12 minute read
RESENSI Merayakan Keremeh temehan - 68 Tuhan dan Perbudakan
bagus apa adanya, kiranya, tepat di sisi jalan setapak yang berkelok-kelok di pemakaman, sehingga para pelayat harus melewatinya untuk sampai. Dan saat bangkit dan mengusap lututnya, dia menatap langsung padanya. Surga dan bumi terdiam. Dan dia berlalu. Ia melihatnya pergi. Dia melipat tangannya di dada; gadis yang kurus, garis hitam di belakang perkabungan, dengan sepotong gaun basah yang terlampau panjang. Ia berpikir akan dengan senang hati menciumnya di antara angin-angin. Dan ciuman itu akan jadi seperti rambut panjang atau rumput tinggi di terpaan angin, yang akan menjatuhkannya ke tanah dan memerangkap, seolah ingin menghempaskan.
----Oh!
Advertisement
-----
Ia menunggunya setiap hari. Dia mulai mengintip sekarang, setiap kali lewat, mereka baru mulai mengenali satu sama lain, hanya saja, dengan mata, namun ada sesuatu, Kåre tak tau apa itu, semacam pemahaman, dan suatu hari ia beranikan diri, ia menulis pesan kecil dan menaruhnya di jendela, dengan harapan akan dilihat: KEMARILAH, tulisnya. Kemari. Ia telah berapi-rapi sebaik yang ia bisa, mengepel lantai, memetik beberapa tangkai bunga dari makam ibunya dan meletakkannya di meja kecil, dan seluruhnya nampak baik pikirnya. Satu-satunya hal yang membuat risau adalah tali pusar: bagian miliknya ke simpul berwarna abu dan baik-baik saja, namun bagian Marianne menghitam dan semakin hitam, mendekat dan semakin dekat ke simpul kecil, dan ia tak tahu apakah simpulnya cukup kuat menahan laju kematian ibunya. Dan ia tak tahu apa yang akan dipikirkan si gadis yang tak ia tahu namanya. Ia sedang berdiri dengan tepung di genggaman kedua tangan tatkala pintu diketuk. Ia berpikir untuk melumuri tali pusar bagian Marianne, namun sekarang membersihkan tangannya cepat-cepat dengan lap piring dan membuka pintu. Itu dia. Di sanalah dia, kecil dan gelap, dengan wajah pucat, begitu pucat. Kedua tangannya terlipat di dada. “Masuklah,” ucapnya, tersenyum. “Mari.”
-----
Dia tak punya keluarga, kisahnya, dan dia amat kesepian! Dia betul-betul sendiri di dunia ini! Dia menangis di pangkuan Kåre. Pemakaman satusatunya tempat di mana dia berani pergi untuk bertemu orang-orang, mereka amat terbuka di sana, mereka terisak dan terbuka, dan kalaupun tak dikenali, mereka mengira dia mengenal si mayat dalam beberapa kesempatan, bahwa mungkin saja dia telah melakukan beberapa pekerjaan kecil untuknya, mencukur rambut atau yang lain. Sebab mereka menyambutnya, memberi secangkir kopi, berbicara, dan bertanya bagaimana dia kenal si mayat, dan umunnya dia menjawab sesuatu yang baik, sesuatu yang dia dengar selama pemakaman, dan mereka bertanya tentangnya, siapa dirinya, dan apa pekerjaannya. Ia mengusap rambutnya. “Tapi sekarang kau bisa datang kemari,” ucapnya. “Selama yang tersisa bagiku.” “Apa maksudmu?” dia bertanya. “Lihat tali yang mengulur dari perutku?” tanyanya. Dia mengangkat kepala dan mengusap air mata. “Ya! Apa itu?”
----Berceritalah ia, seluruhnya.
-----
“Ia pergi begitu saja?” dia bertanya, saat Kåre bercerita sedikit tentang pengantinnya. “Ya,” jawab Kåre, dan gumpalan terasa di kerongkongan. Sesuatu sedang diperas di suatu tempat. Menyengat dan menyengat. “Jadi kau tak punya anak,” ujarnya. Kåre menggeleng. “Tepat. Dan aku mau satu! Aku ingin sesuatu yang milikku! Sebuah rumah! Seseorang yang menemani di rumah!” Dia menatapnya. “Kau pikir... Maukah kau denganku, maksudku, kalau dipikir, apa aku sesuatu yang pantas dimiliki, apa aku sesuatu yang seseorang inginkan--kasarnya, bagaimana menurutmu?” dia berucap. “Apa kau menginginkanku?” tanya Kåre. “Bagaimanapun, akulah pria yang terikat pada ibunya yang mati dengan seutas tali pusar yang tak bisa putus!” “Aku tak ingin orang lain,” jawab dia, dan melingkarkan lengannya di leher Kåre. Tubuhnya sungguh kecil dan ia mampu merasakan getarannya. Kåre gemetaran. “Siapa tahu apa yang dihasilkan genku,” balasnya. “Mungkin kau akan dapat seorang anak dengan tali pusar sepertiku.” “Aku tak mau yang lain!” dia berseru bahagia. Dan sekarang ia akan menciumnya.
*) Cerita pendek berjudul bahasa Inggris ‘Small Knot’ karya Gunnhild Øyehaug diterjemahkan dari bahasa Norwegia oleh Kari Dickson. Penerjemahan dari bahasa Inggris dilakukan oleh Achmad Agung Prayoga, bersumber dari buku Knots: stories terbitan Farrar, Straus and Giroux, New York (2017). **) Gunnhild Øyehaug, lahir 9 Januari 1975 adalah penyair-esais-penulis fiksi kenamaan Norwegia. Tinggal di Bergen, mengajar penulisan kreatif.
SEGERA SAHKAN RUU PKS!
KITA SEMUA BUTUH RUANG AMAN.
DOK. INTERNET
Diorama
Dialog Ragam Problema (Diorama) akan memeberikan solusi permasalahan kehidupan Anda. Rurik ini diasuh oleh Dr. Abdul Wahib, M.Ag., Pakar Prikologi agama UIN Walisongo Semarang . Kirim pertanyaan Anda seputar pencarian jati diri, akademik, keluarga atau apapun ke surel eduonline@gmail.com
ANTARA LOGIKA DAN PERASAAN adalah Margaret Teatcher, Sandy. Beberapa tokoh wanita akhirnya adalah rasio. Jadi pernyataan tentang wanita dan laki laki yang umum itu mulai Assalamu’alaikum Bapak, nama saya B. Saya sering kebingungan pak jika disuruh memberikan sebuah keputusan. Lebih tepatnya saya sering mengedepankan feeling saya. Lalu, bagaimana pendapat bapak tentang orang yang lebih mengedepankan feeling dibandingkan logikanya? Dari awal manusia harus sadar bahwa ada yang namanya rasio dan feeling. Yang lazim orang terkikis. Contoh ranah public yang dihuni kaum wanita itu hampir semuanya presiden, menteri, direktur BUMN, itu salah satu fakta bahwa rasionya lebih kuat. Andai ada orang yang seperti itu maka terserah orang yang bersangkutan mau memilih yang mana, mau yang bertindak yang irrasional atau yang rasional, kalau yang rasional maka harus mengontrol feelingnya. lebih dominan terhadap rasio tapi ada beberapa dimana feeling lebih dominan terhadap rasionya. TRAUMA TERHADAP LAKI-LAKI Ada beberapa yang mengatakan bahwa wanita lebih dominan menggunakan feeling dibanding laki-laki. Namun itu tidak semua belum pasti, terkadang ada laki-laki yang dominan feelingnya dan wanita yang dominan rasionya. Yang jelas siapapun feeling dan rasio harus saling mengontrol, karena apabila dibiarkan dominan Bagaimana pendapat bapak tentang wanita yang mengalami rasa trauma terhadap laki laki, misalnya menjatuhkan martabat perempuan dengan membuatnya malu di depan umum dan seorang laki laki yang memperlihatkan kemaluannya di depan umum? salah satu yang akan terjadi orang tidak punya hati atau orang tidak punya perasaan. Ubahlah mindset manusia terutama wanita bahwa yang menyakiti itu tidak hanya laki laki saja Awal dari semua jawaban prinsipnya ada dua yaitu feeling dan rasio, tidak boleh ada dominan. Jika kejadian dengan feeling yang lebih dominan maka tarik di garis tengah yaitu antara feeling dan rasio jangan terlalu dominan ke samping kiri atau kanan. Keduanya harus saling mengontrol, itu berguna untuk seluruhnya. Untuk memulai keseimbangan tersebut harus dimulai dari diri sendiri tidak bisa mengandalkan orang lain. Tuntutan dunia sekarang laki-laki dan wanita yaitu dimana tindakan rasio lebih dikedepankan dibanding feeling. Sekarang tidak ada yang namanya wanita itu feeling dan laki laki itu rasio, contoh dari wanita yang sukses tetapi dia rasio namun juga ada beberapa kasus dimana laki laki juga tersakiti wanita. Kondisi yang mengakibatkan rasa trauma merupakan hal yang masuk akal tetapi jangan hanya melihat masa lalu. Karena semua orang itu punya masa lalu. Tetapi jangan melupakan masa depan. Contonya pada kondisi kamu menyetir sepeda motor apakah kamu hanya akan melihat kaca spion terus terusan? Ketika ada truck didepan dan kamu terlalu focus pada spion yang akan terjadoi maka kamu menabrak truck tersebut. Itulah salah satu filosofinya bahwa orang itu bergerak bukan dimasa lalu tapi masa depan. Jadi boleh mengambil pelajaran dari masa lalu namun jangan mengambil masa lalu sebagai segala-galanya. Itu seperti manusia hanya
melihat spion. Orang harus berorientasi kedepan. Setiap mengalami rasa trauma atau masalah selalu berfikirlah itu merupakan salah satu ujian, masih banyak ujian yang lain. Hal itu juga hanya merugikan diri sendiri bukan orang lain. Ketika kejadian hal yang kurang senonoh maka itu termasuk salah satu bentuk kelainan seksual, salah satunya eksibisionisme {kelainan seksual dengan cara mentontonkan} hal ini bisa disembuhkan. Yang harus ditanamkan dalam diri korban adalah yang salah si orang yang mempertontonkan bukan yang ditontonkan. Ketika kejadian hal tersebut seharusnya dilihat saja karena semakin wanita berteriak si laki-laki tersebut akan berfikir bahwa misinya berhasil tetapi jika wanita melihat saja dan mungkin dengan tersenyum si laki-laki tersebut akan berhenti dan malu sendiri karena dia tidak berhasil memancing si korban. Filosofinya seperti ikan dan pancing, kalau memancing dan ikannya kepancing maka si pemancing akan bahagia, namun jika ikannya hanya menonton maka si pemancing akan frustasi sendiri. Beberapa kelainan seksual yaitu dengan menonton sesuatu, atau yang menikmati harus dengan disakiti terlebih dahulu. Jadi yang harus ditekankan adalah yang bersalah itu pelaku bukan korban, kalau menyalahkan terus terusan dan mengalami kejadian yang serupa lagi, itu tidak akan selesai. Bisa juga dengan melapor ke polisi karena hal tersebut merupakan salah satu bentuk mengganggu fasilitas umum.
CARA SEMBUH DARI KEKERASAN SEKSUAL
Bagaimana cara menyembuhkan wanita dari sisi psikologisnya dimana wanita yang mengalami kekerasan seksual di kampus
Pertama yang harus dilakukan adalah dengan menghindari pelaku sehingga minim untuk terjadi kejadian yang sama lagi. Kedua, selalu tanamkan dalam diri korban bahwa, jangan hanya melihat ke masa lalu tetapi berorientasi kedepan. Ketiga yaitu dengan membicarakan kepada pelaku bahwa korban tidak menyukai tindakannya. Jika dirasa setelah berbicara dengan pelaku tidak ada pengaruh yang terjadi dan pelaku masih saja melakukan tindakan tersebut maka korban bisa mengancam dengan melaporkannya ke pihak yang berwajib. Untuk orang yang ada di sekeliling korban bisa dengan melakukan pendekatan verbal sehingga korban tidak merasa bahwa dalam kehidupannya dia sendiri dan korban mampu melanjutkan kehidupannya. Terakhir, jalur yang ditempuh yaitu dengan melaporkan ke jalur hukum atau serahkan kepada pihak yang berwenang, misal dosen, wakil dekan 3 dsb. Hal yang paling penting adalah jangan sampai hanya diam menerima semua perlakuan tersebut karena ketika kita diam yang akan terjadi akan semakin banyak korban yang berjatuhan. [E]
DOK. INTERNET
DOK. INTERNET
Judul
Pesta Remeh-Temeh
Penulis
Milan Kundera
Penerjemah
Lutfi Mardiansyah
Tahun terbit
2017
Penerbit
Trubadur
Jumlah halaman
131 halaman
ISBN
978-602-50034-7-9
Peresensi
A.A. Prayoga
Merayakan Keremeh temehan
“Kundera juga bertanggungjawab dengan memberi pencerahanpencerahan filosofis yang terkadang sulit dipahami. Ia menyajikan filsafat dalam percakapan-percakapan antar tokoh sehingga terdengar jujur dan tidak menggurui. Selain itu, masalah-masalah pribadi yang terdengar sederhana namun begitu kompleks dengan alur yang terkadang melompat.” ***
Apa yang terlintas di benak jika mendengar kata sederhana? Sepele? Remeh-temeh? Mungkin sesuatu yang kecil dan tidak penting akan terpikirkan. Sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh apa-apa terhadap apa pun. Pernah membayangkan sesuatu yang remeh menjadi sesuatu yang menarik?
Milan Kundera menyajikan keremeh-temehan ini dalam sebuah novel terbarunya. La fête de l’insignifiance atau diterjemahkan sebagai Pesta Remeh-Temeh berisi sekumpul lelucon-filosofis-sarkas yang menghibur. Meminjam perkataan Eka Kurniawan, mungkin novel ini cocok untuk Anda yang tidak dianggap.
Sepele yang Serius
Cerita digerakkan oleh Alain, Caliban, Charles, dan Ramon yang masing-masing menghadapi permasalahannya masing-masing. Kundera menyuguhkan hal yang lazim dilupakan oleh orang-orang, seperti pusar. Apa yang terlintas ketika mendengar kata pusar dan payudara? Mana yang lebih ‘menantang’ Anda?
Saya berani bertaruh kata kedua membuat Anda merenung lebih lama, bahkan lebih dalam. Berbeda dengan Anda, Kundera, melalui Alain menjadikan pusar sebagai suatu daya tarik. Satu bahan perenungan menggelitik yang tak terpikirkan oleh kita. Ketika kita telah dewasa dan mengetahui bahwa semua pusar sama saja, lalu apa sisi menariknya? Pertanyaan yang harus Anda jawab dengan membaca buku ini.
Kundera juga menyajikan olok-olokan terhadap rezim Soviet. Entah nyata atau maya, kelakar Stalin yang tertulis pada memoar Khruschev cukup bodoh. Keberhasilan Stalin membuat para kameradnya jengkel dan mengamuk di hadapan urinoir bukanlah lelucon yang mirip seperti D’Ardelo lakukan di hadapan orang lain— moralis, optimis, santun— melainkan lelucon receh yang oleh kameradnya dianggap omong kosong. Tidak ada yang tertawa terhadap lelucon ini kecuali Stalin sendiri. Kisah soal Kaliningrad— kota kelahiran Kant yang namanya diambil dari nama seorang kamerad Stalin, Kalinin. Padahal, nama Kalinin lebih remeh ketimbang nama Pushkin, Chekov, dan Tolstoy. Lalu apa alasan Stalin memilih nama Kalinin?
