4 minute read
Tantangan Era Digitalisasi Dunia Pendidikan
oleh Nuruddin Zanky
Waktu terus berjalan dan dunia terus berputar. Langkah kita tidak bisa berhenti, apa lagi berbalik ke belakang. “Langkahkan kaki terus ke depan!” Sepertinya kalimat itu patut disampaikan untuk membuka salam redaksi pada kesempatan kali ini.
Advertisement
Seluruh sendi kehidupan saat ini sedang mendapat ujian dengan adanya Covid-19. Keberadaannya bukan menghentikan rotasi kehidupan, tetapi memaksa adanya perubahan tatanan: kesehatan, ekonomi, sosial budaya, tidak terkecuali pendidikan. Perubahan merupakan kata kunci dalam kondisi seperti ini. Perubahan dari pembelajaran berbasis kelas menjadi pembelajaran berbasis digital merupakan salah satu bentuk perubahan yang tampak dalam dunia pendidikan. Di tengah segala keterbatasan yang ada, pendidikan tetap harus berjalan. Saat ini bermunculan berbagai macam aplikasi pembelajaran, kursus, maupun seminar online untuk membantu berjalannya proses pendidikan di masa pandemi ini.
Model belajar boleh berubah, tetapi hakikat pendidikan tidak boleh berubah. Tujuan pendidikan adalah menciptakan manusia seutuhnya. Manusia yang memiliki hubungan yang harmonis dengan sesama manusia dan lingkungannya serta manusia yang memiliki hubungan yang baik dengan Sang Pencipta. Oleh karenanya, pendidikan harus diarahkan pada dua dimensi, yaitu dimensi dialektika horizontal dan ketundukan vertikal. Dimensi yang pertama membentuk manusia yang peka serta mampu mengatasi masalah-masalah sosial dengan ilmu pengetahuan. Dimensi yang kedua menyadarkan manusia bahwa apa pun yang terjadi di dunia ini tidak serta merta terjadi begitu saja, tetapi ada Sang Pencipta yang mengaturnya. Singkat kata, pendidikan seutuhnya adalah pendidikan pikir dan hati, sehingga lahirlah manusia yang berjalan seimbang antara pikir dan zikir.
Tidak terdapat formulasi paten untuk mengembangkan manusia dalam dunia pendidikan. Dalam era pandemi ini implementasi pembelajaran digital di berbagai lembaga pendidikan juga berbeda-beda. Beberapa komponen seperti kemampuan sumber daya manusia (SDM), keberadaan teknologi: hardware maupun software, biaya atas teknologi, sampai permasalahan regulasi menyebabkan implementasi pendidikan yang berbedabeda. Akhirnya, setiap lembaga pendidikan harus mencari jati dirinya sampai menemukan formulasi yang hari ini dianggap paling tepat untuk lembaga masing-masing. Namun, bisa jadi besok akan berubah lagi. Sepertinya, ungkapan Renald Kasali benar adanya, “Tak peduli berapa jauh jalan salah yang anda jalani, putar arah sekarang juga.”
Terdapat tiga ranah yang dikembangkan dalam dunia pendidikan, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan). Kemampuan terhadap tiga ranah tersebut disebut sebagai kompetensi. Siswa yang kompeten adalah siswa telah memiliki tiga ranah tersebut dalam mempelajari suatu ilmu pengetahuan. Dalam kondisi yang serba terbatas ini kita tidak boleh hanya mengembangkan kemampuan siswa secara parsial. Apa pun alasannya, siswa memiliki hak untuk menjadi manusia seutuhnya dengan menguasai tiga ranah di atas.
Hal yang perlu kita renungkan, sudahkah pembelajaran daring kita selama ini sudah menyentuh dimensi dialektika horzontal yang utuh? Sudah pembelajaran daring kita selama ini sudah menyentuh dimensi vertikal? Sudahkah kita membangunkan jembatan siswa untuk mencapai tujuan hidupnya? Sudahkah pembelajaran daring kita selama ini menyentuh tiga ranah dalam pendidikan? Jika pembelajaran yang kita lakukan selama ini masih secara parsial, sudahkah kita memenuhi hak siswa untuk menjadi manusia yang utuh?
Rumah kita, Universitas Negeri Malang (UM), saat ini telah bekerja keras untuk mengatasi segala keterbatasan dengan segenap kemampuan yang dimilikinya. Mari kita bantu setiap upaya yang dilakukan UM untuk membangun jembatan terbaik demi kelangsungan kehidupan akademik di kampus kita. Upaya tersebut bukan hanya untuk UM, tapi juga untuk generasi emas penerus bangsa dan sebagai wujud syukur atas pemberian Tuhan kepada kita. Jaya UM, jaya Indonesia!
Penulis adalah dosen Jurusan Akuntansi dan Anggota Penyunting majalah Komunikasi UM
KOMUNIKASI • Majalah Kampus Universitas Negeri Malang • Jalan Semarang No. 5 Graha Rektorat lantai 2 Telp. (0341) 551312 Psw. 354 • E-mail: komunikasi@um.ac.id • Website: http://komunikasi.um.ac.id • Instagram: @komunikasi_um KOMUNIKASI diterbitkan sebagai media informasi dan kajian masalah pendidikan, politik, ekonomi, agama, dan budaya. Berisi tulisan ilmiah populer, ringkasan hasil penelitian, dan gagasan orisinil yang segar. Redaksi menerima tulisan para akademisi dan praktisi yang ditulis secara bebas dan kreatif. Naskah dikirim dalam bentuk softdata dan print out, panjang tulisan 2 kwarto, spasi 1.5, font Times New Roman. Naskah yang dikirim belum pernah dimuat atau dipublikasikan pada media cetak manapun. Tulisan yang dimuat akan mendapatkan imbalan yang sepantasnya. Redaksi dapat menyunting tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah artinya. Tulisan dalam Komunikasi tidak selalu mencerminkan pendapat redaksi. Isi di luar tanggung jawab percetakan PT Antar Surya Jaya Surabaya.
4| Komunikasi Edisi 329 STT: SK Menpen No. 148/ SK DITJEN PPG/STT/1978/ SK DITJEN PPG/STT/1978/ tanggal 27 Oktober 1978
Pembina
Rektor (AH. Rofi’uddin)
Penanggung Jawab
Wakil Rektor III (Mu’arifin)
Wakil Penanggung Jawab
Hendra Susanto
Ketua Pengarah
Sucipto
Ketua Penyunting
Zulkarnain
Wakil Ketua
Djajusman Hadi
Anggota
Yusuf Hanafi Muslihati Evi Susanti M. Nuruddin Zanky Dila Umnia Soraya Kun Sila Ananda Tika Dwi Tama Ike Dwiastuti
Redaktur Pelaksana
Nida Anisatus Sholihah
Editor
Azizatul Qolbi Fitriyanti Bunga
Layouter
Nadifah Adya Ilham
Desainer dan Ilustrator
Nur Aviatul Adaniyah
Reporter
Umi Nahdhiah Tanzilla Yulia Ageng Nur Nilam Ayu S. M. Irkhamin Azril Azi Famba Safira Putri H. Nurul Laili Rohmatin Zahira Alfiani Niken Puspitsari M. Izam Masroir
Administrasi
Taat Setyohadi Su’udi Suhartono Ekowati Sudibyaningsih Oni Irawan Nur Cholisah Elok Kanthiasih Hadi Mulyono
Distributor
Adi Santoso