Posisi
legalitas kayu di Indonesia. Kami mulai dengan bagaimana konteks politik ekologi kerusakan hutan dan lingkungan hidup memunculkan gagasan perdagangan kayu legal dan lestari skala global melalui sertifikasi; respon pengaturan hal tersebut di Indonesia dalam bentuk Sistem Verifikasi Legalitas dan Kelestarian (SVLK); jaminan kredibilitas pengaturan SVLK di Indonesia melalui pemantauan; memikirkan ulang landasan kepentingan dan pengetahuan; serta gambaran susunan bab dalam buku ini.
Deforestasi & Sertifikasi Apa yang kita ketahui tentang gurun pasir di Timur Tengah saat ini, tentu beda jika kita hidup sembilan ribu tahun yang lalu. Kala itu, hutan di sana masih lebat, ada ribuan sungai yang melintas, sepuluh ribu danau, pertanian yang subur, dan gajah purba serta kuda nil yang tidak bisa hidup di lingkungan kering juga ada.18 Semua itu cerita masa lalu, sekarang sudah berubah jadi padang pasir. Awalnya karena kegiatan produksi manusia yang memanfaatkan alam untuk produksi pertanian dan kegiatan subsisten. Selanjutnya, politik eksploitasi hutan peradaban Timur Tengah kuno menggunakannya untuk pembangunan infrastruktur.19 Selain itu, krisis iklim juga berperan mengubah iklim basah menjadi kering. Kita belajar dari cerita ini tentang bagaimana manusia, politik, dan iklim berperan dalam perubahan bentang alam salah satunya kerusakan hutan. Lalu, bagaimana kerusakan hutan saat ini? Menurut data Food and Agriculture Organization (FAO),20 selama 30 tahun terakhir, bumi kita kehilangan hutan luas sekali; 178 juta hektar atau setara dengan luas daratan Indonesia jika dikurangi luas pulau Sumbawa. Penyebabnya bermacam-macam. Pada tahun 1990-2000, penyebab deforestasi utamanya karena eksploitasi hutan besar-besaran dan secara serampangan, tanpa memperhatikan kemampuan regenerasi pohon dan hutan. Dalam skala global 18 Williams, Deforesting the Earth.; Mansourian, Rossi, dan Vallauri, “Ancient Forests in the Northern Mediterranean.”; Davis, “Power, Knowledge, and Environmental History in the Middle East and North Africa.” 19 Seiring dengan perkembangan kolonialisme dan kapitalisme, alam kemudian dikomodifikasi menjadi sebuah sumber daya tanpa batas dan seolah dapat memperbaharui diri mereka sendiri. Sehingga terjadi apa yang disebut keausan atas sumber daya alam karena terlalu banyak dieksploitasi. Untuk lebih lanjut, silahkan lihat Arts et al (2010) Discourses, actors and instruments in international forest governance. 20 FAO & UNEP, The State of the World’s Forests, 10.
3