bina rohani
Meneladani Rasul (lagi) O l e h M uhammad S afrodin
A
gama apapun di dunia ini pastilah disebarkan dengan dakwah. Dengan cara yang berbeda namun tujuannya sama. Yakni, ingin mengajak umat untuk ikut agama tersebut sebanyak mungkin. Ada yang memakai kekerasan, tipu melihat, hingga dengan kebaikan. Dalam Islam, tentu kita sepakat bahwa agama ini dise barluaskan dengan cara yang baik. Tak ada satu pun ayat Alquran yang membo lehkan pemaksaan terhadap ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW, apalagi jika disertai kekerasan. Karena hal itu bertolak belakang dengan misi Islam yang pada dasarnya mengingin kan perubahan kearah lebih baik. Keba ikan tentu harus melalui jalan yang ba ik pula. Mereka yang tak setuju dengan Islam akan berpendapat sebaliknya. Islam ada lah identik dengan kekerasan, mengang kat pedang, perang, dan sebagainya. Mereka mengklaim bahwa Alquran menghalalkan peperangan demi agama. Memang benar bahwa beberapa ayat Al quran bercerita mengenai perang, akan tetapi bukan berarti Islam haruslah ber perang. Kuat dugaan, adanya anggap an seperti itu disebabkan terlalu sem pitnya dalam memahami teks tanpa dikaitkan dengan konteks zaman dan pe lajaran sesunguhnya yang bisa diambil dari ayat tersebut. Kondisi ini tentu membuat Islam semakin ditakuti. Terutama bagi mereka yang baru mengenal Islam atau bagi yang imannya lemah. Bisa jadi mereka malah menjauhi dan tidak tertarik lagi dengan Diin al- Islam. Dalam hal ini mereka akan mencari agama alternatif yang menurutnya lebih humanis dan fleksibel. Cara berdakwah seperti ini ha
nya akan memperkeruh citra Islam dan gagal guna membumikan ajaran Nabi Muhammad SAW. Pemaknaan keliru mengenai ayat-ayat perang dan semacamnya tak hanya menghinggapi kaum non-Islam tetapi juga sebagian orang Islam sendiri. De ngan embel-embel Islam terkadang me reka menghalalkan darah kaum yang di anggapnya kafir. Dalam pandangannya orang kafir layak dimusnahkan dan bah kan bernilai jihad. Pada perkembangan nya kelompok ini sering disebut sebagai “teroris”. Di Indonesia, kelompok ini telah menghabiskan nyawa ratusan orang tak bersalah sebagaimana yang terjadi di Bali beberapa tahun silam. Saat ini para pelaku sudah tertangkap dan diek sekusi, akan tetapi mereka sama sekali tidak menyesal dengan perbuatannya. Mereka bersikukuh perbuatannya ada lah benar, jalan dakwah dan Islami. Benarkah Nabi Muhammad SAW sebagai satu-satunya suri teladan yang sempur-
na bagi kita, mengajarkan demikian? Ada kisah menarik yang patut diteladani dari Baginda Rasulullah SAW mengenai kearifan dakwah Islam. Suatu saat datang kepada Nabi lelaki yang ingin memeluk Islam. Setelah mengucap dua kalimah Syahadat lelaki tersebut beru jar,”Ya Rasul, sesungguhnya hamba ini selalu berbuat dosa tetapi payah untuk meninggalkannnya.” Rasul pun menjawab, ”Maukah engkau berjanji untuk sanggup berkata jujur?” Lelaki yang ke sohor karena kejahatannya itu menyang gupi janji Rasul. Ia pun pulang. Singkat cerita, suatu saat lelaki tersebut hendak melakukan kejahatan. Akan tetapi di te ngah perjalanan ia ingat untuk selalu berkata jujur apa pun yang terjadi. Sampai akhirnya, ia urungkan niat berbuat jahat karena takut ketahuan sewaktu ditanya Rasul mengenai perbuatannya. Andai berbohong maka berarti ia telah mengkhianati janji Nabi. Lelaki itu hanya bisa berkata dalam hati betapa pesan sederhana Rasul mengandung hikmah yang sangat agung. Dan akhirnya, ia menjadi salah satu sahabat Nabi yang taat. Di sinilah kebesaran Islam. Islam bukanlah agama sangar yang membuat bulu kuduk berdiri. Islam adalah agama yang toleran, manusiawi, dan ramah. Dakwah bi al-Hikmah sebagaimana yang dicontohkan Nabi akan membuat Islam kian merasuk ke sanubari manusia mana pun. Persoalan akan lain jika dakwah Islam haruslah membom, me rusak kafe, memukul, membunuh dan semacamnya. Wallahu a’lam.
Muhammad Safrodin Mahasiswa Jurusan KPI UIN Sunan Kalijaga
P e wa r a Di n a m i k a j a n ua ri 2009
41