kine folk Nยบ01 - FEBRUARY 2020
Kunjungan Kineklub Sinematek Indonesia Perusahaan Film Negara Bumi Langit Studio Festival Film: Perayaan Untuk Pegiat dan Pecinta Film
KINEFOLK
|1
6
contents.
2
CONTENTS
3
Salam Redaksi
4
CONTRIBUTORS
6
A Day with Joko Anwar
10
Festival Film : Perayaan untuk Pegiat dan Pecinta Film
13 Ganesha Film Festival 14 KINTALK: DISKUSI 16 Ulasan Film : Oscar nominations
14
KINEFOLK
PTJKN page
26 29 30
Kunjung Kine Sinematek Indonesia Perusahaan film negara (PFN) Bumi Langit Studio
32 Saatnya Quiz 34 Rekomendasi Netflix 36 Book Club : Kineruku & rekomendasi buku 38 Music video review Sikap Duniawi - Isyana Sarasvati Rehat - Kunto Aji
29 2|
24
40
Scene that we love : The End of Fxxing World Season 2 Midsommar
44
Kineklub 365
SALAM REDAKSI Halo, Kalau ditanya apa itu Kineklub? Jawabannya bisa beragam sesuai definisi masing-masing orang. Kalau menurut saya Kineklub itu bidang yang membawahi orang-orang yang suka menonton dan membicarakan soal film. Yang dibicarain bisa soal apa yang ada di film dan bisa juga soal impact dari film ke kehidupan sehari-hari. Nggak sedikit kan orang yang terinspirasi melakukan hal-hal setelah nonton film.
Sari Kusumaningsih Planologi 2016 Kepala Bidang Kineklub 2019/2020
Di Kinefolk ini saya ingin membukukan kegiatan kineklub selama setahun kebelakang. Karena ternyata cukup banyak hal yang bisa dilakukan oleh kineklub tapi tidak pernah sebelumnya. Seperti kunjungan ke Sinematek Indonesia, membuat podcast yang merupakan emerging media di tahun 2019, mengundang pendiskusi dari luar LFM dan ITB, dan salah satunya menggunakan media majalah untuk sarana berkarya tulisan. Di era informasi serba cepat ini tanpa disadari sudah membunuh media cetak sebagai media hiburan. Padahal majalah bisa menjadi sarana informasi yang bentuk penyampaiannya bisa dieksploratif. Ode terhadap majalah inilah yang membuat kineklub mencoba untuk mengajak kru untuk membaca dan menulis bukan hanya soal ulasan film tapi bisa juga mengenai informasi lain tentang film. Tentunya di kinefolk ini sedikit banyak akan membahas mengenai Kineklub LFM ITB 2019/2020.
Current obsession :
alexa chung youtube channel
podcast BKR brothers
money heist on netflix
waiting for gossip girl indonesia adorable home
gigs hunting
decluttering clothes (read my medium) KINEFOLK
|3
CONTRIBUTORS Cover by Content Writers Head of Kineklub Team Kineklub
4|
KINEFOLK
Puti Azalia (Arsitektur 2017) Syahira Naritza (Manajemen 2020) Osama Jarnauzy (Arsitektur 2018) Kiara Qinthara (Teknik Material 2018) Neelam Ayuningrum (FSRD 2019) Gilroy Jeremia (FMIPA 2019) Dhiya Ilham Trihatmaja (Planologi 2018) Angga Muhammad Firsyah (FTI 2019) Muhammad Faizin Fitriansyah Musa (FITB 2019) Ihsan Nurfajri (Teknik Material 2016) Ariq M. Baihaqi (Teknik Mesin 2016) M. Raihan Alwafi (Kelautan 2018) Mikhail Ali Verdino (Teknik Mesin 2017) M . Alvan Atthoriq (Kimia 2018) Arliza Nathania (Planologi 2016) Rifqi Firdausa Ahmadi (FKK 2017) Dhana Aryaputra (Kelautan 2017) Ammardhito Shafaat (Teknik Lingkungan 2017) Rahmat Nur Ibrahim Santosa (Informatika 2016) Muhammad Barkah (Arsitektur 2017) Dyah Reyhandiva Srigutomo (Planologi 2017) Dio Bramantio (Astronomi 2018) Annisa Nafouravanka (Aeronautika 2017) This book was made by Kineklub 2019/2020 Sari Kusumaningsih (Planologi 2016) Alifia Arsyadani Achson (Teknik Fisika 2018) Anggie Aulia Hapsari (Planologi 2017) Annisa Nafouravanka (Aeronautika 2017) Dio Bramantio (Astronomi 2018) Mikhail Ali Verdino (Teknik Mesin 2017) Nalia Rezky Ag Zubir (Fisika 2018) Osama Jarnauzy (Arsitektur 2018) Saida Khaliladisya (Teknik Kimia 2018)
a
KINEKLUB PODCAST
KINEKLUB LFM ITB FIND US ON WEB http://kineklub.lfm.itb.ac.id
KINEFOLK
|5
studium generale ala kineklub:
diskusi bareng sutradara joko anwar
P
ada Hari Sabtu (18/01) LFM berkesempatan untuk mengundang sutradara Joko Anwar dalam acara Kintalk. Detail dari Kintalk dan kintalk pernah mengundang narasumber diskusi siapa saja bisa dibaca pada halaman 13. Pada hari itu Joko Anwar banyak memberikan pandangan dan pengalaman selama perjalanannya menjadi sutradara. Dalam acara obrolan ini dihadiri oleh 120 orang yang bertempat di Eduplex. Joko Anwar mulai mendapat spotlight ketika menyutradarai prequel film Pengabdi Setan yang pernah dibuat oleh Sisworo Gautama pada tahun 80-an. Kendati begitu Pengabdi Setan merupakan film ke-6 nya. Sebelumnya ia pernah menyutradarai film Janji Joni, Kala, Pintu Terlarang, Modus Anomali, dan A Copy of My Mind. Di tahun 2019 kemarin, ia merilis dua filmnya yaitu Gundala yang merupakan adaptasi dari karakter komik Gundala karya Hasmi dan Perempuan Tanah Jahanam. Kineklub pun pernah mengunjungi Bumi Langit Studio pada tahun 2019 sebelum perilisan Gundala untuk berkenalan lebih lanjut mengenai karakater dan film yang akan rilis. Bisa dibaca pada halaman 30. Dalam presentasinya, Joko Anwar memulainya dengan latar belakang mengapa ia memilih untuk menjadi sutradara. Itu dimulai ketika ia sangat suka menonton film. Banyak sekali pengalaman menonton film Joko Anwar ketika kecil. Ada yang mengintip lewat ventilasi dari bioskop remaja dan menumpang pada tetangganya yang merupakan penjaga warung. Kecintaanya pada menonton film ini membuat ia ingin menjadi aktor. Namun ketika banyak yang merendahkan cita-citanya ia pun memilih untuk menjadi sutradara. Cita-cita inilah yang menyebabkan ia masuk ke ITB karena ada Liga Film Mahasiswa. Little did we know, Joko Anwar batal masuk LFM di hari pertama kumpul. Ia bercerita senior dari LFM memberikan tugas untuk menuliskan peraturan pada karton manila. Ia pun bertanya “tujuannya untuk apa, setiap orang perlu menulis. Memang semuanya akan ditempel“. Senior LFM pun menyuruhnya pulang di hari pertama kumpul. Siapa sangka 10 tahun kemudian ia berhasil membuat film yang berhasil menarik penonton sebanyak 800.000 penonton (film Janji Joni).
6|
KINEFOLK
Suasana Kintalk bersama Joko Anwar. Beberapa pertanyaan dan jawaban menarik sudah kami rangkum pada halaman berikutnya.
KINEFOLK
|7
Bang dulu masuk bidang apasih di LFM? Aku kan dulu nggak masuk Sama sekali nggak ikut kegiatannya dari awal? Iya, di hari pertama kegiatan aku disuruh pulang. Seniornya nyuruh nulis peraturan di karton manila. Aku tanya buat apa? emangnya semuanya bakal ditempel? Eh aku malah dimarahin senior dan disuruh pulang yaudah aku pulang. Kalau dulu belajar kritik film gimana? Baca buku. Boleh minta rekomendasi buku yang jadi referensinya bang, khususnya untuk membaca film? Ada 2 buku : 1. Film Analysis for Begginers 2. How to Read a Film by James Monaco
Kritik film itu ditujukan untuk pembuat atau penikmatnya. Formula kritik yang bisa nyampe ke keduanya itu bagaiamana ya? Menurut saya kritik film tidak ada pakemnya, karena kalo kritik film ada standarnya bias jadi Cuma ada satu atau dua kritikus di dunia. Ada banyak sekali kritikus film. Ada banyak kritikus film di roten tomatoes ada 200-300 listed reviewers dan masing-masing cara pandangnya berbeda. Nantinya pentonton akan mencari dari setiap kritikan yang dibuat oleh kritikus. Nanti penonton akan menemukan kritikus yang perspektif/taste nya sama dengan mereka. Aku dulu sering baca kritikus James Berardinelli dan Pauline Kael. 8|
KINEFOLK
Kalau aku membaca review film ada 2. Pertama sebagai panduan untuk menonton aku akan memilih reviewer yang taste nya sama dengan aku. Kedua ketika membaca review untuk memperluas wawasan, baca dari mana saja. Untuk sampai tahap itu reviewer harus mengerti Bahasa film. Film adalah Bahasa dari seseorang sineas yg ingin either mengatakan sesuatu, menggulirkan gagasan, pertnyaan, dan sebagainya. Film adalah Bahasa uniquely dari sineas ketik ingin mengatakan sesuatu. Dalam hal ini ada 2 tools yang dipakai. 1. Teknis , segala sesuatu yang bias dipelajari di Pendidikan. Buku, sekolah, kursus sifanya baku. Missal cara men set-up lighting yang cocok untuk lensa apa. 2. Estetika ini adalah segala sesuatu yang ada dalam diri kita yang merupakan hasil dari apa yang kita lalui sejak kita lahir. Estetika ini adalah pilihan termasuk cita rasa. Bagaimana reviewer tahu estetika dari filmmaker. Biasanya menonton film terdahulunya. Atau kalua dia baru bikin film pertama kali kalua seseorang bias membaca film langsung bias terbaca. Tentunya ini juga ilmu bisa dengan baca dari buku. Jadi review film itu bukan sekadar ekspektasi. Reviewer harus bisa membuka pikiran ya sayang karena salah satu tugas reviewer adalah memperluas pengalaman menonton. Gimana sih caranya magang di industri film? Kalau magang biasanya produsernya atau PH yang buka. Tapi nama produser saya Tia Hasibuan. E-mailnya tiahasibuan@gmail.com kalau misalkan mau magang bisa kirim e-mail ke Tia. Kasih tau juga magangnya dimana. Kirim surat pengantar ke saya kenapa ingin magang. Kalau punya reel bisa disertakan. Baru-baru ini film-film Asia dapat spotlight di level International seperti Parasite. Apa saja sih hambatan sineas Indonesia untuk mencapai level yang sama dengan film-film tersebut. Apa sutrada
ra masih terlalu focus dengan industri yang komersil atau bagaimana? Pas orang-orang muja-muja Parasite, aku sedih karena film Indonesia belum ada yang bikin seperti itu. Jangankan Parasite, 10 langkah dibawah parasite juga belum. Kalau kita ke festival film banyak dari berbagai negara film diputar. Dari Indonesia itu jarang. Menurutku ini ada hubungannya dengan ekosistem. Ekosistem tidak memacu filmmaker untuk mengejar achievement. Karena pertama tidak ada acknowledgement untuk mereka yg berprestasi. Misalnya di Malaysia ada FINAS (Perbadanan Kemajuan Filem Nasional) Bekraf khusus Filmnya Malaysia mereka memberi dana kepada filmmaker yang memiliki potensi untuk membuat film yang mungkin pendanaanya tidak mungkin mendapat dari komersil. Tapi yang komersil tapi dianggap menghasilkan sesuatu yang memberikan kualitas juga diberi bantuan oleh FINAS. Kedua nggak ada persaingan. Kalo di Thailand, persaingan antara film non-arthouse tuh luar biasa. Kalo di Indonesia nggak ada. Ketiga, nggak ada sekolah film. Di Jakarta ada IKJ, UMN, paling cuma 5. Di Luar negeri itu banyak.
Paling unik tuh Korea selatan. Sebelum tahun 1994, filmnya kayak film Indonesia tahun 2012. Banyak warga yang nggak mau nonton film lokal. Tahun 1994, pemerinah Korea selatan manggil konglomerat-konglomerat. Samsung, CJ, dan beberapa lagi. Mereka diberi kesempatan besar bikin perfilman maju. Mereka bikin sekolah Namanya KAFA (Korean Academy of Film Arts) sekolah film. Mereka belajar ketika berpotensi dikasih uang sama konglomerat untuk bikin film. Generasi filmmaker yang bikin film di Korea Selatan itu hasil revolusi tahun 1994 sampai filmmakernya satu orang memutuskan untuk menjadi Menteri kebudayaan karena supaya ngurusin film. (red. Lee Chang-dong, filmmaker film Burning) Itu benar-benar berangkat Bersama pemangku kepentingan. Lalu mereka invest di script. Jadi mereka bikin inkubasi untuk calon penulis, dites yang berpotensi dikumpulin lalu dikasih Pendidikan script digaji untuk menulis script. Setelah mereka punya banyak script baru di produksi script-script yang bagus ini. Kalau kita sekarang mau bikin film siapa nih yang menulisnya. Untuk diskusi lengkapnya bisa cek di Youtube Kineklub LFM ITB.
KINEFOLK
|9
FESTIVAL FILM : Perayaan untuk pegiat dan pecinta film
D Syahira Narizta Syahputri Manajemen 2020
iambil dari bahasa latin festa yang memiliki arti pesta, terbentuklah kata festival yang kemudian dikembangkan menjadi festival film. Festival film sendiri memiliki arti pesta besar atau acara meriah dengan acara utamanya adalah pemutaran film. Tidak hanya itu, biasanya festival film juga dimeriahkan dengan acara workshop , diskusi, seni pertunjukkan dan malam penghargaan. Fungsi utama festival film bukan untuk menghasilkan uang, akan tetapi untuk menunjukkan adanya perkembangan sinema sebagai ekspresi artistik dan ekspresi identitas budaya. Festival Film Indonesia mengalami pasang surut dalam penyelenggaraannya. Pada tahun ‘90an, produksi film di Indonesia mengalami
10 | KINEFOLK
penurunan jumlah. Maraknya film impor yang memasuki pasar Indonesia, kondisi ekonomi Indonesia yang sedang merintis dan selera pasar disebut sebut sebagai sebab terjadinya hal tersebut. FFI yang sangat bergantung pada produksi dan kualitas film Indonesia terpaksa harus menunggu kondisi perfilman Indonesia kembali pulih dan memutuskan untuk tidak mengadakan FFI pada tahun 1992. Kekosongan FFI ini berlangsung selama kurang lebih satu dekade dan kemudian hidup lagi mulai tahun 2004. Festival film pertama yang diadakan di Indonesia adalah Festival Film Indonesia (FFI) yang diselenggarakan pada tahun 1955. Pada waktu itu, festival film diadakan atas gagasan
Djamaludin Malik melalui Persatuan Produser Film Indonesia (PPFI) yang merasa film Indonesia tidak perlu dukungan pihak asing untuk memasuki ajang internasional. Seiring dengan berkembangnya produksi film, FFI bukanlah satu satunya festival film yang berada di Indonesia. Dengan fokus yang berbeda beda, festival film yang diselenggarakan di Indonesia diantaranya Festival Film Dokumenter (FFD) yang merupakan festival film pertama di Indonesia dan Asia Tenggara yang fokus pada film dokumenter, dan Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) yang menghadirkan animo sendiri. Fungsi festival film adalah ekshibisi, apresiasi dan distribusi. FFD dan JAFF memiliki peran penting dalam fungsi tersebut. FFD sebagai jalur film dokumenter dan JAFF yang fokus pada perkembangan sinema Asia. Semakin maraknya festival film melahirkan kategorisasi festival film, diantaranya adalah Major, Mini-Major, City Festivals dan Mom & Pop. Tujuan dari kategorisasi adalah untuk menemukan dan menjaga nilai personal dari pembuat film, dan hasil karya filmnya. Contoh dari major festival ialah seperti Cannes, Venice, Rotterdam. Dalam penyelenggaraannya, festival film di seluruh dunia memiliki caranya masing masing. Salah satu hal menarik adalah International Film Festival Rotterdam (IFFR) yang mempunyai layanan IFFR Film Finder. Layanan ini membantu para penggiat dan pecinta film untuk memilih film yang kira kira cocok dengan jadwal dan selera mereka. Pertama-tama, calon penonton memilih tanggal yang ingin mereka datangi, diikuti dengan pilihan pagi, siang atau malam. Setelah itu, layanan ini akan menyuguhkan beberapa trailer dari film yang akan ditayangkan sesuai dengan jadwal yang sudah dipilih. Apabila calon penonton tertarik, bisa pencet tombol like , dan judul film tersebut akan masuk ke kategori Favorites calon penonton. Tidak hanya itu, apabila dibandingkan dengan festival film yang diselenggarakan di Indonesia, IFFR tidak hanya diselenggarakan di satu kota saja.
Walaupun pusat kegiatannya tetap di Rotterdam, IFFR juga diselenggarakan di Groningen, salah satu kota yang terletak di bagian utara Belanda. Tetapi, waktu penyelenggaraan terbatas, hanya pada lima hari terakhir jadwal lengkap festival film ini. Dan, hanya menayangkan beberapa judul film saja. Total venue nya khusus untuk Kota Rotterdam saja kurang lebih ada sebanyak 18 tempat. 4 tempat pemutaran yang sempat dikunjungi semuanya dekat dengan halte. stasiun. Hanya butuh jalan kaki sekitar tujuh menit. Kedekatannya dengan public transportation ini cukup membantu dalam mengakses venue. Mungkin ini bisa dicontoh untuk penyelenggara festival film di Indonesia. Karena festival ini sudah berskala internasional dan didukung oleh pemerintah setempat, banyak dipasang bendera festival film Rotterdam diberbagai sudut kota. Di Asia, festival film diprediksi memiliki pasar yang lebih ramai dibanding di negara barat. Karena, kebanyakan orang muda di Asia memiliki rasa komunitas yang lebih kuat dan lebih menikmati film melalui bioskop dibandingkan di negara barat yang sudah mulai bergerak ke dunia online. Namun, hal ini perlu dikembangkan lagi karena untuk saat ini, di Indonesia, peran festival film masih hanya untuk apresiasi. Dimana apabila dibandingkan dengan festival film di dunia, kebanyakan sudah sebagai wadah para filmmaker untuk mencari dana atau dukungan dalam pembuatan film. Banyaknya film yang diproduksi, berbanding lurus dengan jumlah festival film yang diadakan setiap tahunnya. Begitupun juga dengan semakin beragamnya program yang muncul di festival film. Hal ini dapat meningkatkan kreativitas para pembuat film. Maka dari itu, festival film mempunyai banyak manfaat dibaliknya sehingga tidak hanya sebagai pesta besar saja. Semoga kedepannya film Indonesia semakin berkembang dari sisi kualitas dan kuantitas yang dapat dipertontonkan sampai ranah internasional. Sumber: 1. Permatasari, Andrika. 2014. FESTIVAL FILM SEBAGAI ARENA SISTEM TERBUKA STUDI KASUS PADA FESTIVAL FILM DOKUMENTER (FFD) DAN JOGJA-NETPAC ASIAN FILM FESTIVAL (JAFF). Yogyakarta. 2. Audita, Marcia. Kebangkitan Industri Perfilman Nasional di Tengah Kekosongan Festival Film Indonesia (1993 - 2005). Depok 3. https://tirto.id/sejarah-festival-film-indonesia-enam-dekade-saksi-pasang-surut-dbsm
KINEFOLK
| 11
director Happy Old Year, Nawapol Thamrongrattanarit
Exhibition mengenai tema Rotterdam Film Festival tahun ini
12 | KINEFOLK
Ganesha Film Festival : a biennale national-scaled film festival 2008 : INDIE EPIDEMIC
Ganffest adalah event apresiasi film indie yang merupakan suatu bentuk karya dari seni/art yang kreatif. Dalam proses produksi dan distribusi film indie tidak dapat terlepas dari sentuhan teknologi. Di selenggarakan di E-Plex Paris Van Java. Sekitar 200-an film pendek karya film maker dari berbagai daerah di Indonesia terkumpul dengan ragam tema dan sudut pandang yang berbeda.
2012 : MOV(I)E ON! Tema ini melambangkan tujuan dan harapan Ganffest bagi sineas non-professional untuk mempertemukan karyanya di ajang prestisius dan sesuai bidangnya.Tujuan lainnya ialah harapan kalangan umum menjadikan event ini sebagai ajang apresiasi film pendek di Bandung. Sebanyak 165 buah film pendek terdaftar dari seluruh Indonesia. Pemutaran dilakukan di ruang 9009 dan di Bismegaplex yang ditempatkan di Jalan Ganeca. Selain dapat menyaksikan pemutaran film, pengunjung juga dapat mengikuti workshop pembuatan film yang diadakan di lapangan CC Timur.
2016 : DIRI TAK PERLU DICARI
Tema Jendela diangkatan dengan harapan Ganffest 2018 dapat menjalankan fungsinya sebagai sebuah jendela. Bandung diumpamakan sebagai sebuah rumah dan Ganffest 2018 diumpamakan sebagai jendela dari rumah tersebut yang dapat menghubungkan orang-orang dari luar rumah (Bandung) dapat bisa melihat film-film dalam rumah tersebut, dan sebaliknya. Tahun 2018 ganffest menerima 323 submisi film. Selain pemutaran program, ganffest 2018 pun melakukan sinema keliling dan workshop bersama Jason Iskandar dan Bahasinema.
2020 :
GERMINAL
Merupakan festival film pertama yang diselenggarakan oleh LFM – ITB. Selain pemutaran film, festival ini juga menyelenggarakan kompetisi film independen yang melibatkan karya para sineas muda dari beberapa kota di Indonesia. Untuk festival kali ini, ada sekitar 98 karya film dan 4 video art yang diperlombakan.
2010 : ART FUTURISTIC Tema melambangkan harapan dari Ganffest itu sendiri, yakni agar perfilman Indonesia kembali “move on�, bergerak kembali menuju perbaikan. Total ada 136 karya yang masuk, dengan pengirim dari Aceh sampai Kendari. Selain pemutaran dan diskusi rangkaian acaranya juga terdiri dari 3D Indie Movie Experience dan menonton film dalam sebuah bis yang disulap menjadi bioskop mini (bismegaplex)
2014 : MAKE IT SEEN
Setiap orang memiliki pribadi yang unik dan berbeda, namun terkadang ketidakpuasan membawa diri untuk terus mencari, hingga tanpa sadar mengikuti diri milik orang lain. Pun, dengan sineas yang memiliki ciri dalam berkarya. Pada tahun ini ganffest menerima 342 submisi film. Pada ganffest inilah mulai dibuat eksplorasi program. Program yang dipertahankan hingga ganffest 2020 ialah horison dan Bandung Nu Aing.
2018:
JENDELA Germinal merupakan gambaran dunia yang tidak ajeg serta terus berkembang. Pembacaan ini menjadi penting lantaran ketidakterpisahan antara manusia dengan perkembangan zaman serta relasi dan fenomena yang telah atau mungkin terjadi yang dirasa menarik untuk dibicarakan. Sebanyak 301 film sudah disubmit. Mau tau program-program ganffest tahun ini? cek di www.ganffest.com dan instagram di @ganffest
KINEFOLK
| 13
KINTALK
DISKUSI KINEKLUB TENTANG PERFILMAN INDONESIA Osama Jarnauzy Arsitektur 2018
K
intalk merupakan sebuah program kerja Kineklub berupa diskusi film Bersama narasumber. Dengan Kintalk, Kineklub ingin mengaktifkan diskusi bahkan tanpa dibarengi pemutaran film terlebih dahulu. Kintalk pun diharapkan dapat memberi dampak luas untuk massa kampus, khususnya mengenai dunia perfilman Indonesia. Dari empat kali Kintalk yang terselenggara, Kineklub telah mengundang 7 narasumber diskusi dan menghadirkan lebih dari 200 peserta dari 45 komunitas berbeda. Kintalk pertama (25/05/19), berkolaborasi dengan Bioskop Kampus, memutarkan dan mendiskusikan film “Kuldesak” (1998) karya kolaboratif Mira Lesmana, Riri Riza, Nan T. Achnas, dan Rizal Mantovani, sebagai tonggak kebangkitan dunia perfilman Indonesia. Mengundang Adi Nugroho sebagai salah seorang scriptwriter dan asisten produksi “Kuldesak” dan Agus Safari sebagai perwakilan Festival Film Bandung, Kintalk ini mendiskusikan mengenai 14 | KINEFOLK
Pentingnya di tonggak reformasi. diputarkan
film Kuldesak yang menjafilm Indonesia setelah zaman Kuldesak ini juga pernah di LFM pada tahun 1999.
Kintalk #2 : SENSOR FILM (15/09/19) memutarkan film “Potongan” (2016) karya Chairun Nissa, sebuah dokumenter yang merekam perjalanan film "Babi Buta Yang Ingin Terbang" (2008) karya Edwin dan Senyap (2015) karya Joshua Oppenheimer yang ditolak oleh Lembaga Sensor Film (LSF). Mengundang Sastha Sunu, selaku editor film, dan Dodi Budiatman, sebagai Wakil Ketua LSF, Kintalk kedua ini mendiskusikan tentang sejarah, proses, hingga relevansi sensor film di Indonesia sampai saat ini, hingga kelanjutannya di masa mendatang. Dari diskusi ini kami menyimpulkan bahwa sebetulnya pihak LSF ini mendapat tekanan baik dari berbagai pihak dalam keberjalanannya. Jika LSF membebaskan sineas untuk mengekspresikan film, LSF ditentang oleh ormas atau orang tua penonton.
Jika LSF bermain aman dengan menyensor beberapa hal LSF dianggap sebagai jagal film oleh sineas. Oleh sebab itu LSF mengatakan masyarakat Indonesia belum siap untuk menerima hal-hal karena ada banyak perbedaan pandangan tentang film karena yang diterima di Jawa belum tentu bisa diterima di daerah lain seperti kontroversi film Dilan pada tahun 2019 lalu. Oleh sebab itu perlu dilakukan edukasi mengenai konteks dan pembacaan film kepada penonton baik dari pihak LSF maupun dari pegiat film. Contohnya seperti diskusi yang dilakukan dengan Kineklub ini. Kintalk #3 : Peran Festival Film di Indonesia (30/11/19), berkolaborasi dengan Ganesha Film Festival, memutarkan “Kembalilah dengan Tenang (Rest in Peace)� (2018) karya Reza Fahriansyah dan “Ballad of Blood and Two White Buckets� (2018) karya Yosep Anggi Noen, sebagai dua film Indonesia yang telah berlanglang buana di festival-festival film internasional. Diskusi kali ini mengundang Reza Fahriansyah, sebagai salah satu sutradara dan Program Director JAFF 2018, serta Nauval Yazid, sebagai seorang Co-Director Europe on Screen.
Diskusi kali ini membahas seputar festival film dan peran pentingnya dalam perkembangan industri film Indonesia secara keseluruhan. Khususnya yang bergerak dari komunitas. Mas Reza bercerita mengenai peran festival film dari kacamata sineas hingga bagaimana ia bisa menjadi program director JAFF yang merupakan salah satu festival film terbesar di Indonesia. Sedangkan Mas Nauval bercerita mengenai bagaimana membangun Europe on Screen dan kegagalan suatu festival film Internasional di Indonesia. Kintalk #4 : A Day with Joko Anwar (18/01/20). Berkolaborasi dengan Eduplex, berbeda dengan tiga Kintalk sebelumnya. Kali ini, narasumber Joko Anwar (sutradara, penulis, dan kritikus film) diundang untuk berbincang seharian penuh tanpa pemutaran film. Kintalk ini berlangsung selama 2,5 jam. Joko Anwar pertama memaparkan materi selama 1 Jam dan melakukan tanya jawab dengan peserta diskusi selama 1,5 jam. Notulensi diskusi Kintalk 1-4 bisa dibaca di website kineklub di kineklub.lfm. itb.ac.id dan untuk menonton diskusi bisa dibuka Youtube Kineklub LFM ITB KINEFOLK
| 15
FILM REVIEW : OSCAR NOMINATION
Marriage Story: Satu Keputusan yang Diambil Terlalu Cepat Dhiya Ilham Trihatmaja Planologi 2018
P
asti setidaknya kalian pernah mendengar bahwa film ini menarik atau temanteman kalian menceritakan bahwa film ini adalah film perceraian. Tapi film ini membawakan sesuatu yang lebih daripada hanya menceritakan perceraian itu sendiri. Film ini dapat mengemasnya dalam drama berbeda dan ‘real-life situation’. Penasaran bagaimana, mungkin akan kuceritakan film ini mulai dengan “the things I like and its funfact”. Hal-hal yang kusukai adalah (1)film ini membawakan cerita panjang untuk satu film berdurasi 2 jam 16 menit tanpa membuat jenuh dengan membawakan alur drama yang tidak monoton. (2)Film ini juga sukses menceritakan situasi KDRT atau cekcok tanpa harus memakai fisik tetapi verbal yang minim cursing dan memberi makna pada penonton sendiri, apalagi ditambah pada akhir cekcok dibuat dengan perasaan ‘damai’ yang akan kalian tahu sendiri jika menontonnya. Dan (3)kalian akan dibuat men-support Nicole Barber — pasangan dari Charlie Barber — karena pada frame akan memberikan semua kesan positif dan strategi hukum yang membuat memenangkan persidangan pada awal hingga tengah film yang membuat posisi Charlie semakin kecil bagi kalian yang menonton dan lambat laun menaikkan posisinya di kala akhir film dan membuatnya menjadi seri. Juga ada beberapa funfact yang membuat kalian takjub (sumber: The Academy) seperti (1) di kala emosional monolog yang dilakukan Johansson merupakan satu take dengan scene yang panjang dan membutuhkan rol film baru agar mendapatkan take yang sempurna 16 | KINEFOLK
“Scarlett was amazing. It was like watching a great athlete compete.” — Noah Baumbach (2) Agar teater pada scene berdurasi 30 detik saat Charlie sedang mengarahkan adegan teater / directing dan Nicole berakting berasa nyata, seluruh produksi teater/ studio dibangun hanya untuk scene tersebut. (3) Setelah Randy Newman — pembuat musik orisinil pada film — membaca script, dia merekam sebuah musik tema berjudul “Mommy Phase” melalui telepon genggamnya dan mengirimkannya pada Noah Baumbach, dan scene juga tema yang dibuat menjadi hal penting yang menceritakan esensi dari film. “I love working with him. He instinctually understands what that means musically for him and for the piece.” — Noah Baumbach Melihat dari cerita yang kutangkap adalah, adanya turun-naiknya perasaan hati satu sama lain dan kehidupan bersama tidak akan selalu menyenangkan dan janganlah terlalu cepat mengambil keputusan yang akan disesali kelak. Karena menurutku pada akhirnya mereka tetap saling mencintai dan tetap juga melakukan perceraian karena proses ini telah mencapai final dan memberikan keputusan terakhir yaitu bercerai. Lalu, kenapa kalian harus menonton Marriage Story, karena film ini memberikan gambaran perceraian dan memberikan pelajaran untuk selalu dapat bertahan juga menghargai ikatan hubungan yang sakral. Memiliki aktor dan aktris yang rupawan seperti Adam Driver dan Scarlett Johansson. Serta para aktor dan tim produksi melakukan effort lebih agar film ini dapat mendekati kesempurnaan dan meraih berbagai penghargaan. Rating pribadiku untuk film ini adalah 8.9/10.
PARASITE :
(Bukan) Cerita Si Kaya dan Si Miskin Ihsan Nurfajri Teknik Material 2016 Apa yang ada di pikiran kalian ketika film ini menang Festival Cannes tahun 2019? Kebanyakan orang berpikir pasti film ini film yang sangat “mikir”, punya ending yang tak tertebak, penuh dengan plot twist, dan lain-lain. Tapi ternyata film ini seederhana. Perjuangan manusia untuk bertahan hidup. Ya, sederhana, tapi sangat amat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Kim Ki Taek (Song Kang Ho) bersama istri dan kedua anaknya hidup di rumah semi-basement dalam lingkungan yang padat. Keempatnya merupakan pengangguran dengan perjuangan yang sangat sulit walaupun hanya untuk bertahan hidup. Suatu hari, anak tertuanya – Ki Woo (Choi Woo Shik) – mendapatkan tawaran pekerjaan dari temannya untuk menjadi guru les dari keluarga orang kaya. Ki Woo kemudian memanfaatkan posisinya agar seluruh keluarganya dapat bekerja dalam keluarga kaya ini agar dapat mengakhiri kesengsaraan mereka. Sebelum beranjak pada cerita dari film ini, saya pribadi sangaaaat menyukai sinematografi dari film ini. Penempataan benda-bendanya sangatlah apik dan berkesan, kemudian camera work yang dihasilkan sangat mulus sehingga mudah untuk dinikmati di sepanjang film. Sebagai contoh, adegan ketika Ki Taek dan keluarganya mencoba merebut kebahagiaannya yang sementara sangatlah dramatis dan mencekam ditambah timing yang tepat dari musik yang mengalun sepanjang adegan tersebut. Terakhir, adegan ketika Ki Jung (Park So Dam) terlihat merokok di dalam kamar mandi yang sesak sembari air banjir meninggi dan isi di dalam toilet tersebut mendesak ingin keluar. Adegan ini sangatlah memberi pengaruh yang sangat tinggi bagi saya, adegan ini penuh keputusasaan namun penuh harapan, membosankan namun menantang, dan hina namun suci dengan caranya sendiri.
Untuk cerita film ini sendiri sangatlah menegangkan TETAPI Bong Joon Ho membungkusnya dengan sangat apik ditambah banyaknya adegan-adegan komedi di sepanjang film. Membuat film ini menghibur dan mendebarkan dalam proporsi yang seimbang. Premis yang disajikan film ini pun juga sangat sederhana namun memiliki pengertian yang mendalam. Tentang Keluarga yang miskin, tidak beruntung, tapi sangat bertalenta yang mencoba menyelesaikan permasalahan ekonominya dengan “bantuan” dari keluarga kaya raya (Keluarga Park), tetapi cenderung bodoh, dan tidak bertalenta. Hukum rimba berlaku disini – yang lemah akan ditindas oleh yang kuat – tetapi, pertanyaannya adalah siapa di antara mereka yang lebih kuat? Benar, bahwa keluarga Ki Taek memiliki kecerdasan di berbagai bidang, namun keluarga Park selalu diberkati oleh harta yang menjadikan mereka memiliki kekuatannya tersendiri. Jadi, siapa yang kuat dalam kasus seperti ini? Jawaban saya pribadi terhadap pertanyaan ini adalah, TIDAK KEDUANYA. Tiap keluarga memiliki kekuatan di daerah tertentu, tapi satu hal penting terhadap permasalahan ini, mereka semua hanyalah manusia. Mereka hidup, kemudian mati. Mereka tidak bisa melawan hukum alam ini. Pada akhirnya alam yang akan mengambil alih semuanya. Dalam film ini, terdapat pihak ketiga yang akan merusak harmoni di antara kedua pihak sehingga menjadikan kedua pihak jatuh ke jurang yang dalam. Film ini merupakan film yang sangat luar biasa, namun satu yang sangat saya sesali dari film ini, yaitu lelaki yang hidup di bawah tanah yang menjadi titik utama dan kelemahan film ini. Merupakan hal yang sangat tidak masuk akal bagaimana seorang manusia bisa hidup tanpa sinar matahari selama bertahun-tahun, walaupun terdapat bukti bahwa manusia dapat hidup tanpa sinar matahari, namun kemudian ketika mereka terpapar sinar matahari tersebut, butuh waktu yang sangat lama untuk beradaptasi terhadap hal tersebut. Hal yang tidak adil memang bila memasukkan sains ke dalam film, tetapi film ini adalah film yang realistis sehingga segala alasan yang ada di film ini haruslah realistis. Film ini merupakan film yang tepat untuk dinikmati semua orang di dunia. “Parasite” merupakan salah satu film yang sangat penting yang pernah dibuat. KINEFOLK
| 17
Joker: Pencerminan Keadaan Sosial Dunia Saat Ini Neelam Ayuningrum FSRD 2019 Ketika Marvel sedang merayakan pencapaiannya atas Avengers: Endgame yang meraih kesuksesan secara komersial sebagai film terlaris saat ini, DC masih harus membenahi berbagai kekurangannya dalam membuat sebuah cinematic universe yang solid dengan kurang diterimanya Justice League dan Suicide Squad. Jika dilihat dari film-film DC, justru yang meraih kesuksesan secara komersial dan mendapat banyak pujian dari para penikmat film adalah film-film standalone mereka seperti The Dark Knight Trilogy, Wonder Woman, dan Aquaman. Mungkin karena itulah, mereka merasa bahwa film standalone-lah yang menjadi keunggulan mereka, dan memutuskan untuk merilis film Joker.
kita kepikiran ketika berada di bioskop maupun ketika sudah di luar bioskop. Setelah menyaksikan Joker, sepertinya saya tidak salah dalam hal itu.
Film Joker diiringi dengan berbagai kontroversi yang beredar di media Amerika Serikat. Karena paranoid akan kejadian penembakan 7 tahun lalu pada saat penayangan The Dark Knight Rises, sinema di seluruh Amerika Serikat diperintahkan untuk memperkuat keamanannya seiring penayangan Joker. Banyak juga media-media mainstream Barat yang mengecap film ini sebagai film yang penuh kekerasan dan ‘berbahaya’ untuk ditonton.
Dari filmografi yang saya lihat di biografi Todd Phillips di internet, saya mendapati banyaknya film komedi yang disutradarai olehnya. Tentunya saya terkejut, karena Joker bukanlah film komedi, melainkan film tragedi. Saya memang tidak menonton semua film yang disutradarai Phillips satu per satu, akan tetapi dapat dilihat dari deskripsi singkat film-film tersebut, bahwa “dark comedy” seringkali disebutkan. Itu adalah titik temu Joker dengan film-film komedi buatan Phillips. Hubungan antara filmografi Phillips dengan film Joker yang penuh tragedi mengingatkan saya akan kutipan kalimat Arthur Fleck di film ini:
Saya sebagai orang Indonesia tidak tahu-menahu tentang tulisan-tulisan media mainstream ketika masuk ke bioskop tanpa ditemani siapa pun pada jam sepuluh malam di hari pertama penayangannya di Indonesia, karena saya telah menanti-nanti film ini sejak lama. Belum ada keramaian di media sosial yang membahas film Joker beserta kegilaan-kegilaannya. Yang saya ingat hanyalah bahwa film ini menerima banyak sekali pujian saat penayangannya di beberapa festival film, bahkan sampai mendapat tepuk tangan meriah selama delapan menit di Venice Film Festival. Mendengar hal itu, saya yakin film ini bukanlah film generik yang mencoba menjadi dark namun gagal ala Suicide Squad, melainkan film serius yang membuat 18 | KINEFOLK
Sinopsis Arthur Fleck adalah pria berumur 30-an yang hidup di sisi gelap dan kumuh kota Gotham, serta bekerja sebagai badut jalanan. Sejak kecil ia memiliki kelainan mental dimana ia akan tertawa meskipun hatinya dipenuhi kesedihan. Karena pekerjaannya sebagai badut serta kelainan mentalnya, tak jarang ia diremehkan dan dicaci-maki oleh orang sekitar. Rangkaian tragedi demi tragedi terus berdatangan dalam hidupnya, menguji kewarasan si badut jalanan.
“Aku selalu berpikir bahwa hidupku adalah tragedi, namun sekarang aku sadar, hidupku adalah sebuah komedi.” — Arthur Fleck Joker sebagai film dengan cerita yang dark adalah bentuk “komedi” Todd Phillips yang berupa satir terhadap keadaan sosial masyarakat sekarang yang penuh kesenjangan dan perbedaan kelas sosial. Ketertarikan Phillips terhadap dark humor yang sekarang tidak begitu diterima dengan baik di masyarakat Amerika Serikat yang penuh dengan Social Justice Warrior,
juga dituangkan dalam karakter Arthur Fleck yang juga gemar melucu dengan dark humor yang tidak bisa membuat tertawa semua orang. Film ini menggali lebih dalam mengenai bagaimana seseorang bisa menjadi dirinya sekarang, karena setiap hal pasti diawali oleh sesuatu. Hal ini bisa dilihat dari karakter Joker yang terbentuk dari kehidupan Arthur Fleck yang sering dicaci-maki, dihujat dan diremehkan, ditambah dengan minimnya dukungan dari keluarga maupun teman. Hal ini sedikit demi sedikit mengikis kesabaran Arthur dan akhirnya membuatnya menjadi sang Joker. Hal ini mirip dengan orang-orang yang terkucilkan di masyarakat, yang akhirnya berbuat sesuatu yang negatif baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain, dikarenakan rasa muaknya terhadap kehidupan sosial yang begitu kejam. Berlanjut ke masalah akting, tentu saja kita tidak bisa membicarakan film ini tanpa menyebutkan nama Joaquin Phoenix, yang akhir-akhir ini mendapat pujian dari banyak orang atas penampilannya yang spektakuler dalam memerankan Joker. Karakter yang merupakan musuh utama Batman ini sempat mengantarkan almarhum Heath Ledger menuju panggung Academy Awards dan meraih piala Oscar, maka tentu saja orang-orang mengharapkan kualitas yang setidaknya setara dengan Ledger dalam menjiwai karakter Joker. Berbagai hujatan yang diterima DC atas penggambaran Joker oleh Jared Leto di film Suicide Squad yang kurang memuaskan membuat DC memutuskan untuk “membuang” Jared Leto dan mengangkat Phoenix sebagai pemeran karakter badut Gotham ini. Setelah membaca berbagai review Joker dan menyaksikan sendiri aksi Phoenix, saya yakin bahwa DC telah mengambil keputusan yang tepat. Joaquin Phoenix mampu menunjukkan karakter Arthur Fleck yang unik, seperti kelainan mental yang ia miliki, kecanggungannya ketika bertemu orang-orang selain ibu dan temannya, serta tawa Arthur yang menyiratkan kesedihan seorang badut jalanan yang selalu tertimpa tragedi demi tragedi. Banyak orang yang berharap bahwa Phoenix masuk dalam nominasi Academy Awards, bahkan meraih piala Oscar yang sangat bergengsi, dan saya adalah salah satunya. Karakter-karakter pembantu seperti Penny
yang juga berhasil menampilkan sesosok ibu yang kelihatannya peduli terhadap Arthur, namun tetap menyimpan rahasia-rahasia gelap di masa lalunya mengenai dirinya maupun Arthur. Robert De Niro juga sangat piawai dalam memerankan host talkshow Murray Franklin, di mana saya yang menyaksikannya seperti menonton talkshow di televisi betulan. Dari aspek sinematik, terlihat bahwa film ini sering menggunakan warna-warna dingin dan gelap seperti biru, hitam, dan abu-abu. Hal ini tentu memperkuat kesan suasana suram dan berbagai tragedi di film ini. Akan tetapi, terdapat satu adegan yang terlihat menggunakan sedikit warna hangat, yaitu ketika Arthur sedang beranjak memasuki apartemennya. Hal ini seperti simbolisme bahwa apartemen Arthur adalah tempat hangat baginya untuk beristirahat sejenak dari segala keburukan-keburukan yang ia hadapi di masyarakat. Kamera juga seringkali menangkap sebuah adegan dimana penonton memiliki eye level yang setara dengan Arthur. Hal ini membuat penonton merasa setara dan familiar dengan yang dirasakan karakternya, sehingga membuat penonton bersimpati terhadap kehidupan Arthur ini. Satu lagi yang sangat penting dalam menciptakan suasana film yang suram dan mencekam ialah scoring yang brilian dari Hildur Guðnadóttir. Musik yang menemani adegan demi adegan sepanjang film digunakan secukupnya, tidak perlu digunakan secara berlebihan bagaikan film-film generik murahan. Guðnadóttir juga mampu memberikan ketegangan pada penonton dan membawa penonton kepada kejadian-kejadian intens pada film. Musik yang dipakai juga sangat mendukung setiap suasana yang sedang digambarkan. Film Joker memang diliputi berbagai kontroversi dan memicu banyak perbincangan untuk orang-orang. Ada juga yang merasa familiar dengan apa yang dirasakan Arthur. Terlepas dari semua itu, saya berpikir bahwa Joker merupakan film yang patut ditepuktangani selama delapan menit. Menurut saya, film yang brilian adalah film yang membuat orang berpikir dan mendiskusikan topik yang diangkat dalam film tersebut, dan “kekacauan” yang diciptakan oleh film Joker merupakan tanda keberhasilan film ini. KINEFOLK
| 19
Ford v Ferrari: Film yang Sempurna untuk Penggemar Otomotif
Ariq Rahman Baihaqi Teknik Mesin 2016
“Um, this year marks the 50th anniversary of the greatest battle in motorsport history. The story begins in the 1960s when Ford realizes that they can sell a lot more cars if they were a lot more successful on the racetracks. So, they formulated a brilliant plan, but unfortunately it went disastrously wrong, didn’t it Bob? [laughs]” - James May pada The Grand Tour S01E06 Pada tanggal 23 Desember 2016, sebuah otomotif terkenal Amazon, The Grand Tour, mengeluarkan episode ke-6 dari musim pertama mereka dengan judul Happy Finnish Christmas. Pada segmen terakhir dari acara tersebut, sebuah film dokumenter singkat yang dipresentasikan James May ditampilkan. Film tersebut merupakan tentang perselisihan antara Ferrari dan Ford pada salah satu ajang balapan paling terkenal di dunia, 24 Hours of Le Mans (24 Heures du Mans). Dokumenter pendek tersebut menurut saya pribadi sangatlah bagus. Lalu, hampir 3 tahun semenjak film itu diluncurkan, sebuah film dengan durasi 152 menit dirilis ke publik. Kebetulan? Menurut saya tidak. Bagaimanapun, saya bersyukur seseorang di Hollywood memutuskan untuk membuat sebuah serpihan sejarah ini menjadi sebuah film. Film ini dinamakan Ford v Ferrari (atau Le Mans ’66 untuk di beberapa negara Eropa). Film ini disutradarai oleh James Mangold dan ditulis oleh Jez Butterworth dan John-Henry Butterworth. Film ini dirilis pada tanggal 13 November 2019 di Belgium dan Prancis, dan dilanjuti dengan negara – negara lain pada tanggal setelahnya, dengan Indonesia pada tanggal 15 November 2019. Film ini dibintangi oleh beberapa aktor terbaik Hollywood seperti Matt Damon dan mantan Dark Knight, Christian Bale. Cerita asli dari perselisihan antara Ferrari dan Ford bermula pada 1963, dimana Ford mencoba untuk membeli Ferrari. Pada saat itu Ferrari sedang 20 | KINEFOLK
mengalami masalah keuangan, jadi ketika Ford Motor Company menawarkan untuk membeli perusahaan tersebut dengan uang sebanyak US$ 16 juta, Enzo Ferrari setuju. Lalu pada tanggal 21 Mei 1963, perwakilan Ford pergi ke Itali untuk mengurusi urusan pembelian ini. Ketika mereka sampai, kontrak mengenai pembeliannya diberikan kepada Enzo. Pada saat inilah masalah mulai muncul. Dengan menyetujui kontrak tersebut, Enzo secara efektif akan memberikan Ford Motor Company kewenangan terhadap divisi balapan Ferrari. Enzo tidak setuju. Enzo lalu mencaci maki para perwakilan Ford yang kemudian dilanjuti dengan dirinya pergi meninggalkan pertemuan tersebut untuk makan. Ketika Heniry Ford II mendengar tentang hal ini, dia merasa terhina. Merasa terhina, Henry Ford II pun memutuskan untuk melawan Ferrari di Le Mans 24 Jam. Dengan waktu kurang dari satu tahun, Ford berhasil membuat sebuah mobil balap dengan bantuan Lola Cars. Mobil ini dinamakan Ford GT40. Jadi, percobaan pertama, tahun 1964 di Le Mans, bagaimana hasilnya? Parah. Dari tiga Ford GT40 yang dibawa, semuanya tidak ada yang berhasil menyelesaikan balapannya. Mereka akhirnya mencoba lagi pada tahun 1965 dengan bantuan Carol Shelby dan Ken Miles, yang juga berakhir mengenaskan. Lalu akhirnya pada tahun 1966, mereka akhirnya berhasil mencetak kemenangan mereka di Le Mans, yang membuat mereka tim Amerika pertaman yang berhasil menang di 24 Hours of Le Mans.
Jadi apa yang membuat film ini keren? Kenapa saya bersyukur Hollwyood memutuskan untuk mengadaptasi cerita ini menjadi filmnya sendiri? Kenapa saya meng-klaim bahwa ini film yang sempurna untuk penggemar otomotif? Secara singkat, film ini mengerti daya tariknya. Film ini tahu bahwa atraksi utama dari film ini merupakan apa pun yang berhubungan dengan otomotif, bahkan sampai ke detailnya. Jadi, bagaimana film ini memanfaatkan fitur ini? Salah satu metode yang menonjol untuk memanfaatkan fitur ini merupakan dengan karakter seperti Carol Shelby (Matt Damon) dan Ken Miles (Christian Bale) menunjukkan pemahaman dan hasrat mereka terhadap mobil dan balapan. Carol Shelby merupakan salah seorang tuner mobil legendaris dan Ken Miles merupakan pembalap yang hebat. Jadi, dengan membuat mereka berbicara mengenai otomotif secara mendalam dan penuh semangat membuat kita merasa bahwa yang kita tonton bukan hanya sekedar aktor yang berbicara, , akan tetapi seseorang yang mempunyai cinta terhadap mobil dan balapan, dan itu adalah sesuatu yang saya rasakan. Untuk membuat hal ini lebih menonjol, film ini menciptakan kontras antara Shelby dan Miles dengan eksekutif Ford. Para eksekutif tersebut digambarkan seolah mereka bukanlah penggemar otomotif. Mereka hanyalah sekumpulan pria dengan jas, yang membuat hasrat dan antusiasme Shelby dan Miles lebih menonjol. Metode kedua yang paling menonjol merupakan bagaimana mereka merekam mobilnya. Saya ingat ketika saya menonton film ini, saya beberapa kali merinding bahagia ketika melihat mobilnya muncul. Mereka paham bagaimana cara merekam mobil yang ada untuk memanfaatkan kekerenan mobil tersebut. Entah itu ketika mobilnya sedang berdiam diri atau melaju dengan kecepatan 150+ mil per jam, ketika mereka ingin, mereka mampu membuat adegan itu luar biasa. Pribadi, shot favorit saya merupakan ketika Ken Miles akan melewati garis finish untuk mengakhiri sebuah putaran. Ketika Ford GT40-nya melesat ke garis finish, shot-nya dibawa ke belakang mobil. Itu merupakan trailing shot yang seolah direkam dengan drone.
Saya sedikit bingung apakah adengan itu asli atau CGI, akan tetapi itu tidak penting karena adegan tersebut sangatlah spektakuler. Sehebat apapun ceritanya, apapun yang diciptakan manusia memiliki kelemahannya, dan film ini bukanlah sebuah pengecualian. Menurut saya, salah satu kesalahan film ini terletak pada akurasi sejarahnya. Saya sadar memang film yang berdasarkan kisah nyata akan ada hal – hal yang dilebih - lebihkan atau tidak terjadi, biasanya ini hal kecil, detail tidak penting. Akan tetapi, ada satu detail penting yang mereka salah. Di filmnya, Shelby direkrut Ford sebelum Le Mans tahun 1964. Pada cerita aslinya, meerkat direkrut setelah Le Mans tahun 1964. Jika mereka mengikuti cerita aslinya, film ini mungkin akan jadi film yang sangat berbeda. Salah satu kesalahan lainnnya, atau lebih tepatnya kesempatan yang hilang, merupakan film in tidak menceritakan usaha Ford pada Le Mans tahun 1965 dan langsung lompat ke Le Mans tahun 1966. Jadi kesimpulannya, jika anda adalah seseorang yang gemar dengan Top Gear UK atau The Grand Tour, atau mungkin anda sangat suka dengan serial komik dan animasi Initial D, atau anda fikir film terhebat Pixar dari sekian film hebat mereka merupakan Cars (2006) hanya karena itu tentang mobil, atau mungkin anda hanya seorang penggemar mobil, maka film ini untuk anda. Dan untuk anda yang tidak, film ini tetap merupakan film untuk anda karena film ini mungkin salah satu film terbaik yang keluar pada tahun 2019. Referensi 1. Whitehead, G. (Director), & Klein, B. (Studio Director). (2016, December 23). Happy Finnish Christmas [Web Series Episode]. In A. Wilman (Executive Producer), The grand tour. Seattle, WA: Amazon. 2. Racing in the blood: the story of the Ford GT40. (2017, Februari 16). Dilihat pada November 22, 2019, dari https://www.motoringresearch.com/car-news/features/racingblood-story-ford-gt40/ 3. Ford v Ferrari. (2019, November 13). Dilihat pada November 23, 2019, dari https://www.imdb.com/title/tt1950186/
KINEFOLK
| 21
Once A Upon A time In Hollywood: Kisah Alternatif Pembunuhan Sharon Tate Angga Muhammad Firsyah FTI 2019
Bukanlah Quentin Tarantino kalau bukan
membuat film berdasarkan kisah nyata yang Ia modifikasi “seenaknya”. Terinspirasi dari kejadian nyata pada tahun 1969, seorang aktris bernama Sharon Tate yang dibunuh oleh sekte alias kaum hippies sengklek pada saat aktris tersebut tengah hamil 8,5 bulan. Dipimpin oleh Charles Manson yang sedari kecil sudah tidak mengenali hidup tenang nan bahagia. Di dalam film, si Charles ini hanya ditampilkan sekali oleh Om Tino pun tidak dijelaskan oleh Om Tino siapa dia dan peran dia dalam alur cerita fim. Padahal, tanpa kelakuan Berandal Ini, mungkin film ini tidak akan pernah ada. Charles Manson sendiri adalah seseorang yang lahir di Amerika Serikat. Di umur Charles yang ke tujuh, ia tinggal di rumah saudaranya karena Sang ibu harus meringkuk di balik sel tahanan karena terlibat dalam perampokan pom bensin. Selepas masa tahanan sang Ibu berakhir, keterbatasan finansial membuat Charles musti ditempatkan di sekolah asrama negara. Disaat inilah Charles melarikan diri dan hidup bersama orang orang jalanan, disaat ini juga dia mulai melakukan tindakan kriminal. Berbagai perbuatan yang melawan hukum sudah dilakukan oleh Charles sejak usianya juga masih belia. Kasus nya diantara lain, pencurian mobil, penipuan, pemalsuan kartu kredit, dan bekerja sebagai mucikari. Beliau juga beberapa kali keluar-masuk penjara. Singkat cerita, setelah berulang kali keluar-masuk penjara, pada tahun 1967 beliau memutuskan untuk melakukan ‘hijrah’. Charles memutuskan untuk merintis karir menjadi musisi. Alih-alih menjadi rockstar, beliau malah membuat sebuah kelompok yang lebih dikenal dengan nama “The Family” atau “Manson Cult”. Karena karismanya, banyak remaja yang rela menjadi pengikutnya. Charles sedemikian rupa dapat memanipulasi anggota 22 | KINEFOLK
anggotanya sehingga dapat mengikuti semua perkataan nya termasuk berhubungan seks dengannya dan rutin melakukan LSD Trip. Pada suatu ketika, Charles mengutus anak buahnya untuk membunuh Roman Polanski — sutradara kenamaan pada saat itu — beserta istrinya, Sharon Tate. Hal ini adalah propaganda yang dibuat langsung dari isi kepala Charles Manson sendiri dan rencana ini dikenal dengan “Helter Skelter Scenario”. Diambil dari judul lagu The Beatles, rencana skenario ini ialah untuk membunuh sebanyak-banyaknya public figure kulit putih, yang dipercayai Charles, akan mempercepat kiamat akibat peperangan ras. Charles beserta komplotannya percaya bahwa nantinya mereka bisa mengambil keuntungan dari peperangan tersebut. Entah dari mana Charles mendapatkan ilham tersebut pun juga komplotannya mengamini hal tersebut. Ulah dari Charles Manson ini yang membuat beliau menjadi lambang dari kegilaan dan kekerasan. Film ini difokuskan pada Rick Dalton yang dikisahkan sebagai TV star dan stunt double-nya — Cliff Booth. Dalam penuturan naratif selama 3 jam nya Tarantino, penonton yang hendak menonton, diharapkan sedikit banyak tahu budaya pop kultur pada tahun tersebut (1960-an) dan sepak terjang tokoh yang dibahas di film. Jika tidak, penonton bisa tersesat dalam konten konten yang disajikan, memang film Tarantino yang satu ini cukup segmented dan dapat dinikmati secara maksimum oleh penikmat pop kultur pada tahun tersebut. Tetapi, tidak menjadikan Once Upon a Time In Hollywood tidak layak tonton oleh orang awam. Performa Aktor papan atas, dialog-dialog yang tajam, kekerasan yang disulap menjadi keindahan, dan segala hal yang selalu ada di tiap film Tarantino menjadikan alasannya. Film ini bisa dibilang easy to watch dan nyaman untuk ditonton berkali kali, bisa diibaratkan seperti denger lagu yang asik banget tapi liriknya suka bingungin. Sebenernya konsep filmnya pun tidak terlalu muluk muluk. Hal yang menarik juga terdapat di ending film, kisah yang aslinya seharusnya dark, diubah menjadi semi anekdotal tanpa semerta-merta membuat film menjadi tacky. Once Upon A time In hollywood barangkali ialah persembahan Tarantino untuk masa kejayaan Hollywood pun juga Tarantino hidup di era tersebut dan menggemari pop kulturnya. Wacananya sih ini bakal jadi film terakhir dari Tarantino.
1917 Gilroy Jeremia FMIPA 2019 Melalui 1917 Sam Mendes berhasil menampilkan kengerian perang dunia pertama dari kacamata tentaranya. Diangkat dari kisah nyata yang diceritakan oleh kopral Lance Mendes -kakek dari Sam Mendes- membuat cerita ini terasa begitu personal. Apalagi ditambah dengan film yang dikemas dengan dibuat seolah one take, membuat perjalanan Schofield(George MacKay) dan Blake (Dean-Charles Chapman) begitu sulit dan melelahkan. Tidak seperti film perang lainnya yang menceritakan strategi secara detail ataupun perang yang epik, cerita 1917 tergolong sederhana. 1917 menceritakan tentang perjalanan panjang kopral Schofield dan kopral Blake ke lini depan peperangan untuk mengantarkan sebuah pesan penting. Walau dengan cerita yang sederhana Sam Mendes berhasil menarik perhatian dengan pembawaan cerita yang sangat berbeda yaitu one take. Dari permulaan sampai akhir film, seluruh adegan dibuat dengan sekali ambilan kamera dengan pemotongan adegan yang diselipkan secara diam-diam. Namun teknik seperti ini bukanlah hal yang baru. Film dengan konsep one take pertama kali dipopulerkan oleh Alfred Hitchcock pada film "Rope"(1948), dan jika melihat contoh yang paling baru yaitu “Birdman”(2014) karya Alejandro González Iñárritu yang memenangkan kategori best picture pada Oscars tahun 2015 silam. Meskipun begitu, sangatlah berbeda untuk menyajikan cerita drama seperti “Birdman” atau misteri seperti “Rope” dengan cerita perang. Siapa sangka teknik one take ini dapat sangat cocok untuk diaplikasikan pada film perang seperti 1917 ini.
peperangan, dan ditambah dengan kamera yang selalu mengikuti Schofield, penonton dapat merasa ketakutan saat para lakon sedang menyusup ke daerah musuh, sambil dengan hati-hati menghindari segala perangkap musuh. Pergerakan kamera yang sangat jarang berhenti membuat para penonton bisa merasakan kelelahan yang Schofield dan Blake rasakan. Tensi yang dibangun oleh Mendes tidak hilang sampai akhir film sehingga durasi film yang hampir dua jam hanya terasa seperti beberapa menit saja. Sinematografi Roger Deakins tidak pernah mengecewakan dalam 1917. Untuk membuat film yang dibuat seolah one take dan terlihat menawan di setiap frame -nya adalah hal yang sangat sulit dan dalam 1917 Deakins melakukan tugas itu dengan sangat luar biasa. Dimulai dari adegan-adegan di parit yang dibuat sedemikian sehingga terasa klaustrofobik hingga permainan pencahayaan pada adegan malam hari di reruntuhan kota yang begitu menegangkan namun indah. Tidak lupa, teknispengambilan gambaryang tentunya harus dipikirkan secara matang-matang mengingat film yang akan dibuat satu take panjang. 1917 menggambarkan horror- nya perang dunia pertama dengan sangat baik. Dengan one take- nya para penonton seolah diajak untuk berjalan bersama ke lini depan peperangan untuk mengantarkan pesan yang dapat menyelamatkan ratusan tentara lainnya. Para penonton seolah tidak diberi “istirahat” karena para lakon di 1917 juga tidak beristirahat. Tensi, ketegangan, hingga kelelahan dalam perjalanan kopral Schofield dirasakan juga oleh para penontonnya.
Dalam 1917 para penonton seolah berada bersama Schofield dan Blake selama perjalanan mereka ke lini depan peperangan. Para penonton disuguhkan dengan seramnya barisan KINEFOLK
| 23
P TJ K N P A G E
Teater IMAX Keong Emas Muhammad Faizin Fitriansyah Musa FITB 2019
Pernahkah
anda menonton film dengan layar raksasa berukuran 21,5 meter x 29,3 meter ? kalau belum maka anda harus mencobanya di Teater IMAX Keong Emas Taman Mini Indonesia Indah. Gedung teater yang diresmikan pada tanggal 20 April 1984 ini dibangun atas prakarsa serta gagasan Almarhumah Ibu Hj. Tien Soeharto dan merupakan teater IMAX pertama di Indonesia.
IMAX sendiri merupakan singkatan dari Image Maximum, sebuah proyeksi film yang memiliki kemampuan menampilkan gambar dengan ukuran dan resolusi yang lebih besar dari film konvensional lainnya. Dalam hal suara, berbagai sarana dan panil penyerap suara (akustik) ditempatkan secara strategis pada lokasi tertentu di sekitar teater, sehingga diperoleh pantulan suara yang jelas dan sempurna.
Sebagian besar siswa Indonesia pernah masuk Teater Keong Emas saat berdarma wisata bersama sekolah. Film yang ditayangkan biasanya menonjolkan keanekaragaman budaya Indonesia. Selain film keanekaragaman Indonesia, berapa film box office dunia juga pernah ditayangkan. Namun, tidak sembarang film bisa di tanyangkan di teater Keong Emas
Selain kualitas proyektor yang lebih bagus dan audio yang mendukung, kehadiran panggung multifungsi memungkinkan Teater Keong Mas memanfaatkan fungsi lain dari sebuah gedung teater bagi masyarakat atau pihak swasta, di antaranya yaitu sebagai tempat peluncuran produk, iklan, kegiatan komunitas, acara keagamaan, wisuda, gathering, hingga sosialisasi program.
Menonton film di teater ini, sama halnya seperti anda menonton di bioskop biasa, hanya saja kursinya didesain membuat kita menegadah, karena layarnya tidak berbentuk persegi empat datar seperti bioskop biasa, melainkan berbentuk lingkaran cembung karena layarnya adalah tempurung dari gedung Keong Mas itu sendiri. Penonton serasa ikut berada di dalamnya dan ikut pula berperan sebagai pemain yang didukung dengan gambar full HD 4K yang semuanya terasa nyata seperti film 3D. Dengan layar berukuran 21,5 meter x 29,3 meter dan proyektor dengan teknologi IMAX EXPERIENCE 70 mm yang biasa digunakan untuk pemutaran film action seperti Harry potter, Spiderman, dan Transformers yang membuat penonton akan lebih merasakan ketegangannya. 24 | KINEFOLK
Namun , sayangnya masih terdapat kekurangan yang sebenarnya bisa diatasi seperti bangunan yang terkesan kuno dan kurang terawat, filmfilm yang temanya itu itu saja dan jadwal pemutaran yang tidak sama setiap hari membuat pengunjung kurang tertarik dengan pemutaran film di teater IMAX Keong Emas ini. Dengan kualitas media audiovisual yang melebihi kualitas bioskop pada umumnya, penulis menilai bahwa tidak ada ruginya anda menonton disini juga penulis berharap semoga kualitas pelayanannya dapat ditingkatkan dan film-film yang diputar dapat lebih menarik pengunjung.
Screen X Cinema Kiara Qinthara Teknik Material 2018 Bioskop atau movie cinema adalah sebuah industri yang menaungi pemutaran film atau motion picture. Industri ini terus menerus bergerak seiring dengan kemajuan teknologi. Berawal pada tahun 1895 di Paris, bioskop pertama hadir dengan memutarkan film bisu hitam putih. Seiring berjalannya waktu, inovasi yang terjadi pada bioskop semakin beragam, dimulai dari bioskop yang tadinya hanya memutarkan 1 flm saja (1 layar) hingga tersedia banyak layar (Cineplex) seperti yang sering kita jumpai. Tak hanya dari segi jumlah layar, teknologi pada film tersebut pun semakin mumpuni dari tahun ke tahun. Diawali dengan film bisu hitam putih, disusul oleh film berwarna -yang memiliki suara- dengan kualitas teknis yang terus menerus membaik. Dipenuhi rasa ingin terus berkembang, inovasi tidak berhenti sampai di situ. Kini, bahkan jenis layarpun sangatlah beragam. Layar bioskop yang berukuran hingga 30,78 x 13,11 meter, layar yang menggunakan Samsung Cinema LED,dsb. Tak hanya itu, kini telah tersedia bioskop dengan beragam watching experience. Jenis bioskop drive in mungkin pernah digandrungi pada zamannya, tapi di abad 21 ini, banyak hal yang dulunya hanyalah khayalan sudah berubah menjadi kenyataan. Mau nonton secara 3 dimensi? bisa. Mau nonton serasa ada semburan angin dan ikut bergerak di dalam film? Bisa dicoba jenis bioskop 4DX. Mau meraskan berada di dalam film? Sudah tersedia bioskop dengan layar 270â ° yang lebih dikenal dengan nama ScreenX Menelisik lebih jauh mengenai ScreenX, jenis layar seperti ini sudah hadir di beberapa negara, salah satunya Indonesia. Di Indonesia sendiri baru terdapat satu bioskop yang menyediakan teknologi ScreenX yaitu CGV Grand Indonesia. Teknologi yang digunakan dalam ScreenX sebenarnya bisa dibilang menyerupai teknologi yang digunakan bioskop pada umumnya, yaitu menggunakan proyektor yang menembakkan sinar ke dinding/layar,hanya saja terdapat 2 tambahan layar di samping layar utama dan di atasnya terdapat proyektor yang menembakaan sinar ke arah layar di seberangnya.
Bioskop atau movie cinema adalah sebuah inDengan demikian, ScreenX jelas memberikan watching experience yang baru dan segar bagi para pengunjungnya karena dapat membuat seolah-olah penonton berada di tempat kejadian sesuai adegan dalam film yang mereka tonton. Dengan hadirnya tiga layar, penonton dapat melihat perspektif yang lebih luas terhadap keadaan di dalam film yang ditonton. Berbekal rasa ingin tahu akan ScreenX ini, sayapun tergerak untuk mencobanya tanpa mempermasalahkan film yang saya tonton. Bad Boys for Life (2020) yang notabene bukanlah film yang “laku� untuk tersedia dalam Screen X saat itu. Datang dengan ekspektasi yang tinggi, saya merasa cukup terkejut saat melihat layar samping yang wujudnya terlihat seperti dinding biasa berwarna putih. Seiring film berjalan, kedua layar di sisi tersebut pun akhirnya digunakan dan menunjukkan kehebatannya. Film yang ditonton terasa lebih megah karena luasnya pandangan yang diberikan. Akan tetapi, dibalik sebuah ciptaan pastilah ada kekurangannya. ScreenX yang menjanjikan sensasi berada di dalam film dengan cara menonton 270⠰ tidak sepenuhnya terasa benar karena layar yang digunakan tidaklah mumpuni untuk membuat efek di dalam film serealistis itu. Masih terdapat jarak antar layar sehingga gambar tidak terasa menyatu dan juga dikarenakan layar yang tidak melengkung membuat pandangan terasa terbatas dan sulit untuk memperhatikan gambar pada layar di kiri & kanan. Jenis film yang diputar menggunakan layar ScreenX pun seharusnya tidak sembarangan. Scene yang cocok untuk menggunakan ScreenX adalah scene yang mengambil gambar dengan teknik long shot karena akan lebih terasa efek berada di dalam filmnya. Tentunya, dalam pengambilan gambar untuk sebuah film berbagai jenis teknik ikut andil di dalamnya. Maka dari itu, dalam penggunaan ScreenX pun tidak semua film dapat memaksimalkan ketiga layarnya secara terus menerus sepanjang film.
source foto : https://id.bookmyshow.com/blog-hiburan/screen-x-cgv-grand-indonesia/
KINEFOLK
| 25
KINTALK
KUNJUNG KINE
“SINEMATEK INDONESIA”
26 | KINEFOLK
KUNJUNG KINE
M. Raihan Alwafi Kelautan 2018
Pada bulan Mei 2019, kru LFM berke-
sempatan untuk mengunjungi Sinematek Indonesia. Berdiri tahun 1975, Sinematek Indonesia merupakan perpustakaan film yang sudah mengarsipkan berbagai film Indonesia dan juga beberapa film luar lainnya. Institusi yang terletak di Pusat Haji Usmar Ismail ini ini didirikan oleh Misbach Yusa Biran dan Asrul Sani. Berada di lantai empat dan lima, Sinematek Indonesia juga memiliki sebuah ruangan penyimpanan film dengan suhu dan keasaman yang terjaga pada basement gedung. Pada saat memasuki kantor Sinematek Indonesia, tepatnya di lantai 4, kita menemukan berbagai poster film-film lama Indonesia yang dibuat dengan cara dilukis dan juga figur berbagai tokoh perfilman Indonesia, mulai dari Usmar Ismail hingga Suzanna. Diruangan ini juga terdapat berbagai alat perfilman yang digunakan sejak jaman penjajahan di Indonesia dulu. Mulai dari perekam gambar dan suara, alat edit suara, lampu penerangan untuk pengambilan gambar, hingga alat untuk men-develop film seluloid ukuran 35 mm dan 16 mm. Selain itu ada pula kumpulan DVD dan VCD film-film Indonesia maupun luar negeri. Semua PH boleh saja menaruh filmnya disini. Salah satu PH yang rajin menyimpan DVD nya ialah Miles Films. Di lantai 4 pun terdapat sebuah ruangan pemutaran kecil untuk memutarkan film seluloid yang dapat diisi sekitar 30 orang. Ruangan ini sering digunakan oleh mahasiswa perfilman untuk melakukan
studi dan penelitian terkait tentang film Indonesia. Lalu dilantai 5 ditunjukkan mengenai lukisan tahapan membuat film dari mulai pra, produksi, hingga pasca. Adapula grafik mengenai data jumlah film yang tayang di Indonesia. Tahun terendah ialah ada pada tahun 1998. Selain krisis moneter dan demonstrasi reformasi, saat itu film Indonesia yang tayang di bioskop ialah film-film dewasa. Selain itu munculnya televisi juga menjadi alasan mengapa saat itu perfilman Indonesia lesu. Pada rubanah gedung Usmar Ismail, Sinematek Indonesia memiliki ruang perawatan film berisi ribuan film seluloid, VHS, dan laser disc yang diarsipkan oleh Sinematek Indonesia. Ruangan ini dilengkapi dengan pendingin ruangan yang bersuhu 10 derajat Celsius untuk menjaga kondisi film agar tidak berjamur. Sinematek Indonesia juga memiliki ruangan untuk merestorasi dan mendevelop film seluloid agar tetap bisa digunakan. Selain arsip film, Sinematek Indonesia juga mengarsipkan buku-buku tentang film. Ilmu perfilman dari berbagai negara seperti Jepang, India, dan Amerika, hingga skenario film yang kita kenal juga terdapat pada perpustakaan Sinematek. Video kunjungan ke Sinematek Indonesia bisa ditonton di : bit.do/sinematekine
KINEFOLK
| 27
KUNJUNG KINE
28 | KINEFOLK
Mikhail Ali Verdino Teknik Mesin 2017
Kru Liga Film Mahasiswa ITB mengada-
kan kunjungan ke kompleks Produksi Film Negara pada senin, 27 mei 2019. Kunjungan yang diinisiasi oleh Sari, Kabid Kineklub, ini bermula dari tawaran pihak pfn untuk melakukan tour ke dalam studio dan program kerja lembaga tersebut. Tour ini tidak dipungut biaya alias gratis, lho. Kedatangan kami ke kompleks pfn di jl. Otista. Selama tour ini kami dipandu oleh beberapa pegawai PFN. Destinasi pertama kami ialah gedung produksi seluloid film yang sudah ditinggalkan. Di masa pengoperasiannya tempat ini sudah banyak dilakukan development seluloid. Urutan mendevelop seluloid ini digambarkan pada dinding atas. Kemudian kami dibawa ke studio film yang tempatnya bersampingan dengan destinasi pertama kami. Studio ini masih digunakan dan terlihat penuh dengan dekor latar film horror saat kami memasukinya, ngeri! Takut serombongan mahasiswa dikorbankan kepada setan, tour guide kami akhirnya mengevakuasi kami ke studio indoor yang merumahkan produksi film-film seperti wiro sableng, My Stupid Boss, dan film-film lainnya. Lengkap dengan AC besar. Biaya sewa studio ini kalau tidak salah 30 juta untuk satu hari.
Setelah tergoreng di dalam kotak hitam raksasa dengan sistem pendingin yang non aktif, kami sampai ke destinasi akhir tour ini dan bertemu para pegawai dan stakeholder institusi ini untuk membicarakan sejarah, pencapaian, dan situasi PFN saat ini. PFN merupakan salah satu pelaku industri film pertama di Indonesia yang bergerak di bawah Menteri Penerangan pada periode orde baru. Beberapa karya yang pernah diproduksi lembaga ini meliputi Si Unyil (1981), Penumpasan Pengkhianatan G 30S PKI (1985), dan baru-baru ini PFN kembali memproduksi film Kuambil Lagi Hatimu (2019). Sebagai saksi dan pelaku dari sejarah perfilman Indonesia yang panjang, PFN telah melewati berbagai perubahan dan konflik pada masanya dari distribusi film asing pertama di Indonesia sampai bangkitnya persatuan pekerja film. Namun, sejarah panjang lembaga ini tidak menyelamatkannya dari relevansi PFN yang melarut di industri perfilman Indonesia. Dalam usahanya untuk kembali bersaing, tim PFN mengatakan kalau lembaga ini sedang mencari kembali tempatnya di ekosistem perfilman indonesia. Hal ini dilakukan dengan perluasan produk dan bisnis pfn di rancah seorang fasilitator, distributor, atau mungkin produser. KINEFOLK
| 29
KUNJUNG KINE
First Indonesian Supehero Movie:
BUMI LANGIT STUDIO Bumilangit disambut oleh mas Imam selaku Manajer dari Bumilangit. Beliau lah yang memandu kunjungan kami di sana.
M. Alvan Atthoriq Kimia 2018
M
araknya pembicaraan di sosial media mengenai Jagat Sinema Bumilangit membuat kami kru LFM ITB sangat penasaran dengan universe baru yang ingin dibuat dari komik-komik Indonesia. Pada bulan Agustus tahun 2019 kami pun mendapat izin untuk berkunjung ke kantor Bumilangit yang bertempat di Jalan Komp. UI No. 5, Pondok Pinang, Kebayoran Baru. Bagi yang belum tahu, Bumilangit merupakan perusahaan hiburan berbasis karakter di Indonesia yang mengelola pustaka karakter sangat banyak atau bisa dibilang terbanyak se-Indonesia termasuk Sancaka atau yang lebih dikenal dengan Gundala. Karakter Gundala diadaptasi ke dalam film oleh sutradara terkenal Joko Anwar dengan judul “Gundala� dan dirilis pada bulan Agustus 2019 kemarin. Film karya Joko Anwar itulah yang memulai Jagat Sinema Bumilangit. Sesampainya di kantor 30 | KINEFOLK
Kunjungan dimulai dengan penjelasan mas Iman seputar Bumilangit itu sendiri. Beliau menjelaskan bahwa pada awalnya semua karakter yang kita ketahui seperti Gundala, Sri Asih, Si buta dari Gua Hantu, Gatot Kaca dsb itu tidak dikelola oleh institusi apapun dan bukan merupakan suatu kisah yang utuh. Hingga pada tahun 2003, Bumilangit didirikan. Bumilangit berusaha menjadi wadah bagi karakter-karakter itu karena sejak awal Bumilangit memiliki tujuan membangkitkan kembali budaya penceritaan komik bertema kepahlawanan di Indonesia. Oleh karenanya Bumilangit bekerjasama dengan para komikus di Indonesia untuk mengumpulkan karakter komik yang ada di Indonesia agar dikelola oleh satu institusi yakni Bumilangit. Karakter yang dikelola oleh Bumilangit sampai tahun 2019 sudah sebanyak 1184 karakter komik. karakter Komik tertua yang dikelola Bumilangit adalah Sri Asih dari komik karya Bapak Komik Indonesia, RA Kosasih pada tahun 1954. Pustaka karakter Bumilangit terbagi menjadi dua era. Era Patriot merupakan eranya para jagoan, mereka ada di masa kita saat ini, diantaranya ada Gundala, Godham, Sri Asih dst. Sementara era Jawara merupakan eranya para pendekar, mereka ada di masa kerajaan nusantara, diantaranya ada Si Buta dari Gua Hantu dan Mandala.
Demi mencapai tujuan dan cita-citanya, Bumilangit memperbanyak lini utama usahanya menjadi komik, film layar lebar, serial televisi, merchandise, dan lisensi. Cerita dan latar belakang dari karakter-karakternya pun diubah agar lebih sesuai dan dekat dengan kondisi masyarakat pada zaman ini. Dalam layar lebar, Bumilangit telah mengumumkan adanya Jagat Sinema Bumilangit yang telah dibuka oleh film “Gundala” karya Joko Anwar. Tentunya akan banyak film yang menyusul setelah “Gundala” dengan cerita yang tak kalah menarik dari karakter-karakter yang tak kalah unik dan bervariasi. Namun meskipun Bumilangit memiliki karakter yang sangat banyak, sangat tidak memungkinkan untuk memasukkan semuanya ke dalam jagat itu. Mas Imam mengatakan bahwa 1184 karakter itu tentunya akan dikurasi kembali ketika akan difilmkan, sehingga tidak semua karakter akan terlihat di layar lebar. Selain layar lebar, serial televisi juga sudah ada yang terbit contohnya “Patriot CIlik”. Komik pun juga sudah ada yang dipublikasikan
di webtoon berjudul “Virgo”.cMas Iman pun menegaskan bahwa Kedepannya akan lebih banyak karya-karya dari Bumilangit. Setelah mendengar penjelasan Mas Iman mengenai Bumi langit dan karya-karyanya, kamipun diajak berkeliling kantor Bumilangit. Pertama kami mengunjungi tempat para pegawai berkerja yang ternyata tak sebanyak yang kami duga karena disana tidak lebih dari 30 orang saja. Setelah itu kami menggunjungi koleksi komik yang dimiliki Bumilangit. Komiknya sangat banyak, karena disana mereka mengoleksi komik dari tahun 60-an sampe sekarang, dari yang harganya puluh ribuan sampai jutaan rupiah juga ada disana. Ulasan mengenai karakter dari Jagat Sinema Bumi Langit bisa dibaca di bit.do/jagatkineklub
KINEFOLK
| 31
SAATNYA QUIZ
SIAPA TIPEMU? Rifqi Firdausa Ahmadi FKK 2017
1. Apa Genre Musik Favorit Kamu?
2. Kalo lagi gabut, kamu paling suka ngapain?
a. Indie Alternative b. Jazz c. Pop/Rock d. Pop/R&B e. EDM
a. Travelling b. Menulis c. Main alat musik d. Ngegym e. Pergi ke kafe
3. Film Indonesia favorit kamu apa?
4. Destinasi wisata favorit kamu?
a. AADC b. NKCTHI c. Dilan 1990 d. Habibie & Ainun e. Filosofi Kopi
a. Sumba b. Jepang c. New York d. Jakarta e. Bali
5. Kalau kamu punya hewan peliharaan, mau apa?
6. Makanan favorit kamu?
a. Anjing b. Ikan c. Hamster d. Gasuka hewan peliharaan :( e. Kelinci
a. Sashimi b. Nasi padang c. Masakan pedas d. Salad e. Makanan thailand
32 | KINEFOLK
7. Hobi kamu apa sih?
8. Tipe cowok favorit kamu?
a. Fotografi b. Main Piano c. Nyanyi d. Main socmed e. Jalan-jalan
a. Cool, misterius b. Romantis c. Ramah dan baik d. Humoris e. Easy going
TIPE KAMU ADALAH Jawaban (a) paling dominan: Kamu dapat Nicholas Saputra! Aktor indonesia yang terkenal banget berkat perannya sebagai Rangga di film Ada Apa Dengan Cinta ini emang engga ada yang ngalahin kegantengannya! Pribadinya yang cool dan hobi travelling dan foto-foto ini cocok banget bagi kamu yang kalo lagi pergi suka minta difotoin! instagram : nicholassaputra
Jawaban (b) paling dominan: Kamu dapat Ardhito Pramono! Penyanyi yang baru memulai aktingnya di NKTCHI ini sukses menjadi icon muka softboi kelakuan fuccboi lewat perannya sebagai Kale. Ardhito juga piawai memainkan piano yang merupakan salah satu unsur utama dalam lagu-lagunya. Yuk dengerin fine today di youtube dan spotify instagram : ardhitopramono
Jawaban (c) paling dominan: Kamu dapat Iqbaal Ramadhan! Mantan personil CJR yang sekarang tergabung di band SVMMERDOSE emang calon menantu idaman banget! Perannya sebagai Dilan juga sukses bikin cewek-cewek baper dan berharap kalau temen SMAnya bisa seperi Iqbaal nih! instagram : iqbaal.e
Jawaban (d) paling dominan: Kamu dapat Jefri Nichol! Aktor muda yang lagi naik daun berkat perannya di Dear Nathan, dan baru-baru ini berperan sebagai pasangan Ibu Ainun semasa muda di film Habibie & Ainun 3, emang paling lucu dengan segala tweetnya! Dijamin deh, kamu pasti bakal terbang kalo bareng dia! instagram : jefrinichol
Jawaban (e) paling dominan: Kamu dapat Chicco Jerikho! Aktor yang sudah menikah dengan Putri Marino dan dikaruniai anak lucu ini selalu jadi idaman para cewe-cewe! Peran-perannya di film seperti Filosofi Kopi, Foxtrot Six, dan A Copy of My Mind berhasil mencuri perhatian para kaum hawa di Indonesia. instagram : chicco.jerikho
KINEFOLK
| 33
NETFLIX
REKOMENDHANA Dhana Aryaputra Kelautan 2017
1.
AFTER LIFE
Sebuah dark comedy yang super realistis tentang hidup dan kehilangan. Bercerita tentang hancurnya hidup Tony akibat kematian istrinya, dan kemudian memutuskan untuk membalaskan sakitnya pada dunia. Konflik batin Tony, yang ingin “menjahati� dunia, ternyata terbenur hatinya yang masih percaya bahwa ia adalah orang yang baik. Uplifting yet heartbreaking at the same time. Terima kasih Ricky Gervais.
2.
ALWAYS BE MY MAYBE
3.
THE GOOD PLACE
Romantic Comedy ringan yang jauh dari kata menye. Marcus, seorang teknisi AC, bertemu dengan Sasha, childhood sweethearts-nya yang kini menjadi seorang celebrity chef. Karakternya yang berlatar keturunan Asia di Amerika memberi warna baru di resep cerita yang sebenarnya repetitif. Cameo dari Keanu Reeves juga melengkapi kelucuan film ini.
Bererita tentang surga, neraka, akhirat dan segala penduduknya. Namun, ini adalah sitcom yang sangat lucu! Dibuat oleh Michael Schur, sitcom ini setara dengan The Office U.S, Brooklyn Nine – Nine, dan Parks and Recreation, sitcom legendaris lain buatannya. Eleanor, seseorang yang seharusnya masuk ke neraka akibat perbuatannya di dunia, malah dimasukkan ke surga dan ia pun berusaha agar ia tidak ketahuan dan dikembalikan ke neraka. 34 | KINEFOLK
4.
BOJACK HORSEMAN
Awalnya saya kira series ini adalah animated series konyol ala Family Guy. Ternyata, ini adalah salah satu series terdepressing di Netflix. Bojack, seorang (seekor?) manusia – kuda di Los Angeles adalah aktor terkenal di tahun 90-an, tetapi ketenarannya berkurang seiring dengan waktu. Ia berusaha untuk tetap relevan di dunia, dan “menutup-gali lubang” kesalahan – kesalahan yang ia buat. Salah satu tontonan paling menyayat hati yang pernah saya tonton, walaupun genrenya komedi.
5.
BREAKING BAD
Arguably best TV series yang pernah ada di muka bumi, dan kini sudah masuk di Netflix. Walter White, seorang guru kimia SMA berjualan narkoba yang ia buat bersama Jesse Pinkman demi membayar biaya pengobatannya. Character development yang terjadi adalah yang terbaik, bagaimana Jesse menjadi seseorang yang paling waras diseluruh keberjalanan series ini.
6.
HOUSE OF CARDS
7.
DOLEMITE IS MY NAME
Politik itu kotor guys. Sebuah cerita tentang seorang congressman Amerika bernama Frank Underwood dan perjalanannya menaiki tangga jabatan politik Amerika Serikat. Series ini benar – benar menyadarkan penonton bahwa politik itu jahat, kotor, dan penuh dengan tipu muslihat dan kesepakatan – kesepakatan kotor.
Cerita yang berlatar kultur budaya afro di era disco Amerika. Rudy Ray Moore, seorang penyanyi sekaligus komika gagal, kemudian menemukan persona baru sebagai komedian, dengan menggunakan rima sebagai punchline dari jokesnya. Setelah berhasil, ia melanjukan mimpinya sebagai filmmaker bagi para kulit hitam di Amerika, dimana industri film pada saat itu didominasi oleh film bagi kulit putih. Ia kemudian menjadi ikon kebudayaan kulit hitam Amerika, bahkan ia merupakan inspirasi awal dari music Rap (Rhyme and Poetry), genre musik yang menyatukan kaum kulit hitam. Sebuah cerita tentang perjuangan dan manisnya hasil kerja keras. KINEFOLK
| 35
BOOK CLUB
KINERUKU :
Sapardi, Pisang goreng, dan Hujan Arliza Nathania Planologi 2016
B
erasal dari kata ‘kine’ dan ‘rumah buku’, dimana kine dalam artian lingustik adalah gambar bergerak, Kineruku adalah sebuah spot untuk membaca, minum kopi sore, nongkrong, ngemil – ngemil, atau bercengkrama dengan si akrab yang ditemani dengan adem nya suasana Kota Bandung. Identik dengan motor vespa yang selalu parkir dalam halaman, banyak mahasiswa berkunjung kesini untuk mencari referensi buku, musik, dan film. Saat pertama masuk kamu diwajibkan untuk menyimpan barang – barang di dalam loker terlebih dahulu lalu akan disambut dengan adanya etalase koleksi buku, film, dan kepingan CD yang dikomersilkan. Berbagai poster konser musik lokal dan pemutaran film tertempel di board dekat pintu masuk jika barangkali ada yang tertarik. 36 | KINEFOLK
Menelusuri lebih dalam lagi kamu akan menemukan ruangan – ruangan serta tumpukan buku yang dapat dibaca ditempat atau dipinjam. Untuk yang ingin menikmati sejuk sore sehabis hujan dan senja nya Bandung, disediakan tempat duduk di luar yang menghadap ke taman belakang. Jika ingin ngemil disediakan juga beberapa pilihan makanan dan minuman seperti teh dan kopi yang akan disajikan oleh seorang bapak paruh baya. Dari zaman saya masih SMA hingga sekarang, masih beliau yang meracik masakan dan menyajikannya seorang diri. Saya sangat merekomendasikan pisang goreng yang ditaburi gula pasir coklat karena isinya banyak, makin enak jika langsung dimakan selagi baru matang ditemani dengan teh tawar hangat. Di halamannya terdapat satu
pondok kecil yang dapat digunakan untuk pemutaran film pada waktu tertentu. Saya ingat membaca Suddenly the Night nya Sapardi Djoko Damono hingga malam tiba dan si penjaga memberikan isyarat untuk pergi karena Kineruku tutup lebih awal pada Hari Minggu. Bagi yang berkehidupan tetap dan yang bersinggah sementara di kota ini sebaiknya sempatkan waktu untuk datang ke sini, baik untuk bercengkrama atau bahkan ingin menikmati waktumu sendiri. Menurut saya tempat ini tidak pernah salah.
Kineruku Jl. Hegarmanah No. 52, Hegarmanah, Kota Bandung Jam operasional: 10.00-20.00 (Selasa tutup, Minggu 10.00-18.00)
Did you know? Ada kegiatan membaca buku yang dilakukan selama 30 menit oleh Kineklub setiap bulannya. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan literasi dari kru LFM ITB.
FILM BOOK WE LOVE
KINEFOLK
| 37
MUSIC VIDEO REVIEW
Isyana Sarasvati Sikap Duniawi Ammardito Shafaat Teknologi Lingkungan 2017
U
nik, Original. Itulah hal-hal yang biasa nya diharapkan ketika seorang artis merilis sebuah album baru. Dan untuk Isyana Sarasvati, hal tersebut lah yang dia beri dalam album baru nya bernama Lexicon. Keunikan dari album ini dapat dirasakan dalam lagu pertama nya yaitu “Sikap Duniawi� dimana aransemen musik yang biasa suka ada di lagu pop mainstream diganti dengan aransemen yang dapat di temukan pada sebuah orchestra. Ketika single tersebut di rilis, juga terdapat sebuah music video yang mendampingi nya. Di dalam video ini, terdapat 2 pesan penting yang disampaikan. Pesan tersebut dapat dirasakan dalam shot pertama nya dimana Isyana, memperankan gadis bernama Nafiza, dan anak perempuan yang merupakan versi kecil dari Nafiza, berpegangan tangan dan menghadap ke kamera sambil mengajak para penonton untuk bangkit dan memulai kembali perjuangan. Kemudian, ditunjukkan montase si anak perempuan mengikuti sekolah dengan antusias dan penuh semangat. Walaupun di sekitar nya terisi gangguan dalam bentuk temanteman nya yang bermain dan berteriak, dia tetap fokus dan mendapatkan kesuksesan dalam bentuk memenangkan lomba. Tetapi arah video berubah ketika Nafiza mencoret-coret papan tulis ketika sedang menjawab soal dan menyebabkan teman38 | KINEFOLK
teman kelas nya ikut rusuh. Disini, pesan dari video klip tersebut berganti dari yang awalnya diperuntukkan orang-orang yang jatuh dan harus berjuang lagi, menjadi untuk orang-orang yang hilang di dalam proses perjuangan. Adegan selanjutnya menunjukkan Nafiza yang sudah dewasa berada di dunia kerja. Ketika sedang presentasi di depan rekan kerja nya, Nafiza memperingatkan rekan kerja nya untuk tidak tertelan pada dunia professionalisme dengan cara mencoret-coret papan tulis dan memandu rekan nya dalam membuat kerusuhan dalam ruangan. Musik video nya diakhiri dengan kembali nya anak-anak sekolah yang memeluk pekerja dewasa nya, lalu Nafiza yang dewasa menuturkan lirik “Renungkanlah, Mengapa kamu begitu membenci. Jangan rusak mimpi-mimpimu karena sikap duniawi mu�. Adegan itu menjelaskan bagaimana kita sebagai manusia terkadang suka putus asa dan merasa lebih mudah untuk menyalahkan orangorang yang sukses atas kegagalan sendiri yang disebabkan sikap-sikap duniawi. Mencoba untuk menjadi berbeda merupakan sebuah hal yang beresiko jika dicoba oleh seorang pemusik. Dan menurut saya Isyana Sarasvati tidak hanya sukses dalam mengubah persepsi kita terhadap music pop, tetapi juga mampu menciptakan sebuah music video yang dapat mengilustrasikan pesan-pesan dari lagu tersebut dengan sangat baik.
Rahmat Santosa Informatika 2016
Rehat- Kunto Aji “Yok bisa yok.”
Ungkapan ini belakangan sering mun-
cul di timeline media sosial anak muda. Beberapa ada yang mengamini ungkapan sederhana ini, beberapa ada yang berpikir “Apaan, sih?”, dan beberapa ada yang bingung kenapa kata-kata ini begitu digembor-gemborkan oleh para netizen muda. Usut punya usut, kata-kata ini berasal dari cuitan dan postingan Kunto Aji. Lewat album terbarunya, Mantra-Mantra, Kunto Aji memang banyak mengangkat isu mengenai mental health yang belakangan ini sedang panas dibicarakan di kalangan anak muda. Salah satu lagu yang banyak menuai feedback positif dari pendengarnya adalah Rehat. Seperti yang digambarkan pada judulnya, Rehat, atau yang memiliki istirahat, memberikan sugesti kepada pendengarnya untuk mengistirahatkan diri sejenak dari hiruk pikuk dunia. Hal ini juga yang kemudian dicoba ditunjukan di video musik Rehat. Pembukaan yang menggunakan berbagai shoot cuplikan cakrawala memberikan kesan awal yang menenangkan, sama seperti vibe yang dibawa oleh lagu itu sendiri. Konsep yang dibawa oleh video klip ini adalah video kolaboratif dengan kontributor yang mengirimkan video sesuai dengan tema yang ditentukan. Hasilnya adalah sebuah visual yang kaya akan keanekaragaman sudut pandang yang mampu merangkum berbagai macam kehidupan yang dialami banyak orang.
Di pertengahan video klip, lewat cuplikan-cuplikan pendeknya, video ini berhasil menangkap dan menceritakan berbagai macam permasalahan yang sering dirasakan oleh orang-orang. Beberapa dirasa menyentil karena dapat relate dengan kegagalan dan kekecewaan yang dapat kita alami. Secara tersirat, cuplikan-cuplikan tersebut seakan-akan memberikan pesan bahwa, “tenang, kamu nggak sendiri kok.” Selanjutnya video klip dilanjutkan dengan menunjukkan penyikapan manusia terhadap kesedihan-kesedihan tersebut. Rehat. Lewat cuplikan berikutnya, video ini menunjukkan berbagai macam cara orang dalam menghibur diri dan mengatasi kesedihannya. Cuplikan ini seakan memberikan sebuah perintah tidak tersirat agar kita beristirahat sejenak. Yang tidak kalah pentingnya, lewat cuplikan ini juga diceritakan bahwa merehatkan diri tidak perlu dengan cara yang neko-neko. Banyak cara agar kita dapat bahagia: sesederhana menikmati langit pun rasanya sudah cukup untuk bikin orang bahagia. Bagian akhir dari video ini merupakan bagian yang cukup abstrak. Dengan diiringi lagu yang tidak berlirik (instrumental), ditampilkan beberapa pesan singkat serta visualisasi yang terasa menenangkan. Tayangan video yang awalnya menceritakan realita kehidupan tiba-tiba berubah menjadi rangkaian visual cahaya. Diselingi dengan cuplikan video yang tampaknya memberikan makna rehat, bagian akhir ini memberikan sugesti yang kuat bagi para penontonnya untuk menenagkan diri sejenak. Video musik yang digarap bersama dengan penulis buku Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKCTHI), Marchella FP, sukses merefleksikan kehidupan kita yang tidak pernah luput dari kegagalan. Melalui cuplikan-cuplikan yang disusun dari berbagai submisi para pendengarnya, video ini mampu menangkap berbagai emosi kesedihan dan kesenangan dari berbagai macam sudut. Sama seperti halnya pada lagu Rehat dan film NKCTHI, video ini memberikan pernyataan bahwa gagal itu gak apa-apa, besok kita coba lagi. Yok, bisa yok. KINEFOLK
| 39
SCENE THAT WE LOVE
40 | KINEFOLK
B
erikut merupakan adegan dari salah satu episode seri film netflix yang bertajuk “The End of The Fxxing World”. Adegan ini menggambarkan keterbatasan sang karakter utama untuk menyentuh tangan seseorang yang berharga untuknya, meskipun berada pada dalam jarak yang sangat dekat dan sangat memungkinkan untuk bersentuhan. Secara fotografi, adegan ini diambil dengan komposisi “fill the frame”, menggambarkan hampir seluruh bagian layar dipenuhi dengan subjek utama yang berada di tengah tengah, namun secara langsung diapit oleh beberapa objek dan batasan sehingga mendapatkan kesan yang sesak maupun secara visual atau kontekstual. oleh Dyah Reyhandiva Srigutomo
KINEFOLK
| 41
SCENE THAT WE LOVE
Lukisan, Komposisi dan Midsommar
M
embuka film dengan visual yang kuat dan menarik menurut saya adalah kewajiban untuk terwujudnya film yang kuat secara storyline. Dalam Midsommar, Ari Aster memulainya dengan sebuah lukisan yang diberi jeda sekitar 17 detik. Rangkuman keseluruhan film dimunculkan dalam single frame lukisan adalah sesuatu yang baru saya lihat di dunia perfilman. Walaupun input storyline ke dalam properti lukisan dalam scene film pernah dilakukan sebelumnya oleh Tom Ford dalam film Nocturnal Animal, namun untuk memunculkan suatu lukisan dan 42 | KINEFOLK
membiarkan penonton mengamati secara fokus ke suatu lukisan di awal film adalah sesuatu yang baru. Terlebih lukisan ini menunjukan keseluruhan film. Bila dibagi menjadi dua latar, film ini dapat dibagi dengan pemilihan tone biru saat sebelum pergi ke Swedia, toilet pesawat sebagai transisi, dan pemilihan tone hangat saat di Swedia yang bahkan membuat langitnya sangat cerah. Pemilihan warna ini berdampak kepada perasaan saya sebagai penonton. Warna yang dimunculkan saat fase pertama membuat kesan depresi, sedih,
dikucilkan sangat terasa. Karena hawanya yang dingin. Sedangkan tone hangat yang mayoritas kuning, bahkan dapat membuat scene berlumuran darah yang seharusnya sangat janggal dan tidak nyaman, menjadi lebih cerah dan seperti tidak terjadi apa-apa. Hal yang membuat kontras adalah ekspresi Dani sehingga karakter Dani menjadi sangat kuat dalam potongan-potongan scene yang janggal namun berwarna hangat. Selain itu pemilihan shot yang digunakan pada fase-fase pertama cenderung lebih closeup dan makro, sedangkan sesampainya
Dani di Swedia, rata-rata shot menjadi wide! Tentu selain karena mayoritas shot yang dilakukan di fase ke dua terjadi di luar ruangan, juga menurut saya hal itu ditujukan untuk menunjukan lebih luar pandangan penonton bahwa dalam film ini terlepas dari banyaknya jumlah orang hanya ada Dani seorang diri. oleh Muhammad Barkah
KINEFOLK
| 43
KALEIDOSCOPE
What is Kineklub? WHAT KINEKLUB DO OVER
A YEAR
365 DAYS
44 | KINEFOLK
KINDERJOY
K
by Dio Bramantio
Film yang kita tonton bareng
inderjoy (KIta Nobar DEh biaR enJOY) adalah progam kerja nonton bareng bagi kru LFM ITB, diadakan sebanyak 8 kali sepanjang 2019. Gundala diikuti oleh orang terbanyak, yaitu 30 orang. Tempat favorit ber-Kinderjoy adalah Ciwalk, karena jaraknya hanya sekitar 2 km dari kampus. Apresiasi bagi kru 2017, Ammardito Shafaat, menjadi kru yang paling sering mengikuti kinderjoy.
KINDLE by Annisa Nafouravanka
K
indle adalah program kerja dari Kineklub LFM ITB yang merupakan rangkaian acara yang berupa membaca buku bersama selama 30 menit di dalam rusan, dan mengkritisi isi dari buku yang sempat dibaca kepada sesama pembaca. Proker ini biasa diikuti oleh 6-15 kru. Proker ini menarik karena menimbulkan diskusi yang serasa menjadi Book Club KINEFOLK
| 45
“Semua kritik itu subjektif karena datang dari pemikiran masing-masing … tapi tidak ada salahnya untuk mencoba membuat review film seobjektif mungkin atau dengan kata lain, review film dengan struktur dan isi yang baik.”
KINEPEDIA by Mikhail Ali Verdino Kira-kira itulah yang dikatakan mas Adrian sebagai pembuka dalam sesi workshop Potion Class: Menulis Review di R.9009, Institut Teknologi Bandung. Workshop ini, yang diselenggarakan oleh LFM ITB pada tanggal 21 Mei 2019, memberikan kesempatan bagi Kru maupun eksternal LFM ITB untuk belajar membuat review film dengan fokus pada literasi visual. ‘Literasi visual’ yang dimaksud disini adalah perhatian penonton kepada kemasan atau tampilan film, cerita maupun gagasan abstrak lainnya, dan keterikatan film dengan hal-hal di luar film. Singkatnya, konten-konsep-konteks. Setelah perkenalan dan penjelasan abstrak dari mas Adrian selaku pemateri, peserta lalu diajak untuk bersama mempertanyakan dan menselaraskan persepsi terhadap film. Khususnya film sebagai media seni, karya, dan ajang interaksi antar penonton dan pembuat. Penjelasan mengenai review film tentu saja tidak luput dari materi yang disuguhkan. Singkat kata, review film yang baik adalah review yang memiliki argumentasi diminta untuk menuangkan pemikiran mereka kedalam kerangka tulisan yang kemudian
dipresentasikan kepada peserta lainnya. konkrit dan komunikatif serta disajikan dalam struktur yang terperinci. Selain materi, workshop ini juga menawarkan berbagai kesempatan untuk menerapkan materi yang didapat. Para peserta disuguhkan beberapa film-film pilihan dan Hal ini dilakukan dengan harapan para peserta berani mempertunjukan dan mengembangkan opininya dalam situasi yang mendukung. Setelah semua agenda terlaksanakan dan pemateri mengundurkan diri, para peserta diperkenankan untuk meninggalkan tempat dan diiimbau kembali untuk mempraktekkan apa yang didapatnya tadi di rumah. Senyum dan diskusi yang mewabah pasca-workshop tentu memberikan kesan yang baik kepada semua yang terlibat dalam pelaksanaan acara ini. Tentu saja, keberhasilan workshop kali ini tidak akan tercapai tanpa antusiasme para peserta serta ketersediaan mas Adrian Jonathan Pasaribu sebagai pemateri yang inspiratif. Karena itu, panitia pelaksana memberikan ucapan terima kasih kepada semua peserta yang hadir dan khususnya mas Adrian atas waktunya.
“Semoga ilmu yang didapat bisa berguna untuk ini dan nanti.”
46 | KINEFOLK
perayaan hari film nasional
D
i hari film nasional (30/03/2019) Kineklub menginisiasi nonton bareng film Janji Joni (2005) di dalam rusan dengan proyektor besar. Di hari itu pun kru LFM ITB memberikan rekomendasi film Indonesia favorit. Bisa dicek di laman : bit.do/hfnkineklub
Kineoscoop Kampus (kurasi BK)
KINTALK KINEFOLK
| 47
TIM KINEKLUB
Sari
osama
gie
lifi
nafo
nalia
bram mikhail
disya
http://kineklub.lfm.itb.ac.id @kineklub Kineklub LFM ITB Kineklub Podcast 48 | KINEFOLK