6 minute read

69 NUSANTARA Bimbel Online

Platt berharap beroleh kemerdekaan dari Ford dengan mengatakan bahwa ia bukanlah seorang budak. Tapi tetap tidak didengarkan oleh Ford. Karena beberapa sebab: pertama karena Platt diancam oleh John Tibeats (pengawas budak yang benci terhadap Platt), kedua karena Ford memiliki hutang. Demi membayar hutang Ford, Platt dijual kepada Edward Epps, seorang pemilik perkebunan kapas.

Di tuan Epps, siksaan demi siksaan dialami oleh Platt. Namun, sebab bekerja di majikan ini pula, ia beroleh kebebasan. Bukan karena tuan Epps, melainkan karena seseorang bernama Bass.

Advertisement

Usaha untuk memperjuangkan kemerdekaan sudah dilakukan Platt berkali-kali. Dua pengalaman bertemu dengan orang kulit putih yang berakhir tidak baik, membuat Platt merasa ketakutan terhadap orang asing. Dua pengalaman itu: pertama dengan Brown dan Homilton. Kedua dengan orang kulit putih yang bekerja di perkebunan kapas juga (Platt meminta tolong dengan membayarnya, untuk mengirimkan surat. Tapi orang itu ingkar janji). Sebab dua pengalaman itu, ia seperti kehilangan kepercayaan dan takut menyampaikan apapun terhadap orang kulit putih.

Tapi ketakutan itu ditepisnya ketika bertemu dengan Bass, tukang kayu yang membangun sebuah rumah Epps bersama Platt. Bass termasuk orang kulit putih yang menentang perbudakan, ia yakin bahwa pasti akan ada pembalasan bagi para pemilik budak. Hal ini disampaikan Bass kepada Epps.

Pada hari lain, Platt bertanya tentang asal Bass. Platt tahu tentang Kanada, tempat di mana Bass berasal. Bass heran, bagaimana bisa seorang budak tahu Kanada, lalu ia bertanya, “bagaimana kau sampai di sini?”.“Jika keadilan ditegakkan, aku takkan berada di sini,” jawab Platt.

Awalnya Platt takut ketika didorong Bass untuk bercerita. “Aku takut memberitahumu.” Tapi Bass menyakinkan, “setiap kata yang kau ucapkan adalah rahasia tersirat.” Kemudian Platt bercerita semuanya dan meminta tolong dengan semua kepasrahan.”Kau percaya keadilan, pak, seperti ucapanmu?” tanya Plat. “Aku percaya.” Bass menjawab mantap. Platt melanjutkan, “bahwa perbudakan adalah kejahatan yang

DOK. INTERNET

Judul: 12 Years a Slave Sutradara: Steve McQueen Skenario: John Ridley Pemain: Chiwetel Ejiofor, Paul Dano, Scoot McNairy, Brad Pitt, Chris Chalk, Taran Killam, Bill Camp dan lainnya. Tanggal Rilis: 30 Agustus 2013 (Festival Film Telluride) 08 November 2013 (Amerika) 10 Januari 2014 (Britania Raya) Produksi: Regency Interprises, River Road Entertainment, Plan B, New Regency, Film 4 Durasi: 134 menit Peresensi: ahmadaam

tak boleh dilakukan?”. “Aku yakin begitu,” balas Bass. “Maka kuminta, kumohon tulislah surat ke temanku di Utara, kabari mereka tentang kondisiku dan meminta mereka membawakan surat kemerdekaanku. Itu akan menjadi kebahagiaan yang tak bisa diungkapkan...”

Dari pertemuan dengan Bass inilah, Platt akhirnya terbebas dari perbudakan setelah sekian lama. Perjuangan Platt membuahkan hasil. Platt atau Solomon Northup dijemput temannya dan seorang Sherif. Ia kembali ke rumahnya di Saratoga setelah 12 tahun diperbudak. Di rumah, ia disambut dengan satu menantu dan satu cucu.

Film arahan dari Steve McQueen ini berhasil mencapai inti dari tragedi yang dirumuskan oleh Aristoteles, bahwa rasa sakit adalah ibu dari tragedi. Menonton film yang mendapatkan penghargaan Drama Terbaik Golden Globe 2014, Film Terbaik Academy Award dan Film Terbaik BAFTA ini, kita akan turut merasakan rasa sakit itu. Rasa sakit yang dialami oleh para budak.

Alur film yang dibangun Steve adalah suatu bentuk alur tragedi--menurut Aristoteles-yang tepat: ketika orang bernasib baik, karena kesalahannya sendiri ia beroleh kemalangan. Solomon Northup digambarkan sebagai orang yang bernasib baik, tapi karena kesalahannya sendiri: gampang percaya pada orang asing, ia mendapatkan kemalangan: diculik dan diperbudak hingga 12 tahun.

Apakah Tuhan ada?

“Mereka milikku,” ungkapan Epps itu tak ubahnya mendudukkan manusia sama dengan tanah dan barang-barang kepemilikan yang lain. Sebagai sebuah barang, ia berhak diperlakukan apa saja sesuai kehendak yang memiliki barang. Termasuk menyiksanya.

Siksaan demi siksaan yang diterima oleh para budak itu membuat saya bertanya-tanya, apakah Tuhan adalah penolong? Saya terombang-ambing membayangkan, bila perbudakan hingga kini belum terhapuskan, apakah saya masih percaya akan adanya tuhan?

Karena Tuhan dalam film itu juga ikut diseret untuk melanggengkan dominasi dan siksaan terhadap para budak melalui pemalsuan pasalpasal dalam Alkitab. Tuan Edwin Epps melakukan itu. Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah supaya ada pembenaran tindakannya menyiksa para budak.

“Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya. Tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya ia akan menerima banyak cambukan.”

Scene pembacaan pasal palsu itu menunjukkan bahwa kesucian Tuhan ikut dikotori oleh para majikan untuk melanggengkan kekuasaan. Maka tak heran, Karl Marx mengatakan agama itu candu. Karena agama juga ikut dijadikan sebuah alat penyiksaan dan para budak menurutinya, tidak melakukan perlawanan karena ada ayat-ayat agama yang dipercayainya.

Dengan perlakuan seperti itu, lalu kepada siapa lagi para budak harus percaya? Saya tidak bisa lagi membayangkannya.

Tetapi, Tuhan benar-benar Maha Penolong dan benar-benar Maha Ada: wabah terjadi di perkebunan Epps, usaha dan doa Platt dikabulkan oleh-Nya: Platt bebas dari perbudakan, perjuangan Northup menuntut keadilan bagi para budak yang lain membuahkan hasil: perbudakan sudah dihapuskan. Meski Northup tidak mengetahui itu, karena ia sudah meninggal jauh sebelum perbudakan dihapuskan.

Melihat perjuangan Solomon Northup untuk menuntut keadilan atas perbudakan (bisa dibaca setelah film selesai), ia patut disandingkan dengan Nabi Muhammad, Nabi Isa dan orang-orang lain yang juga berjuang. Karena mereka samasama memperjuangkan ayat-ayat Tuhan yang diturunkan kepada pembawa risalahnya: Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (Yaitu) melepaskan budak dari perbudakan (Qs. Al balad 13-14). [E]

BIMBEL ONLINE

Oleh: Siti Saadah, Kru LPM Edukasi 2016

Di era milenial teknologi sudah merambah hampir di segala aspek kehidupan, khususnya pendidikan. Pendidikan tak hanya dilakukan melalui lembaga formal seperti sekolah dan universitas namun merambah pada pendidikan nonformal seperti adanya Bimbingan Belajar (Bimbel). Bimbel atau yang bisa disebut kursus merupakan salah satu lembaga yang menyediakan pelayanan pendidikan di luar jam sekolah, dimana peserta didik belajar berbagai mata pelajaran dengan bimbingan seorang tutor. Pada mulanya Bimbel di Indonesia tumbuh dan berkembang dengan tujuan membantu siswa SMA sederajat yang ingin melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi agar lolos pada ujian penerimaan mahasiswa. Selain itu bimbel juga biasanya dipandang efektif meloloskan siswa dalam menghadapi Ujian Nasional (UN). Bimbel dipercaya oleh orang tua siswa karena dianggap mampu dengan mudah memberikan pemahaman dan memberikan kiat-kiat mengerjakan soal dengan cepat dan tepat.

Hingga kini, peserta bimbel tak hanya terdiri dari siswa kelas akhir, namun banyak dari mereka yang sudah ikut bimbeldari kelas 4 SD. Menurut data yang dikutip dari halaman tirto. id, bimbel mulai diakui oleh pemerintah lewat UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 26 Ayat 5. Dalam peraturan tersebut disebutkan Bimbel merupakan lembaga Pendidikan Luar Sekolah atau nonformal,bagian dari Lembaga Kursus dan Pelatihan. Tirto juga menyebutkan, berdasarkan data Sensus Ekonomi 2016 oleh Badan Pusat Statistik terdapat sedikitnya 1.866 unit lembaga bimbel yang tersebar di seluruh Indonesia yang kebanyakan masih berpusat di Pulau Jawa.

Beralihnya Bimbel Offline ke Online

Memasuki era digital 4.0, perkembangan bimbel semakin maju dengan hadirnya inovasi bimbel Online. Quipper, Zenius, Ruang Guru, hingga Prime Mobile merupakan beberapa layanan bimbel online yang tengah menjamur di Indonesia. Bimbel ini memberikan pelayanan dengan menyediakan materi pembelajaran berupa video,audio, maupun artikel . Siswa dapat mengakses pembelajaran kapanpun dan dimanapun selama masih terhubung dengan internet. Kelebihan lain yang dikantongi bimbel online dapat dilihat dari biaya yang dikeluarkan. Bimbel online diakui lebih menghemat biaya pengeluaran setidaknya setengah dari biaya bimbel offline biasanya. Bimbel Online menjadi solusi yang dapat ditawarkan kepada orang tua dari segi ekonomi.

Setelah terpilih sebagai menteri Pendidikan, Nadiem Makarin melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan aplikasi daring gratis bernama “Rumah Belajar” yang dirilis mulai 23 November 2019. Aplikasi ini bisa dinikmati gratis oleh masyarakat Indonesia baik dari tingkat SD, SMP, SMA sederajat.

Ajang Komersialisasi

Maraknya bimbel online tidak harusnya kita sikapi dari segi positifnya saja. Semakin hari muncul berbagai bimbel baik offline maupun online yang menjanjikan siswa meraih peringkat di kelas. Banyak lagi yang menjanjikan lulusan dari bimbel A medapat nilai tertinggi di mata pelajaran

This article is from: