2 minute read

Tenang Hadapi Kanker Kolorektal

Mengacu kembali ke aturan yang berlaku

Kanker kolorektal (KKR) merupakan sebuah tumor ganas yang mengalami perkembangan dari jaringan kolon dan rektum. KKR merupakan salah satu jenis kanker dewasa yang paling umum ditemui, dalam berbagai statistik menginjak angka kedua tertinggi setelah kanker payudara. Diperkirakan bahwa sekitar lima persen dari seluruh populasi orang dewasa merupakan kelompok yang berisiko menderita KKR, sehingga diperlukan pencegahan, deteksi dini, pelaksanaan, dan upaya paliatif yang baik sehingga kualitas hidup pasien KKR dapat dioptimalkan.

Advertisement

Secara umum, berkembangnya KKR dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor genetik dan gaya hidup. Satu dari lima kasus KKR merupakan kasus yang disebabkan oleh kondisi herediter. Adapun contoh dari faktor risiko genetik pasien KKR meliputi familial polyposis dan sindrom Lynch. itu, aktivitas fisik yang berada dalam tingkat sedenter, diet tinggi daging merah, merokok dan alkohol juga telah ditemukan meningkatkan risiko seseorang menderita KKR.

Skrining kanker kolorektal dapat dimulai pada populasi yang menginjak usia 50 tahun atau lebih, terutama pada populasi berjenis kelamin pria.

Skrining dilakukan menggunakan pemeriksaan colok dubur secara manual oleh dokter pemeriksa dan pemeriksaan laboratorium seperti based fecal occult blood tests, exfoliated DNA dan fecal immunochemical tests skrining, faktor risiko yang perlu diperhatikan antara lain meliputi faktor risiko yang dimiliki oleh pasien atau keluarganya, consent pasien terhadap skrining yang dimiliki. Risiko tinggi yang membutuhkan skrining secara urgen mencakup riwayat polip pada kolonoskopi, riwayat kanker kolorektal terdahulu, dan riwayat penyakit keluarga yang telah dipaparkan sebelumnya.

Setelah hasil skrining didapatkan, pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis dengan metode endoskopi sebagai prosedur diagnostik utama adalah langkah berikutnya. Seorang dokter pemeriksa dapat melakukan endoskopi untuk menilai kolon secara keseluruhan menggunakan sigmoidoskopi dan kolonoskopi. Alternatif dari pemeriksaan tersebut adalah barium enema dengan kontras ganda atau CT. Jika diagnosis telah ditentukan, langkah selanjutnya adalah menentukan stadium pra-operasi dengan memeriksa adanya perluasan tumor pada hepar dan paru menggunakan berbagai modalitas pencitraan yang tersedia. Stadium kanker kolorektal ditentukan dengan sistem TNM, yang mengevaluasi ekstensi tumor primer, limfonodus regional, dan ada tidaknya metastasis pada organ yang berada jauh dari lokasi tumor primer. Terdapat empat stadium yang masing-masing dibagi menjadi subdivisi yang lebih kecil berdasarkan stadium IV, terapi dipengaruhi oleh apakah metastasis dari pasien dapat direseksi (tumor primer akan direseksi) atau tidak, yang berarti hanya dapat dilaksanakan kemoterapi sistemik.

Kanker rektum juga memiliki pola tata laksana yang serupa. Pada stadium I, massa kanker diangkat dengan eksisi, baik transanal, transabdominal, ataupun dengan eksisi total mesorektal pada pasien berisiko tinggi. Eksisi ini berlanjut hingga stadium III dengan tambahan adanya kemoterapi neoadjuvan 5-FU/RT

Seremonia

atau capecitabine/RT jangka pendek pada stadium II dan jangka panjang pada stadium III. Pada kanker rektum stadium IV, kanker dengan metastasis dapat direseksi atau borderline resectable diberikan kemoterapi kombinasi kemudian dikaji ulang untuk menilai kemungkinan reseksi, dengan pelaksanaan reseksi menggunakan metode staged/synchronous. Pada metastasis yang tidak dapat direseksi, dilakukan kemoterapi paliatif, dan dibuat stoma atau stenting pada kolon. yosafat

RSCM FKUI Rayakan Hari

Tuberkulosis Sedunia

Dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia yang jatuh pada tanggal 24 Maret, Divisi Respirologi dan Penyakit Kritis Departemen Ilmu Penyakit Dalam mengadakan kegiatan World TB Day 2023 yang mengangkat tema “Yes! We can end TB!”. Rangkaian kegiatan yang meliputi senam sehat, poundfit, talkshow, dan rontgen paru gratis ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 19 Maret 2023 di Gedung Imeri FKUI Salemba, mulai dari pukul 06.30 – 11.00 WIB. Sesi talkshow yang dilaksanakan secara interaktif membahas mengenai penyakit TB secara umum, langkah pencegahan dan tata laksananya. Partisipasi dari civitas akademika RSCM

FKUI dan masyarakat umum pada kegiatan ini merupakan bentuk dukungan terhadap upaya eliminasi TB 2030 dan untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia. hana

Jasa

Pembuatan Symposium

HIGHLIGHT

Media Aesculapius menyediakan jasa pembuatan Symposium Highlight. Symposium highlight adalah peliputan sebuah seminar atau simposium, yang kemudian hasilnya akan dicetak dalam sebuah buletin, untuk dibagikan pada peserta seminar. Simposium yang telah kami kerjakan antara lain PIT POGI 2010, ASMIHA 2011, ASMIHA 2016, ASMIHA 2017, JiFESS 2016, JiFESS 2017, ASMIHA 2018, AFCC-ASMIHA 2019, dan lain-lain.

Hubungi Hotline MA: 0858-7055-5783 (SMS/Whatsapp)

Konsultasi

This article is from: