Keadilan Post Ospek 2016

Page 1

Keadilan Post

Edisi Khusus Ospek

Informatif, Komunikatif, Aspiratif

Antara Tanggungjawab dan Prioritas


DARI KAMI Assalamua’alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT dan shalawat serta salam terhaturkan kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW atas terbitnya Keadilan Post edisi khusus OSPEK tahun 2016. Kami menyajikan berita yang aktual dan berimbang untuk para pembaca sekalian. Tak lupa kami haturkan terima kasih kepada seluruh narasumber dan pengurus LPM Keadilan yang turut andil dan rela meluangkan waktunya dalam proses penulisan dan penyusunan Keadilan Post edisi OSPEK 2016 ini. Atas nama LPM Keadilan kami mohon maaf atas vakumnya buletin Keadilan Post selama hampir satu tahun ini, serta kami meminta maaf apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam terbitan ini. Pembaca dapat mengirim surat pembaca kepada kami, berupa permasalahan di lingkup Universitas Islam Indonesia atau di lingkup Yogyakarta. Selain itu, kami juga membuka peluang untuk mahasiswa, dosen, masyarakat UII, dan pembaca untuk menulis di produk LPM Keadilan dalam rubrik Opini dan artikel. Terima kasih, wassalamu’alaikum Wr. Wb.

EDITORIAL Kini kita ketahui bahwa Lembaga Kemahasiswaan Universitas Islam Indonesia (UII) menganut sistem Student Government (SG). Secara historis SG Keluarga Mahasiswa (KM) UII lahir pada Sidang Umum 21 September 1950, yang menghasilkan keputusan dibentuknya Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) dan Dewan Mahasiswa (DEMA)—Kini dikenal dengan Dewan Permusyawaratan Mahasiswa di tingkat Universitas (DPM U), dan Dewan Perwakilan Mahasiswa di tingkat Fakultas (DPM F), serta Lembaga Eksekutif Mahasiswa baik di tingkat Universitas (LEM U) maupun di tingkat Fakultas (LEM F). SG dan KM UII adalah satu kesatuan yang erat dan berdiri secara independen. Bisa dikatakan SG merupakan sistem tata pemerintahan yang demokratis, di mana para mahasiswalah yang mejalankan sistem pemerintahannya. Mahasiswa UII dapat menjalankan pemerintahaannya tanpa ada intervensi dari pihak birokrat kampus. KM UII mengajarkan sekaligus mengembangkan bagaimana mahasiswa berlaku demokratis. Dengan tata pemerintahan yang demokrasi, jelas bahwa harus ada “wakil” mahasiswa yang memimpin sekaligus sebagai orang-orang yang semestinya memperjuangkan aspirasi dan kepentingan mahasiswa di KM UII. ‘Wakil’ mahasiswa ini akan menempati kursi di DPM U dan LEM U di tingkat Universitas maupun kursi di DPM F dan LEM F di tingkat Fakultas. Pemilihan calon legislatif ini dilakukan melalui Pemilihan Wakil Mahasiswa (PEMILWA). Setelah terpilihnya para legislatif, maka akan dilangsungkan Sidang Umum (SU). Kini SU tingkat Universitas sudah ber-langsung yang ke XXXVII, sidang yang dijadwalkan dari tanggal 23 Mei 2016 hingga 6 Juni 2016, masih belum rampung hingga kini. Belum rampungnya SU kali ini disebabkan dari lamanya lobi diantara dua kandidat legislatif dalam pleno tertutup. Imbas dari molornya SU adalah pada pelaksanaan Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (OSPEK) tingkat Universitas – Pesona Ta’aruf (Pesta), yang mana pada tahun ini di praksarai dan dijalankan oleh tim kerja. Pesta adalah agenda besar yang menjadi tang-gung jawab dari DPM U, yang pelaksanaanya dilakukan melalui LEM U. Pesta seharusnya bisa menjadi tempat eksistensi dari keberadaan SG KM UII, di mana DPM U dan LEM U terpilih adalah pihak yang mengenalkan ten-tang kelembagaan di UII. Namun pada Pesta tahun ini, pengenalan Kelembagaan di wakili oleh demisioner DPM U dan LEM U. Sebelum Pesta dilaksanakan, pihak kampus melangsungkan acara Kuliah Perdana. Hal itu mempunyai makna tersendiri, di mana pada akhir acara Kuliah Perdana ini akan berlangsung penyerahan mahasiswa baru kepada DPM U dan LEM U terpilih. Namun pada saat Kuliah Perdana tahun ini, pihak yang menerima adalah presidium sidang dan tim kerja yang bertanggung jawab atas pelaksana Pesta. Kemoloran dari SU sebenarnya sudah terjadi berulang-ulang, SU tahun lalu baru rampung pada H-7 Pesta. Pihak kampus menyayangkan keterlambatan SU setiap tahunnya. Wakil Rektor Tiga yang menaungi bidang kemahasiswaan berpendapat harus ada ketegasan pada keberlangsungannya SU agar hal-hal seperti kemoloran tidak terjadi berulang-ulang atau menjadi kebiasaan, karena hal ini terlihat buruk dan seperti tidak mempunyai ketegasan. Jika SU yang menjadi awal sebuah perjuangan para legislatif terpilih tahun ini saja sudah molor lantas akan seperti apa kinerja mereka selama periode ini? Memang jalan perjuangan akan selalu penuh kerikil-kerikil pengganggu, semoga saja kerikil di awal periode ini tidak mempengaruhi kinerja dan perjuangan para legislatif dalam memperjuangkan aspirasi dan kepentingan mahasiswa UII. Tabik!

2

Keadilan Post Edisi Khusus Ospek


FOKUS UTAMA

Dimana Pemimpin Keluarga Mahasiswa UII Sekarang? “Seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan.” – Bumi Manusia, Pramoedya Ananta Toer. Oleh : Dimas Aulia Rahma Ilustrasi Oleh: Dandy/Keadilan

D.I. Yogyakarta-Keadilan. Lembaga Kemahasiswaan Universitas Islam Indonesia menganut Sistem Student Government yang berada di bawah naungan Keluarga Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (KM UII). Tanggal 21 September 1950 yang merupakan hari kelahiran KM UII, lembaga kemahasiswaan UII kala itu terbentuk melalui Sidang Umum (SU) selanjutnya melahirkan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa dan Dewan Mahasiswa. Sekarang ini lebih dikenal dengan sebutan Dewan Permusyawaratan Mahasiswa (DPM) dan Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) untuk tingkat universitas serta Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (DPM F) dan Lembaga Eksekutif Mahasiswa Fakultas (LEM F). Perihal pengetahuan Student Government UII umumnya dimiliki oleh mahasiswa baru pada saat Orietasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek) melalui Buku Panduan Pesta―Pesona Taaruf. Dalam rubrik opini majalah Keadilan edisi I/XXXVII/2012 yang berjudul “Konsep ‘Student Government’ dalam Bingkai KM UII”, oleh Agus Fadila Sandi, mantan Wakil DPM UII periode 2012/2013, dijelaskan bahwa Student Government adalah sebuah kon-

sep pemerintahan mahasiswa yang Ketua LEM U definitif akan turut serta mengatur tentang tata lembaga serta terkait kegiatan penyerahan mahasiswa hubungannya, baik antar mahasiswa, baru oleh rektorat melalui Wakil Rektor lembaga, dan atau institusi universi- Tiga (Warek III) kepada kedua lembaga tas dalam bingkai keluarga mahasis- tersebut. Namun tahun ini berbeda, wa. Dengan adanya eksistensi DPM, yang menerima adalah Presidium atau membuktikan bahwa mahasiswa dapat Pimpinan SU dan Ketua Tim Kerja. berdaulat tanpa campur tangan pihak Dia mengungkapkan bahwa sebenarnya birokrat. tidak ada permasalahan, tapi melihat Saat ditemui Keadilan, Aldhi alasan adanya DPM U dan LEM U, itu Setiawan, Ketua DPM Universitas sangat berbeda sekali. “Kalau menurut periode 2015/2016, menjelaskan saya sangat berbeda sekali. Karena bahwa Pesta merupakan sebuah agenda Ketua Presidium itu bukan Ketua besar yang dimiliki KM UII. Dalam Lembaga tapi Ketua Kongres kalau saya pelaksanaannya, DPM U dibelihat, Ketua Musyawarah, Ketua bani terkait pertanggungjaForumnya (SU),” tegas waban, sementara LEM Aldhi. U memiliki kekuatan Pihak Rektorat UII eksekutorial, garis juga terlibat dalam instruksilah yang agenda besar tersebut, menghubungkan kepada kesempatan ini dua lembaga tersebut. diwakili oleh Warek III “pertanggungjawaban bidang Kemahasiswaan, Pesta itu sebenarnya Abdul Jamil. “Nah ya ‘panggungnya’ DPM”, itu, makanya jadi lucu kan. jelasnya. Sebenarnya nggak ada (DPM • Aldhi Aldhi juga menjelaskan, Setiawan U dan LEM U). Nggak ada tapi dalam acara Kuliah Perdana yang memperkenalkan diri. Nggak ada merupakan agendanya pihak rektorat pengurusnya kok memperkenalkan diri. memiliki makna tersendiri. Karena pa- kan jadi lucu kan,” tuturnya saat dida Kuliah Perdana Ketua DPM U dan temui Keadilan di Rektorat UII.

Keadilan Post Edisi Khusus Ospek

3


Secara regulasi tim kerja diatur dalam Peraturan Dasar Keluarga Mahasiswa (PDKM) UII bab IX pasal 28 tentang Tim Kerja yaitu, “Tim kerja dapat dibentuk oleh DPM UII berdasarkan hasil musyawarah anggota DPM UII dan/ atau Perwakilan tiap-tiap lembaga kemahasiswaan KM UII untuk melakukan tugastugas tertentu sesuai kebutuhan yang bersifat insindental”. Terkait tim kerja, Aldhi menerangkan bahwa di tahun-tahun sebelumnya itu tidak ada dan merupakan hasil penemuan hukum di periodenya. Tim kerja pada periode kemarin dibentuk karena adanya situasi yang insidental dan ditugaskan untuk mengurusi keberlangsungan Pesta. Ketua DPM U demisioner tersebut juga memaparkan bahwa pada saat H-7 Pesta Ketua LEM U sudah ter-pilih. Secara otomatis tim kerja yang dibentuk pada periode kemarin hanya bertugas sampai pembentukan kon-sep dan tema saja. Sehingga pada saat pelaksanaan Pesta segala bentuk per-tanggungjawaban tetap dipegang oleh LEM U. “Konsep juga sudah ada dan tema juga sudah ada pada saat itu, ya artinya itu semua tidak dirombak, secara otomatis itu transformasi atau transmisi ke ketua LEM yang terpilih itu,” papar Aldhi. Dhimas Panji Wira Atmaja yang merupakan Ketua LEM U periode 2015/2016 tersebut menerangkan bahwa tim kerja pada periodenya terbentuk dikarenakan masih kosongnya kursi Ketua LEM. Hal itu disebabkan lobi-

lobi dua kandidat terakhir yang memperebutkan posisi Ketua LEM U tahun kemarin, yaitu Dhimas dan Wahyu Hidayat. “Alhamdulillah, Ketua LEM dapat terpilih pada waktu itu kalau nggak salah seminggu, kurang lebih seminggu sebelum hari H Pesta,” ujar Dhimas. Sehingga representatif dari lembaga tertinggi yaitu DPM U dan LEM U menerima secara langsung penyerahan para mahasiswa baru dari pihak rektorat melalui Warek III saat Kuliah Perdana. Penjelasan Ketua LEM U Demisioner senada dengan pernyataan Aldhi sebelumnya. “Bahkan pimpinan definitif tidak ada, hal ini menjadi catatan buruk tersendiri bagi lembaga, dan harus menjadi koreksi yang besarbesaran,” ujarnya. Indra Putra Nugraha yang bertugas sebagai presidium sidang pada masa transisi tahun ini menjelaskan jika penggarapan Pesta yang dilimpahkan ke tim kerja akan sangat buruk sekali kesannya untuk KM UII. “Tapi kami ini ‘terpaksa’. Terpaksa kami lakukan, ya karena kebutuhan saat itu,” dalihnya. Dia juga menambahkan perihal normalisasi masa jabatan, pada periode ini DPM dan LEM akan menjabat selama kurang lebih 16 bulan. Periodesasi sekarang yang lebih lama empat bulan dari tahun-tahun sebelumnya dianggap sebagai penyelesaian pada masa transisi. “Persepsi itu salah, seharusnya waktu itu dimanfaatkan untuk optimalisasi,” tambahnya. Ketika ditemui Keadilan di

Ilustrasi oleh: Dimas/Keadilan

4

Keadilan Post Edisi Khusus Ospek

Zein/Keadilan • Abdul Jamil

tempat Kuliah Kerja Nyata (KKN) di daerah Kulonprogo. Indra menjelaskan bahwa hal yang menjadi kendala terkait kemoloran SU tersebut adalah lamanya lobi antara dua kandidat tersisa yaitu antara Mawardi dan Petra. Indra menambahkan, dalam pelaksanaan pleno tertutup juga banyak kendala terkait kuantitas peserta yang hadir. “dari para peserta juga susah banget mas untuk kami forum ini mas. Susah sekali untuk forum itu. Ada yang mungkin kendalanya pertama sakit, ada yang dengan alasan keluarga, ada yang dengan alasan yang lain,” ungkapnya. Dia juga mengeluhkan posisinya, mengenai kurangnya regulasi yang mengatur terkait peran dan fungsi hak presidium. Dapat dicontohkan perihal tim kerja, tahun ini yang melakukan pengesahan dan menerima pertanggungjawaban dari tim kerja sementara adalah presidium. Umumnya yang berwenang adalah ketua DPM U. Indra menjelaskan, dari beberapa peserta SU ini cukup banyak yang sedang melangsungkan KKN. Presidium juga menerangkan bahwa saat awal-awal SU diselenggarakan terlihat kekompakan secara jelas dari sesama peserta sidang, sehingga perjalanan SU tidak akan mengalami kendala. Di sisi lain teguran-teguran yang diberikan terkait masalah tersebut dilakukan secara informal. “Jadi pertama saya menegurnya ini dalam bentuk di-line sama telpon,” ungkap Indra. Koordinasi dengan rektorat


melalui Abdul Jamil terkait masalah anggaran juga dilakukan oleh Indra. Namun disisi lain, Abdul Jamil juga menyayangkan SU yang tidak kunjung kelar dan molor selama berbulan-bulan sehingga ada ketidakwajaran, umumnya hanya mudur paling lama dua minggu. “vakumnya itu luar biasa,” terang Abdul Jamil. Abdul Jamil bahkan menambahkan, bila sampai Bulan September permasalahan SU ini belum selesai, maka dia selaku Warek III akan mengambil fungsi sebagai pembina terhadap kelembagaan dan melakukan Pemilihan Umum baru. Kemoloran SU tersebut sangat fatal dampaknya terutama terhadap lembaga-lembaga di bawahnya. Seharusnya ada mosi dari fakultas-fakultas terkait prosedur yang tidak terpenuhi. Abdul Jamil menyayangkan mengenai koordinasi yang tidak dilakukan, terlebih lagi terkait pengunduran waktu pelaksanaan SU, berbeda dengan tahun lalu di mana perangkatnya sudah terbentuk. “Kecenderungannya gini terus. Kemarin mundur, sekarang ini sampai tiga bulan, besok mau berapa bulan?” Tegasnya. Hal yang ditekankan oleh Abdul Jamil adalah masalah KKN para peserta SU dengan kemoloran berbulan-bulan. Para peserta SU seharusnya dapat menaungi kawankawan yang lain. Sehingga kejadian tersebut mengakibatkan Abdul Jamil mempertanyakan komitmen mereka. “Karena ada unsur-unsur tertentu ada apa sampe mundur sampe sekian bulan, dan ini masih KKN, ya ditinggal dong,” tambahnya. Abdul Jamil juga menekankan masalah peraturan

Ilustrasi oleh: Faluthi/Keadilan

calon legislatif serta periodesasi yang 24 Juli tu, di masukin ke grup SC dan diterapkan, sehingga alasan-alasan ter- dihubungi jadi ketua SC. Ya, saya sebut tidak seharusnya ada. mau nggak mau harus terima, kan su Khairul Ummam, mahasiswa dah konsekuensi,” ungkapnya. umum angkatan 2012 juga menyayang- Ketua SC mengakui bahwa kan masa transisi yang kosong. Dia persiapan yang dilakukan memang membandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Para peserta SU rela untuk seadanya. Namun, dia juga merasa meniadakan KKN demi kelancaran SU. mampu memberi inovasi untuk acaKhairul mengapresiasi bagi mereka yang ra Pesta tahun ini. “Ya kayak lebih ke tetap bisa membagi waktu antara ke- spiritual skill-nya kita tambahin. Kayak petingan akademis dan lembaga. “Kalo tabligh akbar kemarin sama koreo, itu kita mementingkan KKN, ini bakal aja sih tambahannya, bedanya dari tahun terbengkalai, transisi ini bakal kosong, lalu, selebihnya nggak ada sih,” ujarnya. Sementara itu M. Rizqi yang betul-betul kosong,” jelasnya. dipilih menjadi ketua Organizing Di sisi lain Aldhi Committee (OC) merasa lebih mengapresiasi para bahwa pelimpahan wewepeserta SU untuk memnang pelaksanaan Pesta prioritaskan yang letidak bisa dilakukan bih penting. “Saya bisa terus-menerus. Karena untuk berdebat dengan agenda Pesta ataupun siapapun yang mengaOspek Peradilan Fakultas takan bahwa bisa untuk Hukum UII seharusnya menjalankan keduanya itu dilaksanakan oleh Lembaga tadi, ya kepentingan umat atau Eksekutif. Rizqi ditunjuk menjadi diri sendiri,” tambahnya. Aldhi • Indra Putra ketua OC pada tanggal 22 Juli dan juga mempertanyakan ketegasan Pesta dilaksanakan pada tanggal presidium di SU tersebut, “kalau 15 Agustus. Terkait masalah verifikasi presidium sidangnya tidak menegur SC dan OC membutuhkan waktu 7 hari. bahkan ya presidium sidangnya yang harus kita salahkan. Presidiumnya wajib “Kalau nggak salah seminggu untuk vekita salahkan,” tegas si Ketua DPM U rifikasi SC dan OC,” ungkapnya. Ketua OC tersebut juga demisioner tersebut. mempermasalahkan terkait pertanggungjawaban agenda Pesta ini. Dia Kepanitiaan Pesta Ketua Steering Committee (SC) merasa tidak masalah ketika ketua tim acara Pesta tahun ini dipegang oleh kerja yang sekarang―Fero Juliando, Radian Okier. Dia mengungkapkan mahasiswa jurusan Farmasi angkatan kebingungan terkait pihak-pihak yang 2013―menjadi ketua LEM U. Namun, seharusnya memberikan sambutan pada beda halnya apabila Fero hanya menjadi saat acara Pesta. “Terus tiba-tiba la- anggota atau ketua komisi. “Tapi ma nggak ada kabar, sekitar tanggal beda ceritanya kalau Fero Cuma jadi Komisi 3 atau Komisi 4 atau Komisi 2. Jadi tidak mempertanggungjawabkan hasil dia, si LEM. Padahal, Pesta itu adalah agendanya LEM, karena selaku eksekutor,” tegasnya. Rizqi berpandangan terlalu banyak kerancuan dalam pelaksanaan Pesta tahun ini, sehingga banyak aspek yang harus diperbaiki. Periodesasi DPM U dan LEM U perlu menjadi 16 bulan, saat SU dibuka pada bulan Mei 2016 maka periodenya akan berakhir September 2017. “Jadi tidak ada lagi yang namanya, mau nanti jadi 12 bulan, mau 16 bulan lagi, tahun depannya lagi, nggak ada masalah. Tetap tidak ada tim

Keadilan Post Edisi Khusus Ospek

5


kerja lagi. Jadi normalisasi dilaksanakan tahun ini,” tambahnya. Sementara itu Radian berharap ke depannya terkait persiapan lebih matang dan lebih awal, sehingga permasalahan yang ada di tahun-tahun ini tidak terulang kembali. “Ya dari DPMnya juga lebih cepet lagi lah. Maksudnya biar kita juga enak, sama-sama kerjanya enak,” ungkap Ketua SC. Di sisi lain Abdul Jamil seba-

gai penanggungjawab kemahasiswaan mengapresiasi Pesta yang telah berjalan lancar. Namun, dia berpandangan bahwa dalam pelaksanaan SU ini perlu adanya regulasi perihal kemoloran yang beberapa tahun ini terjadi, sehingga dipertegas agar tidak terjadi lagi. “Ketetapan bahwa apapun waktu musyawarah itu kasih batas. Berapa waktu boleh mundur? Dua minggu? Satu minggu? Satu bulan? Kan gitu. Nah,

baru kalau nanti tidak seperti itu, apa sanksinya? Begitu. Kalau tidak kayak gitu, ini gejala ini,” tegasnya.

Reportase bersama: M. Zein Rahmatullah, Sekar Santi Nastiti, Ade Putra F. Harahap, Ismail Sani A. M.

LIPUTAN

Peraturan yang Menyamar “Kemarin kan ditemukan dua brosur yang disebar pada hari Pesta atau hari H itu. Brosur satu itu dari PMII, sama brosur dari HMI DIPO” ucap Zakiul Fikri. Oleh: Amir Makhruf Nasution

D.I.Yogyakarta-Keadilan.Tujuan tuk temen-temen OC itu dibentuk oleh aturan tentang pembatasan jumlah perdiadakannya Pesona Taaruf (Pesta) Komisi B,” ujarnya. sonel yang dapat turun ke area Pesta sendiri ini pertama untuk pengenalan Pembentukan Organizing Com- sebanyak lima orang saja. Hal tersebut dan silaturahmi bagi mahasiswa baru mite (OC) oleh Komisi B dilakukan dibenarkan oleh Ilham Prakasa Westa dengan teman sesama atau lintas fa- dengan cara menyeleksi setiap mahasis- anggota Komisi A, mahasiswa FH UII kultas. Kedua sebagai wahana wa yang datang utuk mendaftar. angkatan 2014 itu mengatakan, “Di harimemperkenalkan sejarah dan Secara teknis Komisi B hari H min beberapa itu kan, sudah kita lembaga apa saja yang ada melakukan open recruitment, adakan forum juga kan, terkait bazar di dalamnya. Secara garis lalu mahasiswa yang silakan, kita batasi lima orang,”. Namun besar, itulah makna Pesta ingin berpartisipasi harus dalam praktiknya hal tersebut tidak yang diungkapkan Syahrafi melewati beberapa uji- berjalan, sebab banyak Unit Kegiatan Widjaja mahasiswa Fakulan seperti keislaman, ke- Mahasiswa yang menurunkan personel tas Hukum (FH UII) mahasiswaan, dan sejarah melebihi aturan yang telah ditentukan angkatan 2014 yang juga meUII. Ujian tersebut dilakukan oleh Komisi A. rupakan staf Komisi B. dalam bentuk wawancara. Se- Ketentuan ‘PERS di lokasi • Syahrafi Widjaja Dalam mengadakan telah melewati rangkaian itu, Pesta 2016’ menyebutkan, dalam Pasal 5 Pesta tentunya memerlukan barulah calon panitia akan di- bahwa setiap pers yang ingin melakukan persiapan yang matang baik dari segi tentukan untuk masuk dalam struktur wawancara kepada peserta maupun struktur maupun rangkaian acara itu sen- kepanitiaan. panitia hanya diperbolehkan pada waktu diri. Tim Pesta biasanya dibentuk oleh Pesta yang dilaksanakan pada istirahat. Tentunya hal ter-sebut semakin Dewan Permusyawaratan Mahasiswa tanggal 15 Agustus 2016, dilakukan di mempersempit ruang gerak pers karena Universitas (DPM U), namun berbeda depan gedung Fakultas Kedokteran UII saat waktu istirahat digunakan peserta dari tahun-tahun sebelumnya, Pesta ta- dengan Muhammad Rizqi selaku ketua Pesta untuk salat dan makan. hun ini dibentuk oleh Presidium Sidang OC akhirnya sukses dibuka. Pembukaan Pemimpin Umum Lembaga Umum XXXVII. Hal ini terjadi karena tersebut menandakan bahwa panitia Pers Mahasiswa HIMMAH belum adanya struktur yang jelas dalam telah siap dalam melaksanakan (LPM HIMMAH) juga metubuh DPM U hingga pelaksanaan rangkaian acara selanjutnya. nyatakan rasa keberatannya Pesta. Rangkaian acara atas peraturan tersebut Presidium Sidang Umum Pesta selain mengenalkan “Ya, sebenarnya keberatan membentuk sebuah tim kerja yang UII, juga sebagai ajang bakalo lima orang,” ujar berhak menunjuk orang-orang untuk gi lembaga kemahasiswaan Nurcholis Maarif. Hal tergabung dalam Steering Commite (SC). yang tergabung dalam Ketersebut dianggap menyuSyarafie juga membenarkan hal tersebut luarga Mahasiswa (KM UII) sahkan bagi HIMMAH kare“Kalau kepanitiaan SC itu kita ditunjuk untuk memperkenalkan dirinya. na Pesta merupakan ajang anak • Nurcholis oleh tim kerja yaitu DPM sekarang, un- Namun bagi KM UII terdapat Maarif magang untuk dapat membuat

6

Keadilan Post Edisi Khusus Ospek


berita. Nurcholis juga menyayangkan dalam pembuatan peraturan bagi LPM tidak ada orang pers yang dilibatkan. “Seharusnya tim kerja ini yang verifikasi harus ngerti pers, kalo gak ngerti pers ya ajak pers,” lanjutnya. Selain dari Komisi A, ternyata ada juga aturan lain yang dibuat oleh Tim Kerja bentukan Presidium yaitu terkait pelarangan terhadap organisasi eksternal untuk promosi ke dalam acara Pesta. Ditambah hasil wawancara komisi A Pada tahun 2013, DPM U mengeluarkan surat edaran No: 39/B/Sek/DPMU/ UII/VII/2013 yang intinya berbunyi H-7 sampai H+7 melarang organisasi eksternal untuk masuk ke dalam kampus atau menggunakan atributnya. Pada tahun 2014, LPM SOLID Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan sempat mengangkat isu tentang organisasi eksternal yang masuk ke area Pesta pada saat Kuliah Perdana. Hal ini juga terjadi kembali pada Pesta tahun 2016, tepatnya saat Kuliah Perdana (11/8) organisasi eksternal seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) berada dalam Kuliah Perdana. Masingmasing mereka melakukan pengibaran bendera dan membagikan selebaran. “Organ ekstranya hmm HMI MPO (Majelis Penyelamatan Organisasi)

terus KAMMI terus PMII kalau yang saya lihat tiga itu, itu ikut dalam arakarakan,” ucap Septian Dwi Riadi selaku mahasiswa FH UII angkatan 2014 dan pengurus SC Komunitas Mahasiswa Merdeka (Komaka), salah satu organisasi eksternal di UII. Septian menambahkan bahwa HMI MPO justru mengibarkan bendera waktu sosialisasi peradilan di Auditorium. “Saya liat sendiri, orangorangnya juga saya tau kok teman-teman angkatan saya” ujarnya. Apabila ditinjau dari peraturan sebelumnya maka terjadi penyimpangan terhadap aturan tersebut. Sementara seorang mahasiswa baru tahun 2016 membenarkan hal tersebut, “Yang PMII itu, pas Kuliah Perdana saja dapat, HMI itu juga dapat, pas baru masuk itu ada yang bawa motor sama bawa bendera sama banner di Kuliah Perdana,” ujar Ibnu Dwi Prayono. Ketua Umum HMI MPO Komisariat FH UII yaitu Zakiul Fikri berpendapat terkait peraturan tentang larangan organ ekstra itu sangat bagus sebenarnya. Karena ospek untuk pengenalan semua yang ada di kampus. Namun dia menyayangkan ternyata pada saat Pesta masih terdapat brosur yang tersebar. Saat dikonfirmasi Zakiul mengenai penyebaran brosur tersebut, dia berpendapat bahwa HMI DIPO―Diponegoro, merujuk pada alamat sekretariat di Jalan Pangeran

Diponegoro Jakarta―lah pelakunya. “Kemarin kan ditemukan dua brosur yang disebar pada hari Pesta atau hari H itu. Brosur satu itu dari PMII, sama brosur dari HMI DIPO.” Zakiul menjelaskan bahwa logo yang digunakan bukan dari HMI MPO. “Karena itu kan udah jelas kemaren itu logonya itu tidak seperti logo MPO, dan nama-nama komisariatnya itu dikasih nama seperti nama-nama Umar bin Khattab, Lafran Pane, kalo di MPO kan gak ada nama-nama istilah seperti itu,” lanjutnya. Untuk kedepannya Septian mengatakan bahwa sebaiknya organisasi eksternal juga diperkenalkan saja agar tidak ada lagi permasalahan seperti di atas. Hal tersebut juga didukung oleh Jodi Juliano Sekretaris Komisariat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) ―Merupakan salah satu organisasi eksternal di UII―FH UII, “Kalau saya ngobrol sama anak APMD (Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa) itu ada ruang untuk organisasi eksternal untuk memperkenalkan diri, berjalannya itu gak ada masalah apa-apa, organ eksternal dapat waktu internal juga dapat waktu,” ujarnya. Reportase bersama: Ina Rachma N., Putri Ayu P., Fajrul Umam A., Aryo Budi P.

Keadilan Post PEMIMPIN UMUM : M. ZEIN RAHMATULLAH SEKRETARIS UMUM : ARYO BUDI PRASETYO BENDAHARA UMUM : SEHABBUDIN ARDIANSYAH PEMIMPIN REDAKSI : FAJRI NUR IMAM REDAKTUR PELAKSANA KEADILAN POST : YUNIAR DWI ASTUTI REDAKTUR PELAKSANA KEADILAN ONLINE : FALUTHI FATURAHMAN DESAIN DAN FOTOGRAFI : RIZMA ROSYTA, ARIF ROHMAN, DIMAS AULIA R., INA RACHMA N., SEKAR SANTI N. EDITOR BAHASA : NURUL AULIA, AISYAH HUMAIDA, ADE PUTRA F.H., FARZAN

Informatif, Komunikatif, Aspiratif

SIRAJUDDIN, SYARIF AFIF, TEGAR DWI PERMATA, FAJRUL UMAM A.R., SRI DEVI A.F.

Keadilan Post Diterbitkan Oleh LPM Keadilan

PIMPINAN LITBANG : M. ARIEL FAHMI STAF LITBANG: ARRASYID NURAZMI, AMIR MAKHRUF N., TIARA ROBIATUL, PUTRI AYU P., DIAN RACHMANINGSIH, ISMAIL SANI AM. PIMPINAN PENGKADERAN : PAISAL SALMAN A. STAF PENGKADERAN : SURAYYA AZZUHRA S., DANDY TRY YACOBY, CHANDRA IZMI, MADA PUDYATAMA REPORTER : SELURUH PENGURUS KEADILAN

lpmkeadilanfhuii@yahoo.co.id JL. TAMAN SISWA 158 YOGYAKARTA TELP (0274) 377043 – 379171 / HP 085736629140

Keadilan Post Edisi Khusus Ospek

7


FRAGMEN

Jangan Kalian Padamkan Semangat Ini Tahun ajaran baru berganti, kegiatan perkuliahan pun dimulai. Sebelumnya, para mahasiswa baru (maba) ditempa mentalnya melalui kegiatan orientasi studi dan pengenalan kampus (Ospek). Kegiatan ospek tingkat universitas di UII biasa disebut Pekan Silaturahmi dan Ta’aruf (Pesta) menjadi kegiatan awal memasuki pintu gerbang sebagai mahasiswa baru. Pesta dihadiri sekitar 4000 mahasiswa baru dari berbagai fakultas dan jurusan yang berbeda. Mereka juga berasal dari berbagai daerah yang berbeda. Namun, jumlah peserta ospek mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu. Meskipun begitu Kampus terlihat ramai karena beberapa sudut kampus dipenuhi maba-miba, seperti di Gedung Kahar Mudzakir, Lapangan FPSB, dan Masjid Ulil Albab saat azan berkumandang. Acara Pesta berlangsung selama dua hari dan dimulai pada pukul 05.30. Para mahasiswa baru melewati boulevard dengan berjalan kaki untuk menuju tempat berlangsungnya acara. Maba-miba yang menuju lokasi acara tidak berjalan satu persatu. Mereka berbaris membentuk beberapa barisan dan berjalan beriringan dengan teman-temannya yang lain. Setelah berjalan melewati boulevard, beberapa dari mereka di tempatkan di Lapangan Fakultas Psikologi dan Sosial Budaya (FPSB) untuk pengkondisian. Terdapat pelbagai acara saat Pesta, salah satunya pengenalan LK (Lembaga Khusus). Lembaga Khusus Resimen Mahasiswa berhasil mencuri perhatian para mahasiswa baru sekaligus panita. Mereka unjuk gigi terjun menuruni gedung Ulil Albab dengan bermodal tali. Sorot mata para maba-miba bahkan panitia tertuju pada anggota Resimen Mahasiswa yang terjun menuruni gedung dengan posisi kepala di bawah dan kaki di atas. Setelah dua hari, Pesta berakhir lalu dilanjutkan di tingkat fakultas masing-masing. Di Fakultas Hukum biasa disebut Pekan Raya Silaturahmi dan Perkenalan (PERADILAN). Acara tersebut juga mendapatkan antusias dari para mabamiba. Hal ini terlihat saat simulasi aksi. Di bawah teriknya sinar matahari, para maba-miba membawa selembar kertas karton berisikan tulisan yang merupakan aspirasi mereka. Para maba-miba membentuk beberapa barisan yang terdiri dari anggota jamaah mereka. Barisan tersebut dikelilingi tali rafia untuk menjaga agar salah satu dari mereka tidak terpencar. Salah satu dari maba-miba bertindak sebagai orator. Dengan memegang pengeras suara, orator meneriakan aspirasinya. Seluruh mahasiswa baru berteriak riuh, ketika sang orator berteriak meminta keadilan. Mahasiswa sering disebut-sebut sebagai kaum intelektual. Artinya, melakukan kerja-kerja yang berorientasi kepada ilmu pengetahuan. Meskipun merupakan kaum intelektual, tetapi tidak boleh merasa elit. Mahasiswa juga merupakan golongan dari masyarakat, mereka harus masuk dan berbaur dengan masyarakat. Maka apakah keramaian dan semangat mabamiba hanya berhenti pada saat ospek saja?.

Tiara/Keadilan

Suasana boulevard pada tanggal 15 agustus 2016 dengan tanggal 23 agustus 2016

Tiara/Keadilan

Ramainya lapangan FPSB yang dipenuhi maba-miba dan kondisi setelah Pesta


Faluthi/Keadilan

Salah satu sudut dipenuhi maba-miba saat Pesta dan suasana paska Pesta

Dian/Keadilan

Suasana pemberian materi saat manajemen aksi dan kondisi setelah Pesta

Faluthi/Keadilan

Antusiasme maba-miba saat simulasi aksi dan suasana setelah PERADILAN

Faluthi/Keadilan

Anggota Resimen Mahasiswa terjun menuruni Ulil Albab sebagai kegiatan pengenalan lembaga saat Pesta dan suasana paska Pesta Faluthi/Keadilan

Koar-koar sang orator menyuarakan aspirasi dan kondisi paska PERADILAN

Faluthi/Keadilan

Kondisi Persiapan simulasi aksi pada tanggal 28 Agustus 2016 dengan tanggal 31 Agustus 2016

Narasi Oleh Foto

: Tiara Robiatul : Faluthi Faturahman Dian Rachmaningsih


OPINI

‘Sekolah’ untuk Mahasiswa Oleh: Gandar Mahojwala Paripurno*

“Maka, pun tidak diperkarakan lagi: apakah memang benar lebih baik bagi anak itu jika ia terus bersekolah? Apakah justru tak lebih baik baginya kalau ia bekerja saja? Bukankah dengan bekerja ia justru bisa lebih cepat bersikap mandiri dan dewasa? Bukankah itu menjadi salah satu tujuan akhir dari proses pendidikan sendiri dan, itu berarti, bahwa ia sesungguhya tetap “bersekolah” juga?” - Sekolah itu Candu, Roem Topatimasang

S

emua bentuk wacana tentang apatisme mahasiswa, degradasi perjuangan mahasiswa, dan kurang kritisnya mahasiswa sudah menjadi pembicaraan yang sangat klise. Mahasiswa era sekarang: tidak sedikit yang tidak paham tentang konflik-konflik, isu-isu yang terjadi di sekitarnya. Misal, apakah mahasiswa sekarang paham tentang konflik agraria di Kulonprogo? Apakah mahasiswa tahu bahwa ribuan aparat pernah turun ke ladang warga hanya untuk mengamankan pematokan tanah warga yang menolak dibangunnya bandara di Kulonprogo? Apakah mahasiswa paham tentang betapa tidak adilnya pengelolaan tanah di Yogyakarta dengan adanya Sultan Ground dan Pakualaman Ground? Bagaimana dengan kriminalisasi Obby Kogoya, mahasiswa Papua di Yogyakarta yang menjadi korban atas kekerasan yang dilakukan Polisi? Atau, apakah mahasiswa paham tentang betapa sewenang-wenangnya penangkapan terhadap kaum miskin kota di Yogyakarta? Jelas, berita tersebut tidak pernah tembus ke media mainstream, apalagi di kolom-kolom timeline LINE maupun Path. Mahasiswa tidak boleh merasa cukup dengan pendidikan dalam kelas kuliah. Materi-materi kuliah dalam kelas sangat terbatas dan terkurung dalam satu kurikulum yang sudah ditentukan. Maka untuk meluaskan perspektif, ruang kelas sangatlah tidak cukup. Diskusi-diskusi

di luar kelas sangat terbuka lebar untuk semua kalangan. Pilihannya tinggal mau atau tidak mau. Menjadi mahasiswa adalah waktu yang sangat baik untuk memahami dari berbagai sisi dan multiperspektif. Jangan sampai mahasiswa hanya mengejar gelar-gelar yang akan melekat di belakang nama, dan berkuliah hanya karena paksaan orang tua, serta gengsi semata. Mengutip buku Sekolah itu Candu, “Pada akhirnya masuk universitas, melaksanakan pendidikan jenjang Sarjana, sudah “mentradisi”, memang telah mendarah-daging dan nyaris menjadi segalagalanya: merasuk ke dalam jiwa dan pikiran, lalu menghablur jadi satu dengan citra keberadaan, menjadi jati diri kita sendiri. Mengusik-usiknya akan segera dirasakan dan diartikan sebagai mengusik-usik diri sendiri. Lalu irrasionalitas pun bicara dan mitos-mitos pun tumbuh subur tak terelakkan.” Pramoedya Ananta Toer mengatakan, “Didiklah rakyat dengan organisasi!”. Fungsi organisasi tidak lain adalah untuk membuka mata akan realita sosial, permasalahan yang sedang dihadapi. Organisasi ibarat sekolah yang harus dirasakan oleh mahasiswa. Jelas, sekolah ini bukanlah sekolah formal yang telah mentradisi dan berjenjang seperti pendidikan nasional kita. Semua orang harus merasakan organisasi sosial yang membahas suatu isu, membuat pengabdian pada masyarakat, membahas ketidakadilan, dan memahami realita sosial yang sebenarnya. Konflik sosial

10 Keadilan Post Edisi Khusus Ospek

dan dunia sesungguhnya tidak hanya sebatas kasus Jessica dan Mirna. Atau jangan-jangan mahasiswa sekarang ada juga yang tidak tahu Munir? Ia juga diracun, Bung, dengan racun yang sama dengan racun Mirna. Organisasi tidak lain untuk belajar seperti fungsi sekolah. Organisasi sebagai sekolah dan “pendidikan pun haruslah berorientasi kepada pengenalan realitas diri manusia dan dirinya sendiri, hingga pada akhirnya mengenali keadaan yang tidak manusiawi”, ucap Paulo Freire, dalam Pedagogy of Oppressed. Sudah banyak organisasi rakyat yang tumbuh, dan mendidik rakyat. Beberapa pengelolanya tidak lain adalah mahasiswa, tentu mahasiswa yang tersadarkan untuk saling membantu dan berproses bersama rakyat yang tidak seberuntung mahasiswa pada umumnya. Dengan organisasi, anda bisa berdiskusi intelektual, serta menuangkannya secara intelektual pula. Ilmumu tidak hanya digunakan di dalam kelas kuliah, namun akan bermanfaat pula untuk masyarakat dengan mengamalkannya. Rasulullah pun pernah bersabda, “Telapak kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat kelak hingga ia ditanya tentang empat hal : (salah satunya adalah) tentang ilmunya, apa yang sudah dia amalkan dari ilmunya tersebut?” (HR. Tirmidzi). Maka, amalkanlah ilmu dari kuliah untuk masyarakat luas, agar pada akhirnya ilmu tersebut tidak menjadi beban tanggung jawab di hari kiamat nanti. Sebagai mahasiswa muslim yang memeluk agama rahmatan lil ‘alamin pesan tersebut haruslah meresap di sanubari, dilaksanakan, dan menciptakan alam semesta yang penuh rahmat dan sejahtera, tanpa ketidakadilan dan penindasan. Pembebasan masyarakat dari penindasan pun tidak bisa pilih kasih. Setiap orang berhak untuk bebas dari penindasan, dan tidak bisa diperlakukan lain karena ‘berbeda’. Hak asasi manusia


mengatur bahwa tiap orang berhak atas hak yang sama, tanpa dibeda-bedakan. Maka, tidak ada lagi pembebasan dari penindasan hanya untuk satu umat, satu kulit, satu agama. Terkadang, hal yang membebani dan menggagalkan pembebasan menyeluruh adalah unsur kepentingan dalam golongan yang sama. Misalnya, “kemerdekaan hanya untuk yang Islam, jika kafir nggak perlu merdeka!” atau “LGBT berhak mati, hanya yang heteroseksual saja yang berhak hidup!” dan “Papua separatis! Jika Jogja yang separatis tidak apa-apa!”. Ingatlah Al-Maaidah ayat 8, “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekalikali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Mahasiswa harus berperilaku adil untuk semua orang, tanpa membedakan kaum-kaum berdasarkan warna kulit, ras, suku, agama, maupun orientasi seksual. Se-

mua berhak untuk merdeka, Nona. Mari ramalkan, berapa banyak mahasiswa UII yang akan berpartisipasi dalam melakukan pembelaan dan beramal terhadap rakyat yang diabaikan,

rahmat, dan kesejahteraan untuk seluruh lapisan masyarakat. Tapi perlu pula dicatat, jangan sampai mahasiswa yang berorganisasi pun hanya menjadi aktivis-aktivis yang asyik sendiri di dalam kampus, sibuk dengan permasalahan internal kampus, terjebak dengan ruang yang diciptakan kampus, dan akhirnya kampus pun sukses menutup mata mahasiswa dari konflik-konflik di luar kampus. Atau jangan-jangan pernyataan Adam Smith, si Bapak Kapitalisme, dan Alfred Marshall, pemuka aliran teori ekonomi neo-klasik, adalah benar. Mereka menyatakan bahwa seorang lulusan sekolah, yang dalam hal ini juga universitas, bisa dipersamakan sebagai satu sekrup, suatu komponen, satu faktor atau fungsi produksi ekonomi yang utama dan vital dari roda mesin raksasa yang bernama sistem perekonomian. Maka jelas saja, bahwa seorang sarjana mutlaknya adalah melanggengkan sistem ekonomi yang sedang bekerja. Apakah kita pada akhirnya hanya sebatas ingin menjadi sekrupsekrup dari sistem ekonomi? Perlu kita renungkan bersama.

doc.

korban ketidakadilan, korban-korban yang termarginalkan, khususnya di Yogyakarta ini? Harapannya, pembebasan akan tidak diskriminatif, menjadi pembawa

*Relawan di Lembaga Bantuan Hukum Yogyakarta

REDAKSI LPM KEADILAN - Menerima tulisan berbentuk opini, artikel dan surat pem- baca bertemakan bebas - Tulisan dapat dikirim langsung ke sekretariat LPM Keadil- an atau via email di lpmkeadilanfhuii@yahoo.co.id - Tulisan yang dikirim akan dimuat setelah melalui proses editing Keadilan Post Edisi Khusus Ospek

11


RESENSI

Ketika Permusyawarahan Melawan Masifnya Egoistis “Tidak mudah bagiku untuk mengangkat tanganku dan mengirim seorang anak ke kursi listrik tanpa membicarakannya terlebih dahulu” – Davis

S

Oleh: Chandra Izmi

ebuah film berjudul 12 Angry Men produksi tahun 1957 garapan sutradara asal Amerika, Sidney Lumet. Film ini bercerita tentang bagaimana pendapat minoritas dalam sebuah forum tidak selamanya kalah dengan pendapat mayoritas. Perbedaan pendapat satu dengan 11 lainnya membuat suatu permasalahan yang harus dibicarakan hingga menemui titik terang. Karakter-karakter yang dibangun oleh masing-masing tokoh pun menjadi sangat kuat. Ketika 12 orang juri dalam persidangan di Amerika dihadapkan pada berbagai alasan untuk menemukan argumen yang masuk akal dan dapat diterima oleh keseluruhan juri. Berawal dari sidang kasus pembunuhan dengan terdakwa anak lelaki berusia 18 tahun yang menikam ayahnya sendiri menggunakan pisau. Setelah pemaparan yang diberikan selama persidangan, para juri selanjutnya menentukan apakah terdakwa bersalah atau tidak. Di mana jika terdakwa diputuskan bersalah, maka sanksi yang akan diterima adalah hukuman mati dengan cara disetrum pada sebuah kursi listrik. Dalam peradilan menurut hukum di Amerika yang menganut sistem Common Law ini memang menggunakan juri dalam persidangan. Berbeda dengan peradilan di Indonesia yang tidak mengenal juri dalam persidangan, sehingga tanggungjawab hakim adalah memeriksa kasus, menentukan kesalahan, serta menerapkan hukumnya sekaligus menjatuhkan putusan. Hal ini dikarenakan Indonesia tidak menganut sistem hukum Common Law, melainkan Civil Law yang berasal dari Eropa Kontinental. Di dalam suatu ruangan tertutup ada 12 orang juri yang akan menentukan apakah terdakwa bersalah atau tidak. Pada awalnya mereka me-

ngira ini akan berakhir dengan cepat, karena sudah jelas bahwa seorang anak lelaki berusia 18 tahun tersebutlah yang membunuh ayahnya sendiri. Maka dari itu, seluruh juri segera mengatur posisi duduk mereka dengan cara mengelilingi sebuah meja untuk berdiskusi. Tidak ada penyebutan nama dari masingmasing juri, hanya saja mereka saling mengatur tempat duduk sesuai dengan nomor urut. Jadi, masing-masing juri disebutkan dalam sapaan juri pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya hingga juri ke-12. Rapat juri ini dipimpin oleh juri pertama dengan meminta voting kepada 12 orang juri—termasuk juri pertama— dalam ruangan tersebut. Voting dilakukan hanya dengan mengangkat ta-

Judul Film : 12 Angry Men Sutradara : Sidney Lumet Penulis Naskah : Reginald Rose Produksi : Orion-Nova Tahun Rilis : 1957 Durasi : 96 menit ngan, sehingga masing-masing saling mengetahui siapa saja yang berpendapat bahwa terdakwa bersalah atau tidak bersalah. Lalu ketika juri pertama mengajukan pertanyaan, “Siapapun yang memutuskan bersalah, angkat tangan!” ucapnya dengan santai kepada 11 orang juri lainnya namun terlihat cukup tegas. Kemudian masing-masing juri pun menyatakan pendapatnya dan betapa mengejutkan ketika dihitung, beberapa orang yang mengangkat tangan untuk menyatakan bersalah adalah 11 orang. Tampak wajah-wajah sedikit geram dengan tindakan salah seorang juri yang tidak ingin mengangkat tangannya dan menyatakan anak itu bersalah. Sedikit hujatan terlontar dari juri-

12 Keadilan Post Edisi Khusus Ospek

juri yang lain, hingga juri pertama pun dengan tetap menahan segala pertanyaan yang muncul dalam benaknya mengapa juri itu berani menyatakan perbedaannya. Kemudian juri pertama memberikan pertanyaan terakhir kepada juri lainnya, “yang memutuskan tidak bersalah?” lalu juri kedelapan pun mengacungkan tangannya untuk pertanyaan kali ini. Pertanyaan ini berseberangan dengan yang diajukan di awal oleh juri pertama tadi. Orang-orang pun memandangnya dengan raut wajah aneh. Namun ia tak gentar, menurutnya bahwa tidak mudah untuk mengangkat tangan menyatakan terdakwa bersalah tanpa ada musyawarah terlebih dahulu. Jadi, untuk benar-benar menganalisis fakta dan argumen yang masuk akal perlu dikaji lebih lanjut hingga menemui titik terang. Setelah antar juri berdebat untuk sesaat, juri pertama pun mengambil jalan tengah dengan melakukan voting rahasia. Mereka dapat memilih pilihan antara bersalah atau tidaknya pada secarik kertas tanpa mencantumkan nama. Di luar dugaan ternyata hasilnya pun mengejutkan. Bahwa ada satu orang juri yang telah mengubah pilihannya menjadi tidak bersalah untuk anak itu. Kejadian ini menyebabkan seorang juri terbakar emosi. Lalu juri yang nampaknya sudah berumur cukup tua tiba-tiba memberikan sebuah pengakuan bahwa dirinya telah mengubah pilihannya. Juri kesembilan ini memaparkan alasannya memilih keputusan tidak bersalah. Dia merasakan bahwa juri kedelapan hanya tidak yakin dengan keputusan bersalah dan mempertahankan pendapatnya meski mendapat ejekan dari orang lain. Fakta-fakta dan keputusan harus perlu dibicarakan ulang. Pada situasi semacam inilah berbagai emosi dan kemarahan muncul karena masing-masing juri memiliki argumen serta dasar pemikiran yang kuat.


Film dengan durasi waktu selama satu jam 36 menit ini menekankan bahwa juri kedelapan yang berlatar belakang sebagai arsitek tersebut memiliki pendirian begitu teguh. Meski pada awalnya kalah suara dengan perolehan hasil voting 11 berbanding satu, ia tak mengurungkan niatnya untuk mencapai titik terang dalam sebuah musyawarah. Sangat jelas terlihat pada film ini membuktikan bahwa voting tidak selamanya adil, jika musyawarah tersebut tidak diikuti dengan dialog untuk mencapai kata mufakat. Kemudian tidak ada unsur keterpaksaan atas keputusan yang telah diambil karena telah memenuhi kesepakatan bersama. Bisa dibilang film ini sudah jadul dikarenakan memang telah rilis sekitar 59 tahun yang lalu. Bertemakan tentang hukum, film 12 Angry Men menjadi kurang populer dikalangan generasi muda saat ini. Apalagi untuk mereka yang masih duduk di bangku sekolah. Pada awalnya memang sulit dipahami dan terkesan membosankan karena plot hanya berisi dialog-dialog argumentatif. Terlebih visualisasi dengan tampilan hitam-putih membuat kesan lawas semakin terasa. Latar tempat dalam film ini pun hanya pada satu ruangan yang hingga mencapai ending juga di sana. Disamping itu tidak banyak berganti peran dan waktu, hanya dengan 12 orang juri yang beradu watak dan karakter. Sehingga penonton dituntut untuk lebih

teliti dan memahami setiap kata yang dilontarkan oleh masing-masing tokoh ketika berperan. Pada saat mereka bertikai argumen membuat penonton tidak ingin mengalihkan pandangan.

secara tersurat latar belakang tokoh serta nama-nama dari setiap karakter, tetapi ciri khas dari masing-masing juri terlihat sangat jelas. Film yang cukup sederhana dalam hal penokohan, alur, dan latar namun tersaji dengan memuaskan. Menjadi suatu titik terang ketika keadaan berbanding terbalik karena pemikiran dan pendirian yang kuat meski sempat akan terpatahkan. Pada masanya, 12 Angry Men ini sempat menjadi nominasi Piala Oscar dengan tiga kategori sekaligus yaitu Best Director, Best Picture dan Best Writing. Namun keseluruhan dari film ini juga dapat dijadikan untuk referensi dan semangat bermusyawarah. Sesuai dengan demokrasi yang diterapkan di Indonesia yaitu Demokrasi Pancasila. Di mana pelaksanaannya mengutamakan asas musyawarah mufakat untuk kepentingan bersama yang bersumber pada kepribadian dan juga falsafah hidup Bangsa Indonesia.

doc.

Permasalahan yang disajikan di dalamnya pun cukup berbobot dengan dikuatkan argumen para tokoh. Permainan watak pun terlihat sangat jelas yang dikemas dalam durasi sekitar satu setengah jam dan di dalam suatu ruangan. Walaupun sang sutradara memang sengaja tidak menonjolkan

www.lpmkeadilan.com Media Komunikatif dan Informatif

Keadilan Post Edisi Khusus Ospek

13


KARIKATUR

DIALEK Bukannya Pesta itu untuk pengenalan organ dalam kampus, kok ada brosur organ ekstra? Lha orang luar aja sliweran, apalagi organ ekstra!

Pemateri Ospek kebanyakan kader HMI... Itu namanya menjaga tradisi! PERADILAN maba-miba nya kesurupan?

Panitia kan udah buat aturan supaya ospek steril, kok masih lolos? Ssst mereka juga manusia, tempatnya salah dan khilaf hehehe Di ospek ada simulasi aksi. Panitianya pernah ikut aksi ndak ya? Pernah dong, ikut simulasi aksi hehe

14 Keadilan Post Edisi Khusus Ospek

Mungkin ‘mereka’ pada mau ikut OSPEK juga!

Hotel, SPBU, dan Badan Usaha UII yang lain untuk apa? Wahh itu masih misteri Caturdharma 25 juta. Kok bisa ya? Kita kan kampus swasta, pemasukannya ya dari mahasiswa. Gitu kata salah satu Wakil Rektor.


SURAT PEMBACA Nama : Al ‘Wafie Akbar Basaqi Jemaah : 19 (Dante Alighieri) Kesan : Ospek yang ‘berbeda’ yang hanya kami dapatkan di fh uii karena yang ‘berbeda’ lah patut dikenang. Pesan : Untuk tahun 2017, lebih lama lagi nginapnya. Satu malam itu kurang, seharusnya seminggu. Untuk kakak-kakak & abang-abang panitia seharusnya peraturan yang diterapkan kepada kami harus pula diterapkan kepada panitia. Kami itu mencontoh kalian. Syukron Kakak-kakak & abang-abang panitia.

Nama : Rafi N. M. Romdoni Jemaah : 20 (Marsiglio Di Padua) Kesan : Seru sih, ketemu temen-temen, acaranya juga rame, cuma karena cuaca jadi rada terganggu. Pesan : Pengisi acaranya mungkin ya. Harus dievalusi biar ga bikin ngantuk dan boring. Konsumsi apalagi, makan pagi dan makan malam hari kedua kualitasnya kurang.

Nama : Ceristya D. Jemaah : 18 Kesan : Membosankan, menarik, tetapi terkadang ada acara yang sedikit membosankan. Pesan : Untuk waktu salat sebaiknya jangan diburu-buru, karena tempat wudu yg tidak memadai membuat kurang nyaman.

Nama : Falah Fardan Dp Jemaah : 1 Kesan : Kagum ada lembaga pers di kampus perjuangan! Pesan : Lembaga Pers memang berwenang mengangkat semua berita, tapi tetap ada filter dan menghindari suatu keadaan perpecahan.

Nama : C. Meilin. S. Jemaah : 18 Kesan : Keren, lelah, dingin, kelaperan, ngantri, waljamnya super duper keren, baik. Pesan : Makannya jangan telat dong kak, kasian yang punya maag.

Nama : Choirunnisa. A. A. Jemaah : 6 Kesan : Seru, menarik, dan capek. Pesan : Semoga tahun depan manajemen waktu untuk Ishoma lebih baik lagi.

Nama : Pradana Satya Ak Jemaah :20 Kesan :Peradilan 2016 lumayan berkesan Pesan : - Acaranya lebih dimeriahkan lagi - LEM lebih bisa membuat suasana lebih meriah dan kondusif

Nama Jemaah Kesan Pesan

: Fitria Maharani Pratiwi : 18 Friedrich Hegel : Lelah, keren, cape, penuh perjuangan senang : Penuh perjuangan

Nama : Abhinawa Jemaah :12 Kesan : Unforgetable, banyak kejadian tak terduga. Pokokke Sangar Pesan :Pesan, jangan banyak-banyak kegiatan duduk, marai mboyok hehe Nama : Muhammad Oscar Dharma Putra Jemaah : 20 Kesan : Peradilan 2016 sangat berkesan dan memberikan banyak manfaat seperti pandangan tentang konsep organisasi, implementasi nilai agama, dll. Pesan : Masih banyak maba/miba yang berlaku tidak sesuai etika saat acara. Hal ini mungkin disebabkan oleh mental mereka yang baru saja lulus SMA, saya sendiri merupakan mahasiswa semester 6 di daerah asal saya, namun sedang cuti dan mengambil IP Hukum. Sedikit cerita, kegiatan Ospek di daerah saya bisa dibilang keras karena menganut konsep semi militer, namun maba/miba yang mengikuti kegiatan Ospek tersebut selama beberapa hari dapat dikatakan sudah terbentuk nilai moral dan etikanya. Oleh karena itu, mungkin Ospek dengan sedikit konsep senioritas dan dalam batas yang wajar dapat mengatasi masalah ini.

Keadilan Post Edisi Khusus Ospek

15



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.