4 minute read

7. Ibadah yang Sejati

7

IBADAH YANG SEJATI

Advertisement

Yakobus 1:27

Ayat Hafalan:

Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia. Yakobus 1:27

Tujuan Pelajaran

Mendampingi murid melakukan sebuah pelayanan kepada orang kesusahan di sekitarnya.

Murid memahami pentingnya tetap setia memberitakan Injil meski banyak tantangan.

Kompetensi Belajar

Saat Mengajar

1. Awali kelas dengan menyanyikan NP No. 204, “Kuingin Hati yang Suci Murni.” 2. Tanamkan “Bagikan 3P” ini sebagai bagian penting di dalam kelas Anda (Lihat Pengantar dari

Penulis). 3. Diskusi Pembuka: • Tanyakan pandangan mereka tentang kondisi kehidupan para janda dan yatim piatu yang ada di dalam gereja, apakah terperhatikan oleh gereja atau tidak. • Ajaklah anggota kelas untuk berdiskusi mengenai pelayanan di dalam gereja dan pelayanan sosial di luar gereja. Bagaimana menjaga keseimbangan di antara keduanya. 4. Pembahasan Materi: • Catatan tambahan: tekankan perbedaan antara kata ibadah yang biasa kita gunakan yang merujuk kepada kebaktian di dalam gereja dengan ibadah yang dimaksudkan di dalam ayat ini. Lihat penjelasan poin 1. 5. Saat Menghafal. Setelah selesai membahas materi, latihlah murid-murid Anda untuk menghafalkan ayat hafalan minggu ini: Yakobus 1:27. 6. Sangat baik untuk mengatur waktu kelas sedemikian rupa sehingga para murid dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Pandulah mereka di dalam diskusi ini. 7. Baik untuk bertanya kepada para murid apakah mereka melakukan apa yang disarankan dalam LAKUKANLAH MINGGU INI pada minggu sebelumnya. 8. Ajaklah anggota kelas Anda untuk mendoakan secara khusus para janda dan yatim piatu yang ada di gereja Anda dengan menyebutkan nama mereka satu per satu.

Pembahasan Materi

Pada bagian akhir dari pasalnya yang pertama, Yakobus memberikan tiga peringatan akan gaya hidup yang harus dipegang oleh orang Kristen: mengekang lidah, menolong yang berkesusahan, dan menjauhkan diri dari kecemaran. Ketiga hal ini yang kemudian menjadi dasar dari pembahasan pada keempat pasal berikutnya di dalam Kitab Yakobus. Sebagai contoh, Yakobus memperdalam pembahasannya tentang melayani yang berkesusahan di dalam pasal 2, selanjutnya mengenai mengekang lidah dikupasnya dalam pasal yang ketiga. Nas singkat yang kita pelajari minggu ini merupakan hal-hal praktis yang diberikan oleh Rasul Yakobus kepada penerima suratnya untuk mempraktikkan kehidupan ibadah mereka dengan memperhatikan mereka yang berkekurangan. Ketika berbicara mengenai esensi dari ibadah yang sejati, Yakobus menggunakan dua ayat ini untuk mengingatkan bahwa ibadah yang sejati harus memiliki tiga karakteristik seperti berikut ini:

1. Ibadah yang Sejati Ditunjukkan dengan Perkataan yang Benar (26a)

Kata beribadah di sini lebih tepat diterjemahkan dengan kata “beragama.” Kata yang jarang digunakan di dalam Perjanjian Baru (PB) karena istilah ini merupakan istilah umum yang berhubungan dengan penyembahan berhala. Sangat mungkin Yakobus dengan sengaja memilih istilah ini untuk mempertajam apa yang dimaksudkannya, yaitu bahwa jika seorang memang mengaku dirinya beragama seperti yang dipraktikkan oleh para penyembah berhala, maka dirinya harus mengukur kehidupan keagamaannya dengan mengekang lidahnya. Kata “mengekang” ditulis di dalam tata bahasa yang menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukannya merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Ini berarti bahwa di dalam kehidupannya, seorang percaya memiliki suatu sikap hidup yang dibuktikan dengan perkataan yang benar. Menarik jika dilihat bahwa Yakobus menekankan jika yang mendapatkan dampak dari ketidakmampuan mengendalikan lidahnya adalah dirinya sendiri. Yakobus mengatakan bahwa orang tersebut “menipu dirinya sendiri” dan ibadah yang dilakukannya adalah sia-sia belaka.

2. Ibadah yang Sejati Diwujudkan dengan Pelayanan yang Tulus (27a)

Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka. Peranan ayah di dalam dunia Alkitab sangat penting di dalam mencukupi kebutuhan keluarganya. Perlu diketahui bahwa kata “janda-janda” di dalam konteks nas ini adalah mereka yang ditinggal mati oleh suaminya. Oleh karena tidak adanya suami atau ayah yang memenuhi keperluan mereka, maka Alkitab memberikan penekanan kepada pentingnya untuk melayani keperluan mereka yang tidak memiliki sumber penghidupan ini. Walaupun ada banyak perintah di dalam Kitab-Kitab Taurat untuk memperhatikan janda dan yatim piatu, sangat mungkin pada masa PB pelayanan ini mulai bergeser sebagai akibat dari kejahatan yang dilakukan oleh bangsa Israel seperti yang dikecam oleh para nabi Perjanjian Lama. Contohnya dapat ditemukan di dalam Yesaya 1:17 di mana Yesaya berkata, “Belajarlah

berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!”

3. Ibadah yang Sejati Dipelihara dengan Kehidupan yang Kudus (27b)

Kata “cemar” yang digunakan oleh Yakobus adalah kata yang sama yang digunakan oleh Petrus dalam 2 Petrus 3:14 ketika dia berkata bahwa kita harus berusaha untuk “kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya.” Namun yang lebih menarik adalah bahwa gambaran yang sama diberikan oleh Petrus di dalam 1 Petrus 1:19 ketika berbicara bahwa darah Yesus adalah “sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.” Dengan kata lain Yakobus menuntut agar kita harus berusaha untuk menjaga diri kita sedemikian rupa sehingga memiliki kehidupan yang sama seperti Yesus yang tidak bercacat.

This article is from: