SELAMAT HARI KELUARGA NASIONAL XXIII 29 Juli 2016
Untuk seluruh keluarga Jawa Barat Keluaga Benteng Utama Hindari Kekerasan Ciptakan Keharmonisan ungi Dampingi dan Lind ta Anak-anak Ki
www.jabar.bkkbn.go.id
4
WARTA UTAMA
BERSATU MENOLAK KEKERASAN 7 Warta Utama 12 Warta Utama 14 Warta Utama 20 Warta Utama 26 Warta Utama
QUO VADIS KETAHANAN KELUARGA
JAWA BARAT LEBIH RAMAH ANAK
SEKALI LAGI TENTANG REVOLUSI MENTAL
PESTA KELUARGA JAWA BARAT
Suasana kemeriahaan peringatan Harganas XXIII tingkat Jawa Barat di Lanud Sulaiman. Tampak Kepala BKKBN, Gubernur Jabar, Butpati Bandung, dan segenap pemangku kepentingan menyatu bersama peserta Harganas. Harganas benar-benar menjadi pesta keluarga Jawa Barat.
SEMARAK HARGANAS XXIII PROVINSI JAWA BARAT
28 Warta Daerah
KETAHANAN KELUARGA BENTUK KARAKTER BANGSA
Warta Daerah
31 34 Warta Daerah 35 Warta Daerah
SENAM 400 IBU MERIAHKAN HARGANAS
SINAPEUL JADI KAMPUNG KB
KELUARGA BERKARAKTER INDONESIA JAYA
Cover Story
18 Warta Foto
BANGSA SEHAT MULAI DARI KELUARGA SEHAT
Penasehat KEPALA BKKBN JAWA BARAT Dewan Redaksi SUGILAR, IDA INDRAWATI, TETTY SABARNIYATI, YUDI SURYADHI, RUDY BUDIMAN, RAKHMAT MULKAN, PINTAULI R. SIREGAR Pemimpin Redaksi RUDY BUDIMAN Wakil Pemimpin Redaksi ELMA TRIYULIANTI Managing Editor NAJIP HENDRA SP Tim Redaksi ARIF R. ZAIDAN, CHAERUL SALEH, AGUNG RUSMANTO, DODO SUPRIATNA, HENDRA KURNIAWAN, Kontributor ACHMAD SYAFARIEL (JABOTABEK), AKIM GARIS (CIREBON), AA MAMAY (PRIANGAN TIMUR), YAN HENDRAYANA (PURWASUKA), ANGGOTA IPKB JAWA BARAT, RUDINI Tata Letak LITERA MEDIA Sirkulasi IDA PARIDA Penerbit Perwakilan BKKBN Jawa Barat Percetakan Litera Media - 022 87801235 www.literamedia.com Alamat Redaksi Kantor BKKBN Jawa Barat Jalan Surapati No. 122 Bandung Telp : (022) 7207085 Fax : (022) 7273805 Email: kencanajabar@gmail.com Website: www.duaanak.com
WARTA UTAMA
4
WARTA KENCANA • NOMOR 29 • TAHUN VII • EDISI KHUSUS HARGANAS 2016
WARTA UTAMA
P
enampilan sejumlah anak berkebutuhan khusus di panggung utama peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) tingkat Provinsi Jawa Barat memberikan kesan berbeda. Bahkan, boleh dibilang hari itu milik anak-anak hebat tersebut. Bagaimana tidak, nyaris seluruh penampil maupun petugas rangkaian acara puncak turut melibatkan mereka. Sebut sa ja misalnya pelantun ayat suci Alquran hingga pesembahan khusus angklung dari salah satu sekolah luar biasa (SLB). Semua begitu berbeda dan istimewa.
Merupakan Momentum Upaya Membangun Karakter Bangsa Mewujudkan Indonesia Sejahtera”, dengan moto “Keluarga Berkarakter, Indonesia Jaya”. Sementara itu, Jawa Barat memadukan Harganas dan HAN melalui sebuah tema “Keluarga Benteng Utama Hindari Kekerasan, Ciptakan Keharmonisan.” Ihwal perpaduan ini, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan memiliki alasan kuat. “Upaya perlindungan anak ini tentunya tidak lepas dari peran keluarga. Oleh karena itu, Peringatan Hari Anak Nasional kali ini yang kita rangkaikan
karakter positif setiap anggota keluarganya. Hal inilah yang seringkali menjadi penyebab utama timbulnya perilaku menyimpang pada anak-anak, termasuk di dalamnya prilaku kekerasan. Karena itu, penerima Satyalencana Wirakarya Bidang Kependudukan dan Keluarga Berencana ini berharap momentum peringatan Harganas mampu memperkokoh komitmen dan upaya terhadap pemberdayaan keluarga. Harapan ini tidak lepas dari spirit peringatan Harganas tahun ini, yakni pengembangan konsep
JAWA BARAT MEMILIH CARA BERBEDA DALAM MERAYAKAN HARGANAS XXIII TAHUN INI. LEBIH DARI SEKADAR TEMA KELUARGA, HARGANAS MENJADI MOMENTUM JABAR DALAM MENGGELORAKAN PENOLAKAN TERHADAP KEKERASAN. ADA BENANG MERAH YANG MENGHUBUNGKAN TEMA KEKERASAN DENGAN RENTANNYA KETAHANAN KELUARGA. Ya, dibanding tahun sebelumnya, peringatan Harganas tahun ini tampak berbeda. Selain melibatkan lebih banyak pemangku kepentingan dan masyarakat, Harganas menjadi berbeda karena pelaksanaannya disatukan dengan peringatan Hari Anak Nasional (HAN) tingkat Provinsi Jawa Barat. Perpaduan antara Harganas dan HAN ini pula yang menorbitkan tema baru dan berbeda bila dibandingkan dengan peringatan Harganas di tingkat nasional. Harganas XXIII tingkat nasional yang puncak peringatannya berlangsung di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 29 Juli 2016 mengusung tema sentral “Harganas
dengan Peringatan Hari Keluarga Nasional diharapkan dapat mendorong kita semua untuk menjadikan keluarga kita sebagai tempat pertama dan utama yang membentuk karakter dan kepribadian keluarga yang ramah anak,” kata Gubernur saat memberikan sambutan pada puncak peringatan Harganas dan HAN Tingkat Jawa Barat di Lapangan Binjas, Landasan Udara Sulaiman, Margahayu, Kabupaten Bandung, 23 Agustus 2016. Gubernur Heryawan tidak memungkiri hingga saat ini peran dan fungsi keluarga belum berjalan secara optimal. Akibatnya, keluarga tidak mampu menjadi wadah sekaligus institusi pembentuk
keluarga yang berkualifikasi reuniting (keluarga berkumpul), interacting (keluarga berinteraksi), empowering (keluarga berdaya), sharing and caring (keluarga berbagi). “Hari ini kita menyelenggarakan kedua momentum tersebut (Harganas dan HAN), tentunya tidak mengurangi maknanya. Yakni, untuk menumbuhkan kepedulian, kesadaran, dan partisipasi aktif segenap komponen masyarakat Jawa Barat dalam melindungi dan menjamin hak-hak anak sekaligus mengoptimalkan peran dan fungsi keluarga sebagai institusi pendidikan pertama bagi pembentukan karakter bangsa,” tandas Gubernur.
WARTA KENCANA • NOMOR 29 • TAHUN VII • EDISI KHUSUS HARGANAS 2016
5
WARTA UTAMA
Akhiri Kekerasan Pada Anak Lebih khusus mengenai peringatan HAN, Heryawan menjelaskan, pemilihan tema “Akhri Kekerasan Pada Anak” selaras dengan masih tingginya angka kekerasan terhadap anak di Indonesia. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat akumulasi angka kekerasan terhadap anak di Indonesia setiap tahun mencapai 3.700 kasus atau rata-rata terjadi 15 kasus setiap harinya. Kekerasan terhadap anak ini meliputi kekerasan fisik, seksual, emosional, pengabaian atau penelantaran serta kekerasan ekonomi. Efek dari tindakan kekerasan tersebut yakni kematian, cacat fisik serta terganggunya perkembangan jiwa anak.
tahun 2015, P2TP2A Jabar telah menangani kasus human trafficking sebanyak 29 kasus,” kata Heryawan. Selanjutnya, Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKB) Provinsi Jawa Barat mencatat bahwa kasus kekerasan seksual pada anak di Jawa Barat selama 2015 mencapai 778 orang. Jumlah tersebut menurun dibanding 2014 sebanyak 1.181 orang. Kementerian Sosial Republik Indonesia pada 2014 lalu menempatkan Jawa Barat pada posisi kedua tertinggi untuk kekerasan terhadap anak setelah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Kemudian berkaitan dengan kasus anak yang berhadapan dengan
Kepala BKKBN dan Gubernur Jabar serta rombongan tiba di lokasi Harganas, Lanud Sulaiman.
“Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jawa Barat mencatat dalam kurun waktu semester pertama tahun 2016 telah terjadi 76 kasus kekerasan fisik dan seksual terhadap anak di Jawa Barat. Selama
6
hukum, sesuai kondisi di Lapas Anak Sukamiskin terdapat 160 anak yang berhadapan dengan hukum. Mencermati tingginya kasus kekerasan anak, sambung Gubernur, pemerintah telah menerbitkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Perppu ini mengatur pemberatan hukuman pidana, pidana tambahan, dan tindakan lain bagi pelaku kekerasan terhadap anak, terutama kekerasan seksual terhadap anak dengan persyaratan tertentu. Penguatan payung hukum atas perlindungan anak tersebut mencerminkan bahwa kekerasan terhadap anak adalah jenis kejahatan luar biasa, sehingga perlu penanganan luar biasa pula. “Sejalan dengan upaya tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah, sedang, dan akan terus berupaya dalam perlindungan anak. Salah satunya adalah dengan pengembangan Kota Ramah Anak, yakni kualifikasi daerah dengan keberadaan rumah, sekolah, pusat perbelanjaan, kantor, sarana transportasi serta tempat publik lainnya yang memberikan perlindungan, menjamin keselamatan, keamanan serta kebutuhan anak-anak,’ terang Heryawan. “Beberapa waktu yang lalu kami bersama dengan ja jaran P2TP2A Jawa Barat telah mencanangkan Gerakan Jabar Tolak Kekerasan terhadap Anak. Besar harapan kami, gerakan ini dapat digelorakan dan diaplikasikan diberbagai daerah di seluruh Jawa Barat. Sehingga gerakan ini menjadi gerakan sinergis dari komponen masyarakat Jawa Barat dalam mewujudkan Jawa Barat yang ramah anak serta memberikan perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak dengan sebaik-baiknya,” harap Gubernur.(*)
WARTA KENCANA • NOMOR 29 • TAHUN VII • EDISI KHUSUS HARGANAS 2016
WARTA UTAMA
QUO VADIS KETAHANAN KELUARGA Netty Yakin UPPKS Bisa Jadi Pilar Ekonomi Keluarga
KELUARGA SUDAH SANGAT LAMA MENEMPATI MARWAH TERTINGGI DALAM SEJARAH KEHIDUPAN UMAT MANUSIA. FAKTANYA, KELUARGA TAK SELAMANYA MAMPU MEMERANKAN DIRI SEBAGAI PERAWAT NILAI-NILAI LUHUR KEHIDUPAN. DALAM BANYAK KASUS, KELUARGA JUSTRU HADIR SEBAGAI PUSAT DARI PUSARAN MASALAH. KE MANA PERGINYA KETAHANAN KELUARGA? VUO VADIS KETAHANAN KELUARGA!
Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jawa Barat Netty Prasetiyani Heryawan tak mampu menutupi kegeramannya saat menceritakan pengalamannya melakukan advokasi terhadap korban kekerasan perempuan di hadapan ratusan anggota Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) di lapangan Binjar Pangkalan Udara Sulaiman, Margahayu, Kabupaten Bandung. Wajar saja Netty geram tiada tara karena pelaku kekerasan pada perempuan maupun anak sebagian besar dilakukan oleh anggota keluarga atau pihak yang pada dasarnya dekat dengan korban. Turut menjadi saksi kegeraman doktor ilmu pemerintahan dari Universitas Padjadjaran (Unpad) ini antara lain Komandan Lanud Sulaiman Kolonel Mohammad Syafii, Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Barat Sugilar, Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kabupaten
WARTA KENCANA • NOMOR 29 • TAHUN VII • EDISI KHUSUS HARGANAS 2016
7
WARTA UTAMA Bandung Kurnia Dadang Naser, dan sejumlah pemangku kepentingan terkaitnya. Cerita keluh kesah dan kegeraman penggagas Gerakan Jabar Tolak Kekerasan ini muncul saat membuka pameran dan gelar dagang UPPKS dalam rangka peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-23 di Lapangan Binjas, Lanud Sulaiman. Mengutip laporan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Netty menyebutkan bahwa 70 persen pelaku kekerasan adalah orang yang sangat dekat dan dikenal oleh korban. Bahkan, kekerasan terus bergulir selama bulan suci Ramadan. “Kalau kita mau buka, setiap harinya kita di P2TP2A menerima 7-8 laporan. Ramadan dikira menurun ternyata tidak. Yang mengerikan, pelaku kekerasan, utamanya kekerasan seksual, dilakukan oleh orang-orang yang seharusnya memberikan perlindungan kepada anggota keluarga,” ungkap Netty. Keluarga, imbuh Netty, merupakan institusi terkecil tempat berlangsungnya penanaman nilai-nilai kehidupan. Sebut sa ja misalnya karakter yang tangguh, akhlak yang mulia, dan lainlain. Dengan begitu, di mana pun anak-anak setelah besar kelak berada, di mana pun berinteraksi, mereka memiliki imunitas dan antibodi dari sergapan dan kema juan zaman, kecanggihan teknologi, kecepatan informasi yang tidak dapat terhindarkan belakangan ini. Itu harapannya. Tapi ternyata, alih-alih berharap pada institusi yang bernama keluarga, hari ini tidak semua keluarga, tidak semua pasangan suami-istri, memiliki visi yang tangguh dalam membangun keluarga.
8
Netty Heryawan meresmikan pameran dan gelar dagang Kelompok UPPKS
Sehingga, ketika berbicara potret Indonesia, secara khusus potret Jawa Barat, maka Netty melihat ada sejumlah kerentanan yang patut dicermati dan waspadai. Kerentanan ini akan berdampak pada keluarga sebagai benteng utama. “Satu sisi kita percaya bahwa keluarga merupakan tempat persemaian nilai-nilai kebaikan, budi pekerti, termasuk membangun karakter. Tetapi, di sisi lain keluarga mengalami ancaman. Hari ini di tengah kema juan zaman, kemajuan
teknologi, dan kecepatan informasi tidak dapat elakkan, kita melihat banyak pasanganpasangan suami-istri tidak mampu menjalankan fungsi dan perannya. Kalau kemudian dalam undang-undang disebutkan ada sejumlah fungsi keluarga, ternyata hari ini kita melihat banyak keluarga menjadi masalah bagi perjalanan bangsa ini ke depan,” keluhnya. “Saya harus katakan seperti itu karena hari ini begitu banyak catatan yang masuk ke Komnas Perempuan maupun KPAI terkait
WARTA KENCANA • NOMOR 29 • TAHUN VII • EDISI KHUSUS HARGANAS 2016
WARTA UTAMA bapak masih terngiang. ‘Nanti pulang sekolah cepat pulang. Kalau ada orang asing mau ganggu cepat lari!’ Kan begitu. Tapi, ternyata hari ini yang harus kita khawatirkan bukan hanya orang asing. Bukan hanya orang tidak dikenal,” kenang Netty sekaligus menyesalkan terjadinya kasus-kasus kekerasan yang melibatkan orang-orang dekat belakangan ini. Tentu, cerita-cerita kekerasan bukan semata-mata propaganda atau kampanye antikekerasan perempuan. Netty yang malang-melintang dalam advokasi kekerasan perempuan dan anak dalam beberapa tahun terakhir mendapati cerita mengerikan ketika menangani korban perkosaan. Begini ceritanya. Sebut saja di salah satu kabupaten ada seorang anak berusia 7 tahun yang mencabuli adik kandungnya sendiri yang berusia 5 tahun. Ada lagi anak usia delapan tahun diperkosa oleh tiga orang bersamasama yang pelakunya adalah ayahnya, kakaknya, dan pamannya sampai usia 12 tahun. Anak ini menstruasi tiga kali kemudian hamil dan melahirkan seorang bayi laki-laki. berbagai kasus kekerasan, baik berupa fisik, psikis, kekerasan seksual, dan penelantaran ekonomi. Ini terjadi tidak hanya di ruang personal, tetapi juga di ruang publik atau masyarakat,” Netty menambahkan. Netty lantas membandingkan pengalamannya ketika masih belia. Sudah lazim bila anakanak kecil mendapat pesan dari orang tuanya untuk berhatihati dengan orang yang tidak dikenal. Pesan itu pula yang masih terngiang di telinga Netty setiap kali berangkat sekolah. “Ketika saya kecil, pesan ibu dan
“Jadi ini menjadi sebuah tantangan institusi keluarga ini diuji, Pak Gilar. Mari kita pahami bahwa keluarga ini menjadi tema yang sangat penting. Ternyata keluarga sedang mengalami ujian. Satu sisi kita percaya keluarga adalah institusi sakral, institusi yang dipercaya mampu melahirkan anak-anak yang berkarakter,” ungkap Netty sambil menyapa Sugilar, Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Barat. Ketua Tim Penggerak PKK Jawa Barat ini yakin keluarga menjadi potret sebuah bangsa. Ketika
keluarga kokoh dan tangguh, maka akan jadi kontributor bagi perjalanan bangsa ini ke depan. Dia menyayangkan ketika seseorang berbicara keluarga seringkali membuat jarak antara keluarga sendiri dengan keluarga orang lain. Kita seringkali membuat jarak antara keluarga dengan masyarakat. Alasannya, sebagian besar orang menganggap keluarganya baik-baik saja. Memiliki suami baik, setia, sukses berkarier, dan lain-lain. Padahal, tidak semua keluarga seberuntung keluarga-keluarga tadi. Boleh jadi masih terdapat tetangga dengan lantai masih terbuat tanah. Dinding boleh jadi terbuat dari anyaman bambu yang di sana masih terdapat bolong-bolong. Bukan tidak mungkin keluargakeluarga prasejahtera ini hanya memiliki satu kamar tidur atau tidak punya sama sekali. Tak ada lagi sekat antara ruang tidur anak dan orang tua. Netty percaya tidak terpisahnya ruang tidur antara anak dan orang tua merupakan awal bencana. Inilah bibit kekerasan inses atau kekerasan seksual yang sedarah. Atas alasan ekonomi plus minimnya pengetahuan, orang tua merasa tidak perlu memisahkan kamar tidur anak dengan kamar tidur orang tua. Hal itu pula yang ditemukan Netty saat menangani korban kekerasan sedarah. “Ketika ditanya mengapa seperti itu? Dia jawab, ‘Bapak dan ibu mengira aku sudah tidur. Padahal aku melihat apa yang mereka lakukan.’ Naudzubillahi min dzalik. Makanya menjadi bencana buat masa depan bangsa ini kalau kita membuat jarak antara masalah sosial dengan keberadaan kita. Kita sering katakan itu urusan orang lain.
WARTA KENCANA • NOMOR 29 • TAHUN VII • EDISI KHUSUS HARGANAS 2016
9
WARTA UTAMA Itu masalah kamu, bukan masalah saya. Kalau meminjam anak muda, ‘Itu derita loe, bukan gue.’ Betul, nggak?” papar Netty. Perempuan yang dinobatkan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta sebagai local hero dalam memerangi praktik perdangan manusia (human trafficking) ini mengingatkan beratnya tantangan perempuan Indonesia ke depan. Terlebih dengan diberlakukannya era perdagangan bebas ASEAN yang disepakati 10 negara anggota. Sumber daya alam melimpah yang dimiliki Indonesia menjadi tak berarti manakala sumber daya manusia (SDM) Indonesia tidak mampu bersaing dengan para pendatang. “Oke kita maish bangga dengan sebutan Zamrud Katulistiwa, oke kita masih ingat bait-bait syair yang dikumandangkan oleh Koes Plus pada masanya. Kita punya batubara, kita punya bijih besih, kita punya berbagai produk pertanian holtikultura, dan sebagainya. Tapi apa jadinya kalau kemudian SDM yang seharusnya mengelola itu bergeletakkan, bergelimpangan karena terjebak pada pergaulan bebas, melakukan seks berisiko, termasuk juga menjadi pengguna narkoba, mmenjadi pelaku kejahatan, terpapar pornografi. Setiap hari tidak ada yang dipikirkan kecuali kesenangan semu, termasuk adiktif terhadap tayangantayangan yang tidak dapat kita hindarkan ada di sebuah kotak ajaib yang bernama televisi. Termasuk ada di sebuah kotak ajaib yang secara sadar Bapak dan Ibu berikan langsung kepada anak-anak di rumah tanpa regulasi, tanpa edukasi,” tandas Netty. Dampaknya jelas. Sebagan anak sangat hapal dengan lagu Hamil Duluan, Hamil karena
10
Setan, Gadis Bukan Perawan, Mobil Bergoyang, dan lain-lain. Siapa yang salah? “Apa kita mau tunjuk Pak Danlanud? Pak Danlanud gimana kan Bapak sudah jadi komandan, jagain anak-anak di sini. Apa kita mau begitu? Apa kita mau tunjuk Pak Polis?. Pak, masak anak saya pacaran sama tukang es bisa hamil 5 bulan? Bapak apa kerjanya? Masak iya kita akan mengatakan seperti itu sebagai orang tua, sebagai keluarga, sebagai kader, kader PKK, pos KB, PLKB, TPD, atau PIK Rema ja. Apa kita akan menunjuk kesalahan itu pada orang lain?” Netty menambahkan.
Untuk menyukseskan program ekonomi kerakyatan adalah dengan cara bela dan beli produk Indonesia, bela dan beli produk Jawa Barat. Netty Heryawan
Dia berpesan agar jangan pernah salahkan warga negara asing yang kemudian hari ini merambah Papua untuk membuat pabrik semen. Lalu, di mana pekerja-pekerja Indonesia? Netty khawatir bangsa Indonesia hanya akan jadi penonton. Pemerintah sibuk melakukan rehabilitasi bagi pemuda-pemuda yang seharusnya bisa mengelola sumber daya alam. Netty menga jak semua pihak merenungkan hal itu. Ternyata ada saudara atau tetangga yang hari ini tidak beruntung. Untuk itu, Netty mengajak untuk memberikan dukungan kuat terhadap program UPPKS sebagai pemberdayaan
ekonomi keluarga. Dukungan nyata menjadi penting mengingat sebagian besar orang yang dijemput P2TP2A Jabar dari Batam, Entikong, dan beberapa tempat lain, ermasuk anak usia 14 tahun menunggu vonis gantung di Singapura, beralasan pergi bekerja dan terjebak pada praktik perdagangan orang karena alasan ekonomi. “Saya mengira saya dipekerjakan sebagai pegawai salon, Bu. Katanya gajinya Rp 5 juta. Tapi hari pertama saya bekerja saya harus melayani lima laki-laki hidung belang,” ucap Netty menirukan ucapan seorang korban trafficking yang dijemputnya beberapa waktu lalu. Lagi-lagi alasannya ekonomi. Pada waktu lain, Netty bertanya kepada seorang anak perempuan berusia sekitar 16-18 tahun. “Mengapa bekerja di sana?” Jawabannya karena mereka ingin meringankan beban keluarga. Berapa gaji di sana? “Nilai saya Rp 250 ribu rupiah,” jawab di anak. Berapa persentase antara kamu dengan mucikari? “Si Mamih 60 persen, saya 40 persen. Saya bekerja setiap pukul 7 malam sampai pukul 4 pagi,” si anak menimpali. “Sementara di mana anak-anak kita pada jam-jam segitu? Anakanak kita sedang tidur, sedang belajar, sedang menonton film kesayangannya, sedang membaca dan sebagainya. Sementara mereka harus melawan keengganan untuk kemudian melayani laki-laki hidung belang paling sedikit mereka katakan melayani 7-8 laki-laki. Kalau paling sedikit, lagi sepi, melayani 7-8 orang, berarti ada masa ramainya? Iya, jawab mereka. Berapa? Pernah 32 laki-laki termasuk warga negara asing yang sedang berwisata di
WARTA KENCANA • NOMOR 29 • TAHUN VII • EDISI KHUSUS HARGANAS 2016
WARTA UTAMA Jawa Barat ini. Seperti itu,” ujar Netty makin geram. Yang repot, upaya restitusi gagal karena pola hidup konsumtif sudah menja jah mereka. Kiri-kanan handphone, rambut dicat warna-warni, pakaian juga sudah berubah. Nah, ketika pelaku harus membaya biaya ganti rugi atau restitusi, tidak ada yang bisa dibayarkan. Kenapa? Rata-rata sudah berhutang pada mucikari atau pelaku perdagangan orang. Selain untuk membiayai gaya hidup, utang juga datang ketika korban sudah telanjur meminjam uang untuk mengirim kepada keluarga di kampung. Jadi, sambung Netty, ketika bicara UPPKS maka pandangan harus diperluas. Ternyata salah satu kegiatan ekonomi produtif dan berkontribusi besar pada perjalanan ekonomi bangsa ini adalah usaha ekonomi kerakyatan yang dilakukan dari rumah ke rumah ini. Karena tidak butuh modal besar, pelaku ekonomi kerakyatan tidak gampang kolaps. Sementara korporasi raksasa pada umumnya memiliki utang jumbo juga.
ber-KB. Kita berharap dengan pancingan, dengan stimulus UPPKS, keluarga-keluarga anggota UPPKS ini bisa bertahan dan setidaknya memiliki jaminan kira-kira apa yang bisa kumpulkan untuk melanjutkan kehidupan, untuk memastikan anak-anaknya bersekolah, memastikan anakanaknya tidak kekurangan gizi, dan sebagainya,” harap Netty. Yang harus kita lakukan tentu sa ja adalah pembinaan sehingga produk yang dihasilkan kelompok UPPKS bisa berkualitas, termasuk di dalamnya masalah kemasan. Dalam banyak kasus, produk UPPKS atau home industry lain memiliki cita rasa tinggi. Namun ketika tapi kemasannya tidak enak dilihat, jadi tidak dilirik orang. Dia mencontohkan ketika dirinya jalan-jalan ke Malaysia. Dari sisi rasa, dodol ala Malaysia kalah jauh dari dodol Garut atau wa jit Cililin. Tapi karena kemasannya bagus, pengunjung kepincut untuk membeli. Tidak kalah pentingnya adalah promosi. Selain melalui berjualan langsung seperti pameran atau gelar dagang, bisa juga ada strategi online.
Netty mencatat, dalam satu hari itu ada 1 miliar foto diunggah ke media sosial. Terlebih sekitar 8 juta penduduk Indonesia itu pengguna Facebook terbesar keempat di dunia. Belum lagi pengguna handphone Indonesia terbesar keempat di dunia. Jadi bila kemudian strategi promosinya bisa dikembangkan, mudahan-muahan kalaupun tidak setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, bisa berdagang secara langsung, mudahmudahan ada banyak cara yang bisa memperluas jangkauan. “Akhirnya, untuk menyukseskan program ekonomi kerakyatan adalah dengan cara bela dan beli produk Indonesia, bela dan beli produk Jawa Barat. Bela dan beli produk-produk yang dihasilkan kelompok UPPKS, kelompok-kelompok keluarga prasejahtera atau KS I dan pada umumnya produk yang ada di Jawa Barat. Hanya dengan cara itulah mereka bisa memiliki keyakinan bahwa produk-produknya dicintai dan diminati digunakan oleh masyarakat secara luas. Hanya dengan cara itulah mereka akan memproduksi secara lebih banyak lagi,” ajak penyuka kriya rumahan tersebut.
Kalau sudah begitu, Netty menilai saat ini tinggal bagaimana berusaha secara serius dan bersungguh-sungguh menggandeng mitra. Termasuk kerjasama solid dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (KUMKM), dan organisasi perangkat daerah (OPD) lain untuk melakukan pembinaan agar mereka terus membangun jejaring kelompok. “Di sini kita berharap bukan hanya karena alasan ekonomi tetapi juga ingin memastikan kelompok-kelompok UPPKS ini menjaga keseinambungan dalam kepesertaan dalam
Netty Heryawan menjajal produk di arena pameran dan gelar dagang Kelompok UPPKS
WARTA KENCANA • NOMOR 29 • TAHUN VII • EDISI KHUSUS HARGANAS 2016
11
WARTA UTAMA
Keceriaan anak-anak di Kampung KB Desa Naluk, Kabupaten Sumedang.
JAWA BARAT LEBIH RAMAH ANAK Kementerian Apresiasi Perda Ketahanan Keluarga Jabar
P
eraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga mendapat acungan jempol Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP dan PA). Apresiasi tersebut disampaikan Sekretaris Kementerian PP dan PA Wahyu Harmoko saat memberikan sambutan pada peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) XXIII tingkat Jawa Barat di Pangkalan Udara Sulaiman, Margahayu, Kabupaten Bandung.
12
Wahyu menilai kehadiran perda tersebut menunjukkan kepeloporan Jawa Barat dalam upaya mewujudkan ketahanan keluarga. Pihaknya yakin ketahanan keluarga merupakan modal dasar untuk mengurangi kekerasan terhadap perempuan dan anak. Selama ini menunjukkan bahwa munculnya masalah perempuan dan anak bermula dari keluarga. Dalam perkembangannya, kekerasan terhadap perempuan dan anak memberikan dampak negatif dan luas terutama terhadap proses tumbuh kembang anak itu sendiri. Terlebih kekerasan yang terjadi bukan hanya
berupa kekerasan fisik, namun juga psikis, seksual, hingga berujung penelantaran. “Memang kita sadari bahwa permasalahan perempuan dan anak bermula dari keluarga. Saya yakin apabila keluarga dibina dengan baik, nanti akan terwujudkan keluarga sakinah, mawaadah warohmah,” ujarnya Wahyu. Kementerian juga memberikan apresiasi kepada Jawa Barat yang dianggap sudah lebih ramah terhadap anak. Ini ditandai dengan diraihnya predikat Kota/Kabupaten Layak Anak (KLA) oleh lebih dari 60
WARTA KENCANA • NOMOR 29 • TAHUN VII • EDISI KHUSUS HARGANAS 2016
WARTA UTAMA persen kabupaten dan kota di Jawa Barat. Dengan predikat tersebut Wahyu berhadap setiap daerah dapat melindungi dan memenuhi hak dasar setiap anak. “Ini suatu langkah awal yang baik sekali, sehingga anakanak bisa aman di mana pun berada,” imbuhnya. Sebelumnya, dalam pernyataan tertulisnya Menteri PP dan PA Yohana Yembise menegaskan komitmen pemerintah untuk mengimplementasikan secara penuh Konvensi Hak Anak (KHA). Pemerintah Indonesia sendiri sudah meratifikasi KHA sejak seperempat abad lalu melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990. Ratifikasi tersebut merupakan wujud nyata komitmen pemerintah dalam memberikan jaminan atas pemenuhan hak dan perlindungan seluruh anak Indonesia. “Dalam setiap tahapan dan proses pembangunan yang menyangkut kehidupan anak harus mengacu kepada KHA, sehingga tidak ada pilihan lain kecuali kita melaksanakan dan menghormati KHA,” tegas Yohana dalam siaran pers yang dilansir laman resmi Kementerian PP dan PA. Yohana mempertegas pemenuhan hak dan perlindungan anak mutlak dilakukan karena mulai dari tingkat internasional dan nasional sudah memiliki instrumen hukum. Selain itu, karena penanganan isu-isu anak bersifat lintas bidang pembangunan, maka penanganan yang holistik dan integratif sangatlah penting, termasuk pelibatan dan kerjasama dengan seluruh pemangku kepentingan dari unsur pemerintah, masyarakat, media dan dunia usaha. KHA menjabarkan secara rinci tentang hak-hak anak, yang
dikelompokkan ke dalam lima klaster substantif. Pertama, hak sipil dan kebebasan dengan tiga hal yang harus dipenuhi, yaitu: 1) Semua anak harus memiliki akta kelahiran; 2) Meningkatkan akses anak terhadap informasi, dan di lain pihak perlu disertai upaya mencegah anak atas informasi yang tidak layak dikonsumsi terutama dari pengaruh negatif pornografi dan kekerasan; 3) Meningkatkan partisipasi anak. Kedua, lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif. Setidaknya terdapat tiga hal penting, yaitu: 1) Lingkungan keluarga yang aman dan nyaman bagi anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, termasuk penyediaan Ruang Bermain Ramah Anak (RBRA) dan upaya penurunan perkawinan usia anak; 2) Bagi anak-anak yang tidak memiliki orang tua (kandung atau pengganti), perlu diciptakan suatupola pengasuhan alternatif yang berkualitas; 3) Penyediaan lembaga konsultasi bagi keluarga dalam mendidik dan mengasuh anak, misalnya dalam bentuk Pusat Pembela jaran Keluarga (PPK). Ketiga, kesehatan dasar dan kesejahteraan yang mengatur tiga hal penting, yaitu: 1) memastikan setiap anak sehat dan bergizi baik; 2) Anak tumbuh dan berkembang dalam kondisi kesejahteraan diri, keluarga, dan masyarakat di sekitarnya yang sejahtera; 3) Menyediakan pelayanan ramah anak di lembaga-lembaga penyedia layanan kesehatan, terutama di Rumah Sakit dan Puskesmas. Keempat, pendidikan, pemanfaatan waktu luang dan kegiatan budaya, yang meliputi dua hal penting, yaitu: 1) Semua anak harus sekolah, sejalan dengan program Wajib Belajar
12 Tahun, disertai dengan perwujudan Sekolah Ramah Anak (SRA) serta penyediaan Rute Aman dan Selamat ke/dari Sekolah (RASS); 2) Pemanfaatan waktu luang yang diperlukan anak karena anak juga harus beristirahat dan mengisi hariharinya dengan hal-hal yang memang diminati dan positif, termasuk kegiatan budaya melalui pembentukan Ruang Kreatifitas Anak. Kelima, perlindungan khusus anak, yang mencakup upaya-upaya yang harus dilakukan agar setiap anak tidak didiskriminasi dan tidak mengalami kekerasan selama hidupnya. Dalam UndangUndang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pada pasal 59 terdapat 15 anak yang dikategorikan anak yang memerlukan perlindungan khusus (AMPK), termasuk anak berkebutuhan khusus, anak penyandang disabilitas, anak pada situasi bencana, anakanak marjinal, dan lain-lain. Selain lima klaster substantif, KHA juga mengadopsi empat prinsip, yaitu: (a) nondiskriminasi; (b) kepentingan yang terbaik bagi anak; (c) hak hidup, kelangsungan dan perkembangan; dan (d) penghargaan terhadap pendapat anak. “Di Indonesia, penjabaran KHA secara terintegrasi diwujudkan dalam bentuk KLA. Hingga tahun 2015, sebanyak 264 kabupaten/kota menyatakan komitmennya untuk menjadikan wilayahnya menjadi KLA,” ungkap Yohana.(*)
WARTA KENCANA • NOMOR 29 • TAHUN VII • EDISI KHUSUS HARGANAS 2016
13
WARTA UTAMA
Kepala BKKBN Surya Chandra Surapaty seolah tak pernah lelah untuk terusmenerus menggelorakan revolusi mental dalam setiap kesempatan. Pesan itu pula yang disampaikan Surya ketika menyapa warga Kabupaten Bandung saat menghadiri puncak peringatan Harganas ke-23 Tingkat Jawa Barat di Lapangan Binjas Pangkalan Udara Sulaiman, Margahayu, Kabupaten Bandung. Pesan senada juga disampaikan saat menyampaikan sambutan di hadapan Presiden Jokowi pada puncak peringatan Harganas ke-23 tingkat nasional di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Kepala BKKBN Surya Chandra Surapaty
Sekali Lagi tentang
REVOLUSI MENTAL Pesan Utama Kepala BKKBN Pada Puncak Peringatan Harganas 2016
14
WARTA KENCANA • NOMOR 29 • TAHUN VII • EDISI KHUSUS HARGANAS 2016
WARTA UTAMA
S
urya mengungkapkan, BKKBN merupakan salah satu lembaga yang mendapat mandat untuk mewujudkan Sembilan Agenda Prioritas Pembangunan (Nawa Cita) 2015-2019. Melalui program kependudukan, keluarga berencana, dan pembangunan keluarga (KKBPK), BKKBN turut mendukung terutama cita ke-3 “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam rangka negara kesatuan.” Cita ke-5 “Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.” Cita ke-8 “Melakukan revolusi karakter bangsa.” “Sesuai dengan cita ke-3, program KKBPK harus dapat menjangkau wilayah-wilayah dengan kriteria miskin, padat penduduk, wilayah nelayan, daerah kumuh, dan daerah tertinggal lainnya. Hal ini dilakukan agar masyarakat yang tinggal di daerah-daerah tersebut dapat merasakan manfaat kegiatan Program KKBPK secara langsung. Salah satu upaya tersebut berupa pembentukan Kampung KB yang telah dicanangkan Presiden Jokowi pada 14 Januari 2016 lalu di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat,” kata Surya. Untuk mewujudkan cita ke-5, sambung Surya, program KKBPK harus dapat berkontribusi terhadap upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia agar menjadi modal pembangunan yang memiliki daya saing dalam menghadapi globalisasi dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Bukan sebaliknya, malah menjadi beban pembangunan. Pelayanan KB diberikan dengan memperhatikan siklus usia reproduksi, sementara program pembangunan keluarga menggunakan pendekatan siklus
kehidupan. “Revolusi karakter bangsa pada cita ke-8 tidak akan berjalan optimal tanpa diawali dengan inisiatif melakukan revolusi mental. Menurut Bung Karno, Revolusi Mental adalah “gerakan hidup baru untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, dan berjiwa api yang menyala-nyala,” tandas Surya mengutip pernyataan Bung Karno.
Mengutip artikel Presiden Jokowi berjudul Revolusi Mental di harian Kompas pada 10 Mei 2014, Surya menekankan bahwa revolusi mental harus dimulai dari masing-masing kita sendiri, dimulai dengan lingkungan keluarga. Mengapa harus dimulai dari tingkat keluarga, karena keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat sekaligus wahana pertama dan utama bagi penyemaian karakter bangsa. Keluarga adalah pilar pembangunan bangsa.
Revolusi Mental adalah gerakan hidup baru untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, dan berjiwa api yang menyala-nyala. Ir. Sukarno Lebih jauh Surya memaparkan, dalam Strategi Pembangunan Nasional (Dimensi Pembangunan) 2015-2019, BKKBN mempunyai peran pada dimensi pembangunan manusia. Dengan demikian, BKKBN harus turut berkontribusi dalam pelaksanaan revolusi mental. Bentuk kontribusi BKKBN tersebut berupa inisiatif melakukan revolusi mental berbasis Pancasila melalui keluarga. Inisiatif BKKBN ini diwujudkan dengan diawali penyusunan buku Revolusi Mental Berbasis Pancasila Melalui Keluarga. Buku tersebut telah diluncurkan bertepatan dengan Kongres Keluarga Indonesia (KKI) di kantor BKKBN pada 2 Juni 2016 yang lalu.
“Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan “asah, asih, dan asuh“. Karena itu, keluarga menjadi ajang yang paling sempurna untuk menanamkan ketiga nilai revolusi mental, yaitu integritas, etos kerja, dan gotong royong, dan membangun karakter sejak dini,” tegas peraih gelar Ph.D. dalam Population Planning and International Health di University of Michigan, Ann Arbor, Michigan, Amerika Serikat tersebut. Revolusi mental melalui keluarga, sambung Surya, pada dasarnya adalah membangun komunikasi. Yakni, komunikasi yang dibangun melibatkan diri
WARTA KENCANA • NOMOR 29 • TAHUN VII • EDISI KHUSUS HARGANAS 2016
15
WARTA UTAMA sendiri dengan Tuhan YME, diri sendiri dengan keluarga, dan diri sendiri dengan lingkungan atau masyarakat. Tujuannya adalah mengubah cara pandang, fikir, sikap, perilaku; membangkitkan kesadaran dan membangun sikap optimistis; serta mewujudkan Indonesia yang berdaulat, berdikari dan berkepribadian. “Keluarga adalah pilar pembangunan bangsa. Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan asah, asih dan as uh. Keluarga adalah tumpuan untuk menumbuhkembangkan dan menyalurkan potensi setiap anggota keluarga,” papar Surya. Dalam konteks kekinian, revolusi mental merupakan suatu gerakan seluruh masyarakat, pemerintah, dan rakyat. Sebagai sebuah gerakan mengubah cara pandang, pikiran, sikap, dan perilaku, revolusi mental adalah sebuah gerakan hidup baru yang berorientasi pada kemajuan dan kemodernan, sehingga Indonesia menjadi bangsa yang besar dan mampu berkompetisi dengan bangsabangsa lain di dunia. “Revolusi mental mengandung nilai-nilai esensial yang harus diinternalisasi, baik pada setiap individu maupun bangsa, yaitu etos kemajuan, etika kerja, motivasi berprestasi, disiplin, taat hukum dan aturan, berpandangan optimis, produktif-inovatif-adaptif, kerja sama dan gotong royong, serta berorientasi pada kebajikan publik dan kemaslahatan umum. Untuk menjamin BKKBN dapat mencapai sasaran RPJMN dan Renstra 2015-2019 serta berkontribusi nyata mewujudkan dimensi kependudukan dan revolusi mental, perlu disusun suatu strategi yang didukung
16
Kolaborasi masyarakat, sektor privat, akademisi, dan pemerintah.
Harus bersifat lintas sektoral.
Dilakukan dengan program gempuran nilai (value attack) untuk senantiasa mengingatkan masyarakat terhadap nilai-nilai strategis dalam setiap ruang publik.
oleh sumber daya manusia aparatur BKKBN yang siap menghadapi berbagai tantangan lingkungan strategis dan kompeten di bidang tugas masing-masing. Selain itu juga perlu menyiapkan SDM yang dapat menjadi agen perubahan yang mendorong perubahan pikiran, sikap, dan perilaku sesuai dengan nilai strategis revolusi mental, yaitu integritas, kerja keras, dan gotong royong,” papar bekas politkus PDI Perjuangan ini. Sejalan dengan itu, Surya berhadap karyawan BKKBN dapat menjadi pelopor gerakan revolusi mental. Sebagai pelopor, karyawan BKKBN harus menjadikan revolusi mental sebagai Gerakan Hidup Baru
Delapan Revolusi Harus didukung oleh tekad politik (political will) pemerintah.
melalui perubahan cara berpikir, cara kerja, dan cara berperilaku yang memperkuat kedaulatan, serta meningkatkan daya saing dan persatuan nasional dalam kebhinnekaan. Revolusi mental harus menjadi gerakan segenap rakyat dan bangsa Indonesia. Sebagai pelopor, Surya berharap mulai saat ini segenap karyawan BKKBN dapat menginternalisasi tiga nilai strategis instrumental revolusi mental, yaitu integritas, kerja keras, dan gotong royong. Menurutnya, bangsa yang berintegritas adalah bangsa yang memiliki karakter dan corak berkehidupan yang jujur, dipercaya dan bertanggung jawab. Adapun kerja keras bercirikan etos kerja yang
WARTA KENCANA • NOMOR 29 • TAHUN VII • EDISI KHUSUS HARGANAS 2016
WARTA UTAMA
Prinsip Mental
Dapat diukur dampaknya dan dirasakan manfaatnya oleh warga masyarakat.
Revolusi Mental adalah gerakan sosial untuk bersamasama menuju Indonesia yang lebih baik.
Desain program harus mudah dilaksanakan (user friendly), menyenangkan (popular) bagi seluruh segmen masyarakat.
8
Nilai-nilai yang dikembangkan terutama ditujukan untuk mengatur moralitas publik (sosial) bukan moralitas privat (individual).
Sumber: www.revolusimental.go.id tinggi, sikap optimis, produktif, dan inovatif. Sementara itu, gotong royong bercirikan kerja sama, solidaritas, komunal, dan berorientasi kepada kemaslahatan umum.
Tujuh Tepat Nah, dalam mewujudkan revolusi mental di internal BKKBN, baik di tingkat pusat maupun Perwakilan BKKBN Provinsi, Surya menegaskan, segenap pihak harus dipengaruhi oleh norma ketepatan yang disebut dengan Tujuh Tepat. Perlu dibuatkan sistem reward and punishment yang jelas dan disepakati semua pihak agar upaya mewujudkan revolusi mental di lingkungan BKKBN dapat berjalan dalam koridor yang benar.
Tujuh Tepat yang disebut Surya tersebut meliputi: 1) Tepat azas; agar dalam penerapan seluruh kegiatan berdasarkan sistem regulasi peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan; 2) Tepat waktu; agar seluruh tugas, mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan, sampai dengan evaluasi dan monitoring dapat dilaksanakan sesuai koridor waktu yang telah ditetapkan; 3) Tepat sasaran; agar seluruh kegiatan yang dilaksanakan tetap mengacu dan memiliki daya ungkit pada upaya pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam RPJMN/Renstra BKKBN 20152019; 4) Tepat penggerakan; seluruh kegiatan BKKBN
tidak dapat lepas dari peran serta masyarakat, mitra kerja dan stakeholders di seluruh tingkatan wilayah sehingga kita harus memperkuat kemitraan yang aktif. Kemudian, 5) Tepat pelayanan; agar seluruh jajaran BKKBN mampu memberikan pelayanan yang prima sesuai yang diminta dan dibutuhkan sehingga dapat memuaskan seluruh klien; 6) Tepat kebutuhan; agar seluruh kegiatan yang direncanakan maupun dilaksanakan dapat diukur sesuai kondisi, baik dari sisi tatanan program dan kegiatan, sasaran yang ingin dicapai, anggaran, maupun kondisi kewilayahan (kearifan lokal); dan 7) Tepat jumlah; agar memperhatikan alur input, proses, dan output yang tercatat dengan tepat serta dilaporkan dengan benar. “Dengan Tujuh Tepat tersebut, kita mulai pancangkan tonggak utama perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi revolusi mental di ja jaran BKKBN. Melalui gerakan revolusi mental ini saya juga mengharapkan tumbuhnya kepribadian yang positif dan menjelma dalam wujud budi pekerti luhur, perilaku individual dan sosial yang baik, serta selalu menjaga integritas dengan merujuk kepada nilai-nilai moral dan etik yang berlaku umum. Gerakan revolusi mental yang berhasil juga ditandai dengan terbangunnya modal sosial yang tecermin pada bekerjanya pranata gotong royong, berdayanya masyarakat adat dan komunitas budaya, meningkatnya kepercayaan antarwarga, orientasi untuk menumbuhkan kepedulian sosial, dan hilangnya diskriminasi,” pungkas Surya Chandra.(*)
WARTA KENCANA • NOMOR 29 • TAHUN VII • EDISI KHUSUS HARGANAS 2016
17
WARTA FOTO
Makan bersama seluruh anggota keluarga
Mengunjungi perpustakaan keliling
Salam Genre Lomba mewarnai
Apreriasi anak berkebutuhan khusus Lomba mewarnai
Bunga cinta dari anakanak Jawa Barat
Senam komando
Sekretaris Kementerian PP dan PA
18
Duta Mahasiswa Genre Jawa Barat
Bupati Bandung Dadang Nasser
Pembacaan Ayat Suci Alquran
MC Cilik Harganas dan HAN Jabar 2016
WARTA KENCANA • NOMOR 29 • TAHUN VII • EDISI KHUSUS HARGANAS 2016
WARTA FOTO
Pameran Pendataan Keluarga 2015
Bersama Duta Remaja Genre Jawa Barat
Bupati Ciamis dan tim BKBPP Ciamis
Keceriaan Harganas dan HAN Jabar 2016
Penerima Manggala Karya Kencana
Pameran dan Gelar Dagang UPPKS
Gathering Pengelola Program KKBPK
Gathering Pengelola Program KKBPK
Semarak Harganas XXIII Provinsi Jawa Barat
H
arganas Jawa Barat selalu istimewa. Lebih dari sekadar seremoni dan penjaringan komitmen, Harganas Jawa Barat senantiasa menjadi ruang berkumpul dan berpestanya para keluarga di Jawa Barat. Harganas pun benar-benar milih keluarga Jawa Barat. Begitu juga perayaan Harganas ke-23 tahun ini. Aneka kegiatan keluarga menyatu di lapangan Binjas, Lanud Sulaiman, pada 23 Agustus 2016. Ribuan warga tumpah ruah di markas Pasukan Khas TNI AU tersebut. Keistimewaan kian menjadi dengan digabungkannya peringatan Harganas dengan peringatan Hari Anak Nasional. Rupa-rupa kegiatan anak hadir di sini. Bahkan, anak-anak berkebutuhan khusus menjadi tamu sekaligus pelaku pertunjukkan istimewa di hadapan ribuan warga. Halaman ini mencoba memotret sebagian kecil kemeriahan Harganas XXIII Jawa Barat.(*)
Foto: Dokumen Perwakilan BKKBN Jawa Barat
Tim Pameran Kampung KB Jawa Barat
Tim Pendataan Keluarga 2015
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan
Ketua TP PKK Jabar Netty Heryawan
Kepala BKKBN Surya Chandra Surapaty
Kampanye Three Ends
Pameran foto Kampung KB Jawa Barat
WARTA KENCANA • NOMOR 29 • TAHUN VII • EDISI KHUSUS HARGANAS 2016
19
WARTA UTAMA
P
uncak peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) XXIII tingkat Provinsi Jawa Barat sukses mendatangkan ribuan warga. Panitia mencatat setidaknya 6.000 peserta hadir di Lapangan Binjas, Pangkalan Udara (Lanud) Sulaiman, Margahayu, Kabupaten Bandung. Peserta datang dari seluruh kabupaten dan kota di Jawa Barat serta ratusan keluarga di sekitar Lanud Sulaiman yang diundang secara khusus untuk ikut merayakan Harganas. Harganas pun menjadi pesta milik keluarga Jawa Barat. Peserta utusan kabupaten dan kota terdiri atas Forum Anak Daerah Kabupaten dan Kota se-Jawa Barat bersama pendampingnya, unsur pengurus Forum Anak Jawa Barat dan Duta Anak Jawa Barat, unsur anak berprestasi, dan anak berkebutuhan khusus. Dari unsur pelaksana program kependudukan keluarga berencana dan pembangunan keluarga (KKBPK) hadir berturut-turut petugas lapangan dan penyuluh KB (PLKB/PKB), tenaga penggerak desa/keluarahan (TPD/K), para kader KB, tenaga motivator ketahanan keluarga (Motekar), perempuan kepala kelarga (Pekka), kelompok usaha peningkatan pendapatan keluarga sejahtera (UPPKS), pusat informasi dan konseling rema ja/mahasiswa (PIKR/M), para kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang membidangi program KKBPK, dan lain-lain. Asisten Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat Ahmad Hadadi menjelaskan, tingginya kehadiran peserta tidak lepas dari adanya penggubungan dua
20
Pesta Keluarga Jawa Barat Sejumlah Kepala Daerah Terima Penghargaan KKBPK
momentum. Yakni, peringatan Harganas dan Hari Anak Nasional (HAN). Penggabungan ini yang kemudian menjadikan tema acara menjadi meluas, tidak melulu berbicara tentang keluarga. “Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah menetapkan bahwa peringatan Harganas dan HAN disatukan. Tema kegiatan ini adalah “Keluarga Benteng Utama Hindari Kekerasan, Ciptakan Keharmonisan”. Dengan sub tema, “Dampingi dan Lindungi Anak-anak Kita”, Hadadi melaporkan. Penggabungan peringatan juga melahirkan perpaduan konsep
kegiatan itu sendiri. Konsep ini bertujuan menumbuhkan kepedulian, kesadaran, dan peran aktif setiap individu, keluarga, masyarakat, dunia usia, pemerintah, dalam menciptakan lingkungan yang berkualitas untuk mewujudkan perlindungan dan tumbuh kembang anak serta keluarga sehat sejahtera. Di luar puncak kegiatan di Lapangan Binjas Lanud Sulaiman, Harganas dan HAN Jawa Barat merupakan rangkaian kegiatan terpadu yang berlangsung selama beberapa hari. (Rincian kegiatan lita infografik)
WARTA KENCANA • NOMOR 29 • TAHUN VII • EDISI KHUSUS HARGANAS 2016
WARTA UTAMA Barat menjadi penerima penghargaan. Bupati Bandung Dadang Muhammad Nasser tercatat menjadi satu-satunya kepala daerah penerima Satya Lencana Pembangunan Bidang Kependudkan, KB, dan Pembangunan Keluarga pada Harganas tahun ini. Satya Lencana Pembangunan merupakan penghargaan tertinggi dan diserahkan langsung Presiden Joko Widodo.
Makan bersama seluruh anggota keluarga
Penghargaan Sementara itu, selain penghargaan tingkat Jawa Barat (daftar penerima lihat infografik, red) yang diberikan pada saat peringatan Harganas tingkat provinsi, sejumlah kepala daerah dan profesional menerima penghargaan dari BKKBN Pusat. Penghargaan diberikan pada saat gala dinner Harganas XXIII tingkat nasional di rumah rumah dinas Gubernur Kupang, Nusa Tenggara Timur. Tercatat sembilan kepala daerah dan dua tenaga medis serta akademisi asal Jawa
Kegiatan Harganas XXIII dan HAN Jawa Barat 1.
Pendampingan anak korban kekerasan di beberapa kabupaten dan kota.
2.
Penyusunan model pendampingan anak-anak korban kekerasan.
3. Pelatihan penanganan kekerasan terhadap anak di lingkungan sekolah bagi kelompok sebaya.
Jabar juga mencatatkan delapan pejabat daerah penerima Manggala Karya Kencana (MKK). Penghargaan ini diberikan kepada kepala daerah yang dinilai berkomitmen terhadap penyelenggaraan program KKBPK di daerah masingmasing. Kedelapan pejabat tersebut adalah Wakil Gubernur Deddy Mizwar, Bupati Ciamis Iing Syam Arifin, Bupati Garut Rudy Gunawan, Bupati Cirebon Sunjaya Purwadi, Bupati Bekasi Neneng Hasanah Yasin, Wali Kota Banjar Ade Uu Sukaesih, Wali Kota Kota Bandung Ridwan Kamil, dan mendiang Bupati Kuningan Utje Choeriah Hamid Suganda.
4. Temu wicara kabupaten dan kota layak anak untuk menguatkan komitmen mewujudkan kabupaten/kota layak anak.
Selain itu, BKKBN menyematkan penghargaan Dharma Karya Kencana (DKK) kepada tenaga medis pelayanan KB metode operasi wanita (MOW) alias tubektomi Imam Wahyudi dan Novi Hidayati Afsari, dosen Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD) yang selama ini aktif membina program Generasi Berencana (Genre). DKK merupakan penghargaan kepada perseorangan atau organisasi kemasyarakatan yang sangat menonjol terhadap pelaksanaan program KKBPK. (*)
12. Konsultasi KB.
5.
Kota Layak Anak Award tingkat provinsi sebagai penghargaan kepada kabupaten dan kota yang memiliki komitmen tinggi dalam mewujudkan wilayahnya menjadi kabupaten/kota layak anak.
6. Lomba kreativitas anak tingkat Jawa Barat. 7.
Seminar keluarga dan kader.
8. Gelar dagang dari Pekka dan UPPKS se-Jawa Barat. 9. Pelayanan IFA Test. 10. Silaturahim dengan keluarga sekitar. 11. Pelayanan akesehatan gigi dan mulut serta konsultasi gizi. 13. Pertemuan forum anak untuk memiliki ke foirum anak nasional dan kongres anak Indonesia. 14. Pengiriman duta anak Jawa Barat ke Forum Anak Nasional dan Kongres Anak Indonesia. 15. Bakti sosial lembaga pembinaan khusus anak Sukamiskin, bandung, dengn acara buka puasa bersama dengan melibatkan forum anak kabupaten/kota. 16. Nonton bareng gratis film 12 Menit untuk Kemenangan Selamanya. 17. Jambore Anak Jawa Barat yang akan melibatkan seluruh pengurus forum anak se-Jawa Barat pada Oktober 2016.
WARTA KENCANA • NOMOR 29 • TAHUN VII • EDISI KHUSUS HARGANAS 2016
21
WARTA UTAMA
Pemenang Lomba Harganas XXIII Tingkat Provinsi Jawa Barat
PENGELOLA KB–PRIA KATEGORI AKSELERASI Juara 1 : Encep Suryana (Kab. Bandung Barat) Juara 2 : Aam Muharam F (Kab. Garut) Juara 3 : Joko P Wiguno (Kota Banjar) Harapan 1 : Tera Andriani (Kab. Sukabumi) MOTIVATOR KB-PRIA KATEGORI INTENSIFIKASI Juara 1 : Udin (Kab. Subang) Juara 2 : Afian Suwandi (Kota Sukabumi) Juara 3 : Agus Setia S (Kab. Ciamis) PENGELOLA KB-PRIA KATEGORI INTENSIFIKASI Juara 1 : Yunengsih (Kab. Subang) Juara 2 : Ardia Cadia F (Kota Sukabumi) Juara 3 : Dian Kuswardini (Kab. Ciamis) PENGELOLA KB-PRIA KATEGORI EKSTENSIFIKASI Juara 1 : Budi Hasanudin (Kota Cimahi) Juara 2 : Ade Sudara jat (Kab. Purwakarta) Juara 3 : Ruswandie (Kab. Indramayu) MOTIVATOR KB-PRIA KATEGORI AKSELERASI Juara 1 : A. M. Jalaludin (Kab. Bandung Barat) Juara 2 : Apud Saepudin (Kab. Garut) Juara 3 : Suwandi (Kota Banjar) Harapan 1 : Apendi (Kab. Sukabumi)
LOMBA POS KB Juara 1 : Harti Sugiarti (Kota Bandung) Juara 2 : Oom Sumiati (Kab. Bandung) Juara 3 : Aan Anengsih (Kab. Ma jalengka) LOMBA PLKB/PKB Juara 1 : Rohayati (Kota Banjar) Juara 2 : Ratih Diani Astuty (Kab. Subang) Juara 3 : Budhiarto (Kab. Cianjur) LOMBA TPD Juara 1 : Miftah Anwar (Kota Bandung) Juara 2 : Sri Puji Lestari (Kab. Garut) Juara 3 : Wulan S (Kab. Sumedang) LOMBA PASANGAN KB LESTARI 10 TAHUN Juara 1 : Chaya Purwadi-Daniarsih (Kota Bogor) Juara 2 : Joko Jimin-Supami (Kota Cimahi) Juara 3 : Syamsuri-Amalia (Kab. Karawang)
MOTIVATOR KB-PRIA KATEGORI EKSTENSIFIKASI Juara 1 : Dedi Suhadin (Kota Bandung) Juara 2 : Muhidin (Kab. Purwakarta) Juara 3 : Suparto (Kab. Indramayu) KELOMPOK KB-PRIA KATEGORI AKSELERASI Juara 1 : Kel. Mustika (Kota Banjar) Juara 2 : Kel. Cipongkor (Kab. Bandung Barat) Juara 3 : Kel. Jembar Manah (Kab. Garut) Harapan 1 : Kel. Tangkas Manah (Kab. Sukabumi) KELOMPOK KB-PRIA KATEGORI INTENSIFIKASI Juara 1 : Kel. Kerta jati (Kab. Ma jalengka) Juara 2 : Kel. Idaman (Kota Sukabumi) Juara 3 : Kel. Macan Liar (Kab. Subang) Harapan 1 : Kel. Pusaka Sejahtera (Kab. Ciamis) KELOMPOK KB-PRIA KATEGORI EKSTENSIFIKASI Juara 1 : Kel. Mani’is (Kab. Purwakarta) Juara 2 : Kel. Mesra (Kota Cimahi) Juara 3 : Kel. Wira Pramuda (Kab. Indramayu)
LOMBA PASANGAN KB LESTARI 15 TAHUN Juara 1 : Pulung Rahmat-Nani Tri A (Kab. Cirebon) KELOMPOK BKB KABUPATEN Juara 2 : Budhi N-Euis N (Kab. Sumedang) Juara 1 : Kel. Mawar (Kab. Ciamis) Juara 3 : Ikhlas Mu-R Dewi Maya (Kab. Subang) Juara 2 : Kel. Flamboyan (Kab. Bandung Barat) Juara 3 : Kel. Melati (Kab. Indramayu) LOMBA PASANGAN KB LESTARI 20 TAHUN Juara 1 : Dadang Kurnia-Siti Masitoh (Kota Cimahi) KELOMPOK BKB KOTA Juara 2 : Endang S-Euis Umyati (Kab. Karawang) Juara 1 : Kel. Melati VIII (Kota Bekasi) Juara 3 : Hendra P dan Yanti K (Kota Sukabumi) Juara 2 : Kel. Kamper (Kota Depok) Juara 3 : Kel. Mawar (Kota Bandung)
22
WARTA KENCANA • NOMOR 29 • TAHUN VII • EDISI KHUSUS HARGANAS 2016
WARTA UTAMA KELOMPOK BKL KABUPATEN Juara 1 : Kel. Flamboyan (Kab. Bandung Barat) Juara 2 : Kel. Garuda (Kab. Bogor) Juara 3 : Kel. Anggrek (Kab. Pangandaran) KELOMPOK BKL KOTA Juara 1 : Kel. Melati (Kota Cimahi) Juara 2 : Kel. Melur (Kota Depok) Juara 3 : Kel. Puspasari (Kota Bandung) KELOMPOK PPKS Juara 1 : Wulan Agrianita (Kab. Bogor) Juara 2 : Pondok Kahuripan (Kab. Purwakarta) Juara 3 : Mustika Prima K (Kota Bekasi) KADER BKB Juara 1 : Kartika Wati M (Kota Depok) Juara 2 : Dinah Daniati (Kab. Sukabumi) Juara 3 : Nina Sudaryani (Kab. Tasikmalaya) KELUARGA HARMONIS Juara 1 : Bambang Jatniko (Kota Sukabumi) Juara 2 : Usep Suhana (Kab. Subang) Juara 3 : Dul Halim (Kab. Ma jalengka) Harapan 1 : Herman (Kab. Karawang) KELOMPOK UPPKS Juara 1 : Kel. Kenanga (Kab. Bandung Barat) Juara 2 : Kel. Kampung Bali (Kab. Bekasi) Juara 3 : Kel. Aghnia (Kab. Ma jalengka) LOMBA GENRE MAHASISWA PUTERA Juara 1 : Muhammad Rizki (Kab. Bekasi) Juara 2 : Aldi Rinaldi (Kota Bandung) Juara 3 : Handi (Kab. Sukabumi) Harapan 1 : Giri Ramadhan (Kota Cimahi) Harapan 2 : Aditya Toharudin (Kab. Kuningan)
LOMBA GENRE MAHASISWA PUTERI Juara 1 : Syifa Alsakina (Kota Depok) Juara 2 : Miftakhul Amalia (Kab. Bogor) Juara 3 : Anti Nurgantini (Kab. Karawang) Harapan 1 : Sukma Oktaviany (Kab. Sumedang) Harapan 2 : Dewi Asih A (Kab. Indramayu) DUTA GENRE REMAJA PUTERA Juara 1 : M. Aulia AH (Kota Cimahi) Juara 2 : Asananda Insan (Kota Banjar) Juara 3 : Arifauzy Syamsul (Kab. Tasikmalaya) DUTA GENRE REMAJA PUTERI Juara 1 : Vania Gemma (Kota Bekasi) Juara 2 : Nada Tsamrotun (Kab. Bandung Barat) Juara 3 : Sabila (Kab. Ciamis) LOMBA PIK RM Jalur Pendidikan PIK R-SMP Juara 1 : SMPN 51 (Kota Bandung) Juara 2 : Sekolah Islam Cendekia (Kab. Cianjur) PIK R-SMA Juara 1 : SMA 4 (Kota Bekasi) Juara 2 : SMA 1 Cililin (Kab. Bandung Barat) Juara 3 : SMA Bina Cipta Insani (Kab. Bogor) PIK R-Mahasiswa Juara 1 : Universitas Wiralodra (Kab. Indramayu) Juara 2 : Universitas Islam Negeri (Kota Bandung) Juara 3 : Universitas Muhammadiyah Cirebon (Kab. Cirebon) Jalur Masyarakat Juara 1 : Semut Tenjolaut (Kab. Bandung Barat) Juara 2 : Mitra Citra Cigombong (Kab. Bogor) Juara 3 : Sanggar Bhakti (Kota Banjar) Kelompok BKR Juara 1 : Kel. Baiturrohim (Kab. Bogor) Juara 2 : Kel. Merak (Kota Bekasi) Juara 3 : Kel. Motekar (Kota Bandung)
Bersama PLKB pemenang lomba Harganas
Kader BKR Juara 1 : Rizal Citraloka (Kab. Garut) Juara 2 : Iis Ratnasari (Kab. Subang) Juara 3 : Fitri Kusumawati (Kab. Bogor) LOMBA PROMOSI KESPRO BAGI RUMAH SAKIT TYPE D Juara 1 : RSUD Cililin (Kab. Bandung Barat) Juara 2 : RS Patroman Medical Center (Kota Banjar)
WARTA KENCANA • NOMOR 29 • TAHUN VII • EDISI KHUSUS HARGANAS 2016
23
WARTA UTAMA
JOKOWI: LINDUNGI ANAK! Dari Dampak Negatif Teknologi dan Konsumsi Informasi TAK SALAH BILA KEMUDIAN JAWA BARAT MEMILIKI TEMA PENOLAKAN TERHADAP KEKERERASAN DALAM MEMERINGATI HARGANAS TAHUN INI. ISU ITU PULA YANG MENJADI PERHATIAN PRESIDEN JOKOWI PADA SAAT MEMIMPIN PERINGATAN HARGANAS DI KUPANG, NUSA TENGGARA BARAT. PRESIDEN MENEKANKAN PENTINGNYA MELINDUNGI ANAK DARI KEKERASAN DAN DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI.
24
WARTA KENCANA • NOMOR 29 • TAHUN VII • EDISI KHUSUS HARGANAS 2016
WARTA UTAMA Presiden Joko Widodo mewanti-wanti para orang tua di tanah air untuk senantiasa melindungi anak-anak dari dampak negatif penggunaan teknologi dan konsumsi informasi. Meski begitu, bukan berarti anak-anak sama sekali dilarang menggunakan teknologi atau mendapat informasi. Melainkan lebih kepada penggunaan teknologi dan konsumsi informasi positif dan produktif. “Keluarga sebagai pihak terdepan dan terpenting bagi perkembangan anak harus memastikan bahwa fungsi perlindungan terhadap anak benar-benar terwujud. Kekerasan terhadap anak harus distop dan tidak bisa kita biarkan lagi,” kata Presiden Jokowi dalam sambutannya pada puncak peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-23 di Alun-Alun Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kupang, Nusa Tenggaa Timur (NTT), penghujung Juli lalu. Presiden juga berpesan kepada para orang tua untuk dapat mengembangkan pola pikir produktif kepada diri dan anak-anaknya. Ini penting sebagai upaya menyiapkan anak Indonesia yang unggul dan berdaya saing. Yakni, mereka yang pesimis menjadi pribadi yang optimis. Dari yang malas menjadi pribadi pekerja keras. Dari yang hanya senang sebagai pengikut menjadi pribadi yang bangga sebagai pemimpin. “Bila keluarga bisa memupuk pola pikir dan perilaku yang produktif, maka kita bisa melahirkan generasi emas Indonesia. Generasi pemenang, generasi cerdas, generasi kreatif, generasi inovatif, generasi produktif, dan generasi visioner,” tutur Presiden.
Dalam kesempatan itu, Presiden mengapresiasi inisiatif Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang mengedepankan empat konsep besar, yaitu keluarga berkumpul, keluarga berinteraksi, keluarga berdaya, dan keluarga berbagi. Cuma sa ja, konsep tersebut jangan berakhir sebagai jargon semata. Melainkan harus bisa diterjemahkan dengan jelas dan rinci menjadi kerja nyata BKKBN.
potensi yang maksimal serta semakin produktif. Namun pembangunan fisik sa ja tidak cukup, peran institusi sosial seperti keluarga sangat penting karena dari keluargalah pribadi-pribadi, karakter-karakter, mental dan pola pikir manusia dibentuk,” tegas Jokowi. Karena itu, sambung Preaisen, momentum Harganas tahun ini harus kita maknai sebagai upaya untuk menguatkan fungsi keluarga
Bila keluarga bisa memupuk pola pikir dan perilaku yang produktif, maka kita bisa melahirkan generasi emas Indonesia.
Mantan Wali Kota Surakarta yag sempat mampir sebagai Gubernur DKI Jakarta ini mengungkapkan, selama ini pemerintah aktif melakukan berbagai pembangunan fisik dan sistem. Meskipun demikian, pembangunan fisik belum cukup. Peran institusi sosial seperti keluarga sangat penting. “Berbagai pembangunaan fisik dan sistem telah dilakukan oleh pemerintah agar manfaatnya dirasakan segenap rakyat Indonesia. Agar setiap insan di Indonesia dapat mencapai
secara menyeluruh. Seperti fungsi keluarga dalam sisi keagamaan, sosial dan nilainilai keutamaan lainnya. Selain itu, memperkuat fungsi keluarga dalam pendidikan, reproduksi, pembinaan lingkungan dan perlindungan. Presiden berharap peringatan Harganas menjadi momen yang semakin menguatkan keluarga Indonesia dalam memperkokoh karakter bangsa. “Dirgahayu keluarga Indonesia! Lahirkan generasi pemenang agar Indonesia menjadi bangsa pemenang!”(*)
WARTA KENCANA • NOMOR 29 • TAHUN VII • EDISI KHUSUS HARGANAS 2016
25
WARTA UTAMA
Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar menerima ucapan selamat usai penyematan penghargaan Manggala Karya Kencana
KELUARGA BERKARAKTER
INDONESIA JAYA
KELUARGA BERKARAKTER MENJADI TEMA SENTRAL PERINGATAN HARGANAS KE-23 TINGKAT NASIONAL. HARGANAS MERUPAKAN MOMENTUM UNTUK MEMPERKUAT PERAN KELUARGA DALAM MEWUJUDKAN GENERASI BERKUALITAS.
P
enekanan pentingnya keluarga dalam membentuk karakter bangsa datang dari Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani saat memberikan sambutan pada puncak peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-23 di Kupang, Nusa Tenggara
26
Timur. Tahun ini, Harganas mengusung tema “Hari Keluarga Nasional Merupakan Momentum Upaya Membangun Karakter Bangsa Mewujudkan Indonesia Sejahtera”, dengan moto “Keluarga Berkarakter, Indonesia Jaya”. Manteri Puan berharap moto “Keluarga Berkarakter, Indonesia Jaya” menjadi semangat bagi
keluarga Indonesia untuk terus menerus meningkatkan ketahanan keluarga dan kesejahteraan sehingga mampu melahirkan generasi yang berkualitas dan berkarakter. Keluarga, sambung Puan, adalah pilar bangsa. Untuk itu, Puan mengharapkan upaya penanaman nilai integritas, etos kerja, dan gotong royong yang terkandung dalam gerakan
WARTA KENCANA • NOMOR 29 • TAHUN VII • EDISI KHUSUS HARGANAS 2016
WARTA UTAMA revolusi mental dibangun dari mulai unit terkecil yaitu keluarga. Puan menambahkan, agenda Harganas tak lepas dari misi pemerintah dalam menegakkan sembilan agenda pembangunan Nawacita sekaligus menjadi kontribusi nyata Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana nasional (BKKBN) yang ditunjuk sebagai salah satu mandataris pembangunan manusia melalui program kependudukan, keluarga berencana, dan pembangunan keluarga (KKBPK). Program KKBPK harus menjangkau wilayah-wilayah pinggiran dan tertinggal. Daerah-daerah yang memliki kriteria berpenduduk miskin dan kumuh perlu mendapat sentuhan manfaat dari program yang dijalankan sesuai amanat Cita ke-3, membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa dalam rangka negara kesatuan. “Agar masyarakat yang tinggal di daerah-daerah tersebut dapat merasakan manfaat kegiatan Program KKBPK secara langsung,” tandas cucu Bung Karno tersebut. Adapun Cita ke-5 mengamanatkan peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia. Puan meminta program KKBPK harus menjadi wadah untuk membentuk dan memberdayakan sumber daya manusia yang siap bersaing di pasar global. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah pengendalian jumlah pertumbuhan penduduk. “Pelayanan KB diberikan dengan memperhatikan siklus usia reproduksi. Sementara program pembangunan keluarga menggunakan pendekatan siklus kehidupan,” kata Puan.
Puan juga mengingatkan pentingnya peningkatan kompetensi dan karakter bangsa. Cita ke-8 mengamanatkan melakukan revolusi karakter bangsa. Hal ini akan berjalan optimal apabila revolusi mental dimulai sejak diri dan lingkungan.
Pilar Pertama dan Utama Di sisi lain, Puan mengharapkan upaya penanaman nilai integritas, etos kerja, dan gotong royong yang terkandung dalam gerakan revolusi mental dibangun dari mulai unit terkecil yaitu keluarga. Kedelapan fungsi keluarga, yaitu fungsi agama, fungsi social budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi, fungsi pendidikan, fungsi ekonomi, dan fungsi lingkungan menjadi modal potensial untuk penanaman nilai-nilai tersebut.
menjelaskan, peringatan Harganas merupakan momentum tepat untuk melakukan refleksi dan evaluasi atas upaya-upaya peningkatan kualitas keluarga. Caranya dengan menumbuhkan kesadaran setiap keluarga agar selalu memperbaiki kualitas keluarga secara berkelanjutan. Erni menjelaskan, penetapan 29 Juni sebagai Hari Keluarga Nasional sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2014. Meski begitu, Harganas sudah diperingati sejak 1993 silam. Harganas diperingati bukan saja secara nasional, melainkan turut menjadi agenda tahunan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia. “Peringatan Harganas XXIII tahun ini menjadi sangat penting artinya karena dikaitkan dengan kenyataan yang kembali menggugah perhatian kita tentang peran penting keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat sebagai wahana pertama dan utama untuk penyemaian nilai-nilai luhur yang menjadi pondasi terbentuknya karakter bangsa.
“Mengapa Revolusi Mental harus dimulai dari tingkat keluarga? Karena keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat sebagai wahana pertama dan utama untuk penyemaian nilainilai luhur yang menjadi pondasi terbentuknya karakter bangsa,” tandas Puan. Sebelumnya, Ketua Panitia Peringatan Harganas XXIII Erni Guntarti Tjahjo Kumolo
dalam membangun karakter bangsa sehingga diharapkan dapat terwujud Indonesia yang lebih sejahtera. Harganas secara umum mengangkat empat konsep besar yaitu: keluarga berkumpul, keluarga berinteraksi, keluarga berdaya; dan keluarga peduli dan berbagi. Keempat konsep besar tersebut terjabarkan melalui berbagai kegiatan,” papar Erni.(*)
WARTA KENCANA • NOMOR 29 • TAHUN VII • EDISI KHUSUS HARGANAS 2016
27
WARTA DAERAH
Ketua TP PKK Kota Bandung mewakili Wali Kota Bandung menerima Manggala Karya Kencana
KOTA BANDUNG
KETAHANAN KELUARGA BENTUK KARAKTER BANGSA 28
H
ari Keluarga Nasional (Harganas) merupakan momentum menumbuhkan kesadaran keluarga untuk selalu berupaya memperbaiki kualitas hidup secara berkelanjutan. Hal ini penting karena keluarga berkualitas diyakini lebih tegar dan tangguh dalam menghadapi setiap tantangan kehidupan. Sekretaris Daerah Kota Bandung Yossi Irianto mengungkapkan hal itu saat membuka peringatan Harganas ke-23 tingkat Kota Bandung di Jalan Sukarno, Kota Bandung, pada September lalu. Yossi menekankan pentingnya pengendalian kependudukan dan pembinaan keluarga di Kota Bandung. Bagi Yossi, keluarga merupakan bagian terkecil dari struktur organisasi di masyarakat serta tahap awal kehidupan setiap individu manusia. Seseorang dikatakan berhasil dalam hidupnya jika didukung keluarga yang berhasil mengantarkannya. “Keluarga yang bermutu dan kuat akan menjadi wahana pembangunan bangsa yang sangat efektif, termasuk juga menjadi bagian dari strategi ketahanan nasional. Ketika bicara tentang ketahanan nasional ini sangat berkontributif dari ketahanan keluarga, ketahanan individu. Makanya jangan dianggap hal yang
WARTA KENCANA • NOMOR 29 • TAHUN VII • EDISI KHUSUS HARGANAS 2016
WARTA DAERAH sepele. Ketahanan keluarga ini menjadi basis kekuatan pertama untuk pembentukan karakter bangsa,” kata Yossi. Pembinaan keluarga, menurut Yossi, menjadi sangat penting sebab tantangan yang dihadapi oleh para orang tua saat ini bukan yang biasa-biasa, melainkan sangat berat. Derasnya arus informasi menjadi salah satu momok yang menakutkan dan harus diantisipasi. “Kita sama-sama dengan Ketua Tim Penggerak PKK, dengan Pak Camat juga, dengan Pak Lurah juga untuk bersamasama berjibaku, bagaimana sih manfaat dari kita membentengi dari sisi ketahanan keluarga. Ketahanan keluarga itu bisa membentuk karakter bangsa tadi. Keluarga yang sehat, keluarga yang kuat, tentu ini akan berimplikasi terhadap ketahanan karakter bangsa yang kuat,” tandas Yossi. Harganas XXIII Kota Bandung diisi pameran berbagai produk kera jinan, makanan, dan fesyen di Kota Bandung. Pameran tersebut sebagian diisi oleh hasil karya dari 30 usaha peningkatan pendapatan keluarga sejahtera (UPPKS) di Kota Bandung. Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan keluarga (PKK) Kota Bandung Atalia Ridwan Kamil, kegiatan ini merupakan wujud upaya dari masyarakat Kota Bandung dalam berpartisipasi aktif dalam bidang kependudukan dan pembentukan karakter anak.
sangat signifikan, yakni 1 miliar orang dalam 10 tahun. Atalia mengapresiasi berbagai elemen masyarakat yang telah berkontribusi aktif dalam upaya pengendalian penduduk Kota Bandung. “Untuk itu, mari kita sama-sama mendukung berbagai program terkait dengan kependudukan ini.”
Manggala Karya Kencana Komitmen Wali Kota Bandung M Ridwan Kamil terhadap program kependudukan, keluarga berencana, dan pembangunan keluarga (KKBPK) mendapat apresiasi pemerintah pusat pusat melalui Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BKKBN). Wali kota paling beken di lini massa media sosial ini menjadi satu dari delapan kepala daerah di Jawa Barat yang menjadi penerima penghargaan Manggala Karya Kencana (MKK) pada puncak Harganas) XXIII di Nusa Tenggara Timur. Dalam acara tersebut Ketua Tim Penggerak PKK Kota Bandung Atalia Praratya Kamil hadir untuk mewakili Wali Kota Bandung. Penyerahan juga dihadiri Wakil Ketua I TPPKK Kota Bandung Siti
Muntamah dan Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kota Bandung Entin Kartini. Entin menjelaskan, Ridwan Kamil mempunyai andil dan menjadi contoh panutan dalam pembangunan KKBPK di Kota Bandung. Juga berperan besar dalam menggerakan seluruh sektor mulai dari infrastruktur, sosial budaya, sampai peningkatan ekonomi masyarakat dalam membangun kampung KB di Situsaeur. “Penghargaan berdasarkan hasil penilaian kuantitatif bahwa Kota Bandung telah berhasil memberikan pelayanan KB baru melebihi target yang diberikan. Yakni, 45.064 perserta KB baru atau 103,94 persen dari 43.356 pasangan usia subur (PUS) sekaligus mempertahankan prevelansi peserta KB aktif sebesar 72,57 persen,” terang Entin. Dengan pencapaian tersebut, Kota Bandung mampu mengendalikan laju pertumbuhan penduduk (LPP) sebanyak 1,5 persen dan mampu mempertahankan total fertility rate (TFR) sebesar 1,98. (BANDUNG.GO.ID/NJP)
“Ini ada untuk bagaimana agar masyarakat Kota Bandung menjadi masyarakat yang siap untuk menghadapi tantangan masa depan,” tutur Atalia. Ditambahkan Atalia, 1 dari 20 orang di dunia adalah orang Indonesia. Peningkatan jumlah kependudukan di dunia juga mengalami peningkatan yang
Sekretaris Daerah Kota Bandung Yossi Irianto
WARTA KENCANA • NOMOR 29 • TAHUN VII • EDISI KHUSUS HARGANAS 2016
29
WARTA DAERAH
KOTA BEKASI
Car Free Day Rasa Harganas
K
ota Bekasi memilih cara berbeda dalam memeringati Hari Keluarga Nasional (Harganas) XXIII pada awal September lalu. Berbeda dengan daerah lain yang kerap dihelat dalam bentuk seremonial, daerah berjuluk Kota Patriot ini menggelar di tengah arena car free day. Tidak kurang dari Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi bersama Wakil Wali Kota Ahmad Syaikhu turut menjadi bagian dari kemeriahan Harganas ini. Duet Rahmat Effendi-Ahmad Syaikhu melakukan jalan santai dari perempatan Kayuringin hingga depan panggung acara di depan Samsat Kota Bekasi. Dalam sambutannya, Wali
30
Kota menegaskan mengenai partisipasi masyarakat dan peran orang tua mengenai proteksi dalam membangun keharmonisan dalam rumah tangga. Wali Kota menegaskan, peringatan Harganas menunjukkan meningkatnya komitmen pemerintah daerah tentang pentingnya pembangunan keluarga serta meningkatkan peran dan fungsi keluarga dalam rangka mewujudkan keluarga kecil yang berketahanan dan sejahtera. “Jadikan peringatan Harganas ini sebagai momentum peningkatan awareness, kesadaran untuk senantiasa menjaga keharmonisan keluarga,
menjaga kualitas keluarga guna terwujudnya keluarga sejahtera. Perkuat hubungan antaranggota keluarga dan semaksimal mungkin kita tumbuhkan delapan fungsi keluarga dalam keluarga kita masing-masing. Jika setiap keluarga di Kota Bekasi mampu melaksanakan delapan fungsi keluarga, Insya Allah akan terbentuk keluarga bahagia dan sejahtera,” tutur Rahmat. Di penghujung acara, Wali Kota menanyakan kepada salah satu anak yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut mengenai Visi Kota Bekasi. Salah satu siswa berhasil menjawab dengan benar, sehingga berhak mendapatkan sepeda dari Wali Kota.(KARAWANGBEKASI/NJP)
WARTA KENCANA • NOMOR 29 • TAHUN VII • EDISI KHUSUS HARGANAS 2016
WARTA DAERAH
Senam 400 Ibu Meriahkan Harganas
A
da yang berbeda dari senam rutin saban Jumat pagi di Purwakarta. Pada Jumat terakhir Agustus 2016 lalu, senam bersama dikemas sebagai salah satu bentuk perayaan Hari Keluarga Nasional (Harganas) tingkat Kabupaten Purwakarta. Sedikitnya 400 hadir sekaligus terlibat aktif dalam senam. Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejehteraan Keluarga (PKK) Purwakarta Anne Ratna Mustika menjelaskan, senam sebagai salah satu bentuk aktivitas menyehatkan. Masyarakat yang sehat berawal dari keluarga yang sehat dan keluarga yang sehat berawal dari ibu yang sehat. Oleh karena itu peserta senam memang mayoritas ibu-ibu.
“Senam hari ini diselenggarakan memang senga ja dibuat berbeda dari senam-senam yang dilaksanakan tiap Jumat. Lebih tepatnya ini sebagai salah satu bentuk memeriahkan Harganas. Pesertanya memang lebih banyak ibu-ibu karena ibu yang sehat adalah awal keluarga yang sehat dan bagaia,” jelas Anne. Senam Harganas, sambung Anne, digelar sebagai sebuah momentum untuk memberi kesempatan bagi seluruh warga di Purwakarta agar bisa berkumpul dan melakukan kegiatan yang positif. Senam rutin yang dilakukan setiap Jumat bisa dihadiri warga Purwakarta. “Selain sehatnya juga dapat, acara hari ini bisa turut mengeratkan silaturahim antara ibu-ibu, khususnya warga
Purwakarta. Sebab di sini kita berkumpul dalam satu wadah berolah raga bersama dalam suasana yang hangat akrab dan nampak sekali keceriaan di wajah para ibu yang hadir,” tambah Ambu, sapaan akrab Anne. Sambutan positif datang dari salah satu warga. Puput warga Plered yang berprofesi sebagai bidan ini menuturkan, acara yang digelar pagi tadi lebih seru dari biasanya. Sebab, selain peserta yang jauh lebih banyak, acara juga memberikan spirit yang positif bagi para peserta. “Hari ini juga senamnya lebih semangat, ya. Kan dalam rangka Harganas. Yang datang juga lebih tahu kalau olah raga itu ternyata penting buat kesehatan. Makanya diperingati seperti sekarang,” ujarnya.(HEADLINEJABAR.COM/ NJP)
KABUPATEN PURWAKARTA
WARTA KENCANA • NOMOR 29 • TAHUN VII • EDISI KHUSUS HARGANAS 2016
31
WARTA DAERAH
KELUARGA SEJAHTERA, EKONOMI MANDIRI
R
kera jinan. Tampak hadir Bupati Sukabumi Marwan Hamami dan Wakil Bupati Sukabumi Adjo Sardjono serta unsur forum komunikasi pimpinan daerah.
Kemeriahan bermula dengan kegiatan senam massal yang dilanjutkan dengan jalan sehat yang melibatkan ribuan orang peserta. Di lokasi acara dipadati puluhan stand bazar yang memamerkan beragam jenis hasil pelaku usaha kecil dan menengah berupa hasil bumi, hasil ternak, hingga barang
Dalam sambutannya Bupati Marwan menyampaikan Harganas dan Harkopnas merupakan momentum yang sangat tepat untuk mengevaluasi langkah-langkah kerja yang telah dilakukan dalam rangka mengendalikan penduduk dan pembangunan keluarga serta pembangunan ekonomi melalui sendi-sendi koperasi. Harkopnas dan Harganas merupakan suatu kegiatan yang dapat digunakan sebagai satu media untuk memberikan apresiasi kepada para pengelola dan pelaksana program beserta keluarga
angkaian peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) Kabupaten Sukabumi tahun ini tampak lebih meriah. Ini tidak lepas dari digabungkannya peringatan Harganas dengan Hari Koperasi Nasional (Harkopnas) ke-69. Acara berlangsung meriah di Lapangan Desa Nagrak Selatan, Kecamatan Nagrak, akhir Agustus lalu.
yang sudah berhasil dalam membangun keluarga sejahtera dengan tataran ekonomi mandiri melalui keluarga. “Hari Koperasi Nasional dan Hari Keluarga Nasional merupakan daya dorong yang besar untuk membangun komitmen baru. Yakni, menga jak seluruh keluarga pasangan usia subur untuk ikut serta dalam ber-KB sebagai upaya mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera menuju Kabupaten Sukabumi lebih baik, religius dan mandiri. Kita punya harapan acara ini tidak sekadar perayaan seremonial, tapi mampu memaknainya dalam membangun ketahanan keluarga menuju keluarga yang berkualitas,” ujar Marwan. (RADARSUKABUMI/NJP)
KABUPATEN SUKABUMI
32
WARTA KENCANA • NOMOR 29 • TAHUN VII • EDISI KHUSUS HARGANAS 2016
WARTA DAERAH
KABUPATEN KUNINGAN
Ajang Promosi Nilai Luhur Keluarga
L
ebih dari sekadar seremoni tahunan, peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) merupakan ajang untuk mempromosikan sekaligus penghayatan nilai-nilai luhur keluarga kepada khalayak. Walhasil, keluarga diharapkan mampu memiliki ketahanan andal dalam mewujudkan keluarga sejahtera dan berkualitas. Kepala Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Kabupaten Kuningan Poppy Puspitasari mengungkapkan hal itu saat memberikan sambutan pada peringatan Harganas ke-23 tingkat Kabupaten Kuningan di Gedung Sanggariang Kuningan beberapa waktu lalu. Sebanyak 600 undangan hadir dalam
acara yang turut dihadiri Bupati Kuningan Acep Purnama ini. “Untuk membangun keluarga melalui pendekatan tumbuh kembang manusia (life cyrcle approach) dengan meliputi fase anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia. Pada akhirnya, kita menghendaki sebuah keluarga yang bahagia dan sejahtera, dengan bercirikan memiliki ketahanan handal sehingga memenuhi kebutuhan dasar dan pengembangan,” ungkap Poppy. Karena itu, sambung Poppy, keluarga harus dibangun dan diberdayakan. Di antaranya melalui pendidikan yang dimulai sejak dini sampai pendidikan tinggi secara memadai. Bahkan, pada dasarnya pendidikan berlangsung sepanjang hayat
(long lasting education). Sementara itu, Bupati Acep menyampaikan, peringatan Harganas merupakan hajat penting yang rutin dilaksanakan. Penerus mendiang Utje Suganda tersebut mengingatkan, anak-anak maupun lansia membutuhkan perlindungan, kasih sayang, dan menerima fasilitas mulai dari perlakuan dan hak mereka untuk mendapatkan pelajaran. “Dalam pendidikan keluarga, yang harus diperhatikan oleh orang tua adalah memberikan perhatian pada anak. Evaluasi saat mereka bersama kita karena kebersamaan dengan keluarga itu terbatas oleh pekerjaan,” tutur Acep. (KUNINGANKAB.GO.ID/NJP)
WARTA KENCANA • NOMOR 29 • TAHUN VII • EDISI KHUSUS HARGANAS 2016
33
WARTA DAERAH
KABUPATEN BANDUNG
Sinapeul Jadi Kampung KB
P
34
eringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-23 menjadi kado manis bagi Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung. Salah satu kampung di desa tersebut ditetapkan Kampung Keluarga Berencana (KB), tepatnya di RT 4 RW 11 Sinapeul.
tokoh masyarakat se-Kabupaten Bandung, dan seluruh pemangku kepentingan terkait. Kepala BKBPP Hendi Ariadi mengatakan, acara tersebut digelar untuk menggali potensi yang dimiliki institusi masyarakat pedesaan di Kabupaten Bandung terkait dengan kesuksesan keluarga berencana.
Hadir pada saat peresmian Kampung KB tersebut antara lain Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kabupaten Bandung Kurnia Agustina Dadang Nasser, Kepala Badan Keluarga Berencana dan Perlindungan Perempuan (BKBPP) Kabupaten Bandung Hendi Ariadi, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bandung Anang Susanto, para camat,
“Dengan semangat Sabilulungan kami mencoba menggali semua potensi institusi masyarakat perdesaan yang menjadi binaan BKBPP untuk melakukan kegiatan secara terpadu di lapangan. Yakni, dengan melakukan bakti sosial dan berbagai pembinaan yang bisa meningkatkan kualitas keluarga khususnya di Kabupaten Bandung,” ungkap Hendi. Dalam kegiatan itu, lanjutnya, hasil produksi kelompok usaha
peningkatan pendapatan keluarga sejahtera (UPPKS) yang selama ini ada dalam binaan BKBPP. Selain itu, masih banyak kegiatan lain seperti gerak jalan keluarga, sosialisasi kesehatan reproduksi rema ja, dan sosialisasi kesehatan keluarga. Sementara itu, Bupati Bandung Dadang Muhammad Nasser mengaku bangga menerima tanda kehormatan Satyalencana Pembangunan dalam bidang kependudukan, KB, dan pembangunan keluarga. Penghargaan ini menjadi pengakuan pemerintah atas komitmen Bupati Dadang dalam pembangunan kependudukan, keluarga berencana, dan pembangunan keluarga (KKBPK).(BANDUNGEKSPRES. CO.ID/NJP)
WARTA KENCANA • NOMOR 29 • TAHUN VII • EDISI KHUSUS HARGANAS 2016
WARTA DAERAH
Bangsa Sehat Mulai dari Keluarga Sehat
B
upati Karawang Cellica Nurrachadiana memimpin apel pagi Hari Keluarga Nasional (Harganas) XXIII sekaligus mengawali kegiatan Jumpa Bakti Gembira (Jumbara) para pengelola program kependudukan, keluarga berencana, dan pembangunan keluarga (KKBPK) se-Kabupaten Karawang pada akhir Agustus lalu. Cellica mengungkapkan peringatan Harganas merupakan momentum yang sangat tepat untuk terus memasyarakatkan pentingnya fungsi dan peran keluarga dalam memperkokoh ketahanan nasional serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Cellica menegaskan, kualitas kehidupan masyarakat sangat ditentukan kualitas kehidupan keluarga. Baik buruknya kehidupan di masyarakat ditentukan oleh baik buruknya kehidupan keluarga. Keluarga merupakan basis dan unit yang terkecil dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Semakin sehat lingkungan keluarga maka akan semakin sehat pula lingkungan masyarakat dan akan semakin sehat kehidupan berbangsa dan bernegara. “Selain itu, lingkungan keluarga, orang tua, anak dan keluarga terdekat merupakan tempat berseminya kasih
sayang, sikap dan perilaku hormat-menghormati. Juga tumbuhnya nilai-nilai moral, agama dan kemanusiaan, serta tempat berlangsungnya interaksi yang harmonis, dalam suasana silih asah, silih asih, dan silih asuh” ujar Cellica. Apel Harganas tersebut turut dihadiri Wakil Bupati Karawang Ahmad Zamakhsarry dan para kepala organisasi perangkat daerah terkait. Pada apel tersebut, Bupati Cellica menyerahkan penghargaan kepada 20 pemenang kejuaraan dalam rangka Harganas XXIII tingkat Kabupaten Karawang. (JABARPROV.GO.ID/NJP)
KABUPATEN KARAWANG
WARTA KENCANA • NOMOR 29 • TAHUN VII • EDISI KHUSUS HARGANAS 2016
35