MENGUBAH PARADIGM
ZAKAT KONSUMTIF MENJADIPRODUKTIF Oleh: Fathurrohman, S.Pd.) Pendahuluan
Zakat adalah ibadah yang memiliki posisi yang sangat penting, strategis, dan menentukan, baik dari sisi ajaran maupun pembangunan kesejahteraan umat. Diwajibkannya zakat atas orang kaya (muzakki) semata-mata bertujuan untuk menyucikan diri dari harta mereka. Apabila dihubungkan dengan si penerima (mustahiq), zakat dapat membebaskan si penerima dari kesulitan atau diartikan dapat mengentaskan kemiskinan. Kemiskinan bukan saja menjadi masalah dalam kehidupan sosial, budaya, ekonomi, dan politik, tetapi juga masalah agama (Islam). Oleh karena itu, perlu perhatian dan penanganan secara serius, sistematis, dan berkesinambungan (sustainable), serta memerlukan komitmen bersama untuk mengataslnya. Perkembangan Institusi zakat akhir-akhir itu begitu pesatnya. Tiga bulan terakhir itu banyak bermunculan Lembaga Ami! Zakat (l_AZ) maupun Badan Amil Zakat (BAZ) di Indonesia. Hal itu menandakan bahwasanya masyarakat mulal sadar akan pentingnya sebuah institusi zakat untuk mengelola zakat secara profesional dan amanah. Saiah satu alat ukur untuk melihat keprofesionalan sebuah institusi zakat adalah
melihat dari
manajemennya, yaitu adanya sebuah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Hal itu berarti amil harus melakukan perencanaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Rencana dapat dibuat dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Pengorganisasian berhubungan dengan bagaimana seseorang menggunakan sumber daya yang dimilikinya sedemikian rupa, sehingga rencana organisasi tercapai. Pelaksanaan berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dengan merujuk pada rencana yang telah ditentukan. Pengawasan merupakan tindakan pembanding antara apa yang telah direncanakan dan apa yang telah dicapai. Berfungsi Mengelola Institusi zakat, selain sebagai sebuah lembaga yang ada di masyarakat, juga sebagai sebuah sistem atau mekanisme yang berfungsi mengelola. Hal itu yang kemudlan melahlrkan adanya pendayagunaan zakat produktif. Pendayagunaan
zakat produktif merupakan hasil transformasi pengertian dari cara pendistribusian dana zakat tradisional menuju sistem pendistribusian modern. Pendayagunaan dan pengelolaan yang produktif itu akan memberikan kontribusi positif terhadap kehidupan sosial-ekonomi masyarakat. Atau, dengan kata lain, pendayagunaan dan pengelolaan yang produktif dapat menciptakan dampak sosial-ekonomi (social-economic effects) yang besar bagi masyarakat. Syarat untukZakatyang Produktif Zakat dikatakan produktif apabila seabagai berikut. Pertama, dana ZIS (Zakat, Infaq, dan Shadaqah) didistribusikan tidak dalam bentuk konsumtif (untuk dipakal habis) dan tidak perlu mengharapkan dana tersebut kemball kepada LAZ/BAZ. Sebagai contoh, dana tersebut digunakan untuk pendidikan, biaya dakwah, modal untuk usaha kecil, dan sebagainya. Kedua, dana ZIS yang telah didistribusikan tetap kembali kepada LAZ/BAZ dan pendistribusian tersebut diharapkan dapat memperbesar dan mengakumulasi tambahan dana ZIS. Dana ZIS dlputar sedemikian rupa, sehingga semakin lama dapat memperbesar dana yang dlputar tersebut. Sebagai contoh, memberikan modal pinjaman bagi pengusaha kecll yang diusahakan tetap dipertahankan secara utuh. Keutuhan dana ZIS tersebut dapat dilakukan oleh LAZ/BAZ apabila pengusaha kecil tersebut diwajibkan untuk mengembalikan pinjaman modal dan sekaligus menabung, berlnfaq, bershadaqah, dan memberikan bagian dari iaba yang dlperoleh.Adanya pengembalian pinjaman pokok akan menyebabkan keutuhan dana ZIS. Sedangkan, tabungan, Infaq, shadaqah, dan pendapatan bagi hasil merupakan buah dari perputaran dana yang digulirkan. Amanah Mewujudkan Tujuan Terlepas dari adanya pro dan kontra atas penafsiran produktif, yang jelas, amil mempunyai tanggung jawab untuk menjaga dan mengelola dana ZIS dengan amanah untuk mewujudkan tujuan dari zakat, yaitu mengentaskan kemiskinan secara strukturai, bukan kemiskinan material. Hal itu akan
tercapai dengan adanya pengelolaan dan pengembangan potensl-potensi ekonomi rakyat yang
Oktober 2005
^ dinamllia ^
25