3 minute read
WISATA
Wisatawan yang mengabadikan momen di masjid tiban
Menelusuri Keindahan Masjid Tiban
Advertisement
Komunikasi dok.
Komunikasi dok.
Panorama keindahan masjid tiban
32
| Komunikasi Edisi 334
M
alang memang tak pernah gagal dalam memesona siapa saja yang menginjakkan kaki di buminya. Selain terkenal akan pendidikan, kuliner, dan budayanya, Malang juga memiliki sejuta wisata yang tak pernah ada habisnya untuk dibahas. Mulai dari wisata alam hingga wisata religi. Salah satunya adalah wisata yang berada di Jalan KH. Wahid Hasyim, Desa Sananrejo, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang. Pada alamat tersebut, berdiri Pondok Pesantren Salafiah Bihaaru Bahri Asali Fadlaairir Rahmah atau masyarakat sekitar biasa menyebutnya dengan Masjid Tiban.
Masjid Tiban juga dikenal masyarakat dengan sebutan masjid 1000 pintu. Bukan tanpa alasan, sebutan sebagai masjid 1000 pintu ternyata memiliki sejarah tersendiri. Dalam bahasa jawa, “Tiban” memiliki arti jatuh. Menurut penuturan masyarakat sekitar, sebutan itu sesuai untuk Masjid Tiban yang kabar pembangunannya tidak diketahui oleh masyarakat karena secara tibatiba bangunannya ada. Seolah-olah, bangunan masjid jatuh dari langit dan tiba-tiba berdiri di tengah pemukiman masyarakat.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Masjid Tiban berada di satu lokasi yang sama dengan Pondok Pesantren Salafiah Bihaaru Bahri Asali Fadlaairir Rahmah. Pondok pesantren tersebut dibangun pada 1963 dan berdiri di atas lahan seluas enam hektar. Ketika didirikan oleh Almarhum Kyai Haji Ahmad Baru, pondok pesantren masih berupa bangunan sederhana. Kemudian pada 1978 pondok pesantren pun diresmikan. Setelah itu, pembangunan terus berlanjut hingga sekarang. “Pengerjaan bangunan pondok pesantren dilakukan oleh seluruh santri yang ada di sini. Ragam ornamen bangunan pun dicetak sendiri oleh mereka. Jadi autentik dan tidak sama dengan karya lain,” Ungkap Rochman selaku pengurus pondok pesantren.
Paduan arsitektur etnik Cina, Eropa, Timur Tengah, dan Jawa serta ornamen warna biru dan putih yang mendominasi bangunan, amat memanjakan mata. Sentuhan kaligrafi yang menghiasi seluruh dinding turut menambah keindahan. Bangunan pondok pesantren terdiri dari 10 lantai dengan tata letak yang unik dan tak beraturan. Pada lantai dasar terdapat akuarium yang berisi ikan endemik Indonesia seperti Gurame, Nila, dan lain-lain. Di lantai tiga terdapat mata air yang berbentuk pohon dan airnya bisa diminum langsung. Di lantai empat terdapat ruangan yang dikhususkan untuk pendiri pondok pesantren dan keluarganya.
Umumnya, ruangan ini digunakan untuk berkumpul atau menerima tamu. Mobilisasi di pondok pesantren juga dilengkapi dengan lift. Namun, lift hanya difungsikan ketika ada kegiatan khusus saja. Di lantai lima terdapat aula besar yang biasa digunakan untuk melaksanakan salat Idul Fitri maupun salat Idul Adha sedangkan pada hari biasa, aula digunakan untuk salat Asar, Magrib, dan Isya secara berjemaah. Salat Subuh dilaksanakan di lantai tiga dan salat Zuhur serta salat Jumat dilaksanakan di luar bangunan utama. Pembagian tempat pelaksanaan tersebut bertujuan agar penggunaan tempat di semua lantai dapat berjalan dengan baik. Tak hanya bangunan masjid saja yang berada di pondok ini tetapi juga terdapat kebun binatang mini yang dihuni oleh rusa, kelinci, landak, dan marmot. Menarik bukan?
Setiap harinya, terdapat ratusan hingga ribuan pengunjung dari berbagai daerah yang mendatangi pondok pesantren. Salah satu tujuannya adalah untuk mengabadikan momen kunjungan mereka di Masjid Tiban dengan berfoto. Eittsss … bagi pengunjung yang tidak membawa kamera, pihak pondok pesantren telah menyediakan jasa fotografer. Bagi pengunjung yang berburu oleholeh, ada banyak produk oleh-oleh yang dijajakan. Mulai dari makanan, aksesoris, pakaian, dan lain-lain. Jadi, pengunjung tidak perlu repot mencari buah tangan. Semua toko merupakan milik pondok pesantren dengan penjual yang berasal dari kalangan santri. Selain belajar menghadapi pembeli, berjualan juga ditujukan untuk mengasah jiwa wirausaha dari para santri. Jangan terkejut karena toko akan tiba-tiba tutup untuk sementara, yakni ketika adzan berkumandang pada saat salat lima waktu. Toko akan kembali buka ketika ibadah salat selesai ditunaikan.
Wisata religi ini dibuka setiap hari, selama 24 jam. Dikarenakan Masjid Tiban dan pondok pesantren merupakan tempat ibadah maka pengunjung tidak perlu membayar tiket masuk. Pengunjung hanya dikenakan biaya parkir, yakni Rp2.000,- (dua ribu rupiah) bagi pengunjung yang memarkir sepeda motor dan Rp5.000,- (lima ribu rupiah) bagi pengunjung yang memarkir mobil. Izam
Warung kecil yang menjajakan makanan dan minuman
Tahun 42 Mei - Juni 2021 | | 33