3 minute read

Menghimpun Aksi Budaya demi Kehidupan Berkelanjutan

“G20 Culture Ministers Meeting” atau Pertemuan Menteri-Menteri Bidang Kebudayaan G20 pada 13

September 2022 di Kawasan Candi Borobudur mengangkat tema Kebudayaan untuk Kehidupan Berkelanjutan (Culture for Sustainable Living). Pemilihan tema ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dunia sedang dilanda krisis di bidang-bidang yang sangat mendasar, seperti sandang, pangan, dan papan. Gaya hidup lama yang konsumtif dan serba instan telah menciptakan tekanan berat pada daya dukung lingkungan hidup. Pertemuan itu digagas sebagai forum untuk menggulirkan konsensus baru dalam memulihkan relasi manusia dengan alam dengan menimba inspirasi dari aneka praktik budaya lokal yang menghormati daur hidup alam.

Advertisement

Pertemuan tingkat menteri itu bukanlah sebuah peristiwa yang berdiri sendiri, melainkan puncak dari suatu rangkaian proses konsolidasi aneka praktik lokal yang terjadi di berbagai daerah dan di berbagai negeri. Di berbagai daerah di Indonesia telah terdapat banyak prakarsa pengelolaan budaya yang tepat guna bagi terciptanya gaya hidup yang lebih berkelanjutan, yang berupaya mengembalikan relasi harmonis manusia dan alam. Aneka prakarsa itu terwujud mulai dari tingkat akademik, kaum muda hingga gerakan akar rumput.

Gerakan Akar Rumput

Di lingkungan gerakan akar rumput, khususnya di tingkat desa, telah tumbuh berbagai prakarsa untuk menemukenali potensi budaya setempat dan menjadikannya modal utama bagi pembangunan yang lebih ramah lingkungan dan menunjang kehidupan sosial-ekonomi yang lebih manusiawi. Program Desa Pemajuan Kebudayaan adalah himpunan dari aneka prakarsa semacam itu. Seluruh desa di kawasan Borobudur pun berhimpun dan menggelar rangkaian Pasar Budaya pada Juli hingga September 2022, yang menghadirkan berbagai produk unggulan yang dihasilkan selama mengikuti program Desa Pemajuan Kebudayaan.

Semuanya adalah contoh nyata bagaimana budaya lokal dapat menjadi sumber inspirasi bagi terciptanya gaya hidup baru yang lebih berkelanjutan.

Bergulir pula rangkaian kegiatan

Pekan Kebudayaan Daerah (PKD) yang diselenggerakan di tingkat kabupaten/ kota di seluruh Indonesia. Ini merupakan ruang-ruang interaksi inklusif bagi semua prakarsa publik dalam memajukan budaya daerah, yakni himpunan wadah bagi para pegiat seni dan budaya di berbagai daerah di Indonesia untuk mengolah ekspresi mereka ke dalam bentuk festival yang dihelat secara berkala. Dari PKD, aneka cara cermat olah peluang dapat ditemukan. Budaya setempat bisa jadi inspirasi dalam mengatur siasat cemerlang dalam mengatasi rintangan hidup kekinian.

Konsolidasi Kekuatan

Aneka prakarsa rakyat yang telah bergulir sejak awal 2022 itu berhimpun menjadi satu kekuatan raksasa yang menjadi landasan bagi “G20 Culture Ministers Meeting”. Semua ide dan praktik dihadirkan dalam sebuah wadah permufakatan masyarakat, yakni Pekan

Konsolidasi Tenaga Budaya (PEKAT Budaya) yang diselenggarakan pada awal bulan September 2022. Kegiatan itu mempertemukan perwakilan dari setiap pelaku prakarsa budaya untuk hidup berkelanjutan, meliputi para akademisi, gerakan pemuda, Desa Pemajuan

Kebudayaan dan PKD. Dilaksanakan secara paralel di lima desa di kawasan

Borobudur (Wringin Putih, Karanganyar, Karangrejo, Wanurejo, Candirejo), forum musyawarah kolektif itu mempertemukan pelaku budaya, akademisi, dan warga desa untuk menciptakan pesan kunci yang disampaikan pada pertemuan tingkat menteri negara-negara G20 pada

13 September 2022.

Untuk mengantarkan pesan kunci itu, warga desa di kawasan Borobudur menggelar kirab budaya dari Candi

Pawon ke Borobudur pada 12 September dan mengadakan rapat raksasa setibanya di Lapangan Lumbini, Borobudur.

Kirab budaya itu menjadi manifestasi dari keseriusan masyarakat untuk mencipta perubahan gaya hidup, suatu pengejawantahan dari tenaga kolektif pelaku budaya sebangsa dan setanah air untuk menciptakan dunia baru yang lebih adil, makmur, dan sejahtera secara jasmani dan rohani. Melalui arakarakan selama 45 menit itu, tampak kehendak umum untuk mengembalikan keselarasan kosmik, menyudahi keretakan metabolis antara manusia dan alam, melalui jalan kebudayaan. Rapat raksasa ribuan warga tersebut menjadi titik kulminasi dari gerakan ini. Di sana mereka menggelar ritual makan bersama sebagai simbol solidaritas dengan sesama makhluk seisi alam dan menyampaikan aspirasi mereka melalui rangkaian pertunjukan yang merupakan adaptasi artistik dari aneka isu yang telah mereka diskusikan dalam rangkaian kegiatan sebelumnya.

Komitmen Baru

Keseluruhan rangkaian ini pada akhirnya bermuara pada “G20

Culture Ministers Meeting” di Plataran Hotel, 13 September

2022. Perwakilan dari gerakan tingkat akar rumput menyampaikan Amanat

Borobudur, sebuah manifesto yang memuat pendirian para pelaku budaya dari berbagai daerah dan negara mengenai apa yang harus dilakukan jika kehidupan di muka bumi mau dilanjutkan. Amanat ini menyatakan antara lain bahwa “kita harus mewariskan alam semesta dengan kondisi yang lebih baik dari hari ini”.

Pembacaan deklarasi itu menjadi salah satu pertimbangan kunci bagi perumusan hasil pertemuan menteri-menteri dari negara anggota G20 di bidang kebudayaan.

Selaras dengan Amanat Borobudur, pertemuan tersebut menghasilkan komitmen bersama untuk mendorong peningkatan peran budaya dalam menggulirkan perubahan sistem dan gaya hidup yang lebih berkelanjutan. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI dalam pernyataan ketua acara (chair’s ststement) menyampaikan bahwa budaya memiliki nilai intrinsik di luar manfaat sosial dan ekonominya, bahwa penting untuk mendorong perubahan signifikan dalam cara hidup masyarakat yang mempromosikan keragaman, kesetaraan, inklusi. “Tidak kalah pentingnya adalah komitmen bersama untuk menjajaki pembentukan global arts dan culture recovery fund yang dapat dikelola oleh

UNESCO, atas dasar sukarela, untuk memulihkan sektor ekonomi budaya dan untuk mempromosikan kehidupan yang berkelanjutan, yang akan dibahas dalam

“Finance Track G20”.

Untuk memperkuat pesan pemulihan global berbasis budaya itu, digelarlah

Ruwatan Bumi di Borobudur.

Ratusan delegasi bersama ribuan peserta menyaksikan rangkaian ritual performatif yang menonjolkan musik vokal tradisional dari berbagai belahan

Nusantara. Pesan-pesan kehidupan berkelanjutan berbasis budaya tradisi tampil melalui jalinan narasi lokal. “G20

Culture Ministers Meeting” niscaya menjadi bagian dari aksi-aksi budaya dari berbagai daerah dan belahan dunia yang menghendaki perubahan sistem demi kehidupan yang berkelanjutan.

This article is from: