang baru. ”Terkait dengan proses belajar me ngajar siswa aktif dan konstektual bu kan hal yang baru. Tetapi yang membuat saya terkesan bagaimana guru menghubungkan sebuah peristiwa de ngan kehidupan dan lingkungan anak, sehingga anak terbiasa belajar meme cahkan masalah,” ujar Sardiman. Lena Satlita
berita PERLOMBAAN
Mahasiswa UNY yang berlaga dalam Lomba Inovasi Teknologi Mahasiswa (LI TM) yang diselenggarakan Dinas Pendi dikan DIY, pantas untuk diacungkan jempol. Bagaimana tidak, dari 171 ke lompok mahasiswa perguruan tinggi se-DIY, yang bertandang di Universitas Teknologi Yogyakarta, (8-10/11/08), UNY (juga UGM) berhasil menempatkan lima (5) kelompok untuk bersaing menjadi sang juara. Alhasil, melalui perjuangan keras mahasiswa UNY mampu meraih Juara Umum LITM se-DIY. Sebelumnya, mereka telah terpilih masuk ke dalam 18 nominator untuk enam (6) lomba yang diperebutkan. Peraihan prestasi bergengsi ini dida
ahmad natsir/Pewara dinamika
UNY JUARA UMUM LOMBA INOVASI TEKNOLOGI MAHASISWA 2008
sarkan pada penilaian dewan juri dari pelbagai kampus di DIY. Dalam penilain tersebut, UNY berhasil menyabet Juara I bidang Pendidikan, yang diwakili Nawa Ari Pamungkas, dkk.; Juara I bidang Gi zi dan Makanan Tradisional, yang diwa kili Rani Asri Wijayanti, dkk.; Juara II bi
dang Kerajinan, yang diwakili Untung Kurniawan; dan Juara III bidang Pen didikan diwakili Erna Wiji Astuti dan bidang Pariwisata, yang diwakili Eko Yulianto, dkk. Atas prestasi yang mem banggakan tersebut UNY berhak atas Throphy Bergilir Gubernur DIY. Sementara itu, Iwan Nopi Yono Pu tro, mahasiswa Fakultas Teknik, jurus an Pendidikan Elektronik, yang meraih Juara Pertama dalam Lomba Pembuat an Sistem Informasi bagi Perguruan Tinggi se-DIY, mengatakan sangat se nang menjadi juara karena perlom baan ini persaingannya sangat ketat. ”Ini menjadi anugrah yang terbesar dari yang Maha Kuasa di hari ulang ta hunku,” ujarnya penuh haru. Ia menjelaskan pada saat persiapan untuk mempresentasikan hasil karyanya, dia mengalami kesulitan pada referensi buku karena mahalnya harga buku. Selain itu, karena kekurangtahuannya terhadap komputer, membuatnya harus belajar komputer secara otodidak dan harus banyak bertanya pada teman. tata irawan
KONFRENSI
ZEN, PESERTA TERMUDA DI INTERNATIONAL CONFERENCE ON ENVIRONMENT 2008 (EST) to Develop Self Awareness as an Al ternative Solution to Implement Eco-Ef ficiency and to Reduce Global Warming Effects”, mendapat antuasisme dari pe serta, bahkan seorang keynote speaker tampak begitu mengikuti materi yang ia sampaikan. “Saya senang dan bangga bisa mengi kuti acara ini,” akunya, “Selain itu, saya memperoleh banyak pengalaman, wa wasan, relasi, dan berbagai informasi mengenai pendidikan di Malaysia.” Ia berharap setelah menyelesaikan studi S-1, ia bisa meneruskan studi S2 di Nege ri Jiran itu. “Luar biasa! Ternyata di Ma
laysia banyak sekali peluang beasiswa yang bisa kita ambil,” tambahnya. Sementara itu, Dekan FMIPA UNY, Dr. Ariswan, mengaku bangga atas prestasi yang telah diraih salah satu mahasiswanya itu. Ia berha rap setelah ini akan muncul ma hasiswa-mahasiswa UNY lain nya yang tampil kembali di kancah internasional un tuk mengharumkan nama FMIPA UNY (juga UNY) khu susnya, dan Indonesia pada umumnya.
dokumen pribadi
Zen Muhammad Alfaruq, mahasiswa Program Studi Biologi, Fakultas Matema tika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA UNY) mengikuti International Conference on Environment 2008 (ICENV 2008) di G hotel, Penang, Malaysia. Acara yang mengusung tema “Environmental Mana gement and Technologies Towards Sus tainable Development”, berlangsung sejak 15 s.d. 17/12), bertempat di Uni versitas Sains Malaysia (USM). Sebagai peserta termuda, Zen, demi kian ia disapa, merasa bahagia. Bagai mana tidak, presentasi makalahnya ber tajuk, “Environmental Spiritual Training
tata irawan
P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009
29
berita sertifikasi
SEBANYAK 92 DOSEN UNY TERIMA SERTIFIKAT PENDIDIK
ahmad natsir/pewara dinamika
Sebanyak 92 dosen UNY menerima ser tifikat pendidik. Sertifikat diserahkan oleh Sekretaris Senat UNY, Prof. Dr. Wu radji, Rabu (7/1) di ruang Sidang Uta ma UNY. Di antara penerima sertifikat adalah Penjabat Rektor UNY, Dr. Roch mat Wahab, MA, Pembantu Rektor II UNY, Sutrisna Wibawa, M.Pd., Dekan FIK, Dekan FIP, Dekan FISE, dan Dekan FMIPA. Pada kesempatan tersebut juga dilaksanakan penyeserahan 58 SK Ke naikan pangkat kepada dosen dan karya wan, Pelantikan Kajur dan Sekjur, serta penyerahan piagam penghargaan pega wai berprestasi. Dalam sambutannya, Rochmat Wa hab mengatakan, secara akademik, do sen yang berhasil memperoleh sertifikat pendidik sudah mampu menunjukkan 30
Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9
kinerjanya. Mengingat persoalan sertifi kat pendidik ini merupakan sesuatu yang baru, maka untuk menjaga dan me melihara misi sertifikat pendidik serta menghindari fitnah, kiranya perlu dite tapkan suatu rambu-rambu yang dapat dipakai acuan untuk menjaga keprofe sionalan dosen. Dilihat dari perspektif kompetensi, seorang dosen yang berser tifikat, seharusnya terus menjaga dan meningkatkan kompetensi profesional, pedagogik, personal, dan sosial. ”Seorang dosen (faculty member) ada lah seorang teaching staff yang seharus nya mampu berfungsi sebagai educa tor dan scholar, bukan hanya sebagai seorang educator atau scholar saja, se hingga tugas dosen di samping menga jar dengan baik, juga produktif dalam
melakukan penelitian dan kajian sesu ai dengan bidangnya. Seorang teaching staf pada hakikatnya memiliki acedemic freedom, baik itu dosen yang yunior maupun yang senior,” tuturnya. Atas da sar itu, lanjut Rochmat, seorang faculty member seharusnya memikul tanggung jawab dengan benar. Dalam konteks ini seorang dosen baik yang bersertifikat pendidik maupun yang telah naik pang kat, wajib menjaga eksistensinya seba gai seorang faculty member, di mana dia seharusnya terus menunjukkan tang gung jawab baik kepada Tuhan, maha siswa, kolega, profesi, institusi, mau pun masyarakat. Pada bagian lain Rochmat mengata kan, Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurus an teruslah melanjutkan keberhasilan
berita pengurus sebelumnya dan meningkat kan pengabdiannya dan memberikan yang terbaik dari dirinya, dengan harap an keduanya mampu memperbaiki kiner ja jurusan, sehingga dapat menghasil kan mahasiswa dan juga calon-calon pelatih bidang olahraga yang lebih ber mutu. ”Ujung tombak suatu perguruan tinggi ada di jurusan, karena itu manfa atkan peluang yang baik ini untuk me raih prestasi secara optimal, yang tidak hanya mengukuhkan posisi jurusan, me lainkan juga fakultas dan universitas. Perlu kami tegaskan, bahwa pengurus jurusan bukanlah birocratic leader, mela inkan academic leader, sehingga setiap pendekatan kepemimpinan yang digu nakan lebih mengutamakan pendekatan
akademik,” tugas Penjabat Rektor ini. Lebih jauh Pembantu Rektor I ini me nuturkan, sehebat dan sebesar apapun universitas, tidak bisa dipisahkan dari keberadaan dan keterlibatan staf admi nistratif. Dalam bahasa manajemen uni versitas, staf administratif merupakan supporting staf yang ikut memberikan urunan bagi kemajuan suatu universi tas. Prestasi yang diraih hari ini dapat dijadikan modal penting untuk membe rikan pengabdiannya yang lebih baik, sehingga memudahkan untuk mencapai kemajuan karier di masa-masa depan. Dalam rangka meningkatkan pengabdi annya, perlu diingat bahwa kepuasan para konsumen UNY menjadi salah satu indikator penting, karena itu saya terus
menghimbau kepada semua staf admi nistrasi untuk selalu meningkatkan pro duktivitas kerjanya dan memberikan pe layanan dengan penuh kesantunan. Dosen yang kerap menulis inipun me ngatakan, ada dua unsur penting dalam mengawal perjalanan UNY, yaitu dosen dan staf administratif. Kedua unsur ini lah yang memainkan peran penting se suai dengan posisinya masing-masing. Posisi di kampus adalah bersifat semen tara, sehingga semua pihak perlu menyi kapi secara proporsional, karena pada saatnya akan terjadi pergantian dan per geseran, yang semuanya dimaksudkan untuk memudahkan kondinasi, sehingga terjadi sinergi yang lebih produktif. Witono Nugroho
Kejuaraan olah raga
ahmad natsir/pewara dinamika
KEJUARAAN RENANG INDAH DIADAKAN DI KOLAM RENANG FIK UNY
Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Renang Indah Kelompok Umur kembali digelar mulai 8 – 10 Januari 2009 di Kolam Re nang FIKUNY Jl.Colombo Yogyakarta. Kejuraan Renang Indah ini mempertan dingkan kelompok umur 12 tahun diba wahnya, 13, 14, 15 tahun, dan 116, 17, 18 tahun. Ketua Penyelenggara Pengprop PRSI DIY Drs. Dapan, M.Kes., mengatakan pa ra peserta lomba ini berasal dari Propinsi Jawa Barat, DKI, DIY, Jawa Tengah, Sula wesi Selatan, dan Jawa Timur. Kejuara
an ini dibuka oleh Sekretaris Jenderal (Sekjend) Pengurus Propinsi Persatuan Renang Seluruh Indonesia, Ade Kadiman diampingi Ketua Umum Pengprop PRSI DIY yang Baru, Drs. Sumaryanto, M.Kes., yang juga selaku Dekan FIK UNY Masa Bakti 2009 – 2012, Kamis (8/1). Ketua Umum Pengprop PRSI DIY, Su maryanto menjelaskan Renang Indah atau renang sinkronisasi yang diperlom bakan adalah olahraga yang memadu kan unsur-unsur renang, senam, dan ta ri, Olahraga ini dipertandingkan secara
beregu, tungal, duet, atau trio. ”Renang Indah memadukan keku atan dan ketahanan fisik dengan kelu wesan, keanggunan, nilai artistik, dan kemampuan menahan nafas sewaktu berada di dalam air,” ungkapnya, ”Yang jelas, atlet yang didominasi kaum wanita ini dituntut memiliki kekuatan fisik, kelenturan tubuh, dan kemampuan aerobik yang tinggi dalam melakukan gerakan yang tersinkronisa si,” tambahnya. Ahmad natsir ep
P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009
31
berita
Ahmad Natsir/PEwara Dinamika
Pengukuhan GURU BESAR
DI PENGHUJUNG 2008, UNY MENAMBAH GURU BESAR MATEMATIKA Menjelang akhir tahun 2008, Selasa (30/12); pukul 10.00 wib, di ruang Si dang Utama Rektorat UNY, Rusgianto H.S. akan dikukuhkan sebagai Guru Be sar dalam bidang Teknologi Pendidikan Matematika pada FMIPA UNY. Pria kela hiran Yogyakarta ini akan dikukuhkan di depan Rapat Terbuka Senat UNY, seba gai Guru Besar UNY yang ke-94. Hingga saat ini, terhitung sebanyak 45 profesor aktif di lingkungan UNY. Rencananya Rusgianto H.S., akan menyampaikan pidato Pengukuhan bertajuk ”Strategi Pengembangan Sikap Positif Terhadap Matematika dan Kecerdasan Emosional untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika”. Dalam pidato tersebut, ia menjelaskan, semua menyadari bahwa sejak memasuki bangku sekolah dasar, sebagian besar dari hadirin (baca: kita, red.) telah bergelut dengan matematika, tetapi banyak di antara ha dirin di masa pendidikan dasar dan me nengah sangat membenci matematika, bahkan sampai saat ini pun masih banyak dijumpai siswa yang ”takut” terha 32
Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9
dap Matematika. Masalah tidak senangnya siswa terhadap matematika sudah bukan rahasia umum, perilaku-perilaku negatif siswa dalam belajar matematika merupakan muara sikap negatif siswa terhadap matematika. Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa kecenderungan di atas disebabkan pel bagai hal di antaranya, guru mendo minasi proses pembelajaran, informasi bersifat dogmatis, guru cenderung menggunakan pendekatan konvensional. Dalam proses belajar matematika di sekolah, guru cenderung melakukan ti ga hal: (1) guru menuliskan definisi atau teorema beserta buktinya di papan tu lis, dilanjutkan contoh penerapan teore ma tersebut dalam menyelesaikan soal, siswa mencatat apa yang dijelaskan gu ru dan contoh penyelesaian soal yang diberikan; (2) guru menuliskan soal-so al di papan tulis dan siswa diminta me ngerjakan; dan (3) guru meminta siswa untuk menuliskan hasil pekerjaannya di papan tulis. Oleh karena itu, menurut dosen yang
selama lima tahun terakhir ini telah menghasilkan dan mempublikasikan 17 karya ilmiah ini, bahwa kondisi demiki an bagi siswa yang pandai tidak meru pakan masalah, tetapi bagi siswa yang kurang memiliki kompetensi matemati ka atau membenci matematika, kondisi seperti itu tidak menyenangkan. Apalagi jika siswa yang demikian diminta guru untuk menyelesaikan soal di papan tulis, ia akan mengeluarkan keringat dingin seolah-olah mau pingsan. Dalam situasi belajar mengajar yang de mikian tidak dimungkinkan adanya per tumbuhan kecerdasan emosional, yang bermanfaat bagi siswa dalam kehidup an di masyarakat. Lebih jauh dikatakannya, perbaikan prestasi belajar matematika utamanya di sekolah perlu dilakukan oleh guru melalui perubahan sikap siswa terha dap matematika dan perbaikan kondisi yang mendukung peningkatan kecerdasan emosional dengan menggunakan strategi tertentu dalam menge lola pembelajaran. Ada empat (4) stra-
berita tegi yang dapat dilaksanakan, yaitu kemampuan dan kemauan guru dalam mengubah paradigma pendidikan. Kesa lahan-kesalahan konsep yang diajarkan tidak pernah mendapatkan cara untuk memperbaikinya, guru menganggap dirinya ”serba bisa” dan menganggap apa yang diberikan kepada siswanya benar. Strategi kedua, yaitu setting kelas dalam pembelajaran. Setting kelas yang baik dimungkinkan perkembangan ke cerdasan emosional apabila siswa bela jar dalam kelompok-kelompok kecil, saling mengutarakan hasil pemikirannya, menghargai pendapat teman, menyelesaikan tugas bersama-sama, mempresentasikan apa yang telah dikerjakan kelompok, dan mendiskusikan hasil
kerja masing-masing kelompok. Strategi ketiga, adalah pembelajaran yang bermakna. Langkahnya adalah menye leksi materi yang akan dipelajari sis wa, mengorganisasi materi yang dipi lih sejalan dengan alam pikiran siswa. Sedangkan strategi keempat, yaitu sis wa dapat mengkonstruk kognitif sen diri. Seorang guru matematika lebih banyak menggunakan buku pelajaran sebagai acuan dalam belajar. Sebenar nya materi buku memang bersifat in formatif, bagi guru seharusnya memiliki kompetensi untuk mengelola materi tersebut agar siswa dapat membangun konstruk kognitifnya. Anak dari pasangan Hj. Nurjanah Soe miyati dan H. Soediroatmodjo, BBA., ini
dilahirkan pada 17 April 1949. Saat ini, suami dari Sri Yuniati, S.Pd., telah dika runiai tiga anak dan seorang cucu, yakni, Nurasih Hery Putranti, ST., Nursetyadi Hery Putranto, ST., Nurfitriadi Hery Putranto, dan seorang cucu Dhirendra Abisatya Arundaya. Pada 1981, dosen FMIPA ini meraih gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pasti di FPMIPA IKIP Yogyakarta; dan pada 1985, ia sukses mengenyam pendidikan S2 di IKIP Jakarta, sementara itu, pada 2002, ia telah berhasil menyelesaikan pendidikan doktoralnya pada bidang Ilmu Teknologi Pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakar ta (UNJ). AHMAD Natsir EP dan Witono Nugroho
STUDI BANDING
Untuk meningkatkan kualitas layanan akademik, Rombongan Pejabat Jajaran Akademik Universitas Ageng Tirtayasa Banten mengadakan Studi Banding ke UNY, Kamis (18/12). Rombongan yang berjumlah 8 orang di pimpin oleh Pem bantu Rektor I, Drs. HM. Syadeli Hanafi, M.Pd., diterima di Ruang Sidang RKU UNY oleh Kepala Biro Administrasi Aka demik Kemahasiswaan dan Perencanaan Sistem Informasi (BAAKPSI ), Dra. Hj. Budi Hestri Hutami di dampingi Drs. Setyo Budi Takarina Kabag. Perencanaan dan Sistem Informasi Universitas Negeri Yogyakarta. Drs. HM. Syadeli Hanafi, M.Pd., Pembantu Rektor I Universitas Ageng Tirtayasa Banten dalam sambutannya mengatakan, “Kedatangan kami di UNY untuk melakukan studi banding. Sebagai universitas baru, kami ingin belajar bagai mana memberikan pelayananan akade mik yang prima. Karena pelayanan administrasi akademik merupakan inti pelayanan universitas, sementara pela yanan administrasi lainnya merupakan
pelayanan penunjang. Jika pelayanan akademik tidak beres, maka sukar untuk mencapai pilar pendidikan tinggi yang bermutu, relevan, dan mempunyai daya saing,” ungkap Syadeli, alumnus IKIP Yogyakarta (kini UNY) 1983 ini. Lebih lanjut, ia mengungkapkan bah wa kedatangan mereka sekaligus ingin belajar bagaimana memberi pelayanan, terutama bagi mahasiswa, berbasis In formation and Communication Technolo gy (ICT), yang telah berhasil dilakukan UNY. “Sekaligus, kami ingin menamba ilmu tentang sistem penerimaan maha siswa baru UNY,” tambahnya. Kepala Biro AAKPSI UNY, Dra. Hj. Budi Hestri Hutami, mengatakan, “Me mang pelayananan akademik di Pergu ruan Tinggi paling vital untuk mahasis wa. Di UNY sistem ICT dilakukan secara bersinergi. Untuk pengembangan soft ware maupun keperluan hardware bera da sepenuhnya di Pusat Komputer (Puskom), lalu sistem informasi yang akan mengolah data-data, yang telah dikem bangkan Puskom itu diserahkan ke Sub-
Ahmad Natsir/PEwara Dinamika
UNIVERSITAS AGENG TIRTAYASA BANTEN STUDI BANDING DI UNY bag. Sistem Informasi Pengguna Bagian Pendidikan dan Kerjasama, Regestrasi dan Pendidikan dan Evaulasi untuk diolah dan ditampilkan sebagai laporan. Dalam forum tersebut, dialog antara kedua universitas ini berlangsung secara santai dan ramah. Baik UNY maupun Universitas Ageng Tirtayasa Banten saling memahami perbedaannya, terutama dalam hal-hal teknis, perangkat kom ponen, dan sarana prasarana. Setelah dialog antarpejabat ini, mereka saling tukar menukar cenderamata. Setelah itu, rombongan pejabat diantar keliling melihat langsung aktivitas kerja di lingkungan kantor BAAKPSI selanjutnya ke Puskom UNY. Pada acara tersebut hadir juga Kasu bag. Pendidikan & Evaulasi, Kasubag. Re gestrasi, Kasubag. Kerjasama, Sekretaris Puskom di lingkungan UNY. AHMAD Natsir EP
P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009
33
berita Upacara Wisuda
TINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ASING DAN TEKNOLOGI INFORMASI Untuk menjaga ke-uptodate-an ilmu pada Program studi Pendidikan Sejarah, yang telah dipelajari, kiranya setiap lu dengan IPK 3,69 berasal dari SMAN I lusan perlu terus meningkatkan kemam Cawas, Klaten. Lebih lanjut dikatakan Rochmat, An puan berbahasa asing dan keterampilan da sekarang adalah generasi yang sung menggunakan serta memanfaatkan fasi litas teknologi informasi. Kita sadar bah guh berada pada era reformasi dan ber wa di era pengetahuan, setiap individu ada dalam perubahan. Pada era ini dituntut untuk memiliki kecakapan dan perubahan di semua sektor kehidupan pengetahuan yang mampu membantu terus berlangsung. Kondisi yang te dalam menghadapi setiap persoalan kehi rus berubah, membuat kita memiliki dupan yang secara fitrah terus berubah kemampuan adjustment yang sangat dan berkembang. Demikian dikata kan penjabat Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab,MA., dalam sambutannya pada acara Wisuda Lulus an S3, S2, S1, dan S0 UNY periode 2324 Desember 2008 di Auditorium UNY. Wisuda periode De sember 2008 diikuti 1088 orang dengan Ahmad Natsir/PEwara Dinamika rincian S3 = 2 orang; S2 (88), S1 non tinggi terhadap perubahan global, ter kependidikan (210), S1 kependidikan masuk krisis ekonomi dunia yang terja (523), Diploma Nonkependidikan (240) di pada tahun 2008. ”Kini saatnya, setiap bangsa yang ti dan Diploma Kependidikan (25). Jika ber dasarkan unit pelaksanan pendidikan, dak dibatasi oleh dinding-dinding teri maka PPs meluluskan sebanyak 90 torial sebuah negara, semuanya berada orang, FMIPA (161); FT (261); FIP (83); pada jaringan globalisasi perlu mening FBS (170); FISE (230); dan FIK (93). Seba katkan keunggulan kompetitif bagi se nyak 87 orang yang memperoleh predi tiap lulusan Perguruan Tingginya, agar kat Dengan Pujian (Cum Laude), yang bisa hidup eksis dan produktif di tengahtersebar di antaranya, PPs = 16 orang, tengah percaturan dunia yang semakin FMIPA (11); FT (18); FIP ( 7); FBS (6); FI terbuka. Kendati pun tidak sedikit di an SE (29); dan FIK (0). Di samping ada dua tara kita, baik yang ada di dalam negeri, (2) orang yang lulus dan diwisuda un maupun di luar negeri berusaha keras tuk jenjang pendidikan S3 (doktor). menolak kehadiran arus globalisasi, pa Lulusan termuda adalah Triani, yang la dahal jika direnungi dengan benar, bah hir pada 19 Desember 1987 atau beru wa globalisasi merupakan suatu fitrah, sia 21 tahun, pada program studi Pen bukan sesuatu yang baru,” tuturnya. Oleh karena itu, sangat diperlukan didikan Fisika, yang berasal dari SMAN I Candimulyo, Magelang. Sedangkan lu kompetensi profesional, di samping lusan tercepat yakni Sdr. Sri Mawanto memiliki kompetensi dasar, yang terdi 34
Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9
ri atas self management skills, communi cating skills, ability to manage people and tasks, and ability to manage change and innovation. Rochmat menambahkan, se telah memperhatikan faktor eksternal dan internal tersebut, kiranya kita harus ikhlas, bahkan seharusnya optimis un tuk menghadapi setiap tantangan. Wisuda yang berlangsung pada akhir 2008 ini menandai dan meneguhkan bahwa di antara saudara telah terlibat langsung atau tidak langsung akan keber hasilan UNY untuk menghadirkan Presi den RI dalam rangka peresmian GOR dan lapangan bola/atletik yang bertaraf interna sional, menghadirkan Sri Sultan Hamengku bowono dalam rangka meresmikan Museum Pendidikan Indonesia, pengolahan sampah (nabati), dan industri bola. Demikian juga dicapainya sejumlah prestasi akademik, misalnya debat baha sa Inggris, prestasi olahraga (misalnya silat, panahan, atletik pada tingkat in ternasional) dan prestasi seni (paduan suara juara nasional, pentas seni Rama yana di Burafa University, Thailand), ser ta sejumlah forum ilmiah internasional yang diselenggarakan oleh mahasiswa atau dosen. Juga dimulainya ESQ untuk mahasiswa baru, di samping program pengenalan kampus lainnya, sejumlah 35 mahasiswa PPs yang mendapatkan sandwich program selama 4 bulan. Demi kian juga cukup banyak dosen yang memperoleh kesempatan studi untuk program degree dan non degree di luar negeri yang mampu mendukung kesi apan UNY menuju WCU. Witono nugroho
berita K i l as
OLAH RAGA
DEKAN FIK UNY TERPILIH KETUA UMUM PENGPROP PRSI DIY
dokumen FIK
Sekretaris Jenderal (Sekjend) Pengu rus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PB PRSI), Ade Kadiman, me wakili Ketua Umum PRSI Purnomo Yusgi antoro, melantik secara resmi Pengurus Propinsi (Pengprop) PRSI DIY di Komplek Kolam Renang Fakultas Ilmu Keolahraga an Universitas Negeri Yogyakarta (FIK UNY). Dalam pelantikan ini, Ade memin ta maaf karena Ketua Umum PB PRSI, Purnomo, tidak dapat hadir karena ke giatan ini bersamaan dengan tugas se bagai Menteri Negara ESDM RI. Sumaryanto, yang juga Dekan FIK UNY terpilih sebagai Ketua Umum, di dampingi Moch.Slamet (Sebagai Ketua I), Sugiyanto (Ketua II), dan Dapan (Ke tua III), sedangkan jabatan Sekretaris di pegang Heru Wiryono, dan Ermawan se bagai Wakil Sekretaris. Dalam sambutannya, Ade Kadiman memberikan acungan jempol kepada pengurus yang baru dilantik, yang dinilainya cukup profesional, karena sebagian pengurus terutama pegurus inti sudah lama berkecimpung dalam dunia renang di DIY. Sehingga, kepe ngurusan ini lebih memiliki nilai ju al di mata publik. ”Karena olah raga ini belum terlalu tersohor, seperti hal nya olahraga sepakbola, maka saya berharap agar pengurus dapat lebih mengenalkan olahraga renang ke pub lik di daerah khususnya Yogyakarta, se hingga dapat memunculkan atlet-atlet pendatang baru dari olahraga renang.” Selain itu, pengurus yang sekarang ini, lanjutnya, diharapkan lebih berorienta si mengadakan event-event dan banyak kejuaraan renang baik tingkat nasional maupun regional. Apalagi DIY mempu nyai potensi yang sangat besar untuk mengorbitkan calon-calon perenang handal yang dapat mengharumkan nama Indonesia dan Yogyakarta. ahmad Natsir EP
Isori, Berkarya dari Hal Sederhana Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Ne geri Yogyakarta (FIK UNY), sebagai lembaga induk fasilitasinya berdirinya ISORI (Ikatan Sarjana Olahraga Indonesia) di Yogyakarta menggelar rapat bersama seluruh anggota, menjelang berakhirnya kepengurusan lama. Sebanyak 43 dari 49 calon pengurus hadir di ruang Sidang Utama FIK (21/1) untuk memberikan sumbang saran pada rapat konsolidasi calon pengurus ISORI Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) periode 2009 – 2013. “Saya ingin ISORI dapat meningkatkan kesejahteraan untuk orang yang ter libat di dalamnya. FIK sudah memutuskan mulai tahun 2009 semua mahasiswa yang lulus membayar Rp.150.000,- sebagai uang pangkal dan iuran wajib ma suk keanggotaan. Nantinya, uang tersebut juga akan dipergunakan untuk pe ngembangan ISORI secara bersama-sama, termasuk di dalamnya berbagai fa silitas pendukung.,” harap Ketua Umum ISORI 2009 – 2013, sekaligus Dekan FIK, Sumaryanto, M.Kes, saat memipin rapat di kampus FIK. ratnae
Open House Proram Studi Tata Rias FT UNY Bertempat di halaman Fakultas Teknik (FT) UNY, Kamis, (22/1), mahasiswa se mester ganjil, jurusan Teknik Boga dan Busana (FTBB), mengadakan kegiatan Open House (OH) untuk kali pertama. Kegiatan tersebut juga menghadirkan ber bagai macam perlombaan bagi perserta umum diantaranya Make up animal, pemotretran model lewat HP maupun kamera. Triyanto, MA., dosen pengampu mata kuliah Dekorasi Rias FT, menuturkan bahwa kegiatan ini dilakukan serangkaian dengan adanya ujian mata kuliah dekorasi rias. “Jadi dibuat sekalian dalam kegiatan OH biar sedikit meriah.” Dalam mata ujian pun kami menyarankan pada mahasiswa untuk sekalian membantu mempromosikan program studi baru yaitu Tata Rias. Untuk itu, lanjutnya, kami membuat display busana daerah, display makanan, serta tata rias pengantin ala Jogja – Solo. TATA IRAWAN
Jurdik Bahasa Jerman UAS di Pulau Dewata Ujian akhir semester (UAS) mata kuliah Freier Vortrag II mahasiswa semester tujuh jurusan Pendidikan (jurdik) Bahasa Jerman FBS UNY di adakan di Bali. Berangkat dari Gedung Rektorat UNY, Kamis (22/1) dan akan tiba kembali di kampus pada 26 /1-2009. Pimpinan rombongan, Sulis Triyono yang juga merupakan dosen pengampu mata kuliah pemanduan tersebut, menjelaskan mata kuliah ini merupakan mata kuliah yang bersifat KKL (Kuliah Kerja Lapangan) yang terkait dengan objek wisata. Mata kuliah Freier Vortrag II ini berisi materi objek wisata di luar DIY. Masih menurut Sulis, tujuan mata kuliah ini adalah memberikan wawasan, pe ngetahuan, dan keterampilan kepada mahasiswa tentang pemanduan wisata dalam bahasa Jerman untuk turis asing berbahasa Jerman. Pada saat ujian, mahasiswa menerapkan pengetahuan dan keterampilan pemanduan wisata dalam bahasa Jerman baik di dalam bus selama perjalanan menuju ke Bali maupun di objek-objek wisata di pulau Bali. ld
P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009
35
opini
TRIPLE QUETION METHOD: ALTERNATIF MEWUJUDKAN PEMIMPIN CERDAS DAN VISIONER O l e h Reni nuryanti
S
eorang pemimpin adalah aktor yang tak hanya berhubungan dengan sutradara dan skenario sebagai pengendali peran— lebih detil ia berhubungan dengan pemain lain yang tidak bisa tidak adalah penentu keber hasilan perannya. Dialah yang dinamakan rakyat dalam konteks yang sesungguhnya. Mau dibawa ke mana rakyat, bangsa, dan negara bergantung pada kecakapan pemimpin dalam mengelola dan mengorganisasikannya. A. Pengantar Ada satu pernyataan menarik: “Jatuh bangun nya sebuah negara terletak pada kekuatan pemim pin”. Menarik, pun menggelitik pernyataan pen dek itu. Sederhana, tetapi cukup mengena. Apalagi dikaitkan dengan kondisi bangsa Indo nesia saat ini, agaknya tidak salah kalau muncul satu tesis baru, “Indonesia lemah karena miskin pemimpin yang kuat”. Pas dengan pertanyaan Habibie (pada 21 Mei 1998): “Apakah Indonesia tidak memiliki budaya kepemimpinan, sehingga belum bisa menyelenggarakan transisi kepemim pinan yang mulus?” Pertanyaan yang belum terjawab ini teriris kembali oleh Tanri Abeng yang mengatakan, “Mimpi Indonesia mempunyai pem impin yang kuat.” Pernyataan demi pernyataan orang-orang penting di negeri ini seolah ikut mewarnai de-
Pada umumnya, manusia baru memanfaatkan 3% dari 10% kemampuan otaknya. Seandainya kita menggunakan 6% saja dari kuantitas yang ada, sudah pasti akan lebih jenius dari Einstein. 36
Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9
rita bangsa. Kapankah Indonesia yang dulu di perjuangkan dengan segenap pengorbanan jiwa-raga ini bangkit berlari mengejar negara lain yang telah mapan dengan kendali ‘sopir’ yang matang, cerdas, dan visioner? Akankah cuma mimpi dan akan dijumpai di alam kubur layaknya lambang negara kita, Padi dan Kapas yang sekarang dikonotasikan dengan kalimat “Keadilan di alam kubur”? Dari sanalah perlunya refleksi. Berkeluh ke sah, hanya mencela, itu tak cukup. Yang harus dilakukan, bagaimana memberikan sumbang sih bagi bangsa sekecil apa pun kemampuan kita miliki. Sejak dini, wujudkan para pemim pin yang cerdas dan visioner—pemimpin tak akan terwujud dengan tiba-tiba, butuh proses —yang menjadi sanggaan dan tanggung jawab bersama. Lompatan demi lompatan yang men coba menampilkan wajah baru pemimpin Indo nesia sudah saatnya dimunculkan. Satu yang dikemukakan dalam tulisan ini adalah bagaimana mewujudkan pemimpin yang cerdas dan visioner dengan pendekatan neorosains melalui tiga kecerdasan otak: IQ (In telectual Quotion), EQ (Emotional Quotion), dan SQ (Spiritual Quotion), diistilahkan Triple Quo tion Method (TQM). Dunia yang berkembang saat ini tidak hanya menuntut persaingan intelektual, tetapi juga perang pemikiran atau ideologi. Oleh karena itu, perlunya menggabungkan tiga kekuatan otak sebagai manifestasi kekuatan jangka panjang. Banyak pernyataan, termasuk salah satunya penemu Kecerdasan Emotional (IQ), Daniel Goleman, mengatakan, kesuksesan seseorang hanya ditunjang 20% kemampuan IQ, lainnya EQ dan SQ. Lebih ekstrim, pengembang ESQ di Indonesia, Ari Ginanajar Agustian, mengatakan, IQ hanya menunjang 6-20% bagi kesuksesan manusia. Ungkapan menggelitik Hernowo, Direktur Mizan, patut direnungkan. Ia mengatakan,“Pada umumnya, manusia baru memanfaatkan 3% dari 10% kemampuan otaknya. Seandainya kita meng
opini gunakan 6% saja dari kuantitas yang ada, su dah pasti akan lebih jenius dari Einstein. Sayang nya, kita masih gamang menggunakan kekuatan otak kita, sehingga selalu berada dalam kondisi yang minimal.” B. Triple Quetion Method; Sebuah Penjabaran Singkat Sebenarnya model TQM tidak terlalu asing di telinga. Metode ini, seperti dikatakan Ari Ginanjar, “Menggabungkan kekuatan IQ, EQ, dan SQ” atau meminjam model Dr. Taufik Pasiak yang ter kenal dengan Revolusi Kecerdasan Berbasis Neu rosains dan Al Quran. Tiga kekuatan itu akan dicobauraikan dari aspek psikologi yang akan menjadi fondasi ke pemimpinan. Pertanyaan yang muncul: menga pa digabungkan, relevansinya dengan dunia ke pemimpinan? IQ. Awalnya, kecerdasan ini menjadi tolok ukur perkembangan penduduk suatu bangsa. Semakin tinggi skor IQ, semakin bangga. Psiko log berkebangsaan Prancis, Alfred Binet, pada 1905 menyusun tes kecerdasan terstandar un tuk pertama kalinya. Kecerdasan itu pada dasar nya hanya mengukur kekuatan mental dengan perbandingan usia. Artinya, pada standar usia yang muda, IQ seseorang akan lebih mudah diukur, berikut penentuan kematangan mentalnya. Oleh karena itu, umumnya IQ dilakukan sejak SD. Tes dilakukan dalam konteks yang lebih sederhana, meningkat ke kompleks di SL. EQ. Dipopulerkan pertama kali oleh Daniel Goleman. Ia mencoba menyajikan tesis baru atas kegagalan IQ secara otonom. Dicontohkan, Jerman sebagai negara dengan tingkat IQ ter tinggi di dunia, berbanding lurus dengan keja hatan paling kejam di dunia pula. Inikah yang dinamakan kecerdasan yang sesungguhnya? Goleman berpikir. Melalui penelitian dan pere nungan yang lama, terciptalah EQ. Esensi dari kecerdasan ini adalah manusia tak hanya butuh kecerdasan yang berstandar intelektual semata —lebih jauh ia harus punya kekuatan batin dan hati dalam usaha mengelola emosi dan memba ngun relasi positif. SQ. Danah Zohar pertama kali mempopuler kan SQ. Pada 1932 ia mengadakan riset. Apa yang ditulis Zohar melahirkan karya yang cu kup monumental, 7 Habits (ditulis Stephen Covey). Inti SQ adalah bagaimana manusia mencoba memaknai apa yang dikerjakan dan dihasilkan. Dengan demikian, akan terwujud sebuah em-
pati yang beralas pada titik pribadi manusia se bagai makhluk ciptaan. Dalam konteks Islam, inilah yang kemudian disebut titik kulminasi Tuhan (istilah filsafat). Manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, Tuhan yang menentukan. Dengan demikian, ma nakala mencapai kesuksesan tidak takabur, kegagalan dimaknai cobaan dan pelajaran. De mikian mudahnya memahami SQ. Dalam teori nesurosains yang dikatakan oleh Dr. Taufik Pasiak — betapa hebatnya kekuatan SQ, sampai dikatakan, dalam belahan otak ia menempati pada bagian God Spot (titik Tuhan). “Luar bia sa, bagi yang bersih hatinya, maka God Spot ini akan kelihatan bersinar.” repro kalam/pewara
C. TQM: Alternatif Mewujudkan Pemimpin Cerdas dan Visioner a. Tiga Kejahatan Akademik: Tidak Membaca, Menulis, dan Bicara Pertanyaan yang layak diajukan, bagaimana mewujudkan kepemimpinan yang cerdas dan visioner dengan kekuatan IQ, EQ, dan SQ. Satu hal yang perlu dipahami, IQ merupakan fondasi awal dalam menentukan kecerdasan seseorang walaupun bukan ukuran mutlak. Dalam jiwa seorang pemimpin, kecerdasan ini mutlak diperlukan. Seorang pemimpin membutuhkan kepekaan matematis dan kekuatan logika yang tinggi. *Tulisan pertama dari dua tulisan reni nuryanti Alumni Universitas Negeri Yogyakarta
P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009
37
opini Mengapa Perpustakaan Berlangganan Jurnal Elektronik? O l e h S ukarjono, S . S o s .
K
Pendahuluan emajuan IPTEKS membawa dampak yang begitu besar terhadap berbagai bidang kehidupan, tak terkecuali perpustakaan. Seiring dengan perkembangan zaman, perpustakaan harus mamu mengantisipasi berbagai kebutuhan informasi para penggunanya. Perpustakaan tidak cukup memberikan layanan yang sama dari tahun ke tahun, tetapi harus menyesuaikan diri dengan perubahan kebutuhan para penggunanya. Kalau tidak, perpustakaan akan ditinggalkan peng gunanya. Untuk itu, perpustakaan harus mereposisi peran dan fungsinya dalam memenuhi kebutuhan informasi para pengguna. Adanya kemajuan di bidang teknologi informasi (TI), jarak, ruang, dan waktu seperti tidak ada batasan. Hal itu telah mengubah pola peri laku pengguna perpustakaan dalam mencari informasi. Pengguna menginginkan informasi terkini, tidak peduli informasi tersebut berasal dari mana, yang penting ada dan bisa diperoleh dengan cepat. Pengguna tidak mau lagi penca rian informasinya terganggu hanya karena per pustakaan telah tutup. Haruskah perpustakaan selalu siap setiap saat? Haruskah perpustakaan buka selama 24 jam sehari? Itu di antara alternatif yang ada, atau mungkin dengan wacana baru (memanfa atkan fasilitas internet, misalnya). Dengan de mikian, mau tidak mau perpustakaan harus mampu menata diri untuk memasuki jaringan internet. Dengan sarana tersebut perpustakaan
Dibandingkan dengan jurnal tercetak, jurnal elektronik memiliki kelebihan, di antaranya dari segi kemutakhiran. 38
Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9
dapat selalu hadir di hadapan para penggunanya, juga karena di sanalah sumber informasi dari seluruh dunia berada. Salah satu sumber informasi di internet untuk pengembangan la yanan perpustakaan adalah jurnal elektronik (on line). Kelebihan Jurnal Elektronik Jurnal elektronik adalah terbitan serial, seper ti halnya jurnal dalam bentuk tercetak, tetapi dalam format elektronik. Itu biasanya terdiri atas tiga format: text, text dan grafik, serta full image (dalam format PDF). Dibandingkan deng an jurnal tercetak, jurnal elektronik memiliki ke lebihan, di antaranya dari segi kemutakhiran. Jurnal elektronik seringkali sudah dapat diakses sebelum jurnal format tercetak diterbitkan, sehingga dalam hal kecepatan, penerimaan informasi jauh lebih menguntungkan. Jurnal elektronik juga lebih efisien dalam hal tempat karena tidak memerlukan ruangan yang luas untuk penyimpanannnya. Waktu pemanfaatan tidak dibatasi oleh jam layanan perpusta kaan karena dapat diakses secara online melalui jaringan internet. Juga tidak perlu antri untuk bergantian sebagaimana jurnal tercetak karena dapat diakses secara simultan oleh banyak pengguna, satu informasi dapat diakses secara bersamaan oleh banyak pengguna. Selain itu, untuk mempercepat akses telah tersedia fasili tas penelusuran (indeks). Konsep Baru Perpustakaan Konsep perpustakaan seiring dengan kemaju an TI memang telah mengalami pergeseran. Da ri “penjaga pengetahuan” menjadi penyedia jasa informasi. Dulu hanya satu jenis media, se karang menjadi multi media. Besarnya koleksi sempat menjadi tolok ukur eksistensi perpusta kaan. Tetapi, kini akses ke berbagai sumber informasilah yang menjadi tolok ukur eksistensi serta keberhasilan layanan perpustakaan. Supaya tetap digunakan masyarakat, perpus takaan harus beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Semakin kita menjauhi perubah
opini an, semakin tertinggallah perpustakaan kita dan semakin sulit nantinya mengejar ketinggal an tersebut. Tuntutan Pengguna Dosen-dosen yang sedang melanjutkan studi (S-2, S-3) sangat memerlukan jurnal-jurnal yang mutakhir untuk keperluan tugas-tugasnya, tesis, dan disertasinya, agar penyelesaian tugasnya tepat waktu. Salah satu kendala yang sering dihadapi adalah ketiadaan jurnal-jurnal mutakhir untuk pengerjaan tugas. Hal itu berakibat mundurnya lama belajar mereka, akan beraki bat pula pada membengkaknya biaya universi tas untuk pendidikan mereka. Bagi staf pengajar yang melanjutkan studi di perguruan tinggi yang tersedia fasilitas jurnal on-line, tentu tidak menjadi masalah, bahkan da pat berbagi pengalaman untuk pengembangan perpustakaan yang ada di universitas kita. Berbeda dengan mereka yang melanjutkan studi di perguruan tinggi yang tidak tersedia fasilitas itu, tentu akan menghambat proses belajarnya. Untunglah saat ini UNY telah berlangganan jur nal on line, sehingga tidak peduli studi di mana pun, kebutuhan informasi akan selalu terpenuhi, pada akhirnya akan mempercepat penyelesaian studinya. Cara Mengakses Jurnal Elektronik UNY melanggan jurnal elektronik dari Pro Quest, memuat tidak kurang dari 700 judul jurnal internasional bidang kependidikan. Ada dua pilihan dalam mengakses jurnal elektronik: per tama, untuk mengakses informasi yang sudah di-download, kedua, dapat diakses melalui alamat http://www.proquest.com/pqdweb. Cara pertama, akses jurnal elektronik yang sudah di-download dapat dilakukan melalui selu ruh jaringan LAN yang ada di lingkungan Kampus UNY. Informasi pertama dalam tampilan adalah judul-judul jurnal yang sudah di-down load. Judul tersebut akan memberikan informa si tentang volume dan nomor (edisi) yang telah di-download. Berikutnya, nomor tersebut akan memberikan informasi full text yang tersa ji dalam format PDF. Cara kedua, akses melalui internet. Setelah masuk ke situs proquest, kita akan diminta mengisi Account Name dan Password. Sebagai informasi bagi para pengguna, Account Name dan Password dapat ditanyakan di Perpustakan (Pusat) UNY. Selanjutnya, tinggal menuliskan in
repro kalam/pewara
formasi yang diinginkan. Konsep Baru Perpustakaan Sekitar dua atau tiga tahun lalu betapa sulitnya masyarakat akademik UNY menemukan lite ratur yang bersumber dari jurnal internasional. Kalaupun ada, jumlahnya tidak lebih dari jumlah jari dua tangan. Belum lagi berbicara masalah edisi, yang terbaru adalah edisi satu tahun yang lalu. Kondisi ini terjadi karena saat itu perpustakaan tidak bisa melanggan dengan alasan administrasi pertanggungjawaban. Akhirnya, perpustakaan membeli judul-judul jurnal tahun lalu yang sudah lengkap nomornya. Begitu banyak informasi dapat diperoleh me lalui internet, bahkan sering kita kebingungan memilihnya. Karena itulah, agar akses kita terhadap informasi yang kita inginkan lebih mudah, perpustakaan melanggan jurnal elektronik (walaupun baru satu bidang). Perlu kiranya disadari bahwa saat ini perpustakaan jelas belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan informasi, tetapi kebijakan yang diambil oleh pimpinan universitas berkaitan dengan jurnal elektronik yang dikelola perpustakaan adalah langkah awal yang diharapkan akan menyusul langkahlangkah berikutnya, yakni melanggan bidangbidang yang lain. Semoga!
Sukarjono, S.Sos. Pustakawan UNY
P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009
39
resensi buku
Memenangkan Beasiswa, Memenangkan Gengsi O l e h tusti H andayani
B
erburu beasiswa luar negeri di dunia maya, itu perkara mudah. Tinggal ketik di search en gine dengan kata ‘scholarship’, ‘study grant’, atau beasiswa, pastilah sederet situs penyedia beasiswa akan bermunculan. Tapi, menjadikan mimpi kuliah gratis di luar negeri menjadi nyata, bukanlah barang gampang. Tepat nya gampang-gampang susah! Selain rawan penipuan penyedia beasiswa di situs-situs dunia maya, serentetan persyaratan wajib siap menanti di daftar tunggu. Mulai dari penguasaan bahasa asing yang lebih dari sekedarnya, kemampuan akademik, serta berbagai dokumen. Belum lagi ketika harus menghadapi ratusan saingan, bahkan ribuan untuk memperebutkan beasiswa. Buku karya Dina Mardiana, alumnus Sastra Perancis Universitas Indonesia ini, mencoba mengurai simpul dalam memenangkan sebuah beasiswa. Penulis mengawalinya dengan standar umum beasiswa, selanjutnya ia mene gaskankan agar kita yang mempunyai nilai pas-pasan tidak khawatir. Keaktifan dalam perkuliahan, organisasi, sekolah, seperti aktivis BEM, UKM, OSIS LSM, Karang Taruna, dsb. memiliki nilai tambah dalam penilaian beasiswa. Sikap hati-hati alias tidak ceroboh juga harus menjadi perhatian dalam mendapatkan beasiswa. Sikap ini dapat ditunjukkan dengan mematuhi segala peraturan, misalnya siswa/mahasiswa tersebut sedang tidak memperoleh dua atau lebih beasiswa di waktu bersamaan, tanpa izin pemberi beasiswa. Karena hal ini dapat memungkinkan terjadinya pembatalan beasiswa. Bahkan, yang lebih parah lagi, 40
Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9
Kuliah Gratis ke Luar Negeri, Mau ? Oleh Dina Mardiana • PT Lingkar Pena Kreativa, Juli 2008 • 171 halaman
pemberi beasiswa akan memberikan cap buruk atau blacklist bagi negara asal penerima beasiswa. Dalam memenuhi persyaratan beasiswa, ada beberapa dokumen dan surat yang harus dipenuhi. Seperti surat rekomendasi, yang digunakan sebagai salah satu tolak ukur penilaian, selain nilai akademik yang diberikan oleh orang-orang yang berkompeten. Surat rekomendasi dalam pengajuan aplikasi beasiswa, biasanya diminta dari dosen pembimbing, ataupun atasan langsung bagi yang sudah bekerja. Ini dapat dijadikan penilaian dan pertimbangan bagi panitia beasiswa untuk menerima atau menolaknya. Selain surat reko mendasi, dokumen personal statement juga menjadi penting. Dokumen ini bisa menjadi ‘nilai jual’ pelamar beasiswa. Biasanya, personal statement atau per nyataan pribadi merupakan pernyataan yang memberikan gambaran pribadi,
kegiatan, cita-cita, asa, dan usaha-usaha untuk mewujudkan cita-cita. Di sinilah tempat untuk menunjukkan segala kemampuan, sekaligus menjadi medan pertaruhan dengan peserta lain. Dalam buku ini, penulis juga memberikan contoh draft pembuatan surat rekomendasi dan personal statement, contoh pembuatan esai, proposal penelitian, dan CV berstandar internasional. Penulis yang mempunyai hobi berburu beasiswa ini, dengan piawai memberikan gambaran terperinci tentang proses persiapan hingga pasca mendapatkan beasiswa; mulai dari urusan visa, penginapan, komunitas mahasiswa hingga bagaimana berurusan dengan culture shock (gegar budaya), yaitu istilah psikologis untuk menggambarkan kecemasan dan stres akibat lingkungan sosial dan budaya yang berbeda. Tidak lupa, ia melampirkan berbagai daftar penyelenggara beasiswa, mulai dari Amerika Serikat, Australia, Eropa, dan Asia, komplit dengan detail persyaratan, waktu, nominal beasiswa, dan juga alamat lengkap penyedia beasiswa. Yang jelas membaca buku ringan ini jauh dari kesan menggurui. Ia telah memberikan oase kepada peminat beasiswa studi luar negeri. Bahkan, pembaca sama saja telah berguru langsung dari pengalaman penulis. Diselingi dengan data-data penunjang, menjadikan buku ini patut menjadi salah satu kolek si penghuni rak buku Anda. Selamat membaca dan selamat memenangkan beasiswa!
tusti Handayani, Am.D. Staf Humas UNY
bina rohani
Meneladani Rasul (lagi) O l e h M uhammad S afrodin
A
gama apapun di dunia ini pastilah disebarkan dengan dakwah. Dengan cara yang berbeda namun tujuannya sama. Yakni, ingin mengajak umat untuk ikut agama tersebut sebanyak mungkin. Ada yang memakai kekerasan, tipu melihat, hingga dengan kebaikan. Dalam Islam, tentu kita sepakat bahwa agama ini dise barluaskan dengan cara yang baik. Tak ada satu pun ayat Alquran yang membo lehkan pemaksaan terhadap ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW, apalagi jika disertai kekerasan. Karena hal itu bertolak belakang dengan misi Islam yang pada dasarnya mengingin kan perubahan kearah lebih baik. Keba ikan tentu harus melalui jalan yang ba ik pula. Mereka yang tak setuju dengan Islam akan berpendapat sebaliknya. Islam ada lah identik dengan kekerasan, mengang kat pedang, perang, dan sebagainya. Mereka mengklaim bahwa Alquran menghalalkan peperangan demi agama. Memang benar bahwa beberapa ayat Al quran bercerita mengenai perang, akan tetapi bukan berarti Islam haruslah ber perang. Kuat dugaan, adanya anggap an seperti itu disebabkan terlalu sem pitnya dalam memahami teks tanpa dikaitkan dengan konteks zaman dan pe lajaran sesunguhnya yang bisa diambil dari ayat tersebut. Kondisi ini tentu membuat Islam semakin ditakuti. Terutama bagi mereka yang baru mengenal Islam atau bagi yang imannya lemah. Bisa jadi mereka malah menjauhi dan tidak tertarik lagi dengan Diin al- Islam. Dalam hal ini mereka akan mencari agama alternatif yang menurutnya lebih humanis dan fleksibel. Cara berdakwah seperti ini ha
nya akan memperkeruh citra Islam dan gagal guna membumikan ajaran Nabi Muhammad SAW. Pemaknaan keliru mengenai ayat-ayat perang dan semacamnya tak hanya menghinggapi kaum non-Islam tetapi juga sebagian orang Islam sendiri. De ngan embel-embel Islam terkadang me reka menghalalkan darah kaum yang di anggapnya kafir. Dalam pandangannya orang kafir layak dimusnahkan dan bah kan bernilai jihad. Pada perkembangan nya kelompok ini sering disebut sebagai “teroris”. Di Indonesia, kelompok ini telah menghabiskan nyawa ratusan orang tak bersalah sebagaimana yang terjadi di Bali beberapa tahun silam. Saat ini para pelaku sudah tertangkap dan diek sekusi, akan tetapi mereka sama sekali tidak menyesal dengan perbuatannya. Mereka bersikukuh perbuatannya ada lah benar, jalan dakwah dan Islami. Benarkah Nabi Muhammad SAW sebagai satu-satunya suri teladan yang sempur-
na bagi kita, mengajarkan demikian? Ada kisah menarik yang patut diteladani dari Baginda Rasulullah SAW mengenai kearifan dakwah Islam. Suatu saat datang kepada Nabi lelaki yang ingin memeluk Islam. Setelah mengucap dua kalimah Syahadat lelaki tersebut beru jar,”Ya Rasul, sesungguhnya hamba ini selalu berbuat dosa tetapi payah untuk meninggalkannnya.” Rasul pun menjawab, ”Maukah engkau berjanji untuk sanggup berkata jujur?” Lelaki yang ke sohor karena kejahatannya itu menyang gupi janji Rasul. Ia pun pulang. Singkat cerita, suatu saat lelaki tersebut hendak melakukan kejahatan. Akan tetapi di te ngah perjalanan ia ingat untuk selalu berkata jujur apa pun yang terjadi. Sampai akhirnya, ia urungkan niat berbuat jahat karena takut ketahuan sewaktu ditanya Rasul mengenai perbuatannya. Andai berbohong maka berarti ia telah mengkhianati janji Nabi. Lelaki itu hanya bisa berkata dalam hati betapa pesan sederhana Rasul mengandung hikmah yang sangat agung. Dan akhirnya, ia menjadi salah satu sahabat Nabi yang taat. Di sinilah kebesaran Islam. Islam bukanlah agama sangar yang membuat bulu kuduk berdiri. Islam adalah agama yang toleran, manusiawi, dan ramah. Dakwah bi al-Hikmah sebagaimana yang dicontohkan Nabi akan membuat Islam kian merasuk ke sanubari manusia mana pun. Persoalan akan lain jika dakwah Islam haruslah membom, me rusak kafe, memukul, membunuh dan semacamnya. Wallahu a’lam.
Muhammad Safrodin Mahasiswa Jurusan KPI UIN Sunan Kalijaga
P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009
41
cerpen
Diary yang Tertinggal O l e h N ovita Purnaningsih “Tante…tante… kok belum nikah? Nisa keponakanku empat tahun bertanya pernikahan. Sensitif untukku. Apa boleh buat, anak kecil memang banyak ocehannya. Itulah Nisa, keponakanku paling kecil. Dari empat bersaudara, aku yang belum menikah. “Tante, besok ‘kan dapat kado kalau nikah,” ucap Nisa. Yang lihat semua tertawa. Dasar anak kecil, pikirku. Aku mengambil buku bergambar beruang warna pink. Ter kejut, buku itu di meja. Perasaan, sudah kutaruh di gudang. Siapa naruh di sini? Aku tidak tahu buku-buku berserakan di meja. Nisa yang sedang kugendong memintaku mengambilnya. “Tante lihat…ahh….” Nisa tak sabar mau lihat buku itu. “Nisa suka gambarnya?” tanyaku. Ragu kalau dikasihkan karena buku itu diaryku delapan tahun lalu. Tepatnya aku ke las tiga SMA, pertama kali jatuh cinta, pertama kali pula aku dihadapkan pada sebuah pilihan. Aku tersenyum. Nisa hampir saja berhasil. Aku lekas meng alihkannya ke almari kaca. ”Yuk! Lihat Tante mengayuh sepe da?” Aku mendekat almari kaca. Kaki kiriku kuayuhkan dan kaki kananku kusembunyikan di samping almari yang tidak terlihat di kaca. Seakan-akan aku terlihat mengayuh dengan kedua kaki. “Nisa juga pingin, Tante,” dia melonjak-lonjak minta gendong lagi agar sampai. Mas Wibi, ayah Nisa, tiba-tiba mengangkatnya dari belakang. “Tante, Nisa mengayuh nih, boceng kan ayah,” pamer Nisa. Aku masuk kamar untuk meneruskan pekerjaanku yang tadi kutinggalkan karena Mas Wibi terima telepon. Nisa selalu begitu, menggangguku ketika orang sibuk sendiri-sendiri. Aku duduk di depan komputer sambil masih memegangi buku itu. Aku membuka lembar pertama. 7/5/1997. Dir, tahu? Aku lagi tepe-tepe dengan seseorang! Dia pinter, ganteng, apalagi ya? Pokoknya beda deh! Apa ini cinta? Ah, nggak! Jangan! Aku takut, Dir, jatuh cinta padanya! Jangan kan padanya. Pada sebayaku aja aku tidak berani. Apalagi be da umur jauhhh! Dir, mohon kamu jangan mengira aku benarbenar jatuh cinta padanya. Aku nengok arloji. Jam lima sore. Sebentar lagi adzan. Aku segera bereskan serakan buku. Kubuat teh, tradisi keluargaku. Dulu bapakku yang membuat teh untuk semua anggota keluargaku. Pagi bapak juga membuatkan susu. Sekarang, aku ingin ganti layani mereka sebelum aku melayani suamiku. “Sis, umurmu sudah 26. Belum ada pacar atau sudah punya tapi disembunyikan?” Bapak membuka tutup gelas, masih panas, hanya nyeruput sedikit. 42
Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9
“Bapak rasakan dulu teh buatan Siska. Kalau enak berarti sudah pantas, tapi….” “Tapi, kalau masih pahit, belum pantas. Hubungannya?” “Ada. Bagaimana Siska melayani suami kalau melayani bapak-ibu saja masih kurang?” “Sudahlah, Pak, Siska belum ketemu jodoh, ’kan karena ki ta juga,” ibu ikut bicara. “Maksud Ibu?” bapak kaget. “Bapak ingat, Siska pernah dilamar?” Ibu mengingatkanku. Dulu pernah aku menantang orang itu karena takut pacaran. Orang itu nekat melamarku tiga hari kemudian. Kukatakan padanya, kalau memang jodoh, tanpa pacaran pun jadi. Tapi, kalau tidak jodoh, berapa pun lama pacaran, siasia, tetep tidak jodoh. “Ibu baca koran, ya?” aku menuding ibu termakan berita anak-anak SD di Klaten banyak yang sudah menikah karena sudah dilamar. Mereka percaya kalau tidak langsung dinikah kan, anak bakal jauh dari jodoh. “Ibu aneh-aneh saja. Kalau semua kayak Ibu, wah … wah … bahaya,” bantah bapak. “Bahaya, Pak? Apanya?” “Ibu gimana? Sekarang jaman internet. Berita, mitos, legen daris dunia mudah diketahui, Bu. Apa kita mau percaya?” “Iya-iya, tapi siapa tahu aja benar.” Ibu tetap bertahan. “Itu terpulang anaknya. Sis, kamu masih berharap?” Bapak kalau tanya suka tanpa tedheng aling-aling. Aku sudah terbia sa. Tapi, untuk yang satu ini aku merasa berat. Ah, mungkin dia sudah punya istri. Jarak umur kami sepuluh tahun. Kalau aku 26, dia 36. Waktu melamarku saja usianya kira-kira 29 dan aku 19. Suara adzan terdengar. Mbak Tini, istri Mas Wibi, sudah mulai menghidupkan lampu-lampu dan menyiapkan sarungnya Mas Wibi dan bapak untuk shalat di masjid. Sore itu cepat berlalu. Sehabis Magrib, aku baca Al-Quran, surat An-Nisa, tentang keluarga, hak-hak suami-istri, dan ba nyak lagi. Mengulas perempuan, ayat demi ayat, sampai ad zan Isya. Kami shalat berjamaah di rumah. Waktu seperti inilah yang paling membuatku iri. Pasalnya, setelah shalat, Mas Wibi mencium dahi mbak Tini, bapak mencium dahi ibu. Aku kembali buka diary-ku. 8/5/97. Dir, makin hari aku makin suka tepe-tepe dengan dia. Tahu tidak? Tadi aku menyapanya. Dengan Assalamu’alaikum. Eh, tunggu, bukan dia aja yang kusalami, tapi semua yang ku jumpai. Tidak ada alasan dia untuk ge-er. Oh ya, aku takut dia tahu perasaanku. Kamu tahu kan, status kami beda. Dia guru dan aku muridnya.
cerpen 10/5/97. Dir, kenapa ya? Aku tidak suka pada bu Intan, gu ru Bahasa Jermanku. Dia ‘kan suka jalan ama pak Fuad, guru yang ehm…itu! Eih ngaco kamu, sorry kalau aku cemburu. Me nurutmu benar tidak, pak Fuad pacaran ama bu Intan? Kena pa ya aku gelisah? “Tante…tante, Nisa tuh sebenernya kasihan ama Tante.” Tahu-tahu Nisa sudah di tempat tidurku. “Kok? Memangnya Tante kenapa?” tanyaku penasaran. “Habis, dari tadi tidak ada yang nemeni. Tante sendirian terus! Nisa nemeni ayah-bunda. Uti ama Yangkung. Gini Tante. Kasihan deh lu,” katanya sambil joget. Benar, dari tadi aku hanya bermain dengan sepenggal masa lalu. Itupun dalam buku yang hanya terbaca tidak tersentuh atau … ingin rasanya aku masuk buku itu dan mengubah segalanya, khu-
nah tukar pikiran tiga hari. Bertemu pertama kali dia ragu menyapaku. Dia ingin ngomong sesuatu. Dia nyuruh Emi, temanku. Dasar Emi, malah nyuruh pak Fuad menyapaku langsung. 12/5/97. Dir, aku ingin sekali nembak pak Fuad. Kalau dito lak, aduh malu banget! Aku punya ide. Nembaknya pas lulusan. Jadi, kalau ditolak, nggak ketemu lagi, cerdas ‘kan? Tapi, kalau diterima? Aku tidak mau. Bukan tidak mau diterima cintaku. Aku tidak mau pacaran, yap…aku ge-er (siapa mau jadian ma aku). Bener, aku tidak mau pacaran. Bayangin, temenku yang dulu selalu seneng, eh, punya pacar cemberut aja. Aneh ‘kan, tidak rasional ‘kan? Katanya “Itulah cinta, Sis.” Ye…cinta apa tuh. Cinta itu tidak menyakiti. 20/5/97. Dir, aku lulus! Hari ini, hari terakhirku memakai
repro kalam/uny
susnya pada tulisan “Because I Love You!” yang isinya, aku menantang pak Fuad menikahi aku, atau jauhi aku karena aku sayang padanya. Aku tidak mau pacaran. Eh, belum ada seminggu dia melamarku. Senangnya aku saat itu. Sayangnya, dia melamarku setelah aku diterima di universitas. Jelas bapak menolak. “Masuk universitas itu mahal. Tidak semua orang mampu. Tidak seperti dulu, kaya miskin asal pinter bisa masuk, pikirkan kalau di tengah harus keluar. Bagaimana tanggung jawabmu terhadap bapak yang membiayaimu?” ucap bapak. Hancurlah hatiku mendengarnya. Kami akhirnya saling menjauh, sampai-sampai aku tidak mau ke SMA kecuali Jumat, Ka mis, Selasa karena dia libur. Pernah satu kali bertemu, saat pembekalan anggota baru di organisasi yang kukelola. Bayangkan, pertemuan pertama setelah perpisahan itu. Perpisahan? Bukan! Kami belum pernah jadian. Hanya per-
abu-abu. Sebentar lagi kuliah, tahu yang kupikirkan? Nembak pak Fuad? No, mungkin yes. UMPTN? Apalagi itu, tidak terpikir kan. Aku belum kepikiran, mau kuliah di universitas pilihan bapak atau di mana? Aku kepikiran ninggalin pak Fuad, aku nggak tahu gimana lagi, tanpa dia mungkin aku lupa caranya bernafas. Senyumku terurai, entah pernafasan seperti apa yang hilang dariku. Delapan tahun ini aku tetap bernafas tanpanya. 1/52005. Meriah yang sedang berlangsung dan... kutulis kembali di lembaran diary merah jambu yang masih kosong …Subhanallah, mungkin aku tahu kembali cara bernafas, atau aku menemukan yang paling baik untuk bernafas yang asli. Safrina Rovasita mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Biasa FIP UNY
P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009
43
puisi•geguritan•tembang Sajak Nuraeni Dalam Nyenyak Tidurmu Dalam nyenyak tidurmu: derai cemara membayang di keningmu kubelai rambutmu yang mulai berkabut kalam/uny
Dalam nyenyak tidurmu: gemuruh ombak riuh berkejaran sebelum akhirnya bersama-sama memecah di pantai Dalam nyenyak tidurmu: buku-buku terbuka kertas kerja beterbangan setangkai kembang yang kaupetik di ladang kadang timbul kadang tenggelam
Dalam nyenyak tidurmu: tuts-tuts piano tuaku gemetar membisikkan lagu : Surat untuk Kasihku Jalan Wates, awal 2009
poj o k g e litik
Kita kelahi saja!
kalam/uny
Umarmoyo : Di, met tahun baru ya! Umarmadi : Ya. Sama-sama. Met tahun baru juga, Yo. Umarmoyo : Umur kita tambah setahun. Umarmadi : Bukan! Umur kita berkurang setahun. Umarmoyo : Ah, embuh lah! Umarmadi : Yang pasti, setelah kuamati dirimu … Umarmoyo : Kenapa emang? Umarmadi : Kamu sekarang benar-benar sudah meninggalkan dunia hitam.
44
Pewara Dinam i ka j a n ua ri 2 0 0 9
Umarmoyo : Heeeeee ….. ngomong sembarangan! Umarmadi : Heeeeee ….. ya enggaklah! Umarmoyo : Kapan aku seperti itu? Jangan asal ngomong kamu! Umarmadi : Eit, jangan marah dulu sobat. Umarmoyo : Ini masalah harga diri! Kita kelahi saja lah! Umarmadi : He-he-he… tuh lihat rambutmu … sudah putih semua. Umarmoyo : ......? ema r '09
l ensa
2008 Tawa (Lepas) Sang Jenderal Suasana halaman rektorat UNY sedikit hening. Seorang Jenderal bintang empat datang. Di temani rombongan Angkatan Udara RI, Sang Jenderal tetap memperlihatkan wajah tegas namun tetap bersahabat. KASAU Marsekal TNI Subandrio disambut hangat jajaran Pimpinan UNY. Siang itu, Kamis (4/12/08), mereka begitu dekat, walaupun mereka belum saling mengenal. Setelah menandatangi MoU antara dua institusi, acara makan siang dimulai. Sebagian orang-orang yang hadir dalam jamuan itu, terheran-heran ketika melihat sang Jenderal yang baru kali pertama datang di UNY, tertawa lepas. Saat itu, mereka asyik berbincang-bincang dengan Penjabat Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, MA. Entah apa yang mereka bincangkan? Namun suasana yang bersahabat itu adalah wujud keterbukaan UNY. teks: Sismono La ode • Foto: natsir dan dokumen humas.
universitas negeri Yogyakarta Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281 Telp. 0274-586168 www.uny.ac.id