3 minute read

Ilmu Parasitologi Klinik

Dr. dr. Robiatul Adawiyah, M. Biomed, Sp.Par.K dan perjalanannya untuk terus berkembang dalam bidang keahliannya

Parasitologi tak asing dikenal sebagai cabang keilmuan yang berperan dalam menelusuri etiologi penyakit. Kini, bidang tersebut telah berkembang dan menciptakan spesialisasi tersendiri, yakni spesialis parasitologi klinik. Dr. dr. Robiatul Adawiyah, M. Biomed, Sp.Par.K. merupakan salah satu spesialis parasitologi klinik yang kini aktif bekerja sebagai dosen parasitologi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan turut mengembangkan laboratorium parasitologi klinik di Rumah Sakit Universitas Indonesia. Di UI, beliau tidak hanya mengampu mahasiswa program sarjana, melainkan turut terlibat dalam pendidikan dan penelitian dari mahasiswa S2 hingga Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).

Advertisement

Menjajaki Bidang Parasitologi Klinik

Munculnya ketertarikan di bidang parasitologi bagi dokter yang akrab disapa Ada ini bukanlah hal yang terbilang aneh. Pasalnya, ia memang gemar dalam mencari ilmu baru, sehingga parasitologi menjadi bidang yang menarik untuk dieksplorasi lebih dalam. Ada lulus dengan gelar sarjana kedokteran dari Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) dan melanjutkan pendidikan S2 Ilmu Biomedik di FKUI di jurusan Parasitologi. Setelah menyelesaikan studinya, Ada melanjutkan S3 dengan jurusan yang sama, dengan fokus pada mikologi atau ilmu tentang jamur. Ia pun menjalani PPDS untuk memaksimalkan keilmuannya di bidang parasit, khususnya mikologi.

Menurut wanita berkacamata tersebut, parasitologi klinik merupakan bidang dengan beragam kasus yang unik. Parasit dapat menginfeksi berbagai organ manusia, contohnya sumsum tulang belakang, darah, bahkan menyebar secara sistemik. Ketertarikannya untuk melanjutkan pendidikan spesialis di bidang tersebut juga didasari permasalahan bahwa kasus-kasus infeksi jamur yang termasuk dalam ranah parasitologi kerap kali tidak terdiagnosis maupun salah diagnosis. Laboratorium parasitologi FKUI yang menjadi rujukan kasus pun terkadang mengalami keterbatasan dalam mendiagnosis kasus-kasus tertentu. Oleh karena itu, Ada terdorong untuk melebarkan ranah keilmuannya agar laboratorium parasitologi juga semakin mampu dalam membantu penegakan diagnosis pasien. Parasitologi dahulu kerap dipandang sebelah mata karena dianggap tidak mematikan. Nyatanya, kini mulai ditemukan kasus-kasus parasit yang menginfeksi otak hingga mengancam nyawa. Bidang parasitologi klinik juga erat kaitannya dengan tenaga medis dari berbagai spesialisasi, sehingga dibutuhkan sosialisasi secara terus menerus melalui pertemuan ilmiah agar klinisi lainnya semakin menyadari bahwa laboratorium parasitologi saat ini sudah cukup mumpuni dalam membantu mereka menelusuri etiologi penyakit. Seiring peningkatan kualitas laboratorium, keilmuan dari para staf yang terlibat, dan penyebaran informasi yang gencar kepada sejawat tenaga kesehatan, laboratorium parasitologi FKUI kini telah mampu mendiagnosis kasus rujukan dari dalam maupun luar negeri. Hal tersebut lantas menjadi pemacu semangat Ada dan rekan sejawatnya untuk tidak berhenti mengembangkan kemampuan dan pengetahuannya. Ada pun hingga kini aktif dalam berbagai penelitian dan mengajar untuk terus memberi manfaat melalui bidang ini.

Tak Luput dari Tantangan

Meskipun begitu, dalam menjalani profesinya, dokter kelahiran Kediri ini tidak semata-mata luput dari tantangan. Beberapa kali ia mendapati sampel yang dikirim ke laboratorium tidak diambil dengan cara yang benar, karena teknik pengambilan sampel pada kasus

“Persiapkan secara matang spesialis apa yang akan diambil parasit tertentu berbeda dengan pengambilan sampel untuk pemeriksaan laboratorium lainnya.

Dr. dr. Robiatul Adawiyah, M. Biomed, Sp.Par.K.

Alhasil, pemeriksaan sampel harus diulang, sehingga menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien. Penanganan sampel inilah yang senantiasa Ada gaungkan kepada rekan sejawat di kalangan dokter maupun perawat pada berbagai acara ilmiah untuk memastikan sampel yang dikirim telah tepat agar interpretasi hasil yang diberikan dapat optimal.

Dalam berbagai kasus sulit yang ia tangani, Ada kerap mendapati kasus yang diagnosisnya dapat ditegakkan, namun terkendala untuk ditata laksana akibat tidak tersedia obatnya di Indonesia. Beberapa obat harus melewati permintaan khusus melalui

Kementerian Kesehatan, yang tentunya membutuhkan proses panjang karena harus didatangkan dari luar negeri. Di beberapa kasus sulit juga didapati bahwa tata laksana yang ada membuat pasien harus rela mengalami disabilitas. Hal tersebut turut menimbulkan kesedihan bagi Ada.

Dengan kurang lebih 38 spesialis parasitologi klinik yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia dan persebarannya yang tergolong sedikit di luar pulau Jawa, tentunya hal tersebut mempengaruhi banyaknya kasus yang dapat ditolong oleh spesialis parasitologi klinik. Ada pun berharap agar kemampuan spesialis parasitologi klinik di berbagai daerah bisa semakin meningkat. Selain itu, ia juga berharap agar pemerintah terus mendorong dokter-dokter umum di daerah untuk melanjutkan pendidikan spesialis parasitologi klinik dan kembali ke daerah asalnya, agar penyebaran dokter spesialis parasitologi klinik semakin merata dan menolong banyak pasien, terutama untuk kasuskasus malaria, Schisostoma sp., dan kasus infeksi parasit lainnya yang masih umum di Indonesia.

Pesan bagi Calon Rekan Sejawat Bagi para calon dokter, Ada berpesan untuk meluruskan niat bahwa menjadi dokter bukanlah untuk kaya. Namun dengan menjadi dokter yang baik, percayalah bahwa rezeki tidak akan tertukar. Dalam memilih spesialisasi, pastikan juga bahwa bidang yang diambil memang sesuai minat. Hal ini akan membantu dokter dalam menikmati profesinya kelak. rahmi Edo/MA

Dr. dr. Robiatul Adawiyah, M.Biomed, Sp.Par.K.

Tempat, Tanggal Lahir: Kediri, 3 April 1974

Riwayat Pendidikan:

- S1 Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

- S2 Biomedik Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia

- S3 Biomedik Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia

- Program Spesialis Parasitologi Klinik FKUI

Pengalaman Kerja:

- Staf Departemen Parasitologi FKUI

This article is from: