K post magang

Page 1

Keadilan Post MAGANG

Informatif, Komunikatif, Aspiratif

Edisi Magang 2014

FOKUS UTAMA

Rani/Keadilan • Jadwal waktu pelayanan perpustakaan yang tertempel di ruang referensi perpustakaan FH UII (5/01/2015).

Antara Krisis dan Kebutuhan

Perpustakaan sebagai sarana penunjang pembelajaran dengan pengguna utama mahasiswa, dinilai masih kurang memberikan pelayanan maksimal, bahkan cenderung kurang memuaskan. Kurangnya waktu pelayanan, sedikitnya jumlah buku dalam setiap jenisnya, hingga berdampak pada karya tulis mahasiswa. Oleh: Surayya Azzuhra Sinaga

Yogyakarta-Keadilan. Berdasarkan Pasal 41 ayat (1) UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi bahwa “Sumber belajar pada lingkungan pendidikan tinggi wajib disediakan, difasilitasi, atau dimiliki oleh Perguruan Tinggi sesuai dengan Program Studi yang dikembangkan”. Salah satu fasilitas pokok yang harus dimiliki perguruan tinggi adalah perpustakaan. Dalam Pasal 1 angka 10 PP Nomor 24 Tahun 2014. “Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang merupakan bagian integral dari kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat serta berfungsi sebagai pusat

sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan yang berkedudukan di perguruan tinggi.” Tujuan pengadaan perpustakaan tertuang dalam Pasal 4 UU Nomor 43 Tahun 2007. “Perpustakaan bertujuan memberikan layanan kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca serta memperluas wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa”. Pengertian ini menunjukkan bahwa perpustakaan bukan hanya tempat penyimpanan buku, seperti definisi tradisional. Untuk menunjang kegiatan belajar, perpustakaan menjadi bagian yang

vital bagi mahasiswa, tidak terkecuali di Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH UII). Hanafi Amrani, Kepala Program Studi (Kaprodi) FH UII, menilai keberadaan perpustakaan sangat penting bagi mahasiswa. Dia mencontohkan bahwa di Belanda animo mahasiswa yang pergi ke perpustakaan lebih besar dibandingkan di Indonesia. Bagi mereka perpustakaan menjadi rumah kedua, bahkan pertama. Senada dengan Hanafi, Hari Muhammad Jazuri, Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FH UII mengatakan, “Mahasiswa tanpa buku bukanlah mahasiswa Keadilan Post Magang 2014 |

1


• Hanafi Amrani, Kepala Program Studi FH UII, saat diwawancarai mengenai perpustakaan, kantor dekanat FH UII (29/12).

Fahmi/Keadilan

dan buku tanpa mahasiswa untuk apa kan tidak ada gunanya. Mahasiswa dan perpustakaan itu bagai dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan.” Perpustakaan FH UII memiliki hampir 13 ribu judul buku serta terdapat tiga sampai lima eksemplar dalam setiap judul, selain itu juga tersedia read file skripsi, tesis, dan disertasi yang terkumpul mulai tahun 2008. Neva Della, mahasiswa FH UII angkatan 2014 merasa koleksi buku-buku perpustakaan kurang. “Kalau untuk wawasan yang di luar-luar (negeri) kurang, kayak misalnya yang baru-baru (buku) kurang. Kalau kita pengen lebih gitu, misalnya demokrasi yang dari negara mana negara mana,” jelasnya. Hal tersebut seirama dengan yang diungkapkan Anang Zubaidy, dosen FH UII, bahwa koleksi buku perpustakaan memang belum lengkap, namun sudah cukup. Dia menceritakan pernah beberapa kali menugaskan mahasiswa untuk mencari buku tertentu tentang antropologi namun tidak ada. “Saya enggak tahu apakah enggak adanya itu karena sudah habis atau memang enggak punya koleksi eksemplarnya, nah bisa jadi begitu. Memang enggak ada koleksi atau ada koleksi tapi terbatas karena itu jelas, itu ada buktinya,” jelasnya. Jam pelayanan perpustakaan dibuka mulai pukul 08.00-12.00 dan 13.00-15.30. Mahasiswa sebagai pengguna utama merasa tidak puas dengan jam pelayanan tersebut. Hal ini seperti yang dinyatakan, Amalia Dyah Apriliani, mahasiswa FH UII angkatan 2011. Ketika mengerjakan skripsi sering kali dia merasa terganggu, karena jeda istirahat para pegawai memintanya meninggalkan ruangan. “Kita tuh ngerasa terganggu

gitu loh ketika lagi ngerjain, sudah kayak diusir saja,” tambahnya. Selain waktu istirahat yang mengganggu, ketepatan waktu pegawai perpustakaan dalam menutup pelayanan saat jeda juga menjadi masalah bagi mahasiswa. Neva, mengeluhkan ketidakdisiplinan pegawai dalam menerapkan aturan jam pelayanan. “Ya, harusnya fakultas itu bikin kebijakan, kalau jam istirahat kan pada umumnya dari jam 12 sampai jam 1. Jadi, walaupun azan berkumandang kalau belum jam 12, ya harusnya belum tutup. Biasanya kan jam 11.20 (siang) itu sudah tutup,” keluhnya. Bambang Hermawan, Ketua Divisi Perpustakaan (KDP) FH UII, menjelaskan bahwa waktu pelayanan yang ditutup lebih awal dari jadwal, untuk mempersiapkan penggunaan perpustakaan setelah jeda istirahat berakhir. “Yang setengah jam itu untuk statistik, selfing, pengembalian ini, sebetulnya setengah jam itu enggak cukup loh Mbak, Anda bisa lihat sendiri. Apa lagi kalau open kayak gini bukunya berantakan sekali,” jelas Bambang. Jam buka pelayanan perpustakaan juga dianggap kurang dan tidak sesuai dengan padatnya jadwal kuliah mahasiswa yang dimulai dari pukul 07.00-17.00. Hanafi menjelaskan bahwa kebijakan pelayanan dibuat oleh pihak universitas, dan penerapannya diserahkan kepada masing-masing fakultas. Penambahan waktu pelayanan dilihat dari animo mahasiswa ke perpustakaan, jika rendah maka tidak ditambah. Selain itu, penambahan waktu pelayanan juga dilihat dari kemampuan fakultas terkait anggaran dan staf pegawai. Melihat permasalahan perpustakaan FH UII, dapat berdampak pada

karya tulis mahasiswa, khususnya karya tulis ilmiah yang merupakan hal terpenting bagi mahasiswa. Hal tersebut diamini oleh Raisa Rizani, mahasiswa FH UII angkatan 2012. Dia mengatakan, karya tulis ilmiah membiasakan mahasiswa untuk membuat suatu tulisan berdasarkan pada keakuaratan data-data yang didapat dari berbagai referensi. “Fungsinya tuh banyak banget, karena contohnya ajalah misalnya kita dikasih tugas sama dosen. Jadi kita sudah tahu gimana sistematikanya yang baik dan benar,” ujarnya. Senada dengan Raisa, menurut Anang salah satu output mahasiswa FH UII harus bisa melakukan suatu penelitian hukum, sehingga saat memasuki jenjang profesional di bidang hukum dapat membantu. “Nah, pelajaran atau latihan menulis karya ilmiah itu adalah cara untuk bisa memetakan masalah kemudian mencoba menganalisa apa yang ditemukan dari bahan-bahan untuk menjawab permasalahan dan memberikan rekomendasi apa yang harus dilakukan,” tambahnya. Namun jumlah karya tulis yang dihasilkan tidak sebanding dengan kuantitas mahasiswa yang ada. Anang menjelaskan dari 2 ribu mahasiswa, tidak lebih dari 20 orang yang membuat karya tulis ilmiah dan dilombakan, sedangkan sisanya berupa tugas dosen seperti makalah. “Persoalannya adalah di kualitas, apakah kualitas karya ilmiah dan karya tulis mahasiswa kita sudah memenuhi syarat atau belum. Karena saya banyak menemukan makalah misalnya satu kelas 70 orang atau 50 orang, tidak lebih dari 10-nya yang karya ilmiahnya orisinal,” ungkapnya. Perpustakaan sebagai penyedia literatur utama dalam pembuatan karya tulis ilmiah memiliki pengaruh yang sangat besar. Jumlah referensi yang dibutuhkan dalam penulisan karya ilmiah tidak sedikit. Raisa mengatakan, “Karena kan seperti yang kita ketahui, di situ ada bagian terkait tinjauan pustaka ya jadi benar-benar semua itu kita dapatkan dari buku, jadi benar-benar membutuhkan referensi, dan biasanya itu lebih dari 10 buku.” Dwi Ayu Lestari mahasiswa FH UII angkatan 2012, yang juga aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Forum Kajian dan Penulisan Hukum menjelaskan, referensi literasi ada untuk mencegah plagiarisme. Ketika penyeleksian Keadilan Post Magang 2014 |

2


tulisan dalam suatu lomba tidak men- hal yang mendasari waktu pelayanan takaan itu di pusat semuanya bagus itu, cantumkan sumber dan terbukti mel- perpustakaan hingga malam hari, yakni jam 10 (malam) semuanya terlayani,” akukan plagiarisme, hal itu dapat men- untuk membiasakan budaya membaca tambahnya. Terkait sedikitnya jumcoreng almamater UII. kepada mahasiswa. “Mahasiswa kan se- lah pegawai, Hanafi beralasan bahwa Jam pelayanan perpustakaan nang kalau kuliah sampai malam, masih penambahan pegawai itu, memerlukan juga berpengaruh terhadap kualitas ada yang buka (perpustakaan). Kita kan, laporan anggaran yang akan dikeluarkan karya tulis mahasiswa. Banyak maha- kampusnya seperti hidup,” terang Alfi- untuk menggaji pegawai baru tersebut. siswa yang melakukan copy paste dari ah. Dia juga menambahkan bahwa pihak Beberapa waktu lalu Kaprodi internet berp e r p u s t a k a a n FH UII mengeluarkan kebijakan baru, alasan keFE berusaha peminjaman buku yang semula hanya pepet dememberikan pe- berjumlah dua buku menjadi empat ngan tugas layanan semak- buku. Hanafi menjelaskan kebijakan ini yang hanya simal mungkin, didasari bahwa peminjaman buku yang diberi waksehingga ma- berjumlah dua buah tidak cukup untuk tu satu hari hasiswa dapat memenuhi referensi mahasiswa. Selain dan perpusmenikmati wak- itu, pihak kampus melakukan perpantakaan telah tunya di perpus- jangan waktu pelayanan perpustakaan menutup jam takaan. sampai dengan pukul 22.00 selama sepelayanan. P e l a y a n a n minggu menjelang ujian. Perpanjangan Dimas Setya p e r p u s t a k a a n waktu tersebut merupakan hasil negoNugraha maFE dalam hal siasi pihak DPM dengan dekanat. Hari hasiswa FH pinjam-memin- mengatakan, “Terkait dengan jam opeUII angkatan jam dijadwalkan rasional perpustakaan, Kaprodi akan 2012 mengsetiap hari Senin mencoba H-7 ujian, perpustakaan akan ungkapkan sampai Jumat. dibuka sampai jam 10 malam, dengan Dewi/Keadilan terpaksa meUntuk hari Sab- alasan H-7 sampai H+7 ujian akan di• Alfiah, KDP FE UII, menuturkan terkait bentuk pelayanan di perpustakaan FE UII (29/12). lakukan copy tu hanya me- coba, apabila efektif akan dilanjutkan. paste dari internet jika keadaan tidak layani mahasiswa pascasarjana, namun Harapannya untuk mahasiswa akan giat memungkinkan untuk mencari buku. mahasiswa lain masih bisa berkunjung. untuk ke perpustakaan.” Begitupun dengan Dwi, dia mengata- Alfiah juga menjelaskan bahwa untuk Amalia mengungkapkan hal kan, “Ketika perpustakaan tutup jam 4 pegawai perpustakaan tidak mengalami yang berbeda, dia sedikit ‘geli’ dengan (sore), kita kan enggak mungkin ngerjain. kekurangan, sebab membuka kesem- kebijakan baru tersebut, pasalnya atuApalagi dosennya ngasih ketentuan harus patan bekerja part time bagi mahasiswa. ran itu dikeluarkan untuk ‘mengobati’ minimal referensi. Lah terus kita dapat Batas peminjaman buku yang berjumlah masalah yang ditimbulkan pegawai perbukunya dari mana?” tiga buah dirasa cukup untuk keperlu- pustakaan beberapa waktu lalu. “Kena Dwi mengeluhkan bahwa ke- an mahasiswa. Pihak FE menyediakan pa peraturan diubah ketika memang ada bijakan waktu pelayanan tidak sesuai mesin photocopy yang terletak di samping masalah, apakah setiap kita melakukan dengan tugas dan kegiatan mahasiswa perpustakaan untuk menggandaperubahan itu, harus ada masalah yang padat. “Menurut saya itu waktu- kan buku, hal ini memudahgitu loh. Kenapa kita tidak nya enggak bisa kalau cuma setengah kan mahasiswa yang ingin melakukan pencegahan empat,” imbuhnya. Setali tiga uang de- meminjam buku lebih daripada pengobatan ngan Dwi, Raisa juga merasa jam wak- dari tiga. seperti itu kan?” ungkaptu pelayanan perpustakaan sangat ku- Melihat pernya. rang dan berpengaruh terhadap karya bandingan yang cukup Namun, ketulis mahasiswa dibandingkan dengan signifikan antara pertika pihak kampus ditaperpustakaan pusat yang buka hingga pustakaan FE dan FH, nya dasar kebijakan baru, pukul 20.00. “Kalau misalnya lagi nge- yang lokasinya samaHanafi menjelaskan, wakbuat karya tulis ilmiah itu kan biasanya sama terpisah dari kampus tu pelayanan perpustakaan sampai malam, dan itu kita kalau misal- terpadu UII. Aunur Rohim • Aunur, Dekan FH UII. hingga malam hari tersebut, nya bukunya belum kita pinjam. Itu Faqih, Dekan FH UII, mengatasebagai uji coba untuk melihat emang kendala, jadi bingung gitu loh mau kan, “Ya memang kalau di FE kan jauh animo mahasiswa. Jika mahasiswa banyari di mana, cuma perpustakaan ini lebih besar, karena terdiri dari tiga prodi, nyak yang menggunakan perpustakaan, kan tutup,” kesah Raisa. dan perpustakaannya cuma satu sehing- maka akan dilanjutkan untuk ke depanga pegawainya harus lebih besar, kalau nya. Saat ditanya perihal penambahan Menelisik Perpustakaan Lain di sini kan hanya satu prodi”. Selain waktu, Aunur berkata, “Kan pelan-pelan Berbeda dengan Fakultas itu dia mengatakan perpustakaan yang untuk menuju ideal, tidak spontan.” Ekonomi (FE) UII, jam pelayanan ideal dapat membuka pelayanan hingga Untuk menarik mahasiswa seperpustakaan dimulai dari pukul 08.00- malam hari. “Kendalanya adalah tempat ring berkunjung ke perpustakaan, selain 20.00. Alfiah, KDP FE UII menjelaskan kita kurang representatif, kalau perpus- dari pelayanan yang baik juga dibutuhKeadilan Post Magang 2014 |

3


kan cara yang menarik. Seperti yang dilakukan pihak perpustakaan pusat UII. Joko S. Prianto, Direktur Perpustakaan Pusat UII menuturkan bahwa diberikan reward bagi mahasiswa yang rajin ke perpustakaan, berupa buku, sertifikat, dan lain-lain. Dia juga menjelaskan fungsi dari perpustakaan sebagai tempat penyedia fasilitas membaca, tempat berinteraksi antar mahasiswa, tempat diskusi dan tempat rekreasi. “Kami juga menyediakan wifi, kalau perpustakaan kurang ada sarana yang lengkap atau mungkin kurang up to date untuk pemustaka, nanti enggak mau ke perpustakaan,” jelasnya. Perpustakaan menurut Joko diadakan

untuk mendukung civitas akademika di perguruan tinggi. “Kalau perpustakaan ada tapi enggak ada pengunjungnya mending enggak usah diadakan,” tegasnya. Selain berupaya menjadikan perpustakaan sebagai tempat rekreasi dengan memberikan pelayanan yang maksimal. Joko juga menjelaskan alasan jam pelayanan perpustakaan yang dibuka mulai pukul 08.00-22.00. “Kita kan berorientasinya ke pemustaka, user oriented. Pemakai maunya apa? Maunya sampai malam, ya kita usul sampai malam. Kalau pimpinan setuju ya berjalan,” ujarnya.

Hari berharap perpustakaan benar-benar dalam artian sebenarnya. Maksudnya dilihat dari segi waktu operasional dan buku, serta perpustakaan menjadi wadah mengumpulkan karya tulis mahasiswa, walaupun hanya sebatas tugas makalah. “Salah satu cara bagaimana membanggakan maupun menghargai mahasiswa kalau ingin membuat mahasiswa lebih giat lagi itu caranya,” ujar Ketua DPM FH UII tersebut. Reportase bersama: Fajri Nur I., Tri Wijayanti K. D., Aisyah Humaida, Nurul Aulia

LIPUTAN

Lemahnya Efek Kuesioner Dosen

Kuesioner Nilai Kinerja Dosen yang diharapkan dapat mendongkrak mutu dosen, belum terlihat benar hasilnya. Mahasiswa yang menjadi subjek penilai seperti tidak peduli, dan kerap asal-asalan dalam mengisi kuesioner.

Oleh: Muhammad Ariel Fahmi

Yogyakarta-Keadilan.

Universitas Islam Indonesia (UII) sebagai perguruan tinggi swasta dan nasional tertua di Indonesia, telah banyak mencetak cendekiawan-cendekiawan ulung. Banyak alumni dari UII yang bekerja dan mengabdi di lembaga-lembaga pemerintah. Maka dari itu, mutu tenaga dosen menjadi bagian terpenting dalam mengajar dan membimbing mahasiswa, sehingga melahirkan lulusan-lulusan baru yang berkualitas. Pengontrolan dan pengawasan menjadi sebuah upaya bagi perguruan tinggi, khususnya UII dalam menjaga kinerja kualitas dosen. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pihak kampus UII dalam meningkatkan mutu dosen, dengan mengevaluasi kinerja tenaga pengajar melalui Nilai Kinerja Dosen (NKD). NKD adalah satu dari tujuh bagian parameter dalam mengukur sasaran mutu UII yang tertuang dalam Peraturan Rektor Universitas Islam Indonesia (PR UII) Nomor: 09/PR/REK/III/2011 tentang Pedoman Pengukuran Sasaran Mutu (PPSM) UII. Dalam NKD terdapat beberapa indikator-indikator penilaian dosen. Yaitu, kinerja pedagogik, kinerja professional, dan kemudian kinerja sosial, hingga mengatur konsep pengukurannya.

Mahasiswa sebagai objek dalam melakukan civitas akademika menjadi golongan pertama yang merasakan secara langsung kinerja dosen. Kinerja pedagogik menjadi salah satu komponen indikator dalam penilaian ki-

Himah/Keadilan Himah/Keadilan • Lembar Kuesioner Nilai Kinerja Dosen FH UII.

nerja dosen yang melibatkan mahasiswa secara langsung. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pedagogik atau pedagogis adalah sifat mendidik dalam ilmu pengajaran, yang merupakan salah satu syarat penting bagi seorang guru. Istilah ini merujuk pada strategi pembelajaran atau gaya pembelajaran dan penggunaan

strategi mengajar. Pada PPSM UII sendiri, kinerja pedagogik adalah skor akhir yang diperoleh dari skor kuesioner yang diisi oleh mahasiswa dan skor ketersediaan Satuan Acara Perkuliahan (SAP), Course Outline (CO), modul, diktat, buku, kehadiran mengajar, dan pengumpulan nilai. Pedagogik dengan nilai baik minimal 90 persen. Konsep pengukuran diatur di dalam (PR UII). “Penilaian persepsional oleh teman sejawat dosen minimal tiga orang, dan penilaian oleh mahasiswa minimal lima orang dari setiap kelas yang diampu. Penilaian komponen empiris bersifat biner, bernilai satu, jika “ada”, dan bernilai nol jika “tidak ada” untuk ketersediaan SAP, CO, modul, diktat atau buku, sedangkan kehadiran mengajar dan pengumpulan nilai, bernilai satu jika “sesuai” dan skor nol jika “tidak sesuai”, sesuai tidaknya akan ditentukan kemudian.” Pengukuran kinerja dosen dilakukan di tingkat fakultas dan universitas. Pengukuran pada tingkat fakultas dilakukan oleh dekan dibantu oleh Kepala Program Studi (Kaprodi). Pengukuran kinerja dosen dilakukan setiap semester dan direkapitulasi selama satu tahun akademik. Kuesioner Nilai Kinerja Dosen (KNKD) adalah bentuk konkret penerapan NKD di Fakultas Hukum (FH) Keadilan Post Magang 2014 |

4


UII. Namun dalam penerapannya masih pihak universitas telah memberikan terdapat kekurangan, beberapa maha- fasilitas, berupa buku PPSM UII yang siswa dipandang belum menyadari dan dapat diakses di www.uii.ac.id, di dalammemahami pentingnya pengisian kue- nya memuat tentang penjelasan mesioner untuk penilaian dosen. ngenai penerapan sistem NKD. “Hanya Perihal pengisian KNKD se- mahasiswanya mungkin tidak baca buku lama ini, Aunur Rohim Faqih, Dekan pedoman, ya toh? Masa mahasiswa harus FH UII yang ditemui Keadilan (30/12), dituntun seperti SD, ya toh? Kan buku berpendapat masih ada mahasiswa yang pedoman sudah ada yang menyatakan terkesan asal-asalan dalam mengisi ku- tentang itu semua, ada evaluasinya, esioner. Padahal hasil dari KNKD terse- pokoknya kan ada semua,” ujar Aunur. but dilaporkan ke Yayasan Badan Wakaf Dia juga menegaskan, mahasiswa seUII dan Koordinasi Perguruan Tinggi harusnya berinisiatif mencari tahu Swasta, serta dilaporkan kepada Badan terkait penjelasan adanya KNKD serta Akreditasi Nasional. “Ya mungkin kalau harus peka mengenai terhadap hal ini. mahasiswa, anda tahu sendiri, kadang- Hal tersebut dinafikan oleh kadang ngisinya asal saja lah, cepat-cepat Alfin Saputra, mahasiswa angkatan 2010 keluar kelas kan gitu,” terang Aunur. FH UII. Dia berpendapat bahwa pihak Sependapat dengan Aunur, kampus kurang memberikan pemahaHari Muhammad Jazuri, selaku Ketua man kepada mahasiswa terkait tujuan Dewan Perwakilan Mahasiswa FH UII, kuesioner. “Ya kalau teman-teman tuh m e n y ay a n g k a n malah disuruh masih kurangnya ngisiin teman yang kepedulian malain atau sudahlah hasiswa dalam ngisinya samain semenyadari fungsi mua aja,” terangdan tujuan dari nya. Dosen yang KNKD. “Kuemenjadi objek sioner itu ketika penilaian KNKD dikasihkan ke pun terkesan acuh mahasiswa, matidak acuh. Ketika hasiswa itu masih di dalam kelas, seenaknya saja hanya beberapa menilai,” tamdosen yang membahnya. Terkait berikan pemahapembagian kueman terkait tujuan sioner yang hakuesioner dibagiHimah/Keadilan nya lima lembar kan. “Buktinya • Mukmin Zakie, dosen FH UII saat ditemui di kantor di setiap kelas, Pusat Studi Hukum Agraria FH UII (29/12). kan sebagian doHari meragukan sen enggak peduli, kualitasnya. Dia menganggap jumlah ada juga sebagian yang peduli gitu. Sebalima orang mahasiswa di setiap kelas be- gian yang diletakin di depan, ya terserah lum bisa mewakili seluruh suara maha- mau ngambil apa enggak,” tambah Alfin. siswa. Hari juga mempertanyakan atas Mukmin Zakie selaku dosen dasar apa dipilihnya lima orang maha- FH UII, berpendapat bahwa kuesioner siswa itu. merupakan hal yang penting, terutama Terkait hal itu, Aunur menga- bagi dosen yang mempunyai komittakan belum mengetahui latar belakang men besar dalam memberikan penilaipembagian kuesioner, yang sebelumnya an kinerja dosen dari sudut pandang dibagikan ke seluruh mahasiswa men- mahasiswa. “Hasil kuesioner itu juga jadi lima lembar saja, untuk dosen di menjadi tempat ‘bercermin’ bagi dosen. setiap kelas. Aunur juga menjelaskan Saya enggak bisa menilai diri sendiri ntar pihak kampus baru dua atau tiga bulan hebat terus,” tambahnya. Mukmin menini mempelajari penerapan kuesioner jelaskan bahwa hasil penilaian dari kutersebut dan berapapun jumlah kuesio- esioner yang diisi oleh mahasiswa akan ner yang dibagikan, baik lima ataupun dibuat tabulasi oleh pihak kampus. Dia lebih, akan sama saja apabila tidak ada juga mengatakan, “Kalau ada kekurakesadaran dari mahasiswa itu sendiri. ngan, akan mengevaluasi saya. Jujur saja Mengenai pemahaman KNKD, sesubyektif kalian, kalau misalnya saya

enggak membangkitkan belajar, ya sudah tulis gitu.” Hanafi Amrani, Kaprodi FH UII menjabarkan bahwa dosen sama halnya dengan mahasiswa. Dosen akan memperoleh penilaian kinerja selama menjalankan aktivitas akademik. Apabila ada pemberian nilai indeks prestasi yang rendah kepada dosen, bukanlah sebagai sanksi tetapi upaya memberikan efek psikologis dan bentuk peringatan yang diberikan oleh pihak kampus terhadap dosen yang tidak memenuhi parameter NKD. Dia juga menjelaskan bahwa hasil yang terkait dengan penilaian kinerja dosen dipublikasikan di sidang dewan dosen dan hanya terbatas bagi yang menghadiri sidang tersebut. Hari mengusulkan pada pihak kampus untuk membentuk tim yang terdiri dari mahasiswa atau lembagalembaga kemahasiswaan FH UII guna membantu memberikan penilaian terhadap dosen. Dia berharap dengan adanya kuesioner, pihak kampus dapat mengetahui dosen yang tidak memiliki kapasitas dalam mengajar dan menyampaikan materi. Selain itu, Hari meminta dosen dapat memberikan motivasi untuk merangsang semangat anak didiknya, sehingga ketika keluar kelas dapat mengetahui jati dirinya sebagai mahasiswa. Dalam mengisi kuesioner, Mukmin meminta mahasiswa untuk tidak main-main dalam memberi penilaian terhadap kinerja dosen. “Enggak usah takut karena memang tidak pernah ada identitas yang dapat dilacak. Kalau pun ada dosen yang mengancam, ada mekanisme yang melindungi kalian,” tambah Mukmin. Bagi para dosen, Aunur berharap dapat menyadari dan menempatkan diri sebagai guru yang baik dan siap ditiru oleh mahasiswa. “Itu kembali kepada niat awalnya. Kalau memang hatinya menjadi guru, ya sesibuk apapun dia tetap harus ke sini untuk mengajar,” ujar Aunur. Reportase bersama: Himahinayah, Rizma Rosyta, Aisyah Humaida

Keadilan Post Magang 2014 |

5


EDITORIAL Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH UII) memberikan waktu pelayanan dari pukul 08.00-12.00 dan 13.00-15.30. Namun, mahasiswa merasa tidak puas dengan waktu pelayanan tersebut. Selain itu, ketidakdisiplinan jeda istirahat dan minimnya jumlah buku dalam koleksinya juga menjadi masalah. Sepintas hal tersebut terlihat sepele, tetapi apabila didiamkan terlalu lama dan tidak ada perubahan dari pihak kampus akan berdampak cukup serius. Masalah-masalah tersebut tidak sekadar berimbas pada kepuasan mahasiswa, tetapi juga pada karya tulis mahasiswa. Terlebih tugas-tugas yang dikerjakan dengan plagiarisme. Sering kali mahasiswa terhambat untuk mencari literatur dalam penulisan, sebab waktu pelayanan perpustakaan yang pendek. Di sisi lain, pihak kampus menjanjikan perpanjangan waktu pelayanan perpustakaan, apabila geliat mahasiswa dalam menggunakan perpustakaan meningkat. Untuk merealisasikannya, pihak kampus melakukan uji coba dengan memperpanjang waktu pelayanan, pada saat seminggu menjelang ujian akhir semester. Dari percobaan tersebut pihak kampus akan menilai animo mahasiswa dalam menggunakan perpustakaan. Apabila bertambah, maka akan dilanjutkan. Sebab penambahan waktu pelayanan berkaitan dengan anggaran gaji dan tenaga pegawai. Terwujudnya perpustakaan impian tidak hanya bergantung pada pemangku kebijakan, mahasiswa sebagai pengguna utama memiliki andil yang sangat besar dalam perubahannya. Geliat mahasiswa dalam membaca dan menggunakan perpustakaan menjadi pertimbangan yang besar dalam mewujudkan perpustakaan dambaan. Tak hanya perpustakaan, tenaga pendidik yang berkompeten juga menjadi hal penting dalam mewujudkan mahasiswa yang berkualitas. Peningkatan mutu anak didik dalam suatu lembaga pendidikan berkaitan erat dengan kualitas tenaga pendidik, tidak terkecuali di UII sebagai kampus swasta tertua di Indonesia. Pihak kampus memberikan Kuesioner Nilai Kinerja Dosen (KNKD) untuk melibatkan mahasiswa dalam peningkatan mutu dosen. Namun, sikap suka asal mahasiswa dan kurangnya dosen dalam memberi pemahaman terkait pentingnya KNKD menjadi penghambat dalam mewujudkan tujuan KNKD. KNKD yang diharapkan sebagai tempat bercermin dosen dinilai tidak memberikan efek. Terlibatnya mahasiswa dalam pengisian juga sebagai bentuk partisipasi yang diharapkan dapat memberikan penilaian terhadap dosen secara langsung, juga tidak memberikan dampak yang signifikan. Untuk tetap berkomitmen dalam meningkatkan mutu pendidikan, pembenahan sarana dan prasarana penunjang, seperti perpustakaan yang dimanfaatkan dengan maksimal oleh mahasiswa harus terus dilakukan. Para pengajar perlu dievalusi untuk menambah kualitasnya, sebab menjadi hal utama dalam mencetak anak didik yang berkualitas. Keseriusan mahasiswa dalam memberikan penilaian evaluasi terhadap dosen juga wajib ditingkatkan. Mahasiswa, dosen, dan perpustakaan merupakan sebuah mata rantai yang tidak bisa dipisahkan. Ketiganya saling memberikan efek. Dosen merupakan tokoh utama dalam mentransformasi ilmu, dan perpustakaan merupakan sarana yang digunakan sebagai penunjang pembelajaran di luar kelas. Mahasiswa sebagai subjek sekaligus objek dalam mata rantai tersebut. Apabila ketiga hal tersebut berlaku sesuai dengan kapasitas dan kualitasnya, maka lembaga pendidikan yang bermutu akan terwujud.

SEKITAR KITA

Semarak Puisi untuk Yogyakarta “Acara ini sebagai media tegur sapa antara sastrawan, penerbit, penulis, dan juga masyarakat, baik dari komunitas kampus dan luar kampus,” ujar Sukandar, panitia bagian publikasi acara. Oleh: Sehabuddin Ardiansyah

Yogyakarta-Keadilan. Studio Pertunjukan Sastra (SPS), Sabtu (27/12), mengadakan acara bincang-bincang sastra yang digelar di halaman depan Taman Budaya Yogyakarta pada pukul 20.00. Acara ini merupakan pementasan yang ke-111 dengan tema “Pesta Puisi Akhir Tahun”. Selain digelar secara gratis, para penonton disuguhkan makanan dan minuman yang dapat diambil di meja belakang tempat duduk mereka. Di

dalam acara tersebut juga terdapat stand penjualan buku-buku sastra karangan sastrawan-sastrawan terkenal, seperti Dewa Plo. Dari beberapa buku yang dijual terdapat buku yang sudah ditandatangani oleh penulisnya sendiri. Acara ini diselenggarakan sebulan sekali untuk mempererat tali persaudaraan antar sastrawan, penulis, penyair, komunitas-komunitas sastra, baik dari dalam kampus maupun dari luar

kampus. “Acara ini sebagai media tegur sapa antara sastrawan, penerbit, penulis, dan juga masyarakat, baik dari komunitas kampus dan luar kampus,” ujar Sukandar, panitia bagian publikasi acara. Para sastrawan muda, komunitas sastra dari berbagai daerah dan universitas turut meramaikan acara ini, diantaranya dari Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Gadjah Mada, Universitas PGRI Yogyakarta, Unit Study Keadilan Post Magang 2014 |

6


Sastra dan Teater Universitas Negeri penonton mengatakan, bagian yang me- tepuk tangan dari penonton. KemuYogyakarta. Selain itu ada juga Ngopi- narik dari puisi itu adalah dapat mem- dian di akhir acara diadakan foto bernyastro dan Teater Topi yang merupa- buka cakrawala bagi pendengarnya. sama para pengisi acara sebagai kenangkan komunitas saskenangan. tra dari luar kampus Mustofa yang turut mengisi acara merupakan sastersebut. Dalam acatrawan senior, sekara ini banyak mengligus ketua SPS, sahardirkan satrawan ngat mengapresiasi senior salah satunya, puisi underground Mustofa W. Hasyim. tersebut. Dia meDia merupakan pengatakan, “Menurut nulis puisi, cerpen, saya memperkaya novel, naskah drajenis keindahan puma, dan tulisan huisi, kan puisi itu ada mor sejak tahun 70yang dibaca biasa, an. Dia pun aktif di ada yang dinyanyiberbagai komunitas kan, ada yang diunsastra, salah satunya dergroundkan, dan Komunitas Teater ada yang diteaterMelati. kan, ada yang di S u k a n d a r, dramakan, dan itu selaku pembawa saya kira itu sah-sah acara, membuka saja”. Sukandar mepementasan dengan nambahkan bahwa membacakan nama perkembangan sassastrawan yang tra saat ini sangat akan tampil, seperti meng gembirakan. Dewo Plo feat SofKarena semakin Sehab/Keadilan yan Death Vomit, banyak event tentang Kukuh Lutfi, Teater • Yuono Agus Dewantoro yang ikut memeriahkan.acara ‘Puisi Akhir Tahun’ di Taman Budaya sastra yang diadakan Yogyakarta (27/12). Topi, Slamet Riyadi baik lingkup univerSabrawi, Nayla Hakim, Whisnu Aji- Sukandar menjelaskan dalam sitas maupun komunitas-komunitas di tama, dan Raedu Basha. Acara dimulai acara ini tidak hanya ada pembacaan luar kampus. dengan pembacaan puisi yang berjudul puisi saja, tetapi terdapat juga penampi- Berbeda halnya dengan MusMesin Kawin oleh sastrawan muda Yuo- lan musikalisasi puisi, teaterikal puisi, tofa dan Sukandar, Adi mengatakan no Agus Dewantoro. Gerak tubuhnya dan deklamasi puisi. Ketika ditanya me- bahwa perkembangan sastra saat ini menyesuaikan teks puisi yang dibaca, ngenai banyaknya penampilan puisi, Su- cenderung memprihatinkan, karena sehingga mengundang tawa penonton. kandar mengatakan, “Sastra itu kan ada kebanyakan kaum muda berseni tanpa Dilanjutkan pembacaan puisi oleh sas- cerpen, novel, kita diskusi, tapi memang memperhatikan roh dan esensi seni trawan lainnya, baik itu karangan sendiri kita tidak bisa pungkiri dari 110 acara tersebut. Adanya pertunjukan ini, diatau karangan orang lain. “Ini pesta pu- itu 60 persennya puisi, rata-rata puisi. harapkan dapat membuat masyarakat isi kebanyakan yang diangkat puisi, ada Karena puisi itu banyak diminati”. Se- semakin peduli untuk menghidupkan, yang membacakan puisinya sendiri, ada lain itu juga ditampilkan jenis puisi baru mengembangkan, serta membudayakan yang dari karya orang,” jelas Sukandar. yaitu puisi yang dipadukan dengan salah sastra, khususnya di daerah Yogyakarta. Berbeda dengan acara pada u- satu aliran musik underground, bernama “Seni harus tetap dibudayakan, kota Yogmumnya, hal yang menarik dalam per- puisi underground. Pembacaan dibawakan yakarta kan kota budaya, jadi seni harus tunjukan ini adalah para pengisi acara oleh sastrawan senior, Dewo Plo yang dihidupkan,” ujar Adi. Menurutnya acaduduk berbaur dengan penonton, se- berkolaborasi dengan Sofyan, gitaris ra ini lumayan bagus, dan lebih hidup, hingga di antara mereka dapat berbin- dari Death Vomit band underground asal karena puisi ternyata tidak hanya dapat cang-bincang langsung. Para pengisi Yogyakarta. dinikmati melalui majalah saja, melainacara juga berpakian layaknya penonton Dibacakannya puisi underground kan juga dapat dipentaskan. lain, tidak ada pembeda antara mereka. pada pukul 22.30 tersebut, maka bera“Kita semua di sini itu tamu, kita hor- khirlah acara bincang-bincang sastra bu- Reportase bersama: Fajri Nur Imam mati, SPS itu menjadi media untuk sia- lan ini. Walaupun dalam penampilannya papun yang mengharap membuat puisi terdapat sedikit kesalahan teknis, yakni bukan hanya menjadi teks, tapi juga sound yang digunakan oleh Sofyan sang dalam pertunjukan,” ujar Sukandar. gitaris terkadang mati saat pembacaan Menurut Adi Utomo, salah seorang puisi, namun mereka tetap mendapat Keadilan Post Magang 2014 |

7


FRAGMEN

Keunikan yang Tidak Tergerus Zaman Sebuah keharusan bagi pekerja pabrik mi lethek untuk memperoleh hasil yang sempurna. Bergulat dengan waktu yang lama dalam pembuatannya, serta suhu yang panas dan pengap menjadi hal yang biasa mereka jalani. Pabrik mi lethek terletak di Dusun Bendo, Desa Trimurti, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, telah berdiri sejak tahun 40-an dan tetap mempertahankan cara tradisional dalam pembuatannya.

1

Aryo/Keadilan

Peracikan mi lethek diawali dengan merendam tepung gaplek ke dalam bak berisi air selama dua hari. Saat proses perendaman akan tercium aroma yang tidak sedap. Tahap selanjutnya, tepung gaplek diangkat dan ditiriskan. Lalu dipadukan dengan tepung tapioka menggunakan alat penggiling batu besar yang ditarik sapi, agar menghasilkan adonan yang lebih pulen ketimbang menggunakan alat modern. Sapi yang digunakan dalam proses pembuatan adonan berjumlah tiga ekor, akan tetapi dalam sekali produksi hanya digunakan dua ekor sapi dan digilir dalam setiap tahap yang berbeda. Untuk pengovenan adonan mi, juga masih menggunakan tungku kuno berbahan bakar kayu, dimana adonan berubah menjadi kecoklatan. Namun dalam pembentukan adonan menjadi mi, menggunakan mesin pres modern. Penjemuran mi masih bergantung pada sinar matahari. Musim yang tidak bersahabat menyebabkan terhambatnya proses pengeringan dan berimbas pada kualitas mi. Hal ini terkadang membuat para pekerja menganggur. Selain itu, hujan membuat kayu bakar menjadi basah dan sukar terbakar. “Jadi untung-untungan produksinya,� keluh salah seorang pekerja. Semua hasil pretelan mi lethek yang telah siap, disortir untuk memilah kualitas baik, sedang, dan buruk. Mi lethek yang buruk dijual untuk pakan unggas.

Aryo/Keadilan

Pengadukan tepung gaplek

2

Fajri/Keadilan

Pencampuran tepung gaplek dan tepung tapioka

3

Mi lethek dijual dengan harga 65 ribu rupiah per lima kilogram untuk kualitas bagus, 8.000 rupiah dan 2.000 rupiah per satu kilogram untuk kualitas sedang dan buruk. Seolah memikat calon pembeli, persediaan mi lethek selalu habis terjual.

Aryo/Keadilan

Pemotongan adonan


4

5

Aryo/Keadilan

Pengepresan adonan menjadi mi Aryo/Keadilan

6

Pengovenan adonan

7

Aisyah/Keadilan

Hasil mi yang sudah kering

Narasi: Aryo Budi Prasetyo Foto: Aryo Budi P., Aisyah Humaida, Fajri Nur I.

Aryo/Keadilan

Penyortiran mi lethek


RESENSI

‘Denting’ Hukum, Harmonikan Keluarga “My father is a lot of unpleasant things, but murderer is not one of them.” -Henry Hank Palmer Oleh: Nurul Aulia

Sutradara : David Dobkin Penulis

: Nick Schenk, Bill Dubuque

Pemain

: Robert Downey, Jr., Robert Duvall, Vincent D’onofrio, Jeremy Strong

Tanggal rilis : 10 Oktober 2014 Durasi

T

: 142 menit

he Judge berawal dari kembalinya seorang pengacara muda, Henry Hank Palmer (Robert Downey, Jr.) ke kampung halamannya, Carlinville, Indiana. Kepulangan Hank dari Chicago sebab kabar kematian ibunya yang disampaikan Glen Palmer, kakaknya (Vincent D’onofrio). Hank tidak memiliki hubungan harmonis dengan sang ayah, Joseph Palmer (Robert Duvall). Dia tidak dapat menyembunyikan kecanggungannya, ketika melihat Joseph keluar dari kamar jenazah ibunya dan menyalami para tamu. Begitupun dengan sang ayah, terkejut melihat Hank berdiri tidak jauh di depannya. Hank mendekati ayahnya dengan langkah pelan dan berjabat tangan, tidak ada pelukan hangat, hanya sapaan dan jabat tangan. Kematian sang ibu membuat Hank kembali berkumpul dengan ayahnya, Glen, dan Dale Palmer (Jeremy Strong), adiknya. Dale yang mengalami keterbelakangan mental, memiliki hobi mengambil video dengan kamera yang tak pernah lepas dari tangannya. Berbeda dengan Dale, kecelakaan menyebabkan sebelah tangan Glen patah tulang, sehingga dia harus mengubur mimpinya menjadi pemain baseball, akibat kesalahan Hank di masa lalu. Hal ini menjadi salah satu penyebab kurang baiknya hubungan Hank dan Joseph. Karena hubungan dengan ayahnya semakin buruk, Hank tidak ingin tinggal berlama-lama di Carlin-

ville. Apalagi ketika ayahnya membahas perselingkuhan istrinya, Lisa (Sarah Lancaster). Namun, niat untuk segera meninggalkan Carlinville gagal. Ayahnya dituduh telah melakukan pembunuhan terhadap Mark Blackwell (Mark Kiely). Hank menjadi satu-satunya orang yang dapat membela di persidangan. Hanya saja, fakta bahwa dia dan ayahnya tidak memiliki hubungan yang baik membuat hal tersebut sedikit sulit. Joseph sempat menolak Hank menjadi pengacaranya dan lebih memilih C.P. Kennedy sebagai pembelanya. Hank memiliki watak keras kepala, arogan, ambisius, percaya diri, dan berotak cerdas, membuatnya menjadi pengacara sukses yang telah berhasil memenangkan banyak kasus. Ayahnya, seorang hakim senior yang telah mengabdi selama 42 tahun, membuatnya dihormati oleh masyarakat Carlinville. Kemiripan watak keduanya, ditambah dengan sifat Joseph yang tegas dan otoriter juga menjadi penyebab hubungannya dengan Hank menjadi lebih buruk dan sering berselisih paham. The Judge merupakan sebuah film drama keluarga sekaligus hukum, menceritakan tentang hubungan yang tidak harmonis antara ayah dan anak. Banyak pesan moral yang dapat dijadikan pelajaran dalam kehidupan. Sikap seorang hakim yang bijaksana dalam menjalani proses hukum demi nilai keadilan. Nilai-nilai kekeluargaan yang terdapat di dalamnya, membuat film ini mengharukan. Robert Downey, Jr. membawakan peran Henry Hank Palmer dengan totalitas dan penuh pesona. Downey yang menjadi salah satu nominasi Academy Awards ini, berhasil menjadi pengacara terkenal yang handal dan lihai dengan sangat baik. Downey yang biasanya berperan dalam film fantasi kini mendapatkan peran yang sedikit berbeda, lebih serius dibandingkan peran-perannya yang lain. Walaupun begitu dalam film ini

dia tidak selalu tampil serius, dibeberapa dialognya Hank juga memberikan sedikit humor. Namun tetap saja, perannya sebagai Hank Palmer, Tony Stark (Iron Man) ataupun detektif Sherlock Holmes, tidak dapat menyembunyikan karakter asli Downey sebagai orang yang ceplas-ceplos, sangat percaya diri, dan cuek. Joseph Palmer diperankan oleh aktor senior berumur 83 tahun ini memberikan kesan tersendiri. Robert Duvall masih mampu berakting dengan sangat baik dan tampil luar biasa. Pengalamannya yang telah banyak membintangi film Hollywood, mendukung Duvall memerankan Joseph sebagai hakim yang begitu dihormati dengan maksimal. Robert Downey, Jr. dan Robert Duvall merupakan dua aktor terbaik yang memberi harapan tinggi terhadap film ini. The Judge terlihat sangat menarik ketika menampilkan hubungan antara ayah dan anak. Namun terkesan membosankan, saat adegan-adegan persidangan mendominasi isi film. David Dobkin sering menghadirkan konflik baru dan potongan cerita yang belum tuntas, sehingga terkesan sangat lama. Seperti hubungan Hank dengan kekasihnya, Samantha (Vera Farmiga). Film ini akan

dok.

Keadilan Post Magang 2014 |

10


lebih efektif jika berpusat eksklusif pada dinamika keluarga. The Judge merupakan film pertama David yang bergenre nonkomedi. Dia berusaha terlalu keras dalam pembuatannya sehingga terkesan memaksakan. Penonton yang menyukai drama ‘berbau’ hukum akan kecewa karena aspek ceritanya yang datar. Namun, kehebatan akting dua aktor utama dalam memerankan hubungan ayah dan anak yang tidak harmonis, mampu menutupi kekurangan film ini. Nick Schenk dan

Bill Dubuque sebagai penulis skenario terkesan cukup kasar dalam memberikan kalimat-kalimat dialog. Ada beberapa percakapan yang sangat tajam. Terutama saat pertengkaran antara Hank dan Joseph. Terlepas dari kekurangannya, The Judge merupakan film yang menarik untuk ditonton. Kolaborasi hebat yang memikat antara Robert Downey, Jr. dan Robert Duvall membuat perasaan penonton campur aduk. Alur cerita yang disusun dengan sangat baik mem-

buat emosi turun naik saat menonton film ini. Soundtrack yang dipilih dari album Water Tower Music oleh Thomas Newman, sang komposer musik, mendukung akting para pemain dalam setiap adegannya dan memberi efek tersendiri bagi penonton. David Dobkin berhasil mempersembahkan sebuah film yang memberikan pesan bahwa harta yang paling berharga adalah keluarga. The Judge adalah film yang baik untuk ditonton bersama keluarga.

DARI KAMI

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera untuk kita semua. Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menghadirkan Keadilan Post edisi Magang dengan informasi yang berimbang dan aktual bagi para pembaca. Kami ucapkan terima kasih kepada para pihak yang turut dalam proses pembuatan hingga penyelesaian buletin ini. Atas nama LPM Keadilan kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam Keadilan Post edisi Magang ini. Pembaca dapat mengirimkan kabar permasalahan yang terjadi di lingkup UII dan/atau Yogyakarta pada kolom Surat Pembaca. Kami membuka peluang untuk mahasiswa, dosen ataupun publik untuk menulis dalam rubrik Opini. Kami juga menerima kritik dan saran sebagai koreksi untuk terbitan selanjutnya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Keadilan Post MAGANG

Informatif, Komunikatif, Aspiratif

W

KEADILAN POST DITERBITKAN OLEH LPM KEADILAN

lpmkeadilanfhuii@yahoo.co.id JL. TAMAN SISWA 158 YOGYAKARTA 65515 TELP (0274) 377043 - 379171/ HP 082120986712

PIMPINAN REDAKSI: -AISYAH HUMAIDA REDAKTUR PELAKSANA: -FAJRI NUR IMAM

SEKRETARIS REDAKSI: -NURUL AULIA

EDITOR BAHASA: DESAIN:

-TRI WIJAYANTI K. D. -HIMAHINAYAH -MUHAMMAD ARIEL F.

-RIZMA ROSYTA -SEHABUDDIN ARDIANSYAH

FOTOGRAFI:

PERUSAHAAN:

-RANI PUTI MELINDA -SURAYYA AZZUHRA S.

-ARYO BUDI P. -PAISAL SALMAN A.

REPORTER : SELURUH KADER LPM KEADILAN

Keadilan Post Magang 2014 |

11


OPINI

Mengembalikan Marwah UII Sebagai Kampus Perjuangan “Aku titip UII, tolong dijaga dan dikembangkan.” -Prof. KH. Abdul Kahar Muzakkir

Oleh: M. Yasin al-Arif*

U

niversitas Islam Indonesia (UII) dibangun dengan semangat perjuangan integrasi antara ilmu pengetahuan umum dan ilmu agama Islam. Semangat ini didukung pula dengan keprihatinan, karena tidak adanya sebuah lembaga pendidikan tinggi Islam yang mampu mengajarkan Islam secara mendalam. Sehingga lulusan yang dihasilkan dapat menjadi cendekiawan yang berwawasan ilmiah dan agamis. Menurut Muhsin (2002: 27), awal mula pendirian UII bukanlah sebagai universitas, melainkan sebagai Sekolah Tinggi Islam (STI) yang resmi didirikan pada tanggal 8 Juli 1945. Pendirian STI ini diprakarsai oleh empat organisasi besar. Tergabung dalam Majelis Islam A‘la Indonesia (MIAI), yaitu NU –Nahdlatul Ulama-, Muhammadiyah, PUI –Persatuan Umat Islam- yang berpusat di Majalengka, dan PUII –Persatuan Umat Islam Indonesia- yang berpusat di Sukabumi. Empat organisasi tersebut kemudian bergabung dalam satu wadah, yaitu Masjoemi, yang merupakan penjelmaan baru dari MIAI. Kemudian pada tahun 1948 STI dikembangkan menjadi UII. Hal tersebut didasarkan oleh beberapa pertimbangan. Dalam buku Sejarah dan Dinamika UII (2002) dikemukakan dua versi pertimbangan tersebut. Versi pertama, menyebutkan ada enam pertimbangan perlunya STI dimekarkan. Yaitu, kesatu, dalam Islam tidak ada pemisahan antara paham kenegaraan dan paham agama. Kedua, ada kewajiban bagi umat Islam untuk melaksanakan hukum-hukum Allah. Ketiga, belum ada perguruan tinggi yang berlandaskan Islam dan mampu menyiapkan tenaga ahli dalam berbagai lapangan. Keempat, di zaman penjajahan, pendidikan hanya diselenggarakan untuk mendukung kepentingan penjajah. Kelima, umat Islam kekurangan tenaga ahli dalam berbagai bidang. Keenam, memberi kesempatan kepada sekolah agama dan pelajar pesantren untuk dapat meneruskan pelajaran pergu-

ruan tinggi yang memberikan ilmu-ilmu keahlian praktis kemasyarakatan (Trias Setiawati, 2007:81). Versi kedua disinggung dalam buku Setiawati (2007: 81), yaitu pernyataan panitia perbaikan STI yang terkandung dalam dokumen panitia: “Sudah berpuluhpuluh tahun anakanak kita yang berjiwa nasional terpaksa mengembara ke negeri orang, meninggalkan kaum keluarga dan tanah air, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun menderita untuk menjadi pelajar pada ber macam-macam university, terserak di Eropah, Mesir, Mekah, bertaburan di Baghdad dan India dan sebagainya, jauh dan terasing dari tiap-tiap pergaulan masyarakat dan perjuangan bangsa. Apakah kita tidak sanggup dan tidak mampu mendirikan university sendiri? Apakah umat Islam Indonesia dengan penjajahan ganas selama 350 tahun telah menjadi lumpuh sehingga tidak mampu mendirikan dan memelihara sekolah-sekolah tinggi dan university sendiri.” (Trias Setiawati, 2007:81). Dua pertimbangan tersebutlah yang menjadi tonggak dasar tujuan pengalihan STI menjadi UII. Marwah UII terletak pada niat tulus para pendiri untuk memperjuangkan pendidikan Islam yang berpengetahuan umum. Di samping itu mereka pun mengupayakan para peserta didik untuk menjadi sarjana unggul yang berguna bagi pembangunan bangsa dan negara.

Selain itu, peran pengajar sangat menentukan kualitas peserta didik yang dihasilkan. Mereka merupakan pengajar yang luar biasa, meskipun pada saat itu kekurangan fasilitas, seperti tempat kuliah yang tidak menetap. Walau-

pun sebagian besar dosen merupakan tokoh-tokoh pendiri bangsa yang sibuk melakukan perjuangan kemerdekaan, namun mereka tetap setia mendampingi mahasiswa yang menyimpan jiwa ksatria untuk menuntut ilmu. Seperti disebutkan dalam buku Muhsin (2002: 53), bahwa tempat kuliah untuk “tingkat pendahuluan” di Pendopo Ngadiwinatan (sampai tahun 1951), sedangkan perkuliahan untuk fakultas-fakultas yang ada dilaksanakan secara berpindah-pindah, di Masjid Syuhada, Terban Taman (Jl. Cik Ditiro Keadilan Post Magang 2014 |

12


sekarang) atau rumah-rumah dosen. Di antara rumah dosen yang dijadikan tempat kuliah adalah KH. Hannad Noor (Kauman), Prof. Mr. Notosusanto (Jl. Taman Siswa), Prof. Mr. A.G. Pringgodigdo (Jetis), dan Mr. Soenarjo. Bahkan ujian-ujian untuk mahasiswa tidak dilaksanakan di kelas, tetapi di rumah para dosen (misalnya rumah Prof. KH. A. Kahar Muzakkir). Terlebih lagi ujian mahasiswa dilakukan di atas kereta seperti yang sering dilakukan oleh Prof. Mr. R. H. Kasman Singodimedjo, salah seorang dosen yang

sering melaksanakan ujian di atas kereta api, dalam perjalanan pulang atau pergi ke Jakarta. Di samping tempat kuliah tidak menetap, gedung sekretariat UII juga berpindah-pindah yang masa ini masih bertempat di Jl. Ngabean No. 15 Yogyakarta (Djauhari Muhsin,et. al,2002:53). Dengan niat tulus dan jiwa pengorbanan para dosen untuk mengajar inilah, kemudian melekat dalam diri peserta didik setelah mereka lulus menjadi sarjana. UII oleh mahasiswa saat itu dijadikan Kawah Candradimuka, tempat

pertapaan dalam ikhtiar menuntut ilmu dengan penuh keprihatinan. Tidak heran jika peserta didik yang dihasilkan UII saat itu, seperti Mahfud MD, Artidjo Al-Kostar, dan Busyro Muqoddas tampil sebagai tokoh yang disegani saat ini. Meneropong Kelemahan UII Perkembangan UII semakin pesat. Berbagai perbaikan terus digulirkan. Mulai dari peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan program studi, usaha meningkatkan mutu staf pengajar, dan peningkatan usaha-usaha kerja sama dalam negeri dan luar negeri. Semua perbaikan dan inovasi ini dimaksudkan untuk menunjang proses belajar dan mengajar di lingkungan UII. UII sudah mendapatkan simpati dan kepercayaan dari masyarakat. Dibuktikan dengan semakin meningkatnya jumlah mahasiswa setiap tahun. Pada periode Tahun Akademik 2012/2013 menunjukkan peningkatan yang signifikan, dengan jumlah pendaftar mencapai 18.163. Menurut Nandang Sutrisno (Mantan Wakil Rektor I), pendaftar UII tersebar di 33 provinsi di Ilustrasi oleh: Fajri Indonesia, artinya semua provinsi terwakili dan reputasi UII telah diakui oleh masyarakat. Berdasarkan data yang dilansir dari www.uii.ac.id persentase tertinggi 23,5 persen pendaftar dari Jawa Tengah, disusul Daerah Istimewa Yogyakarta 19 persen dan Jawa Barat dengan 7 persen. Berbagai keberhasilan tersebut membawa UII mencapai puncaknya dengan mendapatkan akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Di sisi lain, menurut pengamatan penulis, dewasa ini UII telah kehilangan semangat perjuangan mencetak sarjana

yang tangguh dan berintegritas, serta dipercaya di masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikasi yang penulis peroleh selama belajar di Fakultas Hukum UII. Adapun indikasi tersebut adalah pertama, para dosen pengajar sebagian tidak memberikan pelajaran moral ketika mengajar. Mereka seolah hanya mengemban amanat untuk penyampaian materi kuliah saja dan melupakan kewajiban sebagai seorang pendidik untuk mendidik hati, bukan hanya mendidik pikiran dengan memberikan pelajaran akhlak dan moral. Kedua, di satu sisi mahasiswa dilarang untuk menitipkan absensi kehadiran. Namun di sisi lain banyak dari dosen yang hanya memberikan satu sesi mata kuliah tetapi menandatangani absen kehadiran dengan dua kali tanda tangan. Alasan dosen melakukan hal tersebut diantaranya yaitu, mempunyai banyak kegiatan di luar kampus dan tidak sempat untuk mengganti jamnya. Hal tersebut dilakukan guna memenuhi syarat pertemuan, karena dalam satu semester harus melakukan tatap muka sebanyak 14 kali jika mata kuliah tersebut dua sistem kredit semester. Kadang dosen setengah hati dalam mengajar dan terkesan lebih mementingkan urusan luar yang lebih menjanjikan. Ketiga, ketidakberhasilan kampus dalam mendidik moral dan karakter yang baik mahasiswa UII. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan fakta di lapangan bahwa banyak dari mahasiswa yang melakukan titip absen (TA). TA sudah dianggap sebagai hal biasa di lingkungan kampus sehingga hal ini menjadi budaya. Kebiasaan TA memang dianggap hal kecil. Namun sekecil apapun perbuatan tersebut adalah kecurangan yang dilarang oleh agama maupun oleh lingkungan masyarakat. Kebiasaan melakukan perbuatan curang ini akan berdampak pada pembentukan pribadi ketika mereka bekerja kelak. Keempat, kampus FH UII mempunyai fasilitas yang lengkap dengan didirikannya berbagai lembaga yang bergerak di bidang hukum. Contohnya, Pusat Studi Hukum dan Hak Asasi Manusia (PUSHAM), Lembaga Konsultan dan Bantuan Hukum, dan lain-lain. Namun di kampus FH UII sendiri tidak memberikan fasilitas terhadap difabel, yaitu orang-orang yang Keadilan Post Magang 2014 |

13


Ilustrasi oleh Fajri

mempunyai kemampuan berbeda atau kemampuan khusus. Seharusnya PUSHAM sebagai lembaga yang bergerak di bidang hak asasi manusia dapat memperjuangkan hal tersebut. Difabel juga mempunyai hak yang sama untuk menempuh pendidikan di kampus FH UII. Kelima, kebijakan kampus yang memberikan gaji karyawan di bawah Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK). Berdasarkan Keputusan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 370/ KEP/2012 tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota Tahun 2013 di Daerah Istimewa Yogyakarta, UMK kota Yogyakarta sebesar 1.065.247 rupiah. Berdasarkan wawancara penulis dengan Supardi sebagai pegawai kontrak, dia menyatakan bahwa gaji sebulan hanya diberikan sebesar 900 ribu rupiah. Ngadirin, sebagai pegawai kontrak yang bertugas sebagai pengantar minum dosen, menyatakan bahwa dia hanya digaji 812.000 per bulan. Tentu hal ini mencederai kampus UII sebagai kampus perjuangan. Mengacu pada lima indikasi yang telah penulis sebutkan di atas, maka dapat dikatakan FH UII atau UII kehilangan marwah sebagai kampus perjuangan. Perjuangan untuk membela hak-hak kaum minoritas dalam mendapatkan pendidikan, menyejahterakan kaum lemah, serta menjadikan peserta didik menjadi lulusan yang berintegritas.

Menuju UII yang Lebih Baik Dengan melihat kelemahankelemahan yang telah penulis paparkan di atas, maka perlu adanya perbaikanperbaikan guna mengembalikan UII sebagai kampus perjuangan, seperti yang telah di cita-citakan dan diamanatkan para pendiri UII. Adapun perbaikan yang harus dilakukan yaitu, pertama, membangun moralitas serta integritas peserta didik. Tenaga dosen pengajar di UII harus menjadi rule model, serta mampu memberikan pelajaran moral serta mempunyai niat tulus dalam mengajar. Dalam pencarian tenaga pengajar, tidak hanya kepintaran intelektual semata, namun juga harus mempunyai kepintaran spiritual. Kedua, memberikan pelajaran akhlak kepada setiap mahasiswa guna membentuk mahasiswa yang berintegritas dan bertanggungjawab. Pembentukan akhlak secara sempurna kepada mahasiswa tersebut, diharapkan dapat menghilangkan budaya TA dan dapat menyadari bahwa perbuatan tersebut merupakan akhlak mazmumah. Ketiga, memberikan fasilitas terhadap kaum minoritas, seperti difabel untuk mendapatkan hak yang sama dalam memperoleh pendidikan. Memberikan kesejahteraan kepada karyawan yang tergolong tidak mampu sebagai amal jariah UII, bukan memberikan upah yang di bawah UMK.

Sebagai usaha untuk menjangkau arus globalisasi dan ketatnya persaingan dengan berbagai universitas, kampus UII harus terus dikembangkan baik dari sistem pembelajaran, peningkatan sarana dan prasarana, maupun peningkatan program studi. Pengembangan tersebut tidak boleh menghilangkan nilai-nilai keislaman dan semangat juang untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas. Sesuai dengan pesan terakhir Prof. Abdul Kahar Muzakir, yaitu untuk menjaga dan mengembangkan UII. Maka UII terus memajukan diri, hingga mendapat pengakuan di lingkup nasional maupun internasional. UII juga harus tetap menjaga nilai-nilai keluhuran dan semangat juang, menanamkan kepada mahasiswa nilai-nilai moral serta menjunjung tinggi akhlak. Kampus UII merupakan kampus perjuangan, karena didirikan di zaman penjajahan. Ketika itu, penduduk Indonesia sebagian besar tidak mempunyai pendidikan. Untuk mendalami keilmuan agama Islam, hampir tidak ada perguruan tinggi yang memberikan pemahaman tentang agama Islam. Sehingga para tokoh pendiri UII, berusaha membangun perguruan tinggi yang menampung orang-orang tidak mampu. Tidak lepas dari kepribadian para pengajar yang memberikan pelajaran moral, serta mencontohkan perilaku yang baik dalam kesehariannya, para pengajar saat itu benar-benar menjadi teladan bagi peserta didik. Hal ini melekat dalam diri peserta didik untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab, serta mempunyai integritas ketika mereka bekerja. Dengan demikian, sangat disayangkan jika kampus perjuangan UII dicederai dengan hal-hal yang telah penulis sebutkan di atas. Maka dari itu, UII harus mampu mengembalikan ‘semangat perjuangan’ tersebut . Di tengahtengah tergerusnya nilai-nilai moral dan akhlak saat ini, perjuangan UII ditujukan untuk membangun moral dan menegakkan akhlak pada semua peserta didik. Salah satu cara yang dapat dilakukan, para dosen harus menjadi panutan bermoral dan berakhlak baik. Sehingga peserta didik dapat menjadikan dosendosen sebagai teladan dan panutan. *Mahasiswa FH UII angkatan 2011

Keadilan Post Magang 2014 |

14


DIALEK Tugasnya dikasih sore, perpustakaannya tutup sore. Jangan heran mahasiswanya pilih copas. Eh, perpustakaan pusat ada reward untuk pengunjung yang sering datang. Di FH ada enggak? Boro-boro ada reward, baru masuk saja sudah diusir. Mahasiswanya banyak, pustakawannya cuma empat. Kuantitas belakangan, yang penting kualitas. Mahasiswa kurang motivasi buat bikin karya ilmiah. Wong dosen juga jarang yang bikin. (Guru: digugu dan ditiru) Kuesioner penilaian dosen cuma lima lembar. Padahal mahasiswanya ratusan. Mahasiswa suka ngasal ngisi kuesionernya.

Lek DI

Lah terus gimana dosen mau ‘ngaca’? Kuesioner penting enggak sih ? Ah palingan cuma formalitas.

Bang ALEK

KARIKATUR

Keadilan Post Magang 2014 |

15


Keadilan Post Magang 2014 |

16


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.