3 minute read
Indonesia Bertutur WargaTerhibur
Festival Indonesia Bertutur merupakan satu dari serangkaian kegiatan G20 bidang kebudayaan yang digelar pada 7--11 September 2022 di Kawasan Wisata Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Indonesia Bertutur mengusung tema “Mengalami Masa Lalu, Menumbuhkan Masa Depan”, dengan harapan bahwa masyarakat dapat memaknai peristiwa atau sejarah di masa lalu dengan cara-cara baru yang relevan pada masa kini. Tujuan utama Indonesia Bertutur adalah menjaga budaya yang berkelanjutan melalui kegiatan yang edukatif, inspiratif, dan penuh pengalaman. Banyak seniman dari dalam maupun luar negeri terlibat, para pelaku seni pertunjukan, film, dan seni media baru, yang menampilkan karya-karya mereka, yakni implementasi dari narasi cagar budaya yang disesuaikan dengan konteks kekinian.
Advertisement
Festival ini melibatkan empat ruang seni yang berada di seputar Candi Borobudur yaitu Virama, Anarta, Kiranamaya, dan Visaraloka. Di dalam Virama terdapat panggung senja yang menampilkan pertunjukan musik, tari, dongeng, dan area kuliner yang menyuguhkan rupa-rupa makanan tradisional seperti bakso, siomay, lumpia, mi ayam, dan jamu. Anarta atau panggung lumbini menyuguhkan berbagai macam pertunjukan kontemporer dari bidang musik, tari, dan teater, khususnya kelompok yang telah melakukan proses eksperimen panjang untuk berkolaborasi dengan teknologi modern dalam karyanya.
Di Kiranamaya terdapat suguhan beragam pemetaan video dan tatanan instalasi cahaya dari karya-karya seniman dengan teknologi pencahayaan interaktif dan arsitektural. Pengunjung mendapatkan pengalaman pencahayaan istimewa di Borobudur pada saat malam hari layaknya sebuah festival cahaya yang dapat dinikmati di panggung aksobya. Di sini ada pula layarambha menyajikan berbagai macam film peran dan film pendek dari film-film tari karya senimanseniman berbagai negara termasuk Indonesia. Adapun Visaraloka adalah tempat pameran seni media.
Kemeriahan Seni
Pada hari pertama Indonesia Bertutur, suasana langsung meriah, sejak pembukaan pameran seni media
Visaraloka yang menampilkan karyakarya epik dari seniman seni media dan seni pertunjukan, seperti lukisan yang dipamerkan di Eloprogo Art House karya Sony Santosa dan seni instalasi karya Gilang Anom. Terdapat tiga lokasi lain sebagai tempat pameran karya yaitu Limanjawi Art House, Museum H.
Hidayat, dan Apel Watoe Art Gallery.
Salah satu yang menarik adalah karya
Mella Jaarsma dan Agus Ongge yang dipamerkan di Museum H. Hidayat, sebuah instalasi busana dari kain kulit kayu yang diperagakan oleh beberapa model. Kita seolah dibawa ke masa manusia purba, apalagi disisi yang lain ada video karya Lisa Reihana yang berjudul “In Persuit of Venus” yang menggambarkan bagaimana kehidupan manusia purba pada masa itu.
Indonesia Bertutur dibuka oleh Direktur
Jenderal Kebudayaan Kemdikbudristek
Hilmar Farid didampingi Direktur
Perfilman, Musik, dan Media Ahmad
Mahendra, dan Direktur Artistik Indonesia
Bertutur Melati Suryodarmo di area panggung Lumbini Candi Borobudur. Acara pembukaan paling menyedot perhatian. Panggung Lumbini sendiri sudah menarik, berbentuk setengah lingkaran dengan dominasi warna putih berhiaskan tanaman di sisi panggung dan berlatarkan Candi Borobudur yang megah menjulang. Eksotis. Meski diselimuti mendung dan sempat turun hujan, para penonton bertahan untuk menyaksikan pertunjukan seni.
Indonesia Bertutur dibuka dengan sebuah upacara selamatan bersama masyarakat kawasan Borobudur serta para pelaku budaya yang terlibat. Upacara selamatan massal ini melibatkan warga dari 20 desa Kecamatan Borobudur, meliputi kirab gunungan dan topeng ireng massal, selamatan di pelataran Candi
Borobudur, dan upacara peresmian di lapangan Lumbini yang diawali dengan pementasan tari soreng, tari tradisional khas Magelang. Para penari penuh ekspresi dan energi, gerakan kaki dan tangannya melambangkan kegigihan sebagai petarung kehidupan dari lereng pegunungan. Tampilan tarian topeng ireng yang dibawakan oleh Komunitas Lima Gunung menutup acara.
Pengunjung semakin ramai memadati
Kawasan Candi Borobudur pada hari kedua. Acaranya sangat beragam, seperti dongeng dari Kak Aio/Ariyo Zidni
(Founder Ayo Dongeng Indonesia), Kak BudiBaikBudi, pendongeng yang juga ventriloquist, dan Kak Hendra Hensem yang selalu bisa membawa suasasa menjadi menjadi jenaka. Aneka rupa tari dari sanggar-sanggar seni setempat juga menarik. Penampilan penyanyi Ardhito Pramono dan Peni Candrarini sontak membuat riuh suasana area panggung senja, membuat penonton terhanyut dalam suasana lagu-lagu pilihan. Yang tak kalah seru, di area layarambha ada diskusi film bersama Garin Nugroho, Razan Wirjosandjojo, Iphul Ashyari, dan Iin Ainar Lawide disusul pemutaran film
,”Anerca, Breath of Life”, “Lucy” dan “Touching The Skin of Eeriness”. Beragam film diputar di arena ini pada hari-hari berikutnya. Penampilan Tulus menjadi agenda yang ditunggu oleh 7000-an pengunjung di tengah suasana yang cukup magis dengan tata cahaya yang membuat panggung semakin megah.
Latar Candi Borobudur disorot dengan pemetaan video karya para seniman, seperti Rampages Production x Toopfire yang menampilkan pemetaan proyeksi berdasarkan kisah budaya tradisional Indonesia. Isi cerita didasarkan pada spiritualitas kuno, pengetahuan kuno, dan simbol identitas nasional, yang menggambarkan dunia cahaya dan bayangan yang penuh kegembiraan dengan warna-warna cerah dan gambar yang hidup. Termasuk elemen tari Bali, wayang, batik, dan lain-lain untuk mengekspresikan tradisi dan pengetahuan Indonesia. Keseluruhan cerita berakhir klimaks dengan efek kerlip yang ditampilkan secara modern untuk mewakili budaya masa lalu dan warisan masa depan.
Festival Indonesia Bertutur 2022 yang memiliki tema “Mengalami Masa
Lalu, Menumbuhkan Masa Depan” mempertontonkan pemetaan video dari Vulture Studio yang mengangkat cerita tentang kekuatan dan kejayaan peradaban di Trowulan, Jawa Timur, yang perkembangannya tak jauh dari pengaruh peradaban Majapahit. Tema “mengalami masa lalu” juga terasa pada pertunjukan dari Studio Gambar Gerak yang mengangkat tema cagar budaya
Gunung Kawi di Banjar Panaka, Desa Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali. Motionhouse Indonesia menampilkan legenda Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur.
Festival Indonesia Bertutur 2022 tetap dipadati penonton pada hari-hari berikutnya meski cuaca kurang bersahabat. Mana mungkin meninggalkan penampilan Letto dengan lagu-lagu romantisnya, Om Wawes, dan Paksi Band dengan keroncong-dangdutcampursarinya. Pertunjukan teater pun tak kalah menarik. Ada Prehistoric Body Theater yang menampilkan lakon A Song for Sangiran 17, lalu Fitri Setyaningsih, Mila Rosinta, Choy Ka Fai - Postcolonial Spirit, Senyawa, dan Teater Garasi.
Lima hari di Festival Indonesia Bertutur 2022 membuat kami terhibur. Kami juga mendapat pengalaman berharga, bahwa sejarah masa lalu ternyata mampu ditampilkan dalam kemasan modern. Ini adalah sebentuk edukasi dalam kemasan yang menyenangkan dan kekinian.
(Irnie Wanda, Direktorat Perfilman, Musik dan Media).