Namun, dibalik segala kelakar yang tertulis di novel ini, Kundera juga bertanggungjawab dengan memberi pencerahan-pencerahan filosofis yang terkadang sulit dipahami. Ia menyajikan filsafat dalam percakapanpercakapan antar tokoh sehingga terdengar jujur dan tidak menggurui. Selain itu, masalah-masalah pribadi yang terdengar sederhana namun begitu kompleks dengan alur yang terkadang melompat.
Saya tidak akan menyajikan yang lebih dari ini. Jika ingin tahu, lebih baik Anda segera membeli satu dan membacanya. Atau tidak sama sekali. Toh, novel ini hanya upaya merayakan kehidupan yang begitu remeh-temeh. [E]
Tuhan dan Perbudakan
Wa maa adraaka mal’aqobah (13) Fakku Raqabah (14) Qs. Al Balad 13-14.
DOK. INTERNET
Bagaimanapun perbudakan manusia atas manusia lain banyak terjadi dalam sejarah panjang peradaban manusia dari masa ke masa. Dalam perbudakan, manusia adalah suatu barang yang diperjualbelikan, disamakan dengan propertiproperti yang lain. Salah satu yang sudah diketahui oleh masyarakat dunia adalah perbudakan yang terjadi di Amerika sekitar abad 15 hingga 18 M. Perbudakan itu dialami oleh orang-orang kulit hitam yang diperbudak oleh orang-orang kulit putih.
Kepingan perbudakan yang dialami oleh orangorang kulit hitam ini sangat baik disajikan dalam film berjudul 12 Years a Slave. Film yang rilis pada 2013 di Festival Film Telluride ini merupakan alih wahana dari buku memoar berjudul sama: Twelve Years a Slave karya Solomon Northup (terbit tahun 1968 terbit pertama kali disunting oleh Sue Eakin dan Josep Logsdon). Sebuah buku yang memiliki spirit sama dengan buku Uncle’s Tom Cabin karya Harriet Elizabeth Beecher Stowe (terbit tahun 1852).
Film 12 Years a Slave bercerita tentang perbudakan yang dialami oleh Solomon Northup (penulis buku memoar) seorang kulit hitam merdeka yang sudah berkeluarga dan bekerja sebagai pemain biola. Hingga pada suatu hari di tahun 1841 istri dan anak-anaknya pergi untuk beberapa Minggu. Setelah kepergian istri dan anak-anaknya, Northup dikenalkan dengan dua orang: Brown dan Hamilton. Berbasa-basi tentang pekerjaan, Brown dan Hamilton mengajaknya untuk ikut dalam sebuah pertunjukkan. Tipu daya gaji lebih besar dalam waktu yang singkat membuat ia setuju. Inilah awal mula Northup terjebak dalam sebuah penculikan.
Northup diajak ke Washington. Semalaman ia berpesta dan mabuk berat hingga tertidur. Pagi harinya, ia bangun dan memberontak, berusaha melepas kerangkeng yang ada di tangannya, tapi tidak bisa. Ia kebingungan mendapati diri dalam keadaan dipenjara dengan kerangkeng di tangan. Seseorang masuk penjara lalu memukulinya. Oleh seseorang itu, ia disiksa dan dipaksa untuk tidak lagi mengingat nama dan tempat asalnya: Solomon Northup, orang merdeka dari Saratoga Springs New York. Ia sudah berganti nama menjadi seorang budak pelarian bernama Platt berasal dari Georgia.
Bersama dengan para budak yang lain (samasama diculik dan disiksa dalam penjara), Platt dikirim ke Orleans. Tempat yang jauh dari tempat mereka tinggal. Demi bertahan hidup, para budak hasil penculikan harus menyembunyikan jati diri. Terutama soal membaca dan menulis. Ini juga yang dilakukan oleh Northup, kecuali keterampilannya memainkan biola.
Sesampainya di Orleans, ia dan para budak yang lain dipajang untuk ditawarkan ke para pembeli. Platt dibeli oleh seorang pengusaha kayu bernama Ford. Sedikit beruntung, Ford adalah majikan yang baik. Sekali waktu, atas gagasan Platt yang berhasil memindahkan kayu lebih efektif, Ford memberinya sebuah hadiah: biola.