5 minute read
LAPORAN KHUSUS
4 Prodi Baru Tingkatkan
Jumlah Maba UM Dr. H. Imam Agus Basuki, MPd., Kepala Unit Pelaksana Teknis Satuan Penjamin Mutu (UPT SPM)UM
Advertisement
T
ahun ajaran baru telah dimulai. Kali ini, jumlah mahasiswa baru (maba) di Universitas Negeri Malang (UM) meningkat. “Tahun lalu maba UM jumlahnya 8.034, sekarang 10.072,” kata Dr. H. Imam Agus Basuki, M.Pd, Kepala Unit Pelaksana Teknis Satuan Penjamin Mutu (UPT SPM) UM.
Berdasarkan penuturan Bapak Imam Agus, kenaikan angka mahasiswa baru merupakan efek dari beberapa kebijakan yang diterapkan UM. Salah satu kebijakan tersebut adalah penetapan jumlah mahasiswa dalam satu kelas. “Standar kelas saat ini disamakan. Untuk satu kelas mahasiswa S1 berisi 40 mahasiswa, untuk mahasiswa S2 berisi 20 mahasiswa, dan S3 (berisi) 15 mahasiswa,” jelas Bapak Imam Agus.
Menurut Bapak Imam, standardisasi penentuan jumlah mahasiswa dalam satu kelas dilakukan supaya efektivitas kelas lebih jelas. “Dulu masing-masing prodi membuat aturan sendiri dalam penentuan jumlah mahasiswa pada satu kelas. Saat ini, angka dalam daftar daya tampung jadi berkelipatan 40, 20, atau 15 karena standarnya sudah jelas,” ungkap beliau. Implikasi dari kebijakan ini adalah kenaikan kuota di beberapa prodi yang sebelumnya memiliki jumlah mahasiswa kurang dari 40 pada setiap rombongan belajar. Kenaikan kuota ini juga memungkinkan peluang yang lebih luas bagi para calon mahasiswa yang ingin menempuh pendidikan di UM.
Selain karena standardisasi jumlah mahasiswa per kelas, bertambahnya jumlah mahasiswa baru juga merupakan implikasi dari pembukaan empat prodi baru di UM. Prodi-prodi tersebut ialah S1 Ilmu Komunikasi (3 kelas), S3 Teknik Elektronika dan Informasi (2 kelas), S1 Gizi (1 kelas), dan S1 Farmasi (1 kelas).
Untuk sementara, prodi S1 Gizi dan S1 Farmasi berada di bawah naungan Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Ke depannya, UM akan mendirikan Fakultas Kedokteran dan Kesehatan (FKK) untuk menaungi prodi-prodi terkait kesehatan, termasuk S1 Gizi dan S1 Farmasi. “Nantinya FKK juga akan membawahi Ilmu Kesehatan Masyarakat yang saat ini sementara bernaung di bawah Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK). Ada dua prodi lain yang sedang dipersiapkan di bawah naungan FKK, yaitu Kebidanan dan Keperawatan,” terang Ketua UPT SPM. Belum dapat dipastikan kapan UM akan secara resmi mendirikan FKK, akan tetapi prodi Kebidanan serta Keperawatan tengah digodok sedemikian rupa oleh UM sehingga nantinya dapat menjaring lebih banyak lagi mahasiswa yang memiliki potensi di bidang kesehatan.
Ke depannya, UM berharap mampu mempertahankan atau bahkan meningkatkan kuota mahasiswa yang masuk. “Kuota perguruan tinggi secara nasional tidak boleh turun, akan lebih bagus jika naik,” kata Bapak Imam Agus. Lebih lanjut, beliau menerangkan bahwa jumlah mahasiswa di UM berpengaruh terhadap Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi secara nasional. “Jika sampai turun, kinerja perguruan tinggi bisa dipertanyakan,” ujarnya. Tidak menutup kemungkinan bahwa beberapa prodi belum dapat mencapai target mahasiswa yang diinginkan, tetapi UM berupaya agar jumlah mahasiswa tetap stabil. “Misalnya minat terhadap prodi tertentu berkurang, maka harus ada prodi lain yang menambah kuota sehingga jumlah mahasiswa tetap konstan,” jelas Bapak Imam Agus. Zahirah
Ilustrasi oleh : Alfan Khoirul Huda
Bulan Maulid: Sejarah, Tradisi, dan Keutamaannya
Oleh: M. Izam Masroir
Bulan Rabiul Awal dalam kalender Hijriyah menjadi bulan yang begitu mulia dari 12 bulan lainnya. Dalam bulan ini, tepatnya pada 12 Rabiul Awal, umat Islam memperingati peristiwa yang agung, yaitu lahirnya baginda Rasulullah SAW atau dikenal dengan Maulid Nabi Muhammad SAW. Perayaan ini menjadi tradisi yang berkembang dalam masyarakat Islam jauh setelah Rasulullah SAW wafat dalam bentuk ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi SAW.
Setelah Rasulullah SAW wafat, pada masa Khulafaur Rasyidin dan Dinasti Umayyah, perayaan Maulid Nabi masih belum terealisasikan. Pada waktu itu, semua masih berfokus pada upaya-upaya penyebaran agama Islam dengan terus menerus berdakwah serta menjalin silaturahmi agar ikatan hubungan dengan sesama umat Islam dan pemeluk agama lain semakin luas.
Baru pada masa Dinasti Abbasiyah, Maulid Nabi dirayakan. Merujuk pada kitab Wafa’ul Wafa bi Akhbar Darul Mustafa karya Nuruddin Ali, awal peringatan maulud Nabi dipelopori oleh Khaizuran. Beliau merupakan ibu dari Amirul Mukminin Musa al-Hadi dan al-Rasyid dan sosok yang berpengaruh selama pemerintahan tiga khalifah Dinasti Abbasiyah (Khalifah al-Mahdi bin Mansur al-abbas, Khalifah al-Hadi, dan Khalifah alRasyid).
Awalnya, Khaizuran datang ke Madinah dan memerintahkan penduduk untuk mengadakan perayaan Maulid Nabi di Masjid Nabawi, kemudian ke Mekah dengan memerintahkan penduduk Makkah untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW di rumah-rumah mereka. Setelah Dinasti Abbasiyah dan Dinasti Fatimiyah runtuh, perayaan ini terus berlanjut sampai sekarang dan semakin pesat hingga ke penjuru dunia, termasuk di Indonesia.
Momen kelahiran Nabi Muhammad SAW ini dirayakan dengan tradisi yang berbeda-beda. Di Turki, momen Maulid Nabi dirayakan dengan berbondong-bondong ke masjid untuk berdoa dan membaca pujianpujian kepada Nabi Muhammad SAW. Turki juga memiliki tradisi perayaan yang khas dengan tarian Darwisnya. Di Mesir, perayaan Maulid Nabi dirayakan dengan membeli boneka permen yang berbentuk pengantin untuk perempuan dan penunggang kuda untuk laki-laki. Sementara itu, di negara-negara lain, Maulid Nabi dirayakan dengan pengajian akbar, ajang silaturahmi antarumat Islam, dan lain-lain.
Di Indonesia, Maulid Nabi dirayakan dengan berbagai ekspresi. Misalnya di Jawa, perayaan Maulid Nabi dilakukan dengan membaca pujian-pujian pada Nabi SAW atau Manakib Nabi Muhammad SAW dalam kitab Diba’, Maulid Simtud Dhurar, Maulid Barzanji, Burdah, dan lain-lainnya. Biasanya, selesai membaca Manakib, masyarakat menyantap makanan bersama-sama.
Ada pula yang merayakan dengan Grebeg Maulud pada festival Sekaten seperti di Yogyakarta. Dalam perayaan ini, makanan dan hasil bumi dibentuk menjadi gunungan untuk dibawa di pundak masyarakat kemudian diarak dan dibagikan kepada masyarakat lainnya. Sementara di Sulawesi Selatan, perayaan Maulid atau Maudu Lompoa dirayakan lebih ramai daripada Idul Fitri. Dalam perayaan ini, warga mengarak replika perahu yang di dalamnya terdapat makanan dan dibagikan kepada masyarakat.
Kita tahu bahwa Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada 12 Rabiul Awal tahun Gajah 570 M di Mekah. Namun, perayaan Maulid Nabi tidak hanya diperingati pada tanggal tersebut saja, tetapi para pencinta Nabi SAW memperingati setiap hari mulai dari awal sampai dengan akhir bulan. Bahkan, ada yang memperingati di luar bulan Rabiul Awal. Bulan Rabiul Awwal merupakan bulan mulia yang mendatangkan banyak pahala, dengan berkumpul, membagikan makanan, membacakan pujian-pujian Nabi Muhammad SAW, serta meluapkan kegembiraan dan rasa syukur atas kelahiran Rasullah SAW.
Sebagai umat Nabi Muhammad SAW, bulan Maulid memiliki banyak keutamaan yang harus kita ketahui, seperti memperbanyak bacaan ayat-ayat suci Al-Quran, zikir, tahlil, kalimat thayyibah, dan sebagainya. Bulan ini juga menjadi bulan efektif untuk menyebarkan dakwah keteladanan akhlak Rasulullah, mulai dari kehidupan di masyarakat, cara berbisnis atau berdagang, politik, kepemimpinan, dan cara ibadah Rasulullah SAW.