4 minute read

Apa Kabar Tambang Batu Bara

he Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto (OCMHS) / Warisan Tambang Batu Bara Ombilin –Sawahlunto adalah suatu kawasan yang terdiri dari beberapa cagar budaya yang digabung menjadi satu narasi cerita bernilai global dan diusulkan menjadi warisan dunia. Merupakan satu kesatuan sistem transportasi pengangkutan batubara dari lokasi penambangan, melewati rel kereta api di sepanjang Danau Singkarak, kemudian sampai di tujuan akhir yaitu tempat penyimpanan batubara terakhir sebelum diangkut ke dalam kapal menuju daratan Eropa.

Persaingan antar negara-negara kolonial untuk menguasai sumber daya energi turut mendorong Pemerintah Hindia Belanda untuk pencarian sumber daya energi di daerah-daerah koloni. Penemuan sejumlah besar deposit batubara di Cekungan Ombilin, Sawahlunto, Sumatera Barat, menarik minat Pemerintah Belanda untuk melakukan investasi dalam operasi penambangan batubara di wilayah tersebut karena potensi dan nilainya yang sangat besar. Oleh sebab itu, mulailah pembukaan tambang batubara OCMHS di Sawahlunto pada tahun 1891. Pembangunan tambang dan sistem transportasi batubara sampai tempat penyimpanan akhir ini dibangun secara bertahap sampai dengan awal tahun 1900-an, sesuai perkembangan kebutuhannya di masa itu.

Advertisement

Sejak pertama kali ditemukan dan dioperasikan, kepemilikan dan pengelolaan tambang batubara Ombilin sudah beberapa kali berganti pihak.

Walau begitu, kegiatan eksploitasi dan pengelolaan tambang batubara Ombilin tetap berjalan sampai dengan tahun

1980-an yaitu saat tambang batubara

Ombilin dinyatakan sudah tidak efisien lagi untuk dieksploitasi dan kegiatan eksploitasi tambang dihentikan pada tahun 2002. Hampir 40 % penduduk sawahlunto yang mayoritas para pekerja tambang mulai meninggalkan kota yang mengakibatkan kota tersebut perlahan menjadi kota mati.

Pada tahun 2001, Walikota Sawahlunto pada masa itu, Amran Noor, menetapkan visi kota Sawahlunto: “Tahun 2020 Sawahlunto Menjadi Kota Wisata Tambang yang Berbudaya”, sebagai langkah awal memajukan dan menghidupkan kota kembali. Di satu sisi, rencana pengembangan kota demi

Objek-objek yang Perlu Dilestarikan

Ada 12 komponen Cagar Budaya yang terdapat di area Warisan Tambang Batu Bara Ombilin – Sawahlunto, yang berlokasi di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia, tepatnya berada di Kota Padang, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang Panjang, Kabupaten Tanah Datar, Kota Solok, Kabupaten Solok, Kota Sawahlunto. Adapun luasan area zona intinya adalah 268,18 hektar, dengan luasan area zona penyangga adalah 7356,92 hektar.

memajukan dan menghidupkan kota kembali mampu membangun optimisme masyarakat Kota Sawahlunto. Namun di sisi lain, muncul kekhawatiran dari para pelestari tentang bagaimana bentuk pengembangan kota. Karena selama ini konotasi pembangunan adalah pengrusakan.

Oleh karena itu, mengajukan OCMHS menjadi warisan dunia UNESCO diharapkan dapat mendukung pelestarian kota, juga dapat membantu menghidupkan kota dan mendatangkan income (menyejahterakan) bagi masyarakat setempat melalui site visitation (kunjungan).

Area A: Situs dan Kota Tambang

Sawahlunto, berisi:

- Komponen A1. Situs Tambang

Soengai Doerian. (terdiri dari 5 atribut: Kompleks Lubang Tambang

Doerian, Kompleks Lubang Tambang

Padang Pandjang, Kompleks Lubang

Tambang Soengai Doerian, Lubang Tambang Loento, Terowongan Tambang).

- Komponen A2. Sekolah Tambang. (terdiri dari 1 atribut: Sekolah Tambang)

- Komponen A3. Kompleks Penyaringan dan Pemrosesan Batu Bara. (terdiri dari 1 atribut: Kompleks Penyaringan dan Pemrosesan Batu Bara).

- Komponen A4. Transportasi

Perkeretaapian Ombilin. (terdiri dari 4 atribut: Stasiun Keretaapi Sawahlunto, Pembangkit Listrik Kubang Sirakuak, Terowongan Keretaapi Kalam/ Lubang Kalam, Stasiun Keretaapi Muara Kalaban).

- Komponen A5. Kota Tambang. (terdiri dari 5 atribut: Kompleks Perkantoran

Administrasi Tambang, Kompleks

Tempat Tinggal/ Perumahan Pekerja

Tambang, Fasilitas Kesehatan, Pasar, Fasilitas-fasilitas Pendukung).

- Komponen A6. Pembangkit Listrik

Salak dan Stasiun Pemompaan

Air Rantih. (terdiri dari 2 atribut: Kompleks Pembangkit Listrik Salak, Kompleks Stasiun Pemompaan Air Rantih).

Area B: Fasilitas Perkeretaapian & Struktur-struktur Pendukungnya, terdiri dari:

- Komponen B1. Sistem Perkeretaapian. (terdiri dari 1 atribut: Sistem Perkeretaapian).

- Komponen B2. Stasiun Keretaapi Batu Tabal. (terdiri dari 1 atribut: Stasiun Keretaapi Batu Tabal).

- Komponen B3. Stasiun Keretaapi Padang Pandjang. (terdiri 1 atribut: Stasiun Keretaapi Padang Pandjang).

- Komponen B4. Jembatan Tinggi. (terdiri dari 1 atribut: Jembatan Tinggi).

- Komponen B5. Stasiun Keretaapi Kayu Tanam. (terdiri dari 1 atribut: Stasiun Keretaapi Kayu Tanam).

Area C: Fasilitas Penyimpanan Batu Bara di Pelabuhan Emmahaven (sekarang bernama Pelabuhan Teluk Bayur), terdiri dari:

- Komponen C1. Penyimpanan Batu Bara Silo Gunung. (terdiri dari 1 atribut: Penyimpanan Batu Bara Silo Gunung).

Upaya Pelestarian

Sebagaimana disampaikan di atas bahwa mengajukan OCMHS menjadi warisan dunia UNESCO adalah cara untuk dapat tetap mengembangkan wilayah, memakmurkan masyarakat setempat, namun tetap dapat menjalankan pelestarian. Dengan kata lain, pengajuan ini adalah upaya pembangunan berkelanjutan dengan tetap menjalankan pelestarian. Dengan kata lain, hal ini adalah upaya pelestarian yang menyejahterakan; karena menyejahterakan, maka berpotensi dapat berkelanjutan. Pengajuan cagar budaya menjadi warisan dunia UNESCO juga merupakan upaya diplomasi budaya pemerintah Indonesia dalam menunjukkan keberpihakannya terhadap pelestarian yang menyejahterakan.

Bersamaan dengan itu, terdapat beberapa isu pelestarian di dalam area kawasan OCMHS yang mengemuka, di antaranya adalah potensi pengrusakan rona lanskap area akibat penambangan liar, ketidakterawatan bangunan-

Pemanfaatkan bekas lubang ventilator di area tambang Soegar menjadi atraksi wisataAlfian Siagian

Penerang dalam lorong gelapAlfian Siagian bangunan yang menjadi atribut, serta rencana pengembangan di dalam area kawasan. Isu-isu pelestarian tersebut diselesaikan melalui hubungan kerjasama pengelolaan kawasan antar pihak terkait.

Sebagai contoh: Untuk mengatasi isu penambangan liar di area bekas tambang di Kota Sawahlunto, PT Bukit Asam, Tbk, selaku penguasa area dan konsesi, telah mengajukan perpanjangan konsesi untuk wilayah penguasaan tambang batubaranya.

Hal ini ditujukan untuk melindungi area kawasan dari para penambang liar, juga melindungi dari kemungkinan pemberian izin penambangan baru dari kementerian terkait.

Selain itu, perpanjangan izin tambang PT Bukit Asam, Tbk, dimanfaatkan untuk ujian praktek penambangan dalam (deep mining) oleh sekolah tambang yang dibangun di area tersebut. Jadi praktek tambang yang sekarang masih dilakukan dalam skala sangat kecil untuk keperluan edukasi.

Sehubungan dengan isu ketidakterawatan bangunan-bangunan yang menjadi atribut, pemerintah (melalui Unit Pelaksana Teknis) bekerja sama dengan pemerintah daerah, mendaftarkan bangunan-bangunan yang menjadi atribut OCMHS untuk dijadikan cagar budaya, baik di level setempat, bahkan di level nasional. Sedangkan di tingkat masyarakat, dilakukan sosialisasi atau diseminasi tentang pelestarian tentang hal yang disarankan untuk dilakukan pada suatu cagar budaya, juga hal apa yang tidak dikarenakan wabah virus covid-19 yang melanda dunia. Masa karantina wilayah pada tahun 2020-2021 untuk menekan jumlah orang terpapar virus covid-19 dimanfaatkan oleh para pengelola OCMHS untuk melakukan pemeliharaan rutin dan memonitor kondisi keterawatan/ketidakterawatan asetnya di Kota Sawahlunto dan di sepanjang jalur keretaapi Sawahlunto-Teluk Bayur. disarankan untuk dilakukan terhadap cagar budaya, khususnya pada objek yang berstatus warisan dunia.

Selain hal-hal tersebut di atas, ada sejumlah rekomendasi pelestarian yang disarankan oleh ICOMOS. Namun tidak semua hal bisa disampaikan karena masih dalam tahap proses pengerjaan. Demikianlah, pengajuan OCMHS menjadi warisan dunia UNESCO adalah wujud upaya Indonesia dalam menjamin pelestarian dan keberlanjutan kondisinya di masa mendatang.

Isu-isu pelestarian seperti tersebut di atas diharapkan dapat diselesaikan melalui hubungan kerjasama pengelolaan kawasan antar pihak terkait.

Terkait rencana pengembangan di dalam area kawasan, pemerintah telah melakukan inisiasi penerapan Kajian Dampak Cagar Budaya (KDCB) pada beberapa objek atribut. Pasca pencatatan OCMHS sebagai warisan dunia UNESCO tahun 2019, tingkat kunjungan wisata ke area OCMHS sempat meningkat.

Namun hal tersebut tidak bertahan lama

Ahli Muda Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Ditjen Kebudayaan, Kemendikbudristek)

This article is from: