4 minute read
10. Ketaatan Maria
10
KETAATAN MARIA
Advertisement
Lukas 1:26-38
Ayat Hafalan:
“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”
Lukas 1:38
Tujuan Pelajaran
Mendampingi murid untuk mendapatkan pengertian tentang hamba yang taat kepada ketetapan Tuhan.
Murid memahami hamba yang taat kepada ketetapan Tuhan.
Kompetensi Belajar
Saat Mengajar
1. Awali kelas dengan menyanyikan sebuah lagu Natal. 2. Tanamkan “Bagikan 3P” ini sebagai bagian penting di dalam kelas Anda (Lihat Pengantar dari
Penulis). 3. Diskusi Pembuka: • Awali kelas Anda dengan mendiskusikan apa yang teman-teman non-Kristen pahami tentang Yesus Kristus. Tekankan bahwa pelajaran minggu ini akan menolong mereka untuk dapat memberikan jawaban kepada mereka yang mempertanyakan ketuhanan Yesus Kristus. 4. Pembahasan Materi: • Bacalah Yesaya 7:10-17 dan pahami latar belakang dari nubuatan ini. • Pahami bahwa status sosial orang Galilea berada di bawah orang-orang Yahudi yang berada di Yudea. Tekankan dalam pengajaran Anda bahwa Allah tidak memilih gadis Yudea untuk rencana-Nya tersebut, tetapi seorang gadis dari Galilea. • Mulai pembahasan materi Anda. 5. Saat Menghafal. Setelah selesai membahas materi, latihlah murid-murid Anda untuk menghafalkan ayat hafalan minggu ini: Lukas 1:38. 6. Sangat baik untuk mengatur waktu kelas sedemikian rupa sehingga para murid dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Pandulah mereka di dalam diskusi ini. 7. Tantang para murid untuk berani melakukan apa yang tertulis dalam LAKUKANLAH MINGGU
INI. 8. Tutuplah kelas dengan doa.
Pembahasan Materi
1. Mereka yang Mendapat Keistimewaan di Hadapan Tuhan
Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau” Lukas 1:28. Seperti kita ketahui bahwa di dalam Perjanjian Lama (PL), bangsa Israel terbagi ke dalam 12 suku yang tidak terbagi di dalam hal status sosialnya. Satu-satunya yang membedakan adalah bahwa suku Lewi tidak memiliki tanah pusaka mereka dan harus tinggal di wilayah-wilayah ke-12 suku tersebut. Setelah kembalinya bangsa Israel dari pembuangan di Babel, kondisi ini berubah dan secara wilayah dan status sosial tanah Palestina ini dibagi ke dalam tiga kelompok: Yudea, Samaria, dan Galilea. Orang-orang Yahudi yang tinggal di wilayah Yudea menganggap status mereka lebih tinggi dari kedua kelompok lainnya, bukan saja karena sebagian besar mereka adalah imam dan Ahli Taurat, tetapi juga karena keyahudian mereka yang masih murni tanpa adanya perkawinan campur dalam keluarga mereka. Orang Samaria dianggap setengah Yahudi karena apa yang dilakukan oleh Raja Asyur ketika mereka menaklukkan ibukota Israel, Samaria, di dalam 2 Raja-raja 17:24-41. Demi menghindari kekosongan wilayah Samaria, Raja Asyur membawa orang-orang dari Asyur untuk menetap di Samaria sehingga terjadi perkawinan campur antara orang Israel dan penyembah berhala. Oleh karena itu orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria dan hal ini dapat dilihat ketika ada pertemuan antara Yesus dan wanita Samaria di dalam Yohanes 2 dan perumpamaan tentang ‘Orang Samaria yang baik hati’ di dalam Lukas 10:25-37. Kelompok ketiga adalah orang Galilea, yang dari status sosial berada di tengah-tengah kedua kelompok di atas. Sejak zaman PL, wilayah Galilea memang terdiri dari suku-suku Zebulon dan Naftali, namun seringckali wilayah itu disebut “Galilea bangsa-bangsa lain” (Yesaya 9:1; Matius 4:15). Perkawinan campur antara orang Israel dengan bangsa Kanaan menyebabkan orang Yahudi dari Yudea tidak menganggap orang Galilea memiliki status sosial yang sama dengan mereka. Orang Galilea pun memiliki aksen yang berbeda dari orang Yudea (Matius 26:69). Salam yang diucapkan oleh malaikat tersebut diulang sebanyak dua kali dalam bagian ini. Itu sebabnya penting untuk melihat bahwa Allah memang sungguh-sungguh memberikan kasih karunia-Nya bagi Maria untuk sebuah tugas yang sangat sulit. Ingatlah bahwa orang yang dipilih Allah adalah orang yang mendapat kasih karunia Allah, dan orang yang dipakai Allah adalah orang yang akan memiliki kerendahan hati.
2. Mereka yang Menunjukkan Teladan Kerendahan Hati
Beberapa minggu lalu sudah dijelaskan bahwa setiap wanita muda Yahudi memiliki doa khusus untuk masa depan mereka. Keyakinan akan adanya seorang perempuan muda yang akan melahirkan seorang Mesias menyebabkan mereka memiliki tiga doa yang selalu dinaikkan. Doa gadis-gadis Yahudi adalah sebagai berikut: • Biarlah saya menikah. • Biarlah ketika saya menikah saya akan melahirkan seorang anak laki-laki. • Biarlah anak laki-laki tersebut akan menjadi Mesias yang menyelamatkan orang Yahudi.
Tentu saja walaupun Maria meyakini akan hal tersebut dan mendoakannya, tidak pernah terbersit dalam pikirannya bahwa caranya akan seperti yang diberitahukan oleh malaikat. Perlu diketahui bahwa Mesias dalam pikiran orang Yahudi adalah figur raja seperti Daud yang akan mengembalikan kejayaan Israel. Ketika melihat cara yang dipakai oleh Allah memakai dirinya menjadi alat kelahiran Sang Mesias, maka Maria menunjukkan kerendahan hatinya.
3. Mereka yang Meyakini Keajaiban Kuasa Firman Tuhan
Walaupun memiliki status sosial yang dianggap rendah oleh bangsa Yahudi lainnya, orang-orang Galilea seperti Maria tidak serta-merta menomorduakan apa yang dikatakan oleh Kitab Suci. Berbeda dengan orang Samaria yang hanya memegang teguh kelima Kitab Musa, kehidupan penyembahan orang Galilea tidak berbeda dengan apa yang diajarkan di dalam PL. Peristiwa “tertinggalnya” Yesus di Bait Allah pada saat dia berusia 12 tahun menunjukkan bahwa Yusuf dan Maria, sebagai orang Galilea, masih setia kepada perintah-perintah Tuhan untuk datang tiga kali setahun ke Yerusalem untuk menyembah. Oleh karena itulah Maria bukan saja menguasai Firman Allah, tetapi menghidupi dan meyakini akan kuasa dari Firman Allah.
Catatan Penutup
Tutuplah kelas dengan memberikan penekanan bahwa walaupun Maria memiliki kelebihan dan teladan yang dapat menjadi pelajaran bagi orang Kristen saat ini, namun wanita yang dipakai oleh Allah untuk melahirkan bayi Yesus ini adalah wanita biasa dan tidak memiliki keilahian apa pun di dalam dirinya. Status Maria tidak berbeda dengan wanita-wanita hebat lainnya di dalam Alkitab seperti Hana, Sarah, dan Elisabet yang dipakai oleh Allah untuk menjalankan rencanaNya bagi umat-Nya.