3 minute read

Batu yang Dipakai oleh Nabi Muhammad untuk Naik ke Langit, Fakta atau Hoaks?

Batu yang Dipakai oleh Nabi Muhammad untuk Naik ke Langit, Fakta atau Batu yang Dipakai oleh

Nabi Muhammad untuk Naik ke Langit, Fakta atau Hoaks?

Advertisement

Nurul Aulia Asyarah

Isra’ Mi’raj merupakan peristiwa yang sangat penting dalam sejarah Islam. Peristiwa tersebut diperingati sebagai perjalan suci Nabi Muhammad SAW. Isra’ bermakna perjalanan Rasulullah dari Makkah menuju Yerusalem, sedangkan Mi’raj bermakna kenaikan Rasulullah dari Baitul Maqdis ke Sidratul Muntaha melewati 7 langit.

Pada 2 November 2019, beredar sebuah postingan oleh Indra Wijoyo di Facebook dengan judul “Benarkah batu ini dipakai Nabi Muhammad untuk naik ke langit saat isra mikraj?” dalam postingan tersebut, termuat kalimat yang berbunyi:

“Assalamu’alaikum Wr Wb. Batu ini yg dipijak oleh Nabi untuk naik kelangit... Batu ini ingin ikut Nabi tetapi dilarang oleh Jibril... Batu ini menangis hingga sekarang batu ini terapung sebagai bukti keagungan Allah SWT”.

Postingan ini memiliki lebih dari 48 komentar yang terlihat memuji keagungan tersebut. Untuk membuktikan apakah informasi yang tersebar di Facebook merupakan berita fakta atau hoaks,

saya melakukan penelusuran di beberapa situs cek fakta. Dari hasil penelusuran tersebut, saya menyimpulkan bahwa berita tersebut keliru. Faktanya, batu tersebut merupakan karya seni yang diciptakan oleh seniman Mesir, Shaban Mohamed Abbas, dari artikel tersebut juga menyebutkan bahwa karya seniman asal Mesir itu bukanlah dari batu melainkan terbuat dari alluvium yang merupakan sejenis tanah liat. Saat ini karya seni tersebut dipajang di terminal 3 Bandara Internasional Kairo Mesir pada tahun 2008. Karya seni ciptaan Shaban Mohamed Abbas bernama “Trompe L’oeil”.

Setelah melakukan penelusuran, saya melakukan wawancara terkait bagaimana pandangan masyarakat terhadap isu tersebut. Adapun narasumber yang saya wawancara bernama Alfian (29), merupakan seorang pedagang bakso keliling. Beliau mengatakan pernah membaca informasi terkait melalui temannya dan mendengar informasi tersebut dari tetangganya. Namun, ia tidak begitu yakin dengan informasi tersebut sehingga mengabaikannya. Kemudian beliau berkata bahwa pada saat Rasulullah melakukan isra’ mi’raj memang benar naik ke langit, mengenai Rasulullah naik atau mengendarai apa itu wallahu a’lam karena tidak ada dari kita yang bisa membuktikan hal tersebut.

Beliau juga menyampaikan bahwa di masa sekarang, sangat sulit mengetahui informasi yang benar atau salah, apalagi beliau tidak begitu paham dengan penggunaan gawai. Setelah mendengar pernyataan beliau, sayapun memberitahu cara bahwa kita bisa dengan mudahnya mengetahui dan mengecek sebuah informasi atau berita yang bertebaran di media sosial maupun internet merupakan fakta atau hoaks.

Literasi digital adalah kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk menemukan, mengevaluasi, memanfaatkan, membuat, dan mengomunikasikan konten/ informasi, dengan kecakapan kognitif maupun teknikal. Di era sekarang tentu literasi digital menjadi salah satu hal yang penting untuk diaplikasikan pada kehidupan kita sehari-hari. Dari hasil wawancara saya bersama narasumber setelah menjelaskan terkait literasi digital, beliau mengungkapkan bahwa dengan adanya literasi digital kita lebih mudah mendapatkan informasi, namun perlu berhati-hati, kita tidak boleh mudah percaya dengan informasi yang ada. Karena bisa jadi informasi tersebut membuat kita tersesat. Memang benar teknologi mempermudah kita melakukan berbagai hal tapi jangan sampai kita dibodohi.

Dari penjelasan dan pernyataan di atas, saya mengambil kesimpulan bahwa postingan Indra Wijoyo di Facebook dengan judul “Benarkah batu ini dipakai Nabi Muhammad untuk naik ke langit saat isra mikraj?” merupakan berita yang keliru berdasarkan artikel yang saya baca serta pendapat dari narasumber yang telah saya wawancarai. Faktanya, memang ada batu yang dipijak oleh Nabi Muhammad SAW saat isra mikraj namun batu tersebut bernama AshShakhrah yang berada di Yerusalem serta tidak melayang seperti gambar yang beredar.

Saat kita hendak menyebarkan sebuah informasi, baiknya kita mencari validasi informasi tersebut agar tidak membuat orang mudah percaya ataupun kebingungan. Sebagai pembaca, kita juga tidak boleh mudah percaya dengan informasi dan berita yang beredar, ketahui dulu kebenaran dan sumbernya agar tidak turut serta dalam menyebar hoaks.

This article is from: