6 minute read

PROFIL

Next Article
CURHAT

CURHAT

Potret Naufal Taufiqur Rochman

Advertisement

Nama: Naufal Taufiqur Rochman Tempat, Tanggal Lahir: Malang, 30 Desember 2000

Fakultas:

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Prodi: Pendidikan IPA Email: naufaltaufiqur18@gmail.com

Riwayat Organisasi: • Ketua OSIS MAN 3 Jombang (2017–2018) • Ketua Umum HMP IPA Omega (2020–2021) • Presiden Mahasiswa Universitas Negeri

Malang (2022) • Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (2019–sekarang) • Himpunan Mahasiswa Malang Alumni

Bahrul Ulum

Mengenal Sosok Presma UM 2022:

Kekuatan Sebuah Keinginan untuk Masa Depan

“Bukan di mana tempat kita berproses, tapi tentang bagaimana cara kita berproses.”

Prestasi: • Juara 2 Olimpiade Biologi KSM Kabupaten

Jombang (2018) • Juara 2 Korprodi Cup Pendidikan IPA (2019) • Finalis Lomba Essay Nasional PC PMII Kota

Malang (2020) • Awardee Smart Scholarship YBM BRI • Awardee Bright Scholarship YBM BRI

Naufal Taufiqur Rochman, Presiden Mahasiswa UM 2022 dengan Kabinet "Inovasi Berdikari" dan membawahi 7 Kementerian ini cukup menyita atensi sivitas UM, terutama sejak berakhirnya PKKMB UM 2022. Laki-laki kelahiran tahun 2000 itu tengah menempuh Program Studi Pendidikan IPA dan memasuki semester 7 pada tahun 2022 ini.

Setelah terpilih menjadi Presiden Mahasiswa melalui Pemira pada akhir tahun 2021, Naufal resmi dilantik pada 28 Januari 2022 oleh WR III bagian kemahasiswaan dan alumni. Lantas, sudahkah kamu mengenal siapakah pemimpin dari organisasi mahasiswa nomor satu di kampus ini? Yuk, simak wawancara salah satu Kru Komunikasi dengan Naufal Taufiqur Rochman!

Apakah pernah menyangka akan menjadi seorang Presma?

Saya adalah alumni dari Pondok Pesantren (Ponpes) Bahrul Ulum Tambak Beras, Jombang. Pada saat masa MPLS dahulu, ada suatu frasa yang saya peroleh, berbunyi ‘singa kampus’. Tak lama setelah itu, seorang guru memberi saya satu tugas menulis 100 harapan untuk masa depan. Kepalang bingung dan segera ingin menyelesaikan tugas, saya menulis apa pun yang bisa ditulis dan impian-impian random yang muncul di kepala. Beberapa di antaranya adalah menjadi ‘singa kampus’, berkuliah di Malang, dan menjadi lulusan terbaik di ponpes.

Saat itu, semua tulisan refleks yang saya torehkan, yang bahkan hanya menulis harapan untuk diri sendiri saja saya kebingungan, seolah tak akan berarti apaapa bagi kehidupan ke depan. Sampai satu saat, 100 list harapan itu mulai tercoret satu per satu. Dimulai dari menjadi lulusan terbaik ponpes, kuliah di Malang, hingga keyakinan tentang frasa ‘singa kampus’ yang mengantarkan pada kenyataan saya menjadi seorang presiden mahasiswa saat ini.

Sama seperti ketidaksangkaan terhadap terwujudnya tulisan-tulisan di daftar harapan tadi, hal yang sama saya rasakan ketika akhirnya terpilih menjadi seorang Presma UM 2022. Tidak pernah terpikirkan, tapi sudah pernah tertuliskan sebuah harapan dalam bentuk frasa ‘singa kampus’. Saya punya opini tersendiri mengenai frasa ini, singa kampus dalam opini saya adalah seseorang yang diperhitungkan dan dapat dilihat di lingkungan kampus.

Awal terpikirkan untuk mencalonkan diri sebagai presma seperti apa?

Saya saat itu menjabat sebagai Ketua Umum HMP IPA, mengenal Arya, yang saat ini menjadi wakil presma, sama-sama sebagai penerima beasiswa SMART Scholarship. Arya ini waktu itu adalah ketua HMJ Sastra Arab. Saat kami bertemu, muncul niat untuk menyebarluaskan kebermanfaatan, dari yang awalnya hanya di masing-masing program studi, menjadi untuk universitas, akhirnya mencalonkan diri, dan resmi menjadi Presma dan Wapresma UM 2022.

Bagaimana jenjang karier organisasi hingga terpilih menjadi seorang presma?

Dahulu saat saya masih maba, antara semester 2—3 ada OC HMP IPA, saya berada di bidang pengabdian masyarakat dan diamanahi memegang LKPPI (Ospek Jurusan Prodi Pendidikan IPA). Antara semester 4—5 diamanahi menjadi ketua HMP IPA, dan hingga saat ini, menjadi Presma.

Selain aktif di BEM UM sebagai presma, apakah ada kesibukan di bidang lainnya?

Di luar kampus, saya mencoba membangun dua jenis bisnis berbeda. Pertama adalah membuka bimbel untuk SD hingga SMA dan yang kedua adalah usaha servis laptop. Motivasi awalnya adalah keinginan untuk menambah uang saku dan tekanan biaya UKT yang tinggi, dalam posisi saya tidak dibolehkan mendaftar bidikmisi oleh orang tua. Sedikit rasa sungkan sebagai anak laki-laki pertama yang memiliki adik juga mendorong saya untuk itu (membangun bisnis, red.).

Awalnya, kedua bisnis itu tidak saya jalankan sendiri. Saya ikut lembaga bimbel dan menjadi makelar servis yang mempertemukan pelanggan dan tukang servis. Lambat laun, alhamdulillah saya tidak ikut suatu lembaga lagi dan berdiri sendiri, dua-duanya. Saya punya satu prinsip ketika berusaha mendaftar sesuatu. Jalani saja dulu. Prinsip ini saya terapkan dalam perjalanan saya mencari beasiswa selain bidikmisi. Berkali-kali tertolak, selagi ada kesempatan akan terus saya coba, toh daftarnya gratis. Prinsip itu tadi yang mengantarkan saya memperoleh beasiswa dari SMART Scholarship dan BRIGHT Scholarship, yang membiayai kuliah sampai semester 8, fasilitas asrama selama 2 tahun, dan uang saku bulanan. Ingat, selagi tidak membayar dan bisa diusahakan, coba aja dulu!

Apakah ada prinsip tersendiri mengenai manajemen waktu, prioritas, kehidupan sosial, dan pribadi?

Untuk mengatur skala prioritas dan membagi waktu, saya selalu mengandalkan tools yang mungkin sudah banyak orang tahu, yakni to-do list. Kegiatan dan tanggung jawab esok hari, harus selesai di malam hari sebelumnya. Perlakuan yang sama juga saya lakukan untuk target-target menengah dan jangka panjang.

Apa perbedaan signifikan dari sikap diri sebelum dan sesudah mengemban tanggung jawab sebagai seorang Presma?

Saya jadi lebih hati-hati. Menjadi orang yang ‘dilihat’ dan mungkin menjadi contoh juga, membuat saya menjadi lebih hati-hati dalam melakukan pemetaan konsekuensi dari keputusan/hal yang akan dilakukan. Ini bukan semena-mena karena takut menyesal nanti atau apa, lagi pula menurut saya, penyesalan itu bukan karena kita salah memilih, tapi hal itu ada dikarenakan kita nggak sanggup untuk menerima konsekuensinya. Sampai kapan pun, tidak ada pilihan benar dan salah, tinggal bagaimana kita bisa menerima konsekuensinya saja.

Selain masalah prioritas dan manajemen waktu, apakah ada kendala dan tantangan lain saat menjadi presma?

Ada satu masalah umum yang sering saya temui di setiap program kerja dan kegiatan yang saya lakukan, yakni masalah komunikasi, utamanya jika itu sebuah organisasi. Ini masalah yang sering muncul dan kita harus sadar mulai awal bahwa semua hal di dunia ini pasti bisa dikomunikasikan dahulu. Contohnya kemarin, ada satu program BEM UM, GEMA UM 2022, itu awalnya hanya program BEM, tapi bisa dikonversikan KKN. Awalnya tadi, apa sih yang tidak bisa dikomunikasikan? Kita tahu simpulnya di mana, diselesaikan di sana. Misal dalam ini, ada benang merah antara Kampus Merdeka, KKN, dan program kerja yang direncanakan tuh, nah kita komunikasikanlah ke yang mengurus KKN di kampus, yakni LP2M.

Bagaimana rasanya menjadi pemimpin untuk penyelenggara lapangan PKKMB setelah 2 tahun daring?

Ada sedikit tidak menyangka. Karena H-2 bulan, acara masih belum ada kepastiannya. Bahkan di H-1 ada perubahan konsep acara. Pressure datang dari berbagai sisi, tapi kuncinya harus tetap tenang, santai, dan berorientasi pada pemecahan masalah. Ternyata, apa yang sedikit tidak jelas beberapa bulan yang lalu pada akhirnya selesai juga, dengan berbagai macam kendalanya.

Apakah ada pesan untuk seluruh mahasiswa UM dari sisi seorang Presma UM?

Jalani apa yang harus dijalani, kita bukan lagi seorang siswa. Jangan hanya berpikir tentang diri sendiri, tapi juga pikirkan orangorang di sekitar kita, seperti yang tertuang di tridarma perguruan tinggi, terutama pada bagian pengabdian masyarakat. Banyak sekali bentuk pengabdian. Bermanfaatlah sesuai dengan apa yang kamu mampu untuk berikan, seperti contohnya ketika suatu masa ada kebijakan yang menekan masyarakat, kita sebagai yang tahu ilmunya, mendampingi masyarakat dalam menyikapi hal tersebut.

Apakah ada pesan untuk organisasiorganisasi yang ada di UM?

Jalani apa yang memang sudah diputuskan di rapat kerja organisasi. Jangan lari dari tanggung jawab. Jika ada masalah, dikomunikasikan. Tidak ada hal di dunia ini yang tidak bisa dikomunikasikan. Vania

This article is from: