5 minute read

3. Pengabdian Harta

3

PENGABDIAN HARTA

Advertisement

Maleakhi 3:6-12

Ayat Hafalan:

Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: “Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?” Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus! Maleakhi 3:8

Tujuan Pelajaran

Kompetensi Belajar

Saat Mengajar

Pembahasan Materi

Mendampingi murid mencoba menyatakan pengabdian harta kepada Tuhan.

Murid mencoba menyatakan pengabdian harta kepada Tuhan.

1. Awali kelas dengan menyanyikan lagu dari buku Nyanyian Pujian (NP) No. 291 “Mari

Kumpulkan.” 2. Tanamkan “Bagikan 3P” ini sebagai bagian penting di dalam kelas Anda (Lihat Pengantar dari

Penulis). 3. Diskusi Pembuka: • Awali kelas Anda dengan mendiskusikan berkat apa yang diterima ketika mereka memberikan perpuluhan dan persembahan kepada Tuhan. • Tanyakan apa yang menjadi godaan atau tantangan mereka untuk tidak memberikan perpuluhan. 4. Pembahasan Materi: lihat di bawah. 5. Saat Menghafal. Setelah selesai membahas materi, latihlah murid-murid Anda untuk menghafalkan ayat hafalan minggu ini: Maleakhi 3:10. 6. Sangat baik untuk mengatur waktu kelas sedemikian rupa sehingga para murid dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Pandulah mereka di dalam diskusi ini. 7. Tantang para murid untuk berani melakukan apa yang tertulis dalam LAKUKANLAH MINGGU

INI. 8. Tutuplah kelas dengan doa.

Kitab Maleakhi ditulis oleh seorang bernama nabi bernama Maleakhi. Dia adalah seorang Yahudi saleh yang tinggal di Yehuda masa pasca pembuangan, serta rekan sezaman Nehemia. Merunut kepada konteks sosial dan ekonomi pada masa pemerintahan Nehemia

sebagai gubernur di Yehuda, dapat diketahui bahwa masyarakat Yerusalem dan Yehuda secara keseluruhan berada dalam keadaan sangat miskin. Mereka terbebani dengan banyak hutang, harus membayar upeti kepada raja Persia, dan sebagiannya harus menjual harta milik serta anakanaknya untuk dijadikan budak demi memperoleh gandum. Tentu kebijakan Nehemia untuk membebaskan hutang dan mengembalikan harta milik memberikan kelegaan bagi sebagian besar masyarakat, namun demikian secara umum mereka mengalami kesusahan besar. Secara rohani kehidupan mereka juga telah menyimpang dari Allah. Umat mempersembahkan persembahan yang tidak layak kepada Allah (Maleakhi 1:6-14), para imam hidup dan mengajar dengan tidak benar (Maleakhi 2:1-9), menceraikan istri masa mudanya dan menikah dengan orang asing yang tidak mengenal Tuhan (Maleakhi 2:10-16), serta banyak ketidakbenaran lainnya dengan menjadi tukang sihir, berzinah, bersumpah dusta, dan menindas orang-orang lemah (Maleakhi 3:5). Namun Allah tetap setia kepada umat-Nya, dan Ia tetap memelihara umat-Nya (Maleakhi 3:6). Sekalipun demikian, Allah tidak menginginan umat-Nya hidup dengan tidak benar. Allah menghendaki pertobatan. Bagaimanakah pertobatan bagi bangsa Israel? Mereka tidak boleh lagi menipu Tuhan! (‘menipu’ dalam terjemahan lain ‘merampok, menjarah’). Bagaimanakah menipu Tuhan? Ketika mereka melakukan pengabaian terhadap persembahan khusus dan persembahan persepuluhan. Persembahan khusus adalah persembahan seperti dalam Keluaran 29:27-28 dan Imamat 7:14,31-34.

1. Pelanggaran yang Dilakukan oleh Umat Tuhan a. Umat yang Tidak Memiliki Kepekaan akan Dosa

Kedegilan hati orang Israel menyebabkan mereka tidak memiliki kepekaan akan dosa yang mereka lakukan terhadap Tuhan. Paling kurang dua kali dalam percakapan ini bangsa Yahudi menunjukkan ketidakpekaan mereka terhadap dosa yang mereka lakukan. Pertama, ketika mereka bertanya, ““Dengan cara bagaimanakah kami harus kembali?” Apa yang tersirat di dalam kalimat ini adalah mereka tidak sadar bahwa mereka telah berjalan menjauhi perintah Tuhan. Apa yang dinyatakan oleh Maleakhi sesuai dengan nubuatan yang disampaikan oleh Nabi Yesaya yang mengatakan bahwa “kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri” (Yesaya 53:6).

b. Umat yang Tidak Menyadari Hukuman Dosa (Ayat 8-9)

Dalam persiapan Anda mengajar, bukalah Imamat 26:14-42 dan perhatikanlah peringatan akan kutuk yang Tuhan akan berikan kepada bangsa Israel jika mereka menjauh dari Tuhan. Kejahatan bangsa Israel juga menyebabkan mereka tidak menyadari bahwa mereka sedang mengalami hukuman karena dosa yang mereka lakukan. Kutukan ini sudah diperingatkan lebih dari 1.000 tahun sebelumnya oleh Allah namun generasi demi generasi bangsa Israel mengacuhkan peringatan tersebut. Maleakhi 2:2 juga menekankan mengenai kutukan tersebut. Namun demikian, umat pilihan Allah tersebut masih juga menipu Allah mereka.

2. Perintah yang Diberikan kepada Umat Tuhan (Ayat 10) a. Perintah yang Didasarkan atas Kesetiaan Tuhan

Penekanan yang diberikan oleh ayat ini adalah pada kata “seluruh persembahan.” Frasa seluruh persembahan dipakai oleh Maleakhi berdasarkan apa yang Musa perintahkan di dalam Imamat 27:30 bahwa “segala persembahan persepuluhan. . . . adalah milik TUHAN.”

Kepada generasi kedua bangsa Israel, Musa juga memerintahkan untuk “mengeluarkan segala persembaha persepuluhan” untuk kemudian “menaruhnya di dalam kotamu” (Ulangan 14:28). Penggunaan kata seluruh dan segala di dalam perintah-perintah Perjanjian Lama (PL) ini menunjukkan bahwa sering kali orang Israel menahan sebagian dari persembahan dan persepuluhan mereka atau dalam konteks Maleakhi bahkan tidak sama sekali.

b. Perintah yang Dibangun atas Janji Tuhan

Janji Allah selalu tersedia bagi mereka yang menaati perintah dan kehendak-Nya, dalam hal ini ketaatan dalam membawa perpuluhan dan persembahan. Hal ini dinyatakan oleh Allah dengan sebuah frasa singkat, “ujilah Aku.” Dalam hal ini Allah ingin menantang bangsa Israel untuk menguji dan kemudian membuktikan bahwa Dia adalah Allah yang setia yang akan memegang dan memenuhi janji-Nya kepada mereka yang taat kepada perintah-Nya.

3. Pemulihan yang Dijanjikan bagi Umat Tuhan (Ayat 11-12) a. Pemulihan yang Menunjukkan Kekuasaan Tuhan

Penggunaan sebutan untuk Allah oleh para penulis PL perlu mendapat perhatian khusus. Tiga kali sebutan Allah sebagai “TUHAN semesta alam” disebutkan di dalam ayat 9-11. Pengulangan tersebut menunjukkan penekanan akan nama tersebut yang di dalam konteks PL selalu berhubungan dengan kekuasaan-Nya atas alam semesta.

b. Pemulihan yang Menyatakan Kesaksian

Perlu diingat bahwa yang diinginkan oleh Allah Ketika Dia memberkati umat-Nya bukan saja agar umat-Nya diberkati, tetapi juga menjadi kesaksian bagi banyak orang. Allah yang mengizinkan bangsa Israel untuk melalui penjajahan dan pembuangan adalah Allah yang tidak pernah menginginkan umat-Nya untuk tetap hidup di dalam penderitaan. Ayat 12 menunjukkan bahwa Allah merindukan umat-Nya dilihat oleh bangsa-bangsa lain dan mereka menyebut mereka “berbahagia” dan menjadi “negeri kesukaan.” Rujukan yang dipakai di dalam Buku Murid tentang Ananias dan Safira diharapkan dapat menolong murid untuk melihat hubungan dan kelanjutan perintah Tuhan di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

Perbandingan Maleakhi 3 dan Kisah Para Rasul 5

Maleakhi 3 (Bangsa Israel)

Perpuluhan diberikan supaya ada persediaan makanan untuk orang Lewi

Orang Israel menahan perpuluhan kepada Tuhan

Kisah Para Rasul 5:1-11 (Ananias dan Safira)

Persembahan diberikan untuk dibagikan kepada jemaat lainnya yang membutuhkan (pasal 4) Ananias dan Safira menahan hasil penjualan tanah mereka

Orang Israel menipu Tuhan Ananias dan Safira mendustai Roh Kudus

Bangsa Israel dikutuk Tuhan karena ketidaktaatan akan perpuluhan Respons akan ketaatan mereka, bangsa lain akan menyebut mereka berbahagia Keduanya mati karena mendustai Roh Kudus

Jemaat dan orang lain takut akan perintah Allah

This article is from: