![](https://assets.isu.pub/document-structure/220620060008-038137f84d755cde01af386156622522/v1/afeebb2e7a5534a3e4c063634081eff1.jpeg?width=720&quality=85%2C50)
9 minute read
LAPORAN UTAMA
Profil UM dalam Situs QS World University Ranking
Strategi UM Menembus Pemeringkatan Internasional
Advertisement
Setelah berubah status menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH), Universitas Negeri Malang (UM) kini tengah berusaha untuk melebarkan sayapnya ke tingkat dunia. Sesuai dengan target UM agar menjadi unggulan dan rujukan (guru) tingkat Asia dan dikenal dunia, UM mengikuti sejumlah pemeringkatan internasional. Dengan target yang ditetapkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi bahwa PTN-BH harus berupaya untuk menjadi World Class University, UM mengerahkan usaha terbaiknya untuk dapat dikenal dunia. Jerih payah UM dalam meraih rekognisi di tingkat internasional membuahkan hasil yang gemilang, terbukti dengan diraihnya peringkat tertinggi nasional Scimago Institutions Rankings (SIR) 2022 dalam berbagai subjek, juga peringkat 18 nasional oleh Times Higher Education (THE) Impact Ranking 2022. Lantas, seperti apa usaha di balik perolehan-perolehan cemerlang ini? Berikut ulasannya.
Napak Tilas Perjalanan UM dalam Pemeringkatan Internasional
Pada dasarnya, keinginan UM untuk menjadi World Class University sudah ada sejak lama. Sejumlah langkah telah dikerahkan agar eksistensi UM di tingkat internasional diakui.
Tahun 2017, UM membentuk tim ad hoc pemeringkatan yang berfokus pada pemeringkatan Webometrics dan 4ICU (UniRank), yakni pemeringkatan yang menitikberatkan pada kehadiran atau eksistensi perguruan tinggi di dunia maya. Indikator kedua pemeringkatan tersebut meliputi seberapa banyak kunjungan ke website universitas, seberapa banyak website universitas dirujuk, seberapa banyak publikasi di Google Scholar, dan indikator-indikator lain yang menunjukkan seberapa dikenalnya perguruan tinggi tersebut di dunia maya.
Seiring berjalannya waktu, UM menambah konsentrasi pemeringkatan pada pemeringkatan perguruan tinggi nasional. Bertambahnya pengalaman UM dalam mengikuti pemeringkatan membuat Prof. Dr. Ibrahim Bafadal, M.Pd., Wakil Rektor IV UM, menyimpulkan bahwa akan lebih baik jika UM mengikuti pemeringkatan dengan indikator yang selaras dengan Tridarma Perguruan Tinggi. Sebagai upaya mengukur kinerja UM dan supaya sejalan dengan tagline “menjadi guru Asia dan dikenal dunia”, UM pun mengikuti Quacquarelli Symonds (QS) University Ranking. Pada awal partisipasi dalam pemeringkatan QS, UM lebih memfokuskan pada QS Asia University Ranking. UM sempat masuk dalam peringkat 551600 sebelum akhirnya turun pada tahun kemarin menjadi peringkat 601-655. Turunnya peringkat tersebut membuat UM semakin terpacu untuk menjadi lebih baik, sehingga tim ad hoc pemeringkatan pun dipermanenkan dan saat ini menjadi Subdirektorat Pemeringkatan. Tujuan penetapan Subdirektorat Pemeringkatan ini ialah supaya UM lebih fokus dalam mencermati dan merencanakan program kerja sesuai indikator-indikator pemeringkatan.
Menurut paparan Utomo Pujianto, S. Kom, M. Kom. selaku Kepala Subdirektorat Pemeringkatan UM, pemeringkatan yang diikuti UM bukan sekadar mengejar ranking belaka, melainkan lebih sebagai upaya mengukur kedudukan UM di antara perguruan tinggi lain. Acuan pemeringkatan internasional digunakan sebagai basis pengakuan bahwa UM diakui di kancah internasional. “Kita tidak mungkin sekadar koar-koar mengatakan bahwa perguruan tinggi kita kualitasnya sudah bagus tanpa mengukur posisi di antara perguruan tinggi lain. Apalagi dengan status PTN-BH sekarang, kita didorong oleh Kementerian untuk menjadi World Class University,” terang Utomo.
Subdirektorat Pemeringkatan bertugas mempelajari berbagai pemeringkatan internasional selain QS, di antaranya University Ranking by Academic Performance (URAP), Times Higher Education (THE), UI GreenMetric World University Ranking, dan Scimago Institutions Ranking. Setelah mempelajari berbagai macam pemeringkatan, ditemukan bahwa terdapat indikator pemeringkatan yang beririsan satu sama lain seperti QS, THE, dan URAP. Subdirektorat pemeringkatan kemudian membantu dalam merencanakan hal-hal yang mesti dilakukan supaya UM mampu menembus
![](https://assets.isu.pub/document-structure/220620060008-038137f84d755cde01af386156622522/v1/dc0cfa78eb6ec72dda8520b7895061b9.jpeg?width=720&quality=85%2C50)
![](https://assets.isu.pub/document-structure/220620060008-038137f84d755cde01af386156622522/v1/8a21f886614b492e43304f72cf29c547.jpeg?width=720&quality=85%2C50)
pemeringkatan-pemeringkatan tingkat dunia tersebut.
Turunnya peringkat UM dalam QS-AUR membuat UM harus bekerja lebih keras, terutama dengan tuntutan Kementerian agar PTN-BH setidaknya masuk dalam daftar 1000 Perguruan Tinggi terbaik tingkat dunia. UM pun berusaha untuk memetakan indikator-indikator pemeringkatan dan capaian-capaian UM, kemudian memasukkan komponenkomponen indikator tersebut dalam Indikator Kinerja UM yang merupakan gabungan dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Kementerian dan indikatorindikator pemeringkatan yang diikuti UM. Selanjutnya, komponen tersebut dituangkan dalam kontrak kinerja antara pimpinan UM dengan unit individu di bawahnya. Dibuatlah aplikasi untuk pemonitoran dan evaluasi, serta programprogram yang merujuk kepada target pencapaian UM dalam pemeringkatan internasional.
Pemeringkatan Internasional yang Diikuti UM
UM sudah mendapatkan peringkat satu nasional bidang pendidikan dalam Scimago Institutions Ranking 2022. Sayangnya, UM belum teridentifikasi dalam pemeringkatan QS World University Ranking by subject. Oleh karena itu, UM sedang berusaha semaksimal mungkin supaya dapat menembus QS Ranking. Apabila UM mendapatkan rekognisi oleh QS Ranking, maka pemeringkatan seperti Webometrics dan 4ICU kemungkinan besar juga akan naik.
Saat ini, UM memprioritaskan untuk mengikuti pemeringkatan QS yang terdiri dari QS Asia University Ranking (tingkat Asia), QS World University Ranking (tingkat dunia), dan QS World University Ranking by subject (tingkat dunia berdasarkan bidang tertentu). UM juga menyerahkan data-data penilaian ke Timer Higher Education (THE) Ranking.
Tahun lalu, UM sempat mengikuti THE Impact Ranking meskipun pemeringkatan ini tidak terkait langsung dengan Tridarma Perguruan Tinggi. Tolok ukur THE Impact ialah bagaimana perguruan tinggi membantu masyarakat dan lingkungan dalam mencapai 17 Sustainable Development Goals (SDG). UM mendapatkan peringkat 800 dunia untuk pertama kalinya pada pemeringkatan ini. Di antara 28 perguruan tinggi di Indonesia, UM mendapatkan peringkat ke-18. “Pencapaian yang lumayan bagus, sudah sesuai target UM yang menginginkan peringkat 16-18 nasional,” kata Kepala Subdirektorat Pemeringkatan.
Apa Saja yang Harus Dipenuhi UM untuk Menembus Pemeringkatan Internasional?
Masing-masing pemeringkatan memiliki indikator masing-masing. Salah satu indikator utamanya ialah academic reputation (reputasi akademik) yang bobotnya cukup besar. Untuk QS Ranking, ada 6 indikator utama: academic reputation (reputasi akademik), employer reputation (reputasi pemberi kerja), faculty/student ratio (rasio fakultas/mahasiswa), citations per faculty (kutipan publikasi tiap fakultas), international faculty ratio (proporsi fakultas internasional), dan international student ratio (proporsi mahasiswa internasional). Sementara itu, THE Ranking memiliki 5 basis penilaian.
Setiap indikator sudah ada pemenuhan, tetapi skor yang didapat UM belum optimal. UM masih mengejar reputasi akademik baik di bidang pengajaran, pendidikan, maupun penelitian. UM juga berusaha meningkatkan jumlah dosen asing, mahasiswa asing, juga mahasiswa UM yang belajar di luar negeri. UM sudah hampir optimal di bidang penelitian, tetapi masih perlu ditingkatkan karena yang dinilai ialah publikasi yang terindeks Scopus. “Memang struggle PT di Indonesia adalah dalam menghasilkan publikasi terindeks Scopus. Oleh karena itu, publikasi masih akan terus digencarkan baik untuk mahasiswa S1, S2, dan S3,” kata Bapak Utomo.
Akreditasi Internasional dan Hubungannya dengan Pemeringkatan Internasional
Sebelumnya UM sempat mengikuti akreditasi internasional oleh AQAS (Agentur zur Qualitätssicherung an Hochschulen mit Sitz in Köln/Agency for Quality Assurance) dan ASIIN (Akkreditierungsagentur für Studiengänge der Ingenieurwissenschaften, der Informatik, der Naturwissenschaften und der Mathematik/Accreditation Agency For Degree Programs In Engineering, Informatics/Computer Science, The Natural Sciences And Mathematics). Indikator Kinerja Utama (IKU) yang ditetapkan pemerintah memang menuntut supaya perguruan tinggi terakreditasi secara internasional, tetapi hal ini secara tidak langsung merupakan bentuk usaha untuk menembus pemeringkatan internasional. Ketika UM mendapatkan pengakuan dari lembaga internasional, otomatis hal tersebut menjadi media promosi UM di tingkat dunia, sehingga mahasiswa dan dosen asing pun tertarik untuk bekerja sama dengan UM. Akreditasi internasional juga mendukung pemenuhan indikator reputasi akademik bagi UM.
Target UM dalam Pemeringkatan Internasional
Sesuai target Kementerian, UM berusaha untuk menembus 1000 besar perguruan tinggi dunia pada QS World University Ranking pada tahun 2024 (berbasis pada kinerja pada tahun 2023). Untuk QS Asia University Ranking, UM diharapkan dapat kembali naik ke peringkat 500. Penilaian THE Ranking lebih ketat sehingga UM belum mampu berharap banyak, tetapi UM berharap setidaknya bisa terdeteksi oleh THE Ranking.
![](https://assets.isu.pub/document-structure/220620060008-038137f84d755cde01af386156622522/v1/c1d000e35cb7b662281d1573f287a676.jpeg?width=720&quality=85%2C50)
Kendala dan Upaya dalam Memperjuangkan Pemeringkatan Internasional
Menurut Prof. Dr. Markus Diantoro, M.Si. selaku Kepala LP2M, kendala dalam memperjuangkan pemeringkatan internasional ialah koordinasi dan sinkronisasi di semua lini bahwa pemeringkatan internasional adalah kemauan kita bersama dan merupakan kewajiban UM yang telah masuk ke dalam jajaran PTN-BH. “Sebagai program yang memang masih baru, perlu mengupayakan mindset pimpinan, dosen, tendik, dan mahasiswa supaya seirama. Dari analisis SWOT yang dilakukan, UM yakin target pemeringkatan internasional dapat dicapai,” ujarnya optimis.
Utomo Pujianto, S.Kom., M.Kom., Kepala Subdirektorat Pemeringkatan UM
Sama seperti Prof. Markus, Bapak Utomo juga berpendapat bahwa semangat kebersamaan sivitas perlu ditingkatkan. Dalam usaha meraih pemeringkatan internasional, bukan hanya Subdirektorat Pemeringkatan saja yang bekerja, karena tugas Subdirektorat Pemeringkatan ialah untuk memetakan kebutuhan UM dalam meraih target. Semangat seluruh sivitas untuk meraih tujuan juga sangat diperlukan. Untuk membangun sinergi yang seirama dalam diri seluruh sivitas akademika, Majalah Komunikasi UM dapat menjadi salah satu media yang menggaungkan agenda penting di UM, termasuk dalam rangka meraih pemeringkatan internasional. “Apabila media seperti Majalah Komunikasi dibaca oleh sivitas akademika, hal ini dapat membangun semangat bahwa UM sebenarnya mampu mendapat predikat World Class University,” tuturnya. Efek dari partisipasi sivitas akademika dalam hal ini memang tidak terlihat secara langsung, tetapi semangat kompetitif yang dibangun akan lebih memudahkan UM dalam menaikkan skor pada indikator-indikator pemeringkatan.
Selain dengan mengikuti berita terkini seputar UM, hal sederhana yang dapat dilakukan untuk meningkatkan eksistensi UM ialah dengan banyak berkunjung ke website resmi dan akun media sosial UM. Membagikan informasi terkait pencapaian UM juga merupakan salah satu bentuk usaha supaya UM lebih dikenal, terutama dalam pemeringkatan seperti Webometrics dan 4ICU.
“Kalau untuk QS dan THE, mungkin bisa dengan melibatkan diri dalam berbagai penelitian. Banyak dosen yang menawarkan mahasiswa untuk penelitian, mungkin hal tersebut dapat menjadi peluang bagi mahasiswa untuk menambah publikasi. Paper-paper yang dibuat untuk tugas perkuliahan juga dapat diajukan ke jurnal mana pun, tidak harus terindeks Scopus, asalkan jurnal tersebut memiliki reputasi yang baik,” saran Bapak Utomo.
Harapan dan Pesan terkait Pemeringkatan Internasional
Menurut Bapak Utomo, perlu dipahami bahwa ikhtiar UM dalam meraih pemeringkatan internasional bukan sekadar hanya melihat posisi UM ada di peringkat berapa. Upaya menembus pemeringkatan internasional ini juga merupakan usaha benchmarking atau mengukur kinerja UM dengan bantuan pihak luar. “Jadi tidak hanya dengan self-proclaimed bahwa universitas kita sudah bagus, tapi kita juga harus membandingkan dengan kampus lain, dan penilaian kita harus diverifikasi oleh lembaga yang berbobot pula,” jelas Bapak Utomo. Beliau berpesan agar seluruh sivitas akademika turut mendukung usaha UM meskipun hanya dengan melakukan hal sederhana seperti mengunjungi website UM atau membagikan unggahan mengenai prestasi UM di media sosial. Keuntungan yang didapat UM sebagai lembaga dengan mengikuti pemeringkatan QS ataupun THE ialah menunjukkan bahwa kinerja UM berdasarkan kriteria dari QS atau THE telah terpenuhi. Artinya, UM nantinya akan diakui sebagai perguruan tinggi yang layak bersaing di tingkat internasional. Selain itu, peringkat yang diperoleh UM menjadi acuan kerja pada tataran internasional. Warga UM secara umum akan lebih mudah diterima oleh calon pengguna, kapabilitas secara internasional pun lebih tinggi dibanding perguruan tinggi yang belum masuk pemeringkatan internasional. Salah satu dampak yang diharapkan ialah lulusan UM akan memiliki daya saing global yang lebih baik. Dengan apa yang telah dicapai UM sejauh ini, Prof. Markus optimis bahwa UM mampu menjadi perguruan tinggi yang unggul dan menjadi rujukan Asia serta dikenal dunia. “Kita sudah berada di era baru sebagai PTN-BH, dan tantangan kita sudah satu level lebih tinggi. Oleh karenanya, mindset dan budaya kerja kita perlu terus ditingkatkan. Dengan kerja sama yang baik secara internal maupun dengan mitra nasional dan internasional, kita bisa,” pungkas Prof. Markus. Zahirah/
Izam
![](https://assets.isu.pub/document-structure/220620060008-038137f84d755cde01af386156622522/v1/ed9c5a01cb2b2f782c8590b42ad51381.jpeg?width=720&quality=85%2C50)
![](https://assets.isu.pub/document-structure/220620060008-038137f84d755cde01af386156622522/v1/72de3137f5919dfa378f60876e3bd6de.jpeg?width=720&quality=85%2C50)
![](https://assets.isu.pub/document-structure/220620060008-038137f84d755cde01af386156622522/v1/2e12ed13b130aedd1355ae646658c8a1.jpeg?width=720&quality=85%2C50)