1 minute read

Mengenang Patriotisme, Memperbarui Diri

Next Article
Melati Suryodarmo

Melati Suryodarmo

Banda merupakan wilayah dengan penduduk yang majemuk, tersebar di delapan kampung adat. Mereka memiliki tradisi yang melimpah, satu di antaranya adalah ritual buka kampung, yang digelar jauh hari sebelum perayaan besar, didahului dengan musyawarah para tokoh adat. Ritual niscaya menjadi doa agar segala urusan di masa mendatang lancar dan penuh berkah. Oleh karena itu, selama sepekan ritual masyarakat harus menjaga kebersihan pikiran, hati, dan lingkungan. Perlengkapan ritual disiapkan: janur, bunga tujuh rupa, dupa, dan pernak-pernik sesajen. Malam hari setelah isya ritual pun dimulai. Pemuka adat menyiapkan tampak sirih atau wadah anyaman dari janur yang jumlahnya sesuai dengan jumlah makam leluhur yang akan diziarahi keesokan hari. Para perempuan menghiasi tampak siri dengan roncean bunga dan mengisinya dengan kapur, sirih, pinang, gambir, dan tembakau. Masyarakat juga menggelar ritual buka puang dua hari sebelum puncak perayaan, yaitu membuka jantung kelapa, memasang gerbang, dan kubah bambu. Puang yang dibuka diletakkan secara tertutup di rumah-rumah adat bersisian dengan benda-benda pusaka, properti tarian cakalele, dan perahu belang. Sesungguhnya ini adalah puncak pelaksanaan ritual buka kampung. Seusai buka kampung, masyarakat pun menari cakalele dan perahu kora-kora untuk merepresentasikan patriotisme dalam melawan penjajah di masa lalu. Saat hari besar, masyarakat di Banda Neira menerima masyarakat Banda Eli yang bermukim di kepulauan Kei, Maluku

Advertisement

Tenggara, yang pada 4 abad silam bermigrasi. Tarian cakalele di Istana

Mini Banda Neira terasa lebih meriah karena penarinya dari berbagai wilayah di Maluku. Ritual ditutup dengan tutup kampung. Setelah itu, cakalele dan perahu belang tidak boleh dipertunjukkan lagi hingga ritual buka kampung berikutnya.

(Darus Hadi, Direktorat Kepercayaan

Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Kemdikbudristek).

This article is from: