Erlina Nurmayanti



Buku Guru Indria Triwulan 4, tahun 2022
ISBN: 978-623-5258-39-3
Penulis: Erlina Nurmayanti
Editor: Ribka Giyati Wijaya
Cover & Layout: Septianus Cahyadi
Kritik dan Saran: Email: smbaptis.llb@gmail.com
Instagram: @smbaptis.llb
Lembaga Literatur Baptis Jl. Tamansari 16, Bandung 40116
Tlp. (022) 4203484; Fax (022) 4239734
Email: penerbitbaptis@gmail.com
Anggota IKAPI
Mengunjungi yang Sakit/ 1
Mari Memuji Tuhan/ 6
Memberi Persembahan dan Persepuluhan dengan Kasih/ 10
Dipanggil untuk Memberitakan Injil/ 15
Paulus, Teladan Melayani dengan Segenap Hati/ 20
Tetap Memberitakan Injil/ 25
Ibadah yang Sejati/ 30
Melayani Kristus dengan Melayani Orang Lain/ 35
Berbuat Baik kepada Kawan Seiman/ 40
Ketaatan Maria/ 45
Ketaatan Yusuf/ 50
Kelahiran Yesus/ 55
Menyambut Sang Raja/ 61
Puji Tuhan, kita tiba pada triwulan keempat pada tahun 2022!
Mengakhiri tahun 2022 ini, pelajaran dalam triwulan 4 akan fokus pada tema: “Melayani Seperti Yesus”.
Untuk tetap mengingatkan kita pada rangkaian tema sepanjang tahun ini, berikut kami tampilkan kembali urutannya seperti di bawah ini:
Kiranya bapak dan ibu guru masih mengingat apa yang sudah pernah dipelajari dalam triwulan pertama sampai dengan ketiga. Jika memungkinkan, sebelum pelajaran pertama dalam kelas, Anda dapat menunjukkan buku-buku sepanjang triwulan yang sudah dilewati, sembari mengajak para murid mengingat pelajaran-pelajaran apa saja yang sudah mereka pelajari. Berikan kesempatan pada mereka untuk menyampaikan dengan singkat hal-hal yang mereka ingat tersebut. Berikan apresiasi atas pencapaian para murid.
Selamat mempersiapkan diri dalam mengajar. Selalu gunakan Buku Guru dan Buku Murid dengan baik, tanpa melupakan Alkitab. Carilah rujukan atau referensi lain jika diperlukan. Bekerjasamalah selalu dengan para murid dan orang tua dalam mempersiapkan pertemuan demi pertemuan di kelas yang menyenangkan. Dan tentu, di atas semuanya, mintalah selalu pimpinan Roh Tuhan untuk menolong, membimbing, dan membuat semuanya berhasil.
“… jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu, sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu…” (Titus 2:7-8).
Redaktur Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3 Triwulan 4Saksi Yesus yang Berani Mengikut Yesus
Melayani Seperti Yesus
Yakobus 5:12-20
Mengarahkan murid Sekolah Minggu mendapatkan pengertian tentang pentingnya berkunjung dan berdoa bagi yang sakit.
…hendaklah kamu… saling mendoakan, supaya kamu sembuh.
Yakobus 5:16a
Murid Sekolah Minggu mengerti tentang pentingnya berkunjung dan berdoa bagi yang sakit.
1. Murid dapat menjelaskan dengan kalimat sendiri alasan mengapa kita perlu mengunjungi orang sakit.
2. Murid dapat menyebutkan apa saja yang hendaknya dilakukan saat mengunjungi orang sakit.
• Beberapa gambar (Anda bisa mendapatkan dari internet atau majalah bekas). Di antara gambar itu ada gambar benda yang biasa dibawakan orang saat menjenguk orang sakit (buah, bunga, roti, uang, nasi kotak, susu, buku cerita, dll). Dan ada gambar yang tidak biasa dibawakan orang saat menjenguk orang sakit (laptop, HP, sepeda, kucing, kamera, baju renang, dll); Alat peraga lagu untuk hari ini.
• Metode: Bercerita; Alkitab terbuka; Gambar 1 (gambar Tuhan Yesus menyembuhkan orang sakit), Gambar 2 (gambar orang yang sedang mendoakan orang sakit), Gambar 3 (gambar orang sakit yang merasa senang ketika dikunjungi).
• Lembar murid dan pensil
• Lembar murid; kertas lipat, hiasan-hiasan, gunting, dan lem; guru sudah bisa membuat keranjang buah misalnya dari https://youtu.be/6TTX9JwlCMQ
• Kantong Persembahan; Kantong absensi dan lidi bintang (bintang yang ditempel pada lidi) sejumlah anak.
Intisari Nas: Ajaran bagi murid Kristus mempraktikkan pelayanan kunjungan dan doa bagi teman yang sakit.
Surat Yakobus ini ditulis oleh Yakobus, saudara Yesus yang juga adalah pemimpin jemaat di Yerusalem. Surat ini pada mulanya ditulis kepada orang Kristen Yahudi yang tinggal di luar Palestina. Kemungkinan para penerima surat ini adalah orang-orang yang bertobat di Yerusalem pada masa sekitar Pentakosta dan setelah Stefanus mati syahid terserak oleh penganiayaan (Kis. 8:1). Surat ini termasuk suratsurat umum karena tidak dimaksudkan untuk satu jemaat lokal.
Surat ini menguatkan jemaat yang menghadapi banyak pencobaan, surat ini juga menekankan mengenai tindakan hidup praktis yang terwujud dari iman yang sejati. Yakobus pasal 5 khususnya ayat 13-20 memuat petunjuk praktis perwujudan iman dalam kehidupan bergereja. Secara umum ada empat tindakan praktis sebagai perwujudan iman dalam kehidupan bergereja:
A. Jika ada yang menderita, maka diperlukan pelayanan doa (ayat 13).
B. Jika ada yang bergembira, maka jemaat yang lain juga turut bergembira (ayat 14).
C. Jika ada yang sakit hendaklah memanggil penatua jemaat untuk didoakan dan dioleskan dengan minyak (ayat 14). Penafsiran mengenai tindakan ‘mengoleskan minyak’ mengarah pada dua kemungkinan yaitu pengolesan minyak sebagai media menyatakan iman kepada Tuhan, dan tindakan praktis kesehatan.
D. Jika ada yang menyimpang dari kebenaran, diperlukan pelayanan untuk membuatnya berbalik. Khusus dalam pelayanan bagi orang sakit, terdapat dua hal yang penting. Yaitu doa orang yang dibenarkan oleh Allah memiliki kekuatan yang dahsyat (ayat 16-18). Selanjutnya adalah ada keadaan sakit yang terjadi sebagai akibat dosa (ayat 15), solusi dari permasalahan ini adalah saling mengaku dosa (ayat 16). Jika ditarik kepada penerapan pada pelayanan perkunjungan maka sangat penting bagi seorang pelayan untuk memperkuat pelayanan doa dan membimbing seseorang berbalik dari dosa.
• Datanglah 5-10 menit sebelum murid Anda datang. Sambutlah kedatangan mereka dengan penuh antusias. Beri salam dan ajaklah mereka berbincang sejenak. Tanyakan kabarnya, kabar orang tua, dan juga kabar kakak dan adiknya. Katakan harapan Anda bahwa semua anggota keluarga dalam keadaan baik dan sehat.
• Permainan “Memilih Gambar yang Tepat”
◊
Letakkanlah beberapa gambar di atas meja. Katakan pada anak-anak supaya memilih gambar yang tepat dengan pertanyaan: apa saja yang biasanya dibawa orang saat berkunjung ke orang sakit? Setelah itu mereka bisa ke depan dan menunjukkan kepada teman-temannya sambil menyebutkan nama benda pada gambar tersebut.
•
Ajar mereka menyanyikan lagu “Satu Orang Buta” (NAA, No.213 / https://youtube.com/ watch?v=D55e7BLzEws&feature=share). Nyanyikan satu bait saja. Ajarkan dengan cara:
A. Tunjukkan gambar Tuhan Yesus menyembuhkan Bartimeus (cari gambar di internet),
B. Guru menyanyikan terlebih dahulu dan anak-anak mendengar. Kali kedua mereka bisa ikut bernyanyi bersama guru.
C. Jelaskan bahwa Tuhan Yesus mengasihi orang sakit dan Ia berkuasa menyembuhkan mereka. Ia juga ingin kita mengasihi orang yang sakit dan mendoakan mereka.
• Bagi anak usia Indria, sebelum berdoa biasakan menyanyikan lagu persiapan doa agar mereka segera mengambil sikap berdoa. Guru memberi teladan menyanyikan lagu dengan sungguh-sungguh sambil melipat tangan dan menutup mata.
• Lagu persiapan doa hendaknya sering dinyanyikan agar anak Indria cepat menghafalnya.
• Selanjutnya guru memimpin dalam doa yang sederhana saja/ kata-katanya mudah dipahami anak anak. Anak-anak bisa mengikuti per dua kata saja.
(Ajaklah anak-anak memperhatikan sebuah cerita teladan yang Anda sampaikan dari cerita bergambar yang ada di lembaran murid. Sangat baik jika cerita bergambar milik Anda sudah diperbesar dan diwarnai sehingga tampak jelas oleh seluruh murid).
Nah anak-anak, apakah kalian pernah mengunjungi teman yang sedang sakit? Atau sebaliknya ketika kalian sakit pernahkah kalian dikunjungi orang lain? (Tunggu respons anak-anak)
Apakah kalian pernah melihat ayah dan ibu mengunjungi orang yang sakit? (Tunggu respons anak-anak).
Ya, sepertinya mengunjungi orang yang sakit itu perlu dan penting. Mengapa orang tua kita melakukannya?
Nah, saat ini ibu akan memberitahu kalian mengapa kita perlu mengunjungi orang yang sakit.
(Tunjukkan gambar 1) Alasan pertama, karena dengan mengunjungi orang sakit kita mengikuti teladan Tuhan Yesus. Semasa hidup di dunia, Tuhan Yesus selalu memperhatikan orang-orang yang sakit. Ia memperhatikan orang yang sakit lumpuh, yang sakit buta, yang sakit pendarahan, sakit kusta, sakit demam, dan penyakit lainnya. Dia juga selalu mendoakan mereka dan mereka pun menjadi sembuh.
(Tunjukkan gambar 2) Alasan kedua, karena dengan mengunjungi orang yang sakit kita bisa mendoakannya secara langsung. Doa sangat diperlukan oleh mereka yang sedang sakit. Ibu/kakak bacakan nasihat Yakobus, ya … (bacakan Yakobus 5:15). Maksud ayat ini, ketika kita mengunjungi orang sakit, kita mendoakannya dengan sungguh-sungguh sehingga mereka akan tetap bersemangat dan cepat sehat kembali. Jadi ketika kita mengunjungi orang sakit jangan lupa untuk mendoakannya, ya…
(Tunjukkan gambar 3) Dan alasan ketiga, karena dengan mengunjungi orang yang sakit akan membuat orang itu merasa senang dan terhibur. Dia akan lebih bersemangat untuk segera sembuh. Seperti dalam cerita tadi (gambar komik pada halaman depan lembar murid), Yoan merasa senang sekali ketika Rani datang mengunjungi dan mendoakannya.
Nah anak-anak, Ternyata mengunjungi dan mendoakan orang sakit adalah perbuatan yang baik dan dikehendaki Tuhan, bukan? Oleh karena itu, penting bagi orang Kristen melakukan ini dalam kehidupan sehari-hari.
Bagaimana dengan kalian, sudah pernahkah mengunjungi teman yang sedang sakit? Namun, perlu diingat kita harus mendapat ijin dari orang tua untuk mengetahui apakah kita dapat mengunjungi seseorang yang sedang sakit atau tidak. Biasanya anak-anak tidak diperkenankan mengunjungi orangorang dengan penyakit menular. Saat seperti ini, kita dapat mengunjunginya menggunakan sarana teknologi seperti telepon atau video call. Dalam percakapan itu kita bisa sekaligus mendoakannya.
• Bagikan lembaran murid dan pensil. Bimbing mereka mengerjakan kegiatan “Jawablah”. Ajak mereka mengingat kembali alasan mengapa kita perlu mengungunjungi orang yang sakit. Dengan memperhatikan gambar di sebelah kiri mereka memberi jawaban di kolom kosong sebelah kanan dengan kata-kata mereka sendiri. Jawaban: a). Ikut teladan Tuhan Yesus, b). bisa mendoakan orang sakit, c). orang sakit terhibur.
• Tunjukkanlah kolom “Tugas Kemitraan Dengan Orang Tua” yang ada di lembaran murid. Bacakan tugasnya. Ingatkan anak-anak untuk melaksanakan tugas tersebut dengan bimbingan orang tua. Ingatkan pula untuk minta paraf orang tua setiap kali selesai melaksanakan tugas dan selesai membaca Firman Tuhan. Lembaran murid akan dibawa kembali Minggu depan agar guru Sekolah Minggu bisa memberikan paraf.
•
Ajak anak-anak menghafal ayat hafalan dengan gerakan: “hendaklah kamu” (menunjuk teman dengan kedua tangan), “saling mendoakan” (melipat tangan berdoa), “supaya kamu” (menunjuk teman dengan kedua tangan), “sembuh” (Kedua tangan mengepal = semangat), “Yakobus 5:16a”
• Membuat Keranjang Buah dari Kertas Lipat.
◊ Bagikan kertas lipat, hiasan-hiasan, gunting dan lem kepada masing-masing anak. Ajarkan mereka membuat keranjang buah seperti contoh yang telah Anda buat.
• Jika waktu tidak mencukupi, mewarnai bisa dilakukan di rumah dan akan mendapat nilai di Minggu yang akan datang.
•
Beritahukan saatnya mereka akan memberi persembahan. Jelaskan secara singkat untuk apa persembahan yang dikumpulkan di gereja. Biasakan sambil memberi persembahan, mereka menyanyikan sebuah lagu persembahan. (Guru hendaknya memberi teladan dengan juga memberi persembahan).
• Saat absen sebaiknya dilakukan di akhir pelajaran karena biasanya tidak semua anak kelas Indria datang tepat waktu. Guru kelas Indria sebaiknya membuat sebuah absen yang berbeda dari kelas besar yang tujuannya membuat anak tertarik dan termotivasi mau selalu hadir di SM. Ide dari penulis: Buatlah kantong absensi. Masing-masing anak mempunyai kantong sendiri. Berilah nama pada kantong tersebut. Setiap kali anak hadir, mereka akan mendapatkan satu lidi bintang (bintang yang ditempel pada sebuah lidi). Minta mereka memasukkan lidi bintangnya pada kantong mereka.
• Setelah selesai, minta mereka merapikan pensil, krayon, lem, membuang sampah pada tempatnya, merapikan meja dan kursi lalu mencuci tangan. Biasakan saat ini disertai dengan menyanyi bersamasama “Ku Suka Membantu” (ASM, No. 117) atau lagu lain yang berhubungan dengan rajin membantu.
• Ajak mereka menyanyikan sebuah lagu doa, lalu mintalah mereka menirukan doa yang Anda ucapkan. Berdoalah agar anak-anak mau belajar mengunjungi teman yang sakit dan mendoakannya.
• Saat pulang bersalaman, sampaikan harapan Anda agar mereka datang kembali Minggu depan.
Mazmur 134:1-3
Mengarahkan murid Sekolah Minggu mendapatkan pengertian tentang ajakan memuji Tuhan bersama di Rumah Tuhan.
Murid Sekolah Minggu mendapatkan pengertian tentang ajakan memuji Tuhan bersama di Rumah Tuhan.
1. Murid dapat memilih gambar siapa saja para pelayan ibadah yang ada di gerejanya.
2. Murid dapat menyebutkan contoh sikap yang baik saat memuji Tuhan.
3. Murid dapat menyebutkan contoh cara memberi dorongan semangat kepada para pelayan ibadah.
• Alat peraga gambar gedung gereja (bisa digambar di sebuah karton manila), di dalam gedung tempelkan gambar orang-orang yang sedang memuji Tuhan.
• Metode: Bercerita; Alkitab terbuka; Video suasana kebaktian di gereja/ Video paduan suara di gereja; Gambar 1 (gambar para pelayan ibadah yang sedang melayani – pemimpin acara, singer, pemain musik); Gambar 2 (gambar kelompok paduan suara di gereja); Gambar 3 (gambar anak sedang berdoa); Gambar 4 (gambar anak sedang memuji Tuhan di gereja dengan sungguh-sungguh); Gambar 5 (gambar orang saling berjabat tangan/ memberi ucapan selamat); Gambar 6 (gambar anak senang memuji Tuhan)
• Lembar murid dan pensil
• Lembar murid; HVS sejumlah anak, gunting, lem, spidol, hiasan; Guru sudah belajar membuat buku catatan mini dari https://youtu.be/rUEo6cJl_ys.
• Kantong Persembahan; Kantong absensi dan lidi bintang sejumlah anak.
Intisari Nas: Ajakan memuji Tuhan kepada orang-orang yang melayani di Rumah Tuhan
Mazmur 134 merupakan nyanyian ziarah. Ziarah artinya mengingat sesuatu yang sudah pernah terjadi. Nyanyian ziarah adalah nyanyian yang dinyanyikan oleh orang Israel pada waktu mereka datang ke Yerusalem (3 kali dalam setahun) untuk perayaan-perayaan yang mereka kerjakan. Mazmur 134 merupakan lagu terakhir dari lima belas lagu yang dalam bahasa Inggris disebut Songs of Ascents, yaitu nyanyian pendakian atau anak-anak tangga. Mazmur ini berupa dialog: Umat mengajak para petugas Bait Allah untuk beribadat semalam suntuk (ayat 1-2) dan para imam memberkati umat waktu pulang (ayat 3). Kemungkinan nyanyian ini dinyanyikan pada malam pembukaan perayaan Pondok Daun setelah kaum ziarah tiba pada Bait Allah.
Adalah hal yang wajar jika pelayan Bait Allah mengajak jemaat untuk memuji Tuhan, namun Mazmur 134 adalah kebalikannya yaitu ajakan jemaat bagi para pelayan Bait Allah (para imam dan orang-orang Lewi) untuk memuji Tuhan. Secara praktis, adalah baik bagi jemaat memberi dorongan semangat bagi para pelayan untuk memuji Tuhan. Pengajaran ini penting pada masa kini mengingat: a) Para pelayan seringkali banyak dituntut, namun minim dorongan; b) Para pelayan perlu diingatkan untuk mengarahkan diri untuk memuji Tuhan yang mereka layani, bukan hanya melakukan tugas sebagai kewajiban.
• Selalu datanglah 5-10 menit sebelum murid Anda datang. Sambutlah kedatangan mereka dengan penuh antusias. Berilah salam sambil menyebut nama mereka sehingga mereka merasa disambut secara pribadi, seperti “Selamat Pagi, Jojo”. Ajarkan mereka juga untuk memberi salam satu sama lain. Ajarkan lagu “Good Morning To You” (https://www.youtube.com/watch?v=jHRxTDlGaXU)
◊ Sebelum permainan, tunjukkanlah sebuah alat peraga gambar gereja. Di dalam gereja ada gambar anak-anak dan keluarganya yang sedang memuji Tuhan. Tanyakan, apa yang dilakukan mereka di gereja? (tunggu respons anak-anak). Berikan jawabannya: “Memuji Tuhan.”
◊ Bagikanlah kepada tiap anak sekumpulan huruf-huruf yang belum tersusun. Minta mereka untuk menyusunnya menjadi dua buah kata yaitu “Memuji Tuhan.” Berikan pujian kepada semua anak yang telah selesai menyusun huruf-huruf tersebut. Ajarkan anak-anak untuk menunggu dengan sabar teman-temannya yang belum selesai. Lalu bersama semua anak, sebutkan nama huruf-huruf tersebut dan membacanya.
• Ajaklah mereka menyanyikan lagu dengan gerakan: “Memuji Tuhan Selalu” (https://youtu.be/ jT8041aU-n0). Setelah menyanyikan lagu ini, Anda dapat mengajak mereka menyanyikan sebuah lagu kembali yang menjelaskan alasan mengapa mereka memuji Tuhan seperti, “Allah di Surga Menjaga” (ASM, No.62), dll.
•
Bersama anak-anak nyanyikanlah sebuah lagu persiapan doa, lalu mintalah seorang anak maju di dekat Anda untuk menaikkan doa saat mendengar Firman Tuhan. Guru bisa mengajarkan dengan membisikkan di telinganya. Pakailah kata-kata yang sederhana saja
(Ajaklah anak-anak melihat sebuah video kebaktian di gereja/video paduan suara di gereja. Di dalamnya terlihat ada para pelayan ibadah yang melayani).
Pernahkah kalian ikut ayah dan ibu dalam kebaktian di gereja? Tentu pernah, bukan? Saat kebaktian, biasanya kalian akan melihat ada orang-orang yang melayani. (Tunjukkan gambar 1) Seperti pemimpin acara kebaktian, para singer, para pemain musik, dan terkadang (tunjukkan gambar 2) ada kelompok paduan suara yang menaikan pujian-pujian yang sangat indah kepada Tuhan. Mereka semua bisa kita sebut para pelayan ibadah. Merekalah yang bertugas mengajak umat Tuhan untuk memuji Tuhan dalam kebaktian. Mereka selalu siap untuk melayani dalam kebaktian pagi ataupun kebaktian malam.
Tahukah kalian, agar dapat melayani di kebaktian dengan baik, para pelayan ibadah perlu banyak latihan dan persiapan. Terkadang mereka harus berlatih cukup lama di gereja. Saat mereka sedang melayani, bisa terjadi mereka cukup lelah sehingga mereka tidak sungguh-sungguh dalam memuji Tuhan. Oleh karena itu mereka membutuhkan dorongan semangat dari umat Tuhan yang lain.
Dorongan semangat untuk para pelayan ibadah seperti dikatakan umat Tuhan pada waktu itu (bacakan dari Mazmur 134:1,2): “Mari, pujilah Tuhan, hai semua hamba Tuhan, yang datang melayani di rumah Tuhan … angkatlah tanganmu ke tempat kudus dan pujilah Tuhan!”
Bagaimana cara kalian memberi dorongan semangat kepada para pelayan ibadah?
Pertama, (tunjukan gambar 3) berdoalah bagi para pelayan ibadah agar Tuhan memberi mereka kekuatan dan kesungguhan dalam memuji Tuhan.
Kedua, (tunjukkan gambar 4) Ikutlah memuji Tuhan bersama mereka di gereja dengan sungguhsungguh. Kita tidak boleh memuji Tuhan sambil bermain, sambil makan, atau sambil mengganggu teman. Ketiga, (tunjukkan gambar 5) ucapkanlah terima kasih kepada para pelayan ibadah yang sudah melayani di gereja.
Dan keempat, (tunjukkan gambar 6) hiduplah sebagai anak-anak yang suka memuji Tuhan di gereja supaya suatu saat kalian juga akan melayani Tuhan seperti mereka.
Dengan melakukan keempat hal di atas, maka Tuhan pasti akan memberkati kalian, seperti yang dikatakan kepada para pelayan ibadah (bacakan dari Mazmur 134:3):“Kiranya Tuhan yang menjadikan langit dan bumi, memberkati engkau dari sion.”
Nah anak-anak, maukah kalian melakukan keempat hal tersebut? (Anda bisa menyebutkan kembali 4 cara mereka memberi dorongan semangat bagi para pelayan ibadah).
• Bagikan lembaran murid dan pensil. Bimbing mereka mengerjakan kegiatan 1). Lingkarilah gambar siapa sajakah para pelayan ibadah yang ada di gerejamu! dan 2). Sebutkanlah contoh sikap yang baik saat memuji Tuhan! Minta mereka menyampaikan jawaban secara lisan di dengar oleh guru dan teman-temannya.
• Tunjukkanlah kolom “Tugas Kemitraan dengan Orang Tua” yang ada di lembaran murid. Bacakan tugasnya. Ingatkan anak-anak untuk melaksanakan tugas tersebut dengan bimbingan orang tua. Ingatkan pula untuk minta paraf orang tua setiap kali selesai melaksanakan tugas dan selesai membaca Firman Tuhan. Lembaran murid akan dibawa kembali Minggu depan agar guru Sekolah Minggu bisa memberikan paraf.
• Ajak anak-anak menghafal ayat hafalan dengan gerakan (kreatifitas guru): “Mari, pujilah TUHAN, hai semua hamba TUHAN” Mazmur 134:1a
• Membuat Buku Catatan Mini “Lagu-lagu Pujian.”
◊ Bagikanlah bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat buku catatan mini seperti: kertas HVS, gunting, spidol, lem, dan hiasan. Bimbinglah mereka membuat sebuah buku catatan mini untuk menulis lagu-lagu pujian. Setelah jadi, guru bisa menuliskan “lagu-lagu pujian” pada cover buku mini mereka.
• Mewarnai bisa dilakukan di rumah dan akan mendapat nilai di Minggu yang akan datang.
• Sebelum memberi persembahan, katakan bahwa Tuhan ingin kita memberi persembahan dengan hati yang rela/tulus/senang/bersukacita. Lalu ajak anak-anak memberi persembahan dengan diiringi sebuah pujian.
• Bagikan lidi bintang pada anak-anak yang hadir. Minta mereka memasukkan pada kantong absensinya.
• Setelah selesai, minta mereka merapikan pensil, krayon, lem, membuang sampah pada tempatnya, merapikan meja dan kursi lalu mencuci tangan. Anak-anak mengerjakan sambil menyanyikan lagu “Ku Suka Membantu” (ASM, No. 117) atau lagu lain yang berhubungan dengan rajin membantu.
• Ajak mereka menyanyikan sebuah lagu doa, lalu mintalah mereka menirukan doa yang Anda ucapkan. Berdoalah agar anak-anak selalu senang memuji Tuhan di gereja dan agar mereka bisa memberi dorongan semangat kepada para pelayan ibadah di gereja.
• Saat pulang bersalaman, pada masing-masing anak mintalah mereka mengucapkan ”Aku senang memuji Tuhan.”
Maleakhi 3:6-12
Mengarahkan murid Sekolah Minggu untuk memberikan persembahan sebagai tindakan kasih kepada Tuhan.
• Murid Sekolah Minggu memberikan persembahan sebagai tindakan kasih kepada Tuhan.
1. Murid memperlihatkan sikap memberikan persembahan di gereja dengan sukacita.
2. Murid dapat mempraktikkan menyisihkan sepersepuluh dari berkat yang ia terima atau mempersiapakan uang persembahan, memasukkannya dalam amplop lalu memberikannya kepada Tuhan di gereja.
• Kertas HVS, uang logam, pensil warna, gunting (sejumlah anak).
• Metode: Cerita Boneka; Alkitab terbuka; dua buah boneka (satu anak perempuan dan satu ayah).
• Lembar murid dan pensil; Beberapa lembar uang
• Lembar murid; krayon/pensil warna; kertas origami sejumlah anak; Guru mempersiapkan diri dengan belajar membuat amplop dari kertas origami (lihat https://youtu.be/7m3_OqhvnfE).
• Kantong persembahan; Kantong absensi dan lidi bintang sejumlah anak.
Intisari Nas: Ajaran untuk tetap setia memberikan persepuluhan karena perintah Tuhan
Kitab Maleakhi ditulis oleh seorang nabi bernama Maleakhi. Dia seorang Yahudi saleh yang tinggal di Yehuda masa pasca pembuangan, serta rekan sezaman Nehemia. Merunut kepada konteks sosial dan ekonomi pada masa pemerintahan Nehemia sebagai gubernur di Yehuda dapat diketahui bahwa masyarakat Yerusalem dan Yehuda secara keseluruhan berada dalam keadaan sangat miskin. Mereka terbebani dengan banyak hutang, harus membayar upeti kepada raja Persia, dan sebagiannya harus menjual harta milik serta anak-anaknya untuk dijadikan budak untuk memperoleh gandum. Tentu kebijakan Nehemia untuk membebaskan hutang dan mengembalikan harta milik memberikan kelegaan bagi sebagian besar masyarakat, namun demikian secara umum mereka mengalami kesusahan besar.
Secara rohani kehidupan mereka juga telah menyimpang dari Allah. Umat mempersembahkan persembahan yang tidak layak kepada Allah (Mal. 1:6-14), para imam hidup dan mengajar dengan tidak benar (Mal. 2:1-9), menceraikan istri masa mudanya dan menikah dengan orang asing yang tidak mengenal Tuhan (Mal. 2:10-16), serta banyak ketidakbenaran lainnya dengan menjadi tukang sihir, berzinah, bersumpah dusta, dan menindas orang-orang lemah (Mal. 3:5).
Namun Allah tetap setia kepada umat-Nya, dan Ia tetap memelihara umat-Nya (Mal. 3:6). Sekalipun demikian, Allah tidak menginginkan umat-Nya hidup dengan tidak benar. Allah menghendaki pertobatan. Bagaimanakah pertobatan bagi bangsa Israel? Mereka tidak boleh lagi menipu Tuhan! (‘menipu’ dalam terjemahan lain ‘merampok, menjarah’). Bagaimanakah menipu Tuhan? Yaitu tentang pengabaian terhadap persembahan khusus dan persembahan persepuluhan. Persembahan khusus adalah persembahan seperti dalam Kel. 29:27-28 dan Im. 7:14,31-34. Pada waktu mereka memberikan persembahan tertentu, maka sebagian dari binatang yang akan dipersembahkan itu harus diberikan kepada imam/orang Lewi. Sedangkan persembahan perpuluhan adalah persembahan yang diperuntukkan bagi orang Lewi, dan juga orang asing, anak yatim serta janda (Im. 14:28-19; Bil. 18:21-24). Pada saat itu banyak di antara para imam yang meninggalkan pekerjaan Bait Allah dan bekerja di ladang karena umat mengabaikan persepuluhan.
Allah menghendaki mereka memikirkan pekerjaan Bait Allah, kehidupan para pelayan, dan orang miskin dengan memberikan persembahan persepuluhan selain merupakan perintah Tuhan bagi bangsa Israel. Atas ketaatan tersebut Allah menjanjikan pemeliharaan atas kehidupan mereka di tengah berbagai kesulitan. Hendaklah kita tidak masuk ke dalam pemikiran yang berfokus pada harta duniawi, melainkan persembahan persepuluhan merupakan wujud kasih, dan iman akan pemeliharaan Allah.
• Selalu datanglah 5-10 menit sebelum murid Anda datang. Sambutlah kedatangan mereka dengan penuh antusias. Ajak mereka menyanyikan kembali lagu “Good Morning To You” (https://www. youtube.com/watch?v=jHRxTDlGaXU) sambil bersalaman dengan teman-teman.
•
"Menjiplak Uang Logam”
◊ Sebelum kegiatan, beri pertanyaan tebakan: “Benda apakah yang bisa dipakai untuk membeli sesuatu?” Jawaban: Uang. Katakan mereka akan membuat uang-uangan yang bisa mereka pakai untuk bermain bersama teman.
◊
Kepada masing-masing anak, bagikanlah 1 lembar kertas hvs, uang logam, pensil warna dan gunting. Ajarkan kepada anak-anak cara menjiplak uang logam. Jika sudah selesai, anak-anak bisa menggunting uang-uangan tersebut.
• Ajaklah mereka menyanyikan lagu “Apa yang dicari orang” (https://youtu.be/3-8j1R-sFDI). Katakan uang adalah benda yang sering dicari orang. Tidak salah manusia bekerja mencari uang, tetapi seringkali manusia jadi lupa memanfaatkan uang dengan bijak. Manusia juga lupa menjalankan perintah Tuhan mengenai memberi persembahan dan persepuluhan. Katakan hari ini mereka akan belajar tentang “Memberi Persembahan dan Persepuluhan dengan Kasih.”
• Bersama anak-anak nyanyikanlah sebuah lagu persiapan doa, lalu doakanlah anak–anak dalam mendengarkan Firman Tuhan agar mereka mengerti dan melakukan dalam hidup sehari-hari. Ungkapkan dengan bahasa yang sederhana dan pendek saja.
Minta anak-anak duduk dengan manis karena mereka akan mendengarkan cerita teladan dari cerita boneka. Minta juga mereka memperhatikan dengan sungguh-sungguh karena di akhir cerita boneka nanti Anda akan memberi mereka pertanyaan. Anda bisa menyiapkan beberapa hadiah sebagai apresiasi karena mereka telah mendengar cerita boneka dengan baik dan menjawab pertanyaan Anda dengan benar.
Rika : (keluar panggung) Asyik… aku mendapat banyak hadiah uang. Uang yang aku dapat jumlahnya 100.000. Em, aku pakai untuk apa, ya? Oh, iya … aku kan pengen punya boneka bayi yang bisa bicara, yang matanya bisa kedip-kedip.
Ayah: (Sedang berjalan keluar panggung)
Rika : (menghampiri Ayah) Ayah, bolehkan Rika membeli sebuah boneka bayi yang sudah lama Rika impikan?
Ayah: Boleh, boleh… Tapi ingat, Rika harus memberi persepuluhan dulu kepada Tuhan, yaitu sepersepuluh dari uang yang Rika miliki. Besok Minggu dimasukkan ke dalam kantong persembahan, ya. Nah, baru sisa uangnya boleh Rika pakai untuk membeli boneka.”
Rika : Kalau Rika punya uang 100.000 persepuluhannya berapa Ayah?
Ayah: Sepersepuluh dari 100.000 itu 10.000. Jadi persepuluhan Rika adalah 10.000.
Rika : Yah, uang Rika berkurang dong Ayah.
Ayah: (memegang bahu Rika) Ya, memang berkurang. Tapi persepuluhan itu adalah milik Tuhan. Tuhan memberi perintah semua orang percaya untuk memberi sepersepuluh dari penghasilannya. Uang itu harus diberikan kepada Tuhan melalui gereja. Dengan memberi persepuluhan, berarti kita taat kepada Tuhan.”
Rika : O, begitu… Lalu apa bedanya dengan persembahan, Ayah?”
Ayah: Kalau persepuluhan itu wajib kita berikan. Kalau persembahan itu sukarela. Kita boleh memberi berapapun. Persembahan adalah ungkapan syukur dan kasih kita kepada Tuhan karena Tuhan sudah terlebih dahulu mengasihi dan memelihara hidup kita.
Rika : (mengangguk-anggukan kepala) O, begitu, ya. Ayah, Rika mau taat kepada Tuhan, dengan memberi persepuluhan. Rika juga mau memberi persembahan kepada Tuhan karena Tuhan sudah mengasihi Rika. Tapi kalau uang Rika berkurang, apakah nanti cukup untuk membeli boneka impian Rika?
Ayah: Anak pintar. Yang penting Rika sudah mau belajar taat pada Tuhan. Di dalam Alkitab, Tuhan tidak hanya memberi perintah untuk memberi persembahan dan persepuluhan, tetapi Tuhan sudah berjanji akan mencurahkan berkat kepada kita sampai berkelimpahan ketika kita taat kepada-Nya. Jadi, Rika tidak usah khawatir, ya… Tuhan pasti mencukupkan keperluan Rika untuk membeli boneka.
Rika : O, begitu… Oke, siap Ayah. Kalau begitu, Rika tidak khawatir lagi. (Ayah memeluk Rika)
Terlebih dahulu berikanlah beberapa pertanyaan untuk mengetahui apakah mereka memahami cerita boneka yang disampaikan. Seperti: 1) Rika tadi mendapatkan uang dari siapa? 2) Berapa uang yang dia miliki? 3) Rika mau memakai uangnya untuk membeli apa? 4) Ayah Rika mengatakan sebelum membeli boneka, Rika harus memberikan apa kepada Tuhan? 5) Berapa persepuluhan Rika? 6) Memberi persepuluhan adalah perintah siapa? 7) Jika kita memberi persembahan dan persepuluhan berarti kita … (taat kepada Tuhan, mengasihi Tuhan, bersyukur pada Tuhan) 8) Jika kita setia memberikan persembahan dan persepuluhan maka Tuhan akan mencurahkan apa kepada kita? 9) Apakah Rika mau taat kepada Tuhan dengan memberikan persembahan dan persepuluhan? (Setiap kali anak-anak menjawab pertanyaan Anda, jangan lupa memberikan apresiasi sesuai dengan janji Anda).
Selanjutnya arahkan anak-anak untuk meneladani Rika yang mau memberikan persembahan dan persepuluhan dengan kasih dan ketaatan kepada Tuhan.
• Bagikan lembaran murid dan pensil. Arahkan mereka mengerjakan kegiatan “Lingkarilah gambar yang cocok denganmu!” Anak-anak bisa mengisi kegiatan ini setelah mempraktikkan memberi persembahan di Sekolah Minggu.
• Tunjukkanlah kolom “Tugas Kemitraan dengan Orang Tua” yang ada di lembaran murid. Bacakan tugasnya. Ingatkan anak-anak untuk melaksanakan tugas tersebut dengan bimbingan orang tua. Ingatkan pula untuk minta paraf orang tua setiap kali selesai melaksanakan tugas dan selesai membaca Firman Tuhan. Lembaran murid akan dibawa kembali Minggu depan agar guru Sekolah Minggu bisa memberikan paraf.
• Ajak anak-anak menghafal ayat hafalan dengan gerakan. “Bawalah” (kedua tangan seperti membawa), “seluruh” (kedua tangan terbuka lebar), “persembahan” (telapak tangan kiri terbuka ke atas), “persepuluhan itu” (telapak tangan kanan terbuka ke atas), “ke dalam rumah perbendaharaan” (telapak tangan membentuk atap rumah)
• Ajarkan pada anak-anak lagu “Hitunglah Berkatmu” (NP. 348, Reffnya saja).
◊ Bagikan kertas origami kepada masing-masing anak. Ajarkan mereka secara perlahan membuat amplop dari kertas origami. Setelai selesai, tuliskan “PERSEMBAHAN”. Katakan amplop ini bisa mereka pakai untuk melaksanakan tugas kemitraan dengan orang tua (lihat lembaran murid).
• Bagikan pensil warna atau karyon kepada masing-masing anak, atau bisa digunakan bersamasama. Minta mereka mewarnai gambar di lembaran murid. Guru bisa memberi nilai setelah kegiatan mewarnai.
• Saat memberi persembahan, mintalah seorang anak untuk melayani mengedarkan kantong persembahan. Sambil memberi persembahan, anak-anak bisa menyanyikan sebuah lagu persembahan.
• Bagikan lidi bintang pada anak-anak yang hadir. Minta mereka memasukkan pada kantong absensinya.
• Setelah selesai, minta mereka merapikan pensil dan krayon membuang sampah pada tempatnya, merapikan meja dan kursi lalu mencuci tangan. Biarkan mereka melakukan sendiri semampu mereka dan pujilah sikap mereka yang rajin membantu.
• Ajak mereka menyanyikan sebuah lagu doa, lalu mintalah mereka menirukan doa yang Anda ucapkan. Berdoalah agar anak-anak bisa belajar menjadi anak-anak yang taat dan mengasihi Tuhan dengan memberi persembahan dan persepuluhan.
• Saat pulang bersalaman, katakan: “Sampai bertemu kembali Minggu depan.”
Roma 1:1-7
Mengarahkan murid Sekolah Minggu menanggapi panggilan dari Tuhan untuk memberitakan Injil.
…Paulus… dipanggil… untuk memberitakan Injil Allah.
Roma 1:1
• Murid Sekolah Minggu menanggapi panggilan dari Tuhan untuk memberitakan Injil.
1. Murid dapat mengatakan “mau” atas pertanyaan apakah ia mau mendengar dan menaati panggilan Tuhan Yesus untuk memberitakan Injil.
2. Murid dapat memilih menyukai gambar yang menunjukkan perbuatan-perbuatan memberitakan Injil.
3. Murid dapat mendukung para pemberita injil di manapun dengan mendoakan mereka.
• Kertas HVS, uang logam, pensil warna, gunting (sejumlah anak)
• Metode: Bercerita; Alkitab terbuka; whiteboard dan spidol; amplop berisi kertas surat; Gambar 1 – Rasul Paulus; Gambar 2 – Tuhan Yesus menyembuhkan orang sakit; Gambar 3 – Tuhan Yesus disalibkan; Gambar 4 – Tuhan Yesus bangkit. (Guru bisa mendownload gambar dari internet lalu cetak dengan ukuran yang bisa dilihat oleh semua anak)
• Lembar murid dan pensil.
• Lembar murid; pensil warna/krayon; lembaran lagu sejumlah anak; stiker-stiker; lem.
• Kantong persembahan; Kantong absensi dan lidi bintang sejumlah anak.
Intisari Nas: Rasul Paulus menyadari panggilannya sebagai rasul untuk memberitakan Injil Yesus Kristus.
Surat Roma ditulis oleh Rasul Paulus. Paulus menulis surat ini untuk mempersiapkan jalan bagi pelayanannya di Roma serta rencana pelayanan ke Spanyol. Dalam surat Roma ini Rasul Paulus mengucap syukur atas iman yang dimiliki jemaat (ayat 8), menyatakan kerinduan untuk dapat mengunjungi mereka, menyatakan pengajaran Injil secara lengkap, serta berusaha memperbaiki beberapa persoalan yang terjadi di dalam gereja karena sikap salah orang Yahudi terhadap mereka yang bukan Yahudi dan orang bukan Yahudi terhadap orang Yahudi.
Paulus memulai surat ini dengan salam. Salam memiliki suatu keunikan karena menjadi saluran untuk menceritakan beban atau maksud dari surat ini. Dalam salamnya ini Rasul Paulus memperkenalkan dirinya sebagai rasul yang dipanggil untuk memberitakan Injil kepada semua bangsa. Dengan mengemukakan jabatan rasul yang diterimanya, maka ia menggarisbawahi hak dan kerinduannya untuk menyurati mereka.
Kata ‘rasul’ berasal dari bahasa Yunani ‘apostolos’ yang berarti seorang utusan atau delegasi. Seorang delegasi berarti adalah seorang yang datang untuk mewakili orang yang mengutus dengan menyandang wibawa pengutusnya. Kerasulan Paulus ini datang dari kesadaran bahwa Ia adalah hamba Kristus (ayat 1), ketaatan akan panggilan Allah untuk memberitakan Injil (ayat 1), dan pemahaman yang kuat akan Injil sebagai kekuatan Allah (ayat 2-3). Keyakinan Rasul Paulus akan Injil yang sekaligus menjadi pesan utama dari surat Roma tercantum dalam Roma 1:16-17, berdasarkan keyakinan ini Rasul Paulus menjadi seorang pemberita Injil yang gigih.
• Selalu datanglah 5-10 menit sebelum murid Anda datang. Sambutlah anak-anak dengan penuh sukacita. Tanyakan kabar anak-anak yang Minggu lalu tidak hadir, namun saat ini telah hadir. Katakan Anda mengucap syukur karena mereka telah hadir kembali. Jika ada anak yang baru pertama hadir, sambutlah dengan sebuah nyanyian seperti “Siapa Kawan Baru” (ASM, No. 4)
•
Permainan “Melaksanakan perintah guru”
◊ Minta anak-anak melaksanakan apa yang diminta guru. Guru sambil menyanyikan lagu “Kalau Kau Suka Hati” (https://youtu.be/jSh32FsEsgA). Perintah guru seperti: tepuk tangan, injak bumi, berputarlah, jangan nangis, sorak horre!, bilang siap!
◊ Permainan ini membuat anak-anak menjadi lebih berani. Diharapkan pada permainan berikutnya mereka mau menjawab saat dipanggil.
• Permainan “Dipanggil dan menjawab”
◊ Katakan pada anak-anak bahwa Anda akan memanggil nama mereka. Siapa yang dipanggil harus berdiri dan menjawab “Siap!” (dengan sikap tubuh tegap dan suara lantang).
◊ Jelaskan anak Tuhan yang baik adalah anak yang dengar-dengaran saat dipanggil orang tua. Tanyakan, “Siapa yang selalu dengar-dengaran di rumah?” (tunggu respons anak-anak)
• Ajaklah mereka menyanyikan lagu “B.A.I.K. dan T.A.A.T” (https://youtu.be/ybnF_SMMilE). Ajarkanlah memakai gerakan agar sebuah lagu mudah diingat oleh anak-anak. Jangan lupa berilah penjelasan tentang arti lagu tersebut.
• Bersama anak-anak nyanyikanlah sebuah lagu persiapan doa, lalu doakanlah anak–anak dalam mendengarkan Firman Tuhan agar mereka mengerti dan melakukan dalam hidup sehari-hari. Ungkapkan dengan bahasa yang sederhana dan pendek saja.
Anak-anak, jika kalian dipanggil ayah dan ibu, apa yang kalian lakukan? (tunggu respons anakanak) Ya, tentu kalian akan datang mendekat, bukan? Kalian akan menjawab, “Ya Ayah, ada apa?” Selanjutnya, jika ayah dan ibu memberi kalian sebuah tugas, apakah kalian akan melaksanakan tugas tersebut? (tunggu respons anak-anak) Anak Tuhan yang baik pasti selalu taat pada orang tua dengan siap melaksanakan tugas yang diberikan.
Nah, jika kalian selalu taat pada orang tua, bukankah terlebih lagi kalian harus taat kepada Tuhan. Judul pelajaran kita hari ini adalah “Dipanggil untuk Memberitakan Injil” (tulislah judul pelajaran di papan tulis). Siapakah yang dipanggil? Yaitu kita, murid Tuhan Yesus. Siapakah yang memanggil? Yang memanggil adalah Tuhan Yesus. Kita dipanggil karena Tuhan Yesus akan memberi kita sebuah tugas yaitu “memberitakan Injil”. “Memberitakan” berarti mengabarkan, mewartakan. Sedangkan “Injil” artinya adalah kabar baik. Yuk, kita baca sama-sama judul pelajaran hari ini (bersama anak-anak mengucapkan judulnya). Coba sekarang kita mengucapkan memakai gerakan, ya… “Dipanggil” (lambaikan tangan kanan memanggil), “untuk” (menunjuk dengan jari telunjuk tangan kanan), “memberitakan” (kedua tangan diletakan dekat mulut), dan “Injil” (kedua telapak tangan terbuka menghadap ke atas)
Anak-anak, mari kita belajar dari seorang tokoh Alkitab yang sudah terlebih dahulu dipanggil oleh Tuhan Yesus untuk memberitakan Injil. Namanya Rasul Paulus (Tunjukkan gambar 1). Kebetulan Paulus menceritakan hal ini dalam sebuah surat yang ditulisnya kepada jemaat di Roma. Anak-anak tahu surat bukan? (Tunjukkan sebuah amplop yang berisi kertas surat). Surat Paulus kepada jemaat di Roma masih ada dan bisa kita baca (Tunjukkan Kitab Roma dalam Alkitab).
Nah, jadi anak-anak, suatu ketika Paulus menulis surat kepada jemaat di Roma. Sebenarnya Paulus belum pernah bertemu dengan mereka. Jemaat di Roma juga belum mengenal Paulus. Maka di awal suratnya, Paulus memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada mereka. Bagaimana Paulus memperkenalkan diri? Yaitu Paulus memperkenalkan dirinya sebagai hamba dan rasulnya Tuhan Yesus. Hamba Tuhan Yesus berarti pelayannya Tuhan Yesus. Dan Rasul Tuhan Yesus berarti utusannya Tuhan Yesus. Lalu dalam suratnya, Paulus menjelaskan mengapa ia adalah hamba dan rasul Tuhan Yesus. Yaitu karena ia sudah dipanggil Allah untuk memberitakan Injil. Paulus mau taat saat dipanggil Allah. Paulus juga mau taat saat diberi tugas untuk memberitakan Injil. Injil atau kabar baik yang diberitakan oleh Paulus adalah tentang Tuhan Yesus yang berkuasa (tunjukkan gambar 2), yang sudah disalibkan (tunjukkan gambar 3), dan yang sudah bangkit dari antara orang mati (tunjukkan gambar 4)
Selanjutnya Rasul Paulus berkata ia akan selalu memberitakan Injil kepada semua bangsa supaya mereka percaya dan taat kepada Tuhan Yesus. Termasuk juga kepada orang-orang yang tinggal di Roma.
Seperti Rasul Paulus, saat ini juga ada orang-orang yang mau mendengar panggilan Allah dan mengkhususkan dirinya untuk memberitakan Injil. Mereka rela memberitakan Injil ke daerah-daerah yang belum pernah mereka datangi. Sungguh luar biasa, bukan? Mari kita dukung dengan mendoakan mereka.
Bagaimana dengan anak-anak, apakah kalian juga dipanggil untuk memberitakan Injil? Apakah bisa memberitakan Injil? Ya, kita semua dipanggil untuk memberitakan Injil termasuk anak-anak. Dan anakanak bisa memberitakan Injil. Bagaimana caranya? Yaitu dengan cara menceritakan kisah Tuhan Yesus kepada orang lain, dengan mengajak teman ke Sekolah Minggu, dan dengan bersikap sebagai anak Tuhan yang baik sehingga orang lain bisa merasakan kasih Tuhan Yesus di dalam diri kalian.
• Bagikan lembaran murid dan pensil. Bimbing mereka mengerjakan kegiatan: A) Jawablah, diharapkan mereka akan menjawab “Ya, saya mau” dan B) Melingkari gambar yang mereka sukai sebagai perbuatan-perbuatan memberitakan Injil.
• Tunjukkanlah kolom “Tugas Kemitraan dengan Orang Tua” yang ada di lembaran murid. Bacakan tugasnya. Ingatkan anak-anak untuk melaksanakan tugas tersebut dengan bimbingan orang tua. Ingatkan pula untuk minta paraf orang tua setiap kali selesai melaksanakan tugas dan selesai membaca Firman Tuhan. Lembaran murid akan dibawa kembali Minggu depan agar guru Sekolah Minggu bisa memberikan paraf.
• Ajak anak-anak menghafal ayat hafalan dengan meniru apa yang diucapkan guru, diulangi per satu kata, selanjutnya per dua kata, selanjutnya per tiga kata. Dan terakhir semua kalimat hingga anak menghafal. Jika anak-anak sudah hafal, nama “Paulus” bisa diganti dengan nama diri sendiri.
Menempel stiker pada lembar lagu dan menyanyi bersama
• Guru sebelumnya sudah menyiapkan catatan lagu “Dengar Dia Panggil Nama Saya” pada selembar kertas putih (NAA, No.6 / https://youtu.be/450914wG7kk). Copylah sejumlah anak. Bagikan lalu minta mereka menempel beberapa stiker pada lembaran lagu. Selanjutnya ajarkan lagu tersebut. Anak-anak bisa membawa pulang untuk dinyanyikan di rumah.
• Bagikan pensil warna atau karyon kepada masing-masing anak, atau bisa digunakan bersamasama. Minta mereka mewarnai gambar di lembaran murid. Guru bisa memberi nilai setelah kegiatan mewarnai.
• Minta seorang anak mengedarkan kantong persembahan, sementara anak-anak yang lain menyanyikan lagu persembahan. Sesudah itu anak tersebut dapat memimpin doa. Jika anak belum bisa, guru dapat menuntunnya mengucapkan doa.
• Bagikan lidi bintang pada anak-anak yang hadir. Minta mereka memasukkan pada kantong absensinya.
• Setelah selesai, minta mereka merapikan pensil dan krayon membuang sampah pada tempatnya, merapikan meja dan kursi lalu mencuci tangan. Biarkan mereka melakukan sendiri semampu mereka dan pujilah sikap mereka yang rajin membantu.
• Ajak mereka menyanyikan sebuah lagu doa, lalu pimpinlah mereka dalam doa. Anak-anak bisa meniru doa yang dinaikkan. Doakan agar anak-anak dipakai Tuhan untuk memberitakan Injil.
• Saat pulang bersalaman, katakan: “Tuhan Yesus menyertai Keren memberitakan Injil.”
Kisah Para Rasul 20:17-32
Mengarahkan murid Sekolah Minggu mendapatkan pengertian tentang pentingnya tetap setia memberitakan Injil meski banyak tantangan.
• Murid Sekolah Minggu mengerti tentang pentingnya tetap setia memberitakan Injil meski banyak tantangan.
1. Murid dapat menyebutkan nama tokoh hari ini yang memberi teladan melayani dengan segenap hati.
2. Murid dapat menceritakan kembali contoh teladan Paulus yang melayani dengan segenap hati.
3. Murid dapat mengkategorikan mana tindakan melayani dengan segenap hati dan mana yang bukan.
• Gambar berbagai ikan di karton warna-warni lalu gunting. Tuliskan huruf-huruf di badan ikan. Pasang paper clip di badan ikan; siapkan alat pancing berupa stik dan tali. Diujung tali telah diikat sebuah magnet kecil.
• Alkitab; Metode Drama: siapkan drama yang diperankan dua orang guru (Nana dan Mamanya); Metode bercerita: siapkan Gambar Rasul Paulus (pernah dipakai di pelajaran empat).
• Lembar murid dan pensil.
• Lembar murid; pensil warna/krayon; lembaran lagu sejumlah anak; pola hati yang sudah digambar pada karton manila merah; gunting; lem.
• Kantong persembahan; Kantong absensi dan lidi bintang sejumlah anak.
Intisari Nas: Kesaksian Rasul Paulus tentang kesetiaannya mengabarkan Injil dan melayani Tuhan di tengah banyak tantangan.
Kisah Para Rasul 20:17-38 berisi tentang peristiwa perpisahan antara Paulus dengan penatua Efesus. Dalam perpisahan itu Paulus sangat sedih sebab ia merasa tidak akan bertemu lagi dengan penatua dan jemaat Efesus. Dalam perpisahan itu Paulus juga menceritakan/menjelaskan tentang bagaimana pelayanannya di Efesus, bahwa ia melayani dengan baik dan dengan segenap hati. Tujuan dari menceritakan kehidupan dan kerja kerasnya (ayat 18-35) adalah: a). mereka meniru/meneladaninya (ayat 35a). Dan b). mereka tidak menyia-nyiakan jemaat yang ia dapatkan dengan susah payah (ayat 31), tetapi mau menjaga mereka dengan sungguh-sungguh!
Dari penjelasan Paulus kepada para penatua, kita dapat melihat bahwa ia memberikan teladan melayani dengan segenap hati. Berikut bukti ia melayani dengan segenap hati:
Ayat 19-23. Dalam pelayanannya di Efesus, Paulus melayani dengan sungguh-sungguh. (i) Paulus bahkan sampai banyak mencucurkan air mata (ayat 19, 31). Air mata ini bukan tanda kelemahan; sebaliknya, Paulus melihat keterhilangan umat manusia, kejahatan dosa, pemutarbalikan Injil serta bahayanya menolak Tuhan sebagai realitas yang begitu serius sehingga pemberitaannya sering disertai air mata (band. Mrk. 9:24, Luk. 19:41). (ii) Paulus juga menginjil dan mengajar jemaat dengan baik (ayat 20). Ia memberitakan apa pun yang dinilainya bermanfaat dan diperlukan untuk keselamatan para pendengarnya. (iii) Paulus tidak takut sengsara dan penjara (ayat 23).
Ayat 24. Paulus melayani dengan setia. Kesetiaan penting dalam pelayanan. Dan kesetiaan Paulus sangat teruji. Paulus tetap setia melayani walaupun nyawanya sering terancam (ayat 24). Paulus tak menghiraukan nyawanya, asal ia dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan tugas pelayanannya. Dan kerinduan Paulus itu terwujud dalam 2 Timotius 4:6-8 dijelaskan, “Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.”
Ayat 33-35. Paulus melayani tanpa pamrih. Pelayanan tanpa pamrih adalah pelayanan yang dilakukan dengan tidak mengharapkan balasan. Saat Paulus melayani di Efesus, Paulus melayani dengan tanpa pamrih. (i) Paulus tidak mengharapkan harta benda dari jemaat (ayat 33). Ia tidak pernah menginginkan atau mencari kekayaan dari kegiatannya mengabarkan Injil (bdk. 2Kor. 12:14). (ii) Paulus bekerja untuk mencukupi kebutuhannya sendiri (ayat 34). Dan (iii) dengan bekerja Paulus dapat membantu jemaat yang kekurangan dan menjadi contoh bagi jemaat (ayat 35). Perhatikan bahwa orang-orang percaya bekerja keras bukan untuk keuntungan pribadi atau untuk kemewahan, tetapi demi orang lain yang membutuhkan dalam nama Kristus (lih. 2Kor. 9:8-11). Kutipan Paulus dari Yesus, “Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima," tidak ditemukan dalam Injil. Oleh karena itu, pasti merupakan tradisi lisan. Kata "lemah" tidak digunakan dalam arti orang Kristen yang terlalu lemah (lih. Rm. 14:1; 15:1, 1Kor. 8:9-13; 9:22), tetapi secara fisik membutuhkan. Paulus bekerja untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan orang percaya lain yang membutuhkan.
• Selalu datanglah 5-10 menit sebelum murid Anda datang. Ucapkan selamat datang kepada anak-anak sambil menyebut nama mereka seperti, “Selamat datang, Dava”. Menyebut nama membuat mereka disambut secara pribadi. Tanyakan kepada anak-anak siapa yang sudah mengajak teman datang ke Sekolah Minggu Jika mereka mengatakan sudah, namun yang diajak tidak hadir, maka berilah semangat kepada mereka untuk tidak putus asa memberitakan Injil.
•
Ajak mereka melakukan “Tepuk Semangat”: tepuk tangan 3x, serukan “Se!” (tangan kiri diangkat ke atas), tepuk tangan 3x, serukan “ma!” (tangan kanan diangkat ke atas), tepuk tangan 3x, serukan “ngat!” (tangan kiri diangkat ke atas), tepuk tangan 3x, kedua tangan mengepal bergulung sambil serukan “Se….” lalu angkat kedua tangan ke atas serukan “mangat!”
◊ Ajaklah anak-anak melakukan permainan memancing ikan. Ikan yang dipancing haruslah sesuai huruf yang Anda sebutkan. Usahakan setiap anak berkesempatan memancing. Setiap anak mendapatkan satu kata. Setelah setiap anak mendapatkan satu kata, mereka akan menyusunnya di meja. Anda bisa memakai kata-kata dalam judul pelajaran hari ini.
◊ Permainan ini melatih anak mengenal huruf, melatih imajinasi, melatih motorik halus dan melatih emosi mereka.
• Ajak mereka menyanyikan lagu “Dengar Dia Panggil Nama Saya” (yang diajarkan di pelajaran 4) dan lagu “Setia Setialah” (https://youtube.com/watch?v=w1jLyzmqfVw&feature=share). Bernyanyilah memakai gerakan.
• Bersama anak-anak nyanyikanlah sebuah lagu persiapan doa, lalu mintalah seorang anak memimpin dalam doa mendengarkan Firman Tuhan. Tuntunlan jika anak tersebut belum bisa.
Nana : Hu, hu, hu … hu, hu, hu … (menangis)
Mama : Loh, loh… Nana kok nangis. Ada apa?
Nana : Nana nggak mau ajak-ajak teman ikut ke Sekolah Minggu lagi, Ma … hu, hu, hu … (sambil menangis)
Mama : Loh, kok nggak mau? Memangnya kenapa?
Nana : Tadi kan Nana ajak teman supaya ikut Sekolah Minggu. Eh… Malah Nana diejek teman itu Ma… Katanya Nana itu sok alim, sok rohani. Teman Nana bilang nggak usah ajakajak kalau ke Sekolah Minggu. Soalnya kalau hari Minggu teman Nana itu pasti ada acara piknik keluarga. Dia bilang piknik keluarga lebih asik daripada ke gereja. Padahal keluarganya kan orang Kristen, Ma…
Mama : Oh… begitu…
Dengar ya sayang, temanmu itu berkata begitu mungkin karena mereka belum mengerti pentingnya datang ke gereja, pentingnya bersekutu dengan teman seiman di gereja, dan pentingnya belajar Firman Tuhan di gereja.
Kita doakan suatu saat temanmu dan keluarganya sadar, ya. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Pasti suatu saat mereka akan mau kalau kita ajak ke gereja lagi.
Nana : Oh, begitu ya, Ma…
Mama : Iya, jadi Nana jangan putus asa dalam memberitakan Injil, ya… Jangan menangis lagi. Ayo, kita sekarang belajar Firman Tuhan di Sekolah Minggu dengan teman-teman.
Nana : Ayo, Ma … (tersenyum gembira)
Anak-anak yang dikasihi Tuhan, tadi kalian sudah menyaksikan sebuah drama, ya … Siapa yang pernah menangis seperti Nana? (tunggu respons anak-anak) Ya, pasti semua pernah menangis. Mungkin karena lapar, jatuh, kehilangan mainan, dan lain sebagainya. Tapi, tadi Nana menangis karena apa? (tunggu respons anak-anak) Betul sekali, karena maksud Nana untuk mengajak teman ke Sekolah Minggu malah ditolak. Tidak hanya itu, Nana diejek sok alim, sok rohani. Nana sedih karena temannya lebih memilih piknik daripada ke gereja. Hampir saja Nana putus asa dan tidak mau lagi mengajak temannya ke Sekolah Minggu … Puji Tuhan, ada mama yang menghiburnya.
Nah anak-anak, memang dalam memberitakan Injil dan melayani Tuhan tidak mudah. Pasti ada banyak tantangan yang kita hadapi. Tapi Tuhan mau, kita tidak menjadi putus asa. Hari ini kita akan belajar dari teladan Paulus dalam memberitakan Injil dan melayani Tuhan (tunjukkan/tempelkan gambar Rasul Paulus yang sudah dipakai di pelajaran 4).
Firman Tuhan diambil dari Kisah Para Rasul 20:17-32 (guru membuka Alkitab, letakkan dipangkuan/ meja).
Anak-anak, pernahkah kalian berpisah dengan orang-orang yang terkasih? Bagaimana perasaan kalian? Sedih, bukan? Itulah yang dirasakan oleh Paulus. Suatu ketika … (lanjutkan bercerita seperti di lembaran murid).
Anak-anak, teladan Paulus bagi para penatua ini hendaknya juga menjadi teladan buat kita. Kita juga hendaknya melayani Tuhan dan memberitakan Injil dengan sungguh-sungguh dan setia. Jika ada tantangan, kita jangan takut, jangan putus asa, bahkan jangan berhenti melayani. Ingatlah, Tuhan sudah berjanji Ia akan selalu menyertai kita.
• Bagikan lembaran murid dan pensil. Bimbing mereka mengerjakan kegiatan A) Isilah, dan B) Berilah tanda (√) untuk tindakan melayani dengan segenap hati dan tanda (x) untuk yang bukan melayani dengan segenap hati.
• Tunjukkanlah kolom “Tugas Kemitraan dengan Orang Tua” yang ada di lembaran murid. Bacakan tugasnya. Ingatkan anak-anak untuk melaksanakan tugas tersebut dengan bimbingan orang tua. Ingatkan pula untuk minta paraf orang tua setiap kali selesai melaksanakan tugas dan selesai membaca Firman Tuhan. Lembaran murid akan dibawa kembali Minggu depan agar guru Sekolah Minggu bisa memberikan paraf.
• Ajak anak-anak menghafal ayat hafalan dengan gerakan: “saya setia” (kedua telapak tangan di dada), “untuk memberitakan” (kedua telapak tangan di kanan kiri mulut), “Kabar Baik” (kedua telapak tangan terbuka ke atas seperti Alkitab). Kisah Para Rasul 20:24b.
• Guru sebelumnya sudah menyiapkan catatan lagu “Tuhan Yesus Aku Berjanji” pada selembar kertas putih (NAA, No. 244 / https://youtu.be/mzyCN8AN0oM). Copylah sejumlah anak lalu bagikan kepada masing-masing anak. Bagikan pula pola hati yang sudah digambar pada selembar karton berwarna merah. Minta mereka menggunting hati tersebut. Setelah itu mereka dapat menempel teks lagu pada hati tersebut. Nyanyikanlah lagu tersebut bersama anak-anak.
• Bagikan pensil warna atau krayon kepada masing-masing anak, atau bisa digunakan bersamasama. Minta mereka mewarnai gambar di lembaran murid. Guru bisa memberi nilai setelah kegiatan mewarnai.
• Minta seorang anak mengedarkan kantong persembahan (usahakan setiap anak mendapat kesempatan melayani), sementara anak-anak yang lain menyanyikan lagu persembahan. Sesudah itu anak tersebut dapat memimpin doa. Jika anak belum bisa, guru dapat menuntunnya mengucapkan doa.
• Bagikan lidi bintang pada anak-anak yang hadir. Minta mereka memasukkan pada kantong absensinya.
• Setelah selesai, minta mereka merapikan pensil dan krayon membuang sampah pada tempatnya, merapikan meja dan kursi lalu mencuci tangan. Biarkan mereka melakukan sendiri semampu mereka dan pujilah sikap mereka yang rajin membantu.
• Ajak mereka menyanyikan sebuah lagu doa, lalu minta mereka meletakkan tangan kanan di dada. Minta mereka menirukan doa yang Anda pimpin. Berdoalah agar anak-anak tetap sungguh-sungguh dan setia dalam melayani Tuhan dan memberitakan Injil.
• Saat pulang bersalaman, katakan “Tetap setia melayani Tuhan”.
Yohanes 3:22-26
Mengarahkan murid Sekolah Minggu untuk menanggapi tugas memberitakan Injil kepada orang lain agar mereka selamat dan masuk surga.
…“Pergilah … beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”
Markus 16:15
Murid Sekolah Minggu menanggapi tugas memberitakan Injil kepada orang lain agar mereka selamat dan masuk surga.
1. Murid memilih untuk terus memberitakan Injil pada keluarganya yang belum percaya Tuhan Yesus.
2. Murid mengatakan mau tetap mengabarkan Injil melalui lagu “Aku Ingin Kabarkan Injil-Nya.”
• Selotip/lakban; Sejumlah anak: Gambar Tuhan Yesus dan gambar Yohanes Pembaptis; gunting kecil; dua lidi/tusuk sate.
• Alkitab; Metode Cerita Boneka: siapkan satu boneka anak perempuan, satu boneka ibu, dan panggung boneka (pakai kursi dan kain, dlsb); Metode bercerita: siapkan gambar wayang Yesus dan Yohanes Pembaptis.
• Lembar murid dan pensil.
• Lembar murid; pensil warna/krayon; lembaran lagu sejumlah anak; pola “gambar Alkitab” yang sudah digambar pada selembar karton; gunting; lem.
• Kantong persembahan; Kantong absensi dan lidi bintang sejumlah anak.
Intisari Nas: Yesus ingin supaya setiap murid Yesus memberitakan Injil supaya setiap orang percaya Yesus dan dapat memperoleh hidup yang kekal.
Kenyataan bahwa Yesus dan para murid-Nya melakukan pemberitaan Injil dan membaptiskan orang di Yudea, sementara Yohanes Pembaptis dan para pengikutnya pun melaksanakan pekerjaan yang sama di wilayah yang lain, dan tidak ada pertentangan di antara dua tokoh ini, melainkan saling menguatkan; menunjukkan bahwa setiap orang percaya pun perlu memberitakan Injil kepada orang-orang yang belum menerima Injil.
Ayat 22-24. ‘Sesudah itu…’ (ayat 22); Episode mengenai Nikodemus sudah berakhir. Tanah Yudea disebutkan untuk menunjukkan perbedaan dengan Yerusalem, tempat di mana Yesus selama ini bekerja (2:13 s.d. 3:21). Kegiatan Yesus membaptis diduga adalah memberitakan Injil. Hubungan-Nya dengan pembaptisan rupanya hanya dalam kedudukan sebagai pengawas (band. 4:2, 1Kor. 1:14). Ainon dan Salim belum dapat diketahui secara pasti di mana, tetapi akhir-akhir ini diperkirakan terletak beberapa mil di timur Gunung Gerizim, dan bukan di bagian selatan Betsan di bagian atas Lembah Yordan.
‘Orang-orang datang…’ (ayat 23); Orang-orang secara umum yang tertarik pada khotbah Yohanes. Pemenjaraan Yohanes dicatat di sini sebagai peristiwa yang cukup dikenal oleh para pembacanya, karena hal itu dilaporkan dalam semua Injil Sinoptis.
‘Ia diam di sana bersama-sama mereka…’ (ayat 22b); Yesus berkhotbah kepada orang banyak namun berdialog secara ekstensif dengan murid-murid-Nya. Ia mencurahkan diri-Nya kepada mereka.
‘…dan membaptis’ (ayat 22b). Kita mempelajari dari Yohanes 4:2 bahwa bukan Yesus sendiri yang membaptis, namun murid-murid-Nya. Berita Yesus pada mulanya adalah sangat mirip dengan berita Yohanes Pembaptis; yaitu berita PL mengenai pertobatan dan persiapan. Baptisan yang disebutkan di sini bukanlah baptisan Kristen namun baptisan yang melambangkan pertobatan dan penerimaan rohani.
‘… sebab pada waktu itu Yohanes belum dimasukkan ke dalam penjara" (ayat 24). Tidaklah jelas mengapa hal kronologis ini ditambahkan pada titik ini. Beberapa mengatakan ini adalah upaya untuk menyelaraskan kronologi Yohanes dengan kronologi dari Injil-injil Sinoptik (lih. Mat. 14:1-12; Mrk. 6:14-29). Ini berfungsi sebagai cara menanggali pertemuan ini dalam kehidupan Kristus. (Utley: alkitab.sabda.org/ commentary) Yohanes tetap melayani atau membaptis sekalipun ada Yesus yang jauh lebih hebat dan lebih disukai orang dari pada dia (band. ayat 26 akhir). Ada dua hal yang bisa kita pelajari dari peristiwa ini: i) Dalam pelayanan, sekalipun ada ‘saingan’ yang lebih hebat dan lebih disukai dari diri kita, kita harus tetap melayani dengan setia. ii) Pada waktu Yohanes tetap setia melayani Tuhan sekalipun ada Yesus yang lebih hebat dari dia, maka Tuhan tetap memberikan kepadanya orang-orang untuk dilayani atau memberi sukses tertentu kepadanya. Ini terlihat dari kata-kata: ‘dan orang-orang datang ke situ untuk dibaptis’ dalam ayat 23b.
• Selalu datanglah 5-10 menit sebelum murid anda datang. Selalu berikan senyum yang tulus kepada mereka. Jabat tangan mereka sambil mengatakan, “Ibu senang Yosua bisa hadir kembali. Selamat datang Yosua.”
•
“Membuat Wayang”
◊ Bagikan kepada masing-masing anak: gambar Tuhan Yesus dan gambar Yohanes Pembaptis; gunting kecil; dua Lidi/tusuk sate. Minta mereka menggunting gambar tersebut lalu mereka bisa menempelkan pada lidi memakai lakban/isolasi. Guru memberitahu nama kedua tokoh wayang tersebut.
•
Ajak mereka menyanyikan lagu “Tuhan Yesus Aku Berjanji” (yang diajarkan di pelajaran lima). Ciptakanlah sebuah gerakan sehingga anak-anak akan senang menyanyikannya dan cepat mengingat lagu ini.
• Bersama anak-anak nyanyikanlah sebuah lagu persiapan doa, lalu mintalah seorang anak memimpin dalam doa mendengarkan Firman Tuhan. Jika anak tersebut belum bisa, tuntunlah dia dengan bahasa yang sederhana.
Agar anak-anak bisa berkonsentrasi mendengarkan cerita boneka dan Firman Tuhan saat ini, maka ajaklah mereka melakukan “Tepuk 1, 2, 3”. Minta mereka mendengarkan perintah guru dengan baik. Jika guru mengatakan “Tepuk 1”: maka anak-anak melakukan tepuk tangan 1 kali di depan dada, tepuk perut 1 kali, dan tepuk tangan 1 kali ke atas. “Tepuk 2”: maka anak-anak melakukan tepuk tangan 2 kali di depan dada, tepuk perut 2 kali, dan tepuk tangan 2 kali ke atas. “Tepuk 3”: maka anak-anak melakukan tepuk tangan 3 kali di depan dada, tepuk perut 3 kali, dan tepuk tangan 3 kali ke atas.
Guru : Ningsih adalah teman Sekolah Minggu Rika. Sudah dua minggu Ningsih tidak berangkat Sekolah Minggu. Suatu ketika Rika diajak Ibunya berkunjung ke rumah Ningsih. (Ibunya Rika keluar)
Ibu : “Rika … Rika …” (Rika keluar)
Rika : “Ya bu… ada apa?”
Ibu : “Ayo, ibu mau ajak kamu berkunjung ke rumah Ningsih.”
Rika : “Mengapa kita harus mengunjungi Ningsih, Bu?”
Ibu : “Begini Rika, Ningsih kan sudah lama tidak ke gereja. Kalau kita mengunjungi Ningsih, mungkin kita akan tahu penyebabnya kenapa, lalu nanti kita mendoakan Ningsih.”
Rika : “O, begitu ya, bu. Tapi mengunjungi Ningsih kan bukan tugas kita, bu. Bukankah itu tugas guru Sekolah Minggu Rika?”
Ibu : “Rika, tugas memberitakan Injil itu bukan hanya tugas guru Sekolah Minggu, pendeta, atau para penginjil. Tugas memberitakan Injil adalah tugas semua orang percaya tanpa terkecuali. Ibu yakin guru Sekolah Minggu Rika pasti akan senang jika kita bisa mengunjungi Ningsih. (Rika mengangguk-anggukan kepala tanda mengerti)
Rika : “Kalau begitu, ayo bu kita ke rumah Ningsih.”
Ibu : “Ayo! Sebentar ibu kunci pintu dulu, ya …” (Ibu mengunci pintu lalu keduanya meninggalkan panggung boneka)
Guru : (lanjut menyampaikan Firman Tuhan)
Nah anak-anak, benar kata ibunya Rika. (Bukalah Alkitab di pangkuan) Kitab Yohanes menceritakan, pada waktu Tuhan Yesus sudah mulai melayani di dunia ini (Tunjukkan wayang Yesus) banyak orang yang datang kepada-Nya. Tuhan Yesus memberitakan Injil Kerajaan Allah sehingga banyak orang yang bertobat dan diselamatkan. Mereka lalu dibaptiskan oleh murid-murid Tuhan Yesus. Lalu di manakah Yohanes Pembaptis yang pernah membaptiskan Yesus dan banyak orang? (Tunjukkan wayang Yohanes Pembaptis). Apakah dengan hadirnya Tuhan Yesus, Yohanes Pembaptis lalu berhenti memberitakan Injil dan berhenti membaptis? Tidak. Yohanes Pembaptis tetap memberitakan Injil kepada semua orang. Jadi masih banyak orang yang akhirnya bertobat lalu dibaptis oleh Yohanes Pembaptis. Tuhan Yesus pun sangat senang jika Yohanes tetap melayani dan memberitakan Injil.
Demikian juga dengan kita anak Sekolah Minggu. Meskipun di gereja ada pak pendeta yang pandai berkhotbah, ada guru Sekolah Minggu yang pandai mengajar, ada para penginjil yang pandai bersaksi, namun hendaknya kita tetap melaksanakan tugas kita untuk memberitakan Injil, ya… Tuhan Yesus pasti akan menolong kita memberitakan Injil sehingga melalui kita semakin banyak orang yang mau percaya pada Tuhan Yesus.
• Bagikan lembaran murid dan pensil. Bimbing mereka mengerjakan: Kegiatan A) Memilih sikap yang di sukai dan B) Memilih jawaban yang tepat.
• Tunjukkanlah kolom “Tugas Kemitraan dengan Orang Tua” yang ada di lembaran murid. Bacakan tugasnya. Ingatkan anak-anak untuk melaksanakan tugas tersebut dengan bimbingan orang tua. Ingatkan pula untuk minta paraf orang tua setiap kali selesai melaksanakan tugas dan selesai membaca Firman Tuhan. Lembaran murid akan dibawa kembali Minggu depan agar guru Sekolah Minggu bisa memberikan paraf.
• Jelaskan ayat hafalan ini adalah ucapan/perintah Tuhan Yesus kepada murid-muridnya termasuk kita orang percaya. Ajak anak-anak menghafal ayat hafalan dengan gerakan: “Pergilah” (tangan kanan ke arah depan), “beritakanlah” (kedua telapak tangan di samping kanan kiri mulut), “Injil” (kedua telapak tangan terbuka ke atas), “kepada segala makhluk” (kedua tangan kearah depan lalu melebar ke samping), “Markus 16:15” (ucapkan, lalu pada bagian angka menggunakan jari)
• Guru sebelumnya sudah menyiapkan catatan lagu “Aku Ingin Kabarkan Injil-Nya” (NAA No. 59/ https://youtu.be/kns11LvucT0). Copylah sejumlah anak. Bagikan kepada masing-masing anak. Bagikan juga pola “gambar Alkitab” yang sudah digambar pada karton manila. Minta mereka mengguntingnya. Selanjutnya catatan lagu dapat ditempelkan pada pola Alkitab yang sudah digunting. Setelah semua selesai, nyanyikanlah bersama anak-anak lagu tersebut. Tanyakan, apakah mereka mau tetap memberitakan Injil?
• Bagikan pensil warna atau karyon kepada masing-masing anak, atau bisa digunakan bersamasama. Minta mereka mewarnai gambar di lembaran murid. Guru bisa memberi nilai setelah kegiatan mewarnai.
• Doronglah anak-anak untuk memberi persembahan dengan penuh kasih kepada Tuhan. Minta seorang anak mengedarkan kantong persembahan, anak-anak yang lain bisa mengiringi dengan sebuah lagu persembahan.
• Bagikan lidi bintang pada anak-anak yang hadir. Minta mereka memasukkan pada kantong absensinya.
• Setelah selesai, minta mereka merapikan pensil dan krayon membuang sampah pada tempatnya, merapikan meja dan kursi lalu mencuci tangan. Biarkan mereka melakukan sendiri semampu mereka dan pujilah sikap mereka yang rajin membantu.
• Ajak mereka menyanyikan sebuah lagu doa, lalu minta mereka menirukan doa yang Anda pimpin. Berdoalah agar anak-anak tetap setia memberitakan Injil sehingga banyak orang yang akan diselamatkan melalui mereka. Meski mereka masih anak-anak. Doakan juga semua anak-anak Tuhan di dunia supaya terus memberitakan Injil.
• Saat pulang bersalaman, katakan, “Selamat siang, Tuhan Yesus memberkati Neisya.”
Yakobus 1:27
Mengarahkan murid Sekolah Minggu melakukan sebuah pelayan kepada orang yang kesusahan di sekitarnya.
… siapa menaruh belas kasihan kepada orang miskin, memuliakan Dia.
Amsal 14:31b
Murid Sekolah Minggu melakukan sebuah pelayanan kepada orang yang kesusahan di sekitarnya.
1. Murid dapat mendemonstrasikan di depan kelas tindakan memberi pada orang yang kesusahan.
2. Murid dapat mengumpulkan sumbangan bagi orang yang kesusahan di sekitarnya.
3. Murid dapat mengunjungi dan memberi bantuan kepada orang yang kesusahan di sekitarnya.
• Sebuah bola seperti bola kaki.
• Alkitab; Metode menonton video: Siapkan video dari Youtube. Bisa diputar memakai hp/ laptop/LCD. Siapkan sebelum kelas dimulai; Metode bercerita: gambar orang ke gereja, gambar orang memuji Tuhan, gambar orang sedang berdoa, gambar orang sedang mendengarkan khotbah, gambar orang menolong sesama dalam penderitaan (Carilah semua gambar itu di internet, download dan cetak dengan ukuran yang dapat dilihat semua anak).
• Lembar murid
• Lembar murid; kertas lipat sejumlah anak, kertas hvs sejumlah anak, lem, pensil; 5 karton berbeda warna yang sudah ditulis ayat hafalan (Lihat penjelasan di bagian pendalaman).
• Kantong Persembahan; Kantong absensi dan lidi bintang sejumlah anak.
Intisari Nas: Orang beribadah harus terwujud dalam pelayanan kepada orang yang mengalami kesusahan, seperti yatim piatu dan janda.
Warren Wiersbe menuliskan tentang tujuan penulisan surat ini, ‘Surat Yakobus ditulis untuk menolong kita memahami kedewasaan/kematangan rohani dan untuk mencapainya’ (band. Yak. 1:4). Istilah matang atau sempurna sering digunakan dalam Surat Yakobus (1:4, 17, 25; 2:22; 3:2). Maksud istilah ini adalah kedewasaan. Orang yang sempurna bukanlah orang yang tidak berdosa, melainkan seseorang yang dewasa dan matang secara rohani. Artinya, orang yang terus menerus mengarahkan dirinya kepada Firman Tuhan dan memberikan dirinya diperbaharui oleh Roh Kudus. Orang Kristen yang dewasa adalah orang Kristen yang berguna untuk mendukung dan mengoreksi orang lain serta membangun tubuh Kristus (jemaat).
Kedewasaan/kematangan rohani tersebut terlihat di antaranya melalui: Sikap yang ditunjukkan saat menghadapi ujian/pencobaan (pasal 1), menghayati dan mempraktikkan iman (Pasal 1-2), dst. Bagian pasal 1:26, 27 adalah bagian yang termasuk dalam menghayati dan mempraktikkan iman.
Pasal 1:26-27 merupakan rangkuman dari perikop Yakobus 1:19-27. Ayat 26 menunjuk kembali pada ayat 19-21 yang berbicara mengenai lidah, sedangkan ayat 27 sekali lagi berbicara mengenai hal menjadi pelaku Firman Tuhan (ayat 22-25).
Dalam ayat 26-27, Yakobus menunjukkan kesia-siaan ibadah yang tidak mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Ia memberikan contoh ibadah yang sejati. Hal ini menjadi nyata dalam pelayanan kasih kepada sesama dan menjaga jarak dari dunia. Sekali lagi, Yakobus menekankan pentingnya kekristenan yang praktis, kekristenan yang melakukan Firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh-contoh yang diberikan dalam ayat 26 dan 27 bukanlah hal yang lengkap, melainkan sekadar menjelaskan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam ibadah yang sejati.
Ayat 27. Yakobus menentang pengertian ibadah yang salah. Ibadah tersebut pada dasarnya adalah sia-sia, mataios (ayat 26). Ciri pertama ibadah yang sejati adalah menolong mereka yang berada dalam kesulitan—yatim piatu dan janda mewakili semua orang yang berada dalam penderitaan dan penganiayaan (Yesaya 1:10-17; 58:6-7, Zak. 7:10, Mrk. 12:40, dan Luk. 18:2-8). Perjanjian Lama menekankan pentingnya memperhatikan kaum yatim piatu dan janda (Ul. 10:18, Mzm. 68:5). Pada dasarnya, penindasan terhadap mereka yang lemah adalah bukti pemberontakan terhadap Tuhan sendiri. Dalam hal ini, pertolongan tidak dibatasi kepada kaum yatim piatu dan janda saja, melainkan kepada semua orang yang berada dalam penderitaan. Hal yang dimaksud dengan istilah mengunjungi (episkeptesthai) bukan sekedar menjenguk, melainkan memperhatikan dan mempedulikan, serta mendampingi orang-orang tersebut (Kel. 22:21, Ul. 14:28, Yeh. 22:7, Mat. 25:36).
Ciri kedua ibadah yang sejati adalah menjaga diri agar tidak dicemarkan oleh dunia. Penekanan akan pentingnya pelayanan kepada sesama dan mereka yang menderita dalam dunia menunjukkan bahwa menjaga diri bukan berarti menjauhkan diri dari dunia secara total. Istilah “tak bercacat” (aspilos) harus dimengerti secara etis (band. 1 Tim. 5:22 dan 2 Kor. 11:9). Dalam hal ini, istilah dunia (kosmos) yang dimaksud adalah secara moral, bukan secara dualistis-gnostis. Yakobus tidak sedang berkata kepada orang percaya untuk menjauhkan diri dari dunia, hidup lepas dari dunia. Yakobus berbicara tentang hal praktis bahwa ibadah yang sejati adalah memperhatikan mereka yang berada dalam penderitaan dan menjalankan pelayanan tersebut tanpa terpengaruh oleh sistem dunia dengan segala jenis keinginannya yang menyesatkan, materialisme, kehormatan, dan ketamakan (band. Pasal 2 dan 4). Yakobus mengarisbawahi pentingnya kesatuan pelaksanaan pelayanan dan sikap dalam menjalankan pelayanan kepada mereka yang membutuhkan pertolongan.
• Selalu datanglah 5-10 menit sebelum murid Anda datang. Sambutlah semua anak dengan semangat. Nyatakan kasih Anda pada anak-anak dengan tulus. Seorang anak dapat merasakan hal itu. Jika ada anak yang baru hadir, sambutlah dengan lagu “Siapa Kawan Baru” (Aku Suka Menyanyi, No. 4)
•
Permainan “Lempar Tangkap Bola”
◊
Ajak mereka bermain di tempat yang agak luas. Bisa di dalam ruangan atau di luar ruangan. Anakanak berdiri membentuk lingkaran. Guru bisa berdiri di tengah lingkaran lalu lakukanlah lempar tangkap dengan anak-anak secara bergiliran. Bisa juga guru meminta Si A melemparkan bola ke Si B.
◊
Bermain lempar tangkap bola, akan melatih koordinasi mata dan tangan. Permainan ini juga menuntut ketrampilan fisik, sehingga dapat menguatkan tubuh mereka.
• Ajak mereka menyanyikan lagu tentang kasih Tuhan kepada manusia, seperti “Yesus Cinta S’mua Anak” (ASM No. 102). Katakan bahwa Tuhan Yesus mengasihi semua orang dan Ia ingin kita juga mengasihi semua orang. Contoh kecil: kita tidak boleh pilih-pilih teman dalam bermain. Lalu ajak mereka menyanyikan lagu “Apa Kabar & Ku Mau Jadi Teman Yang mengasihi” (https://youtu.be/ T1ZRNEgeRA8)
• Bersama anak-anak nyanyikanlah sebuah lagu persiapan doa, lalu mintalah seorang anak memimpin dalam doa mendengarkan Firman Tuhan. Jika anak tersebut belum bisa, tuntunlah dia dengan bahasa yang sederhana.
Anak-anak, apa kabar kalian hari ini? (tunggu respons anak-anak). Puji Tuhan, semua sehat, ya… Beri beberapa pertanyaan lagi seperti: Tadi malam tidur nyenyak? Siapa yang tidur di atas kasur? Tadi pagi sudah makan? Apa yang kalian makan? Dan pagi ini kalian bisa datang ke gereja memakai baju yang bersih dan rapi. Siapa yang membelikan baju dan sepatu untuk kalian?
Anak-anak kita sangat mengucap syukur kepada Tuhan atas setiap berkat yang kita terima, ya… Juga mengucap syukur karena kita mempunyai orang tua atau keluarga yang mengasihi kita.
Tahukah kalian anak-anak, ada banyak orang di sekitar kita yang: tidak bisa tidur di kasur yang nyaman, tidak bisa makan seperti kita, tidak bisa menonton tv seperti kita, tidak bisa memakai baju yang bersih seperti kita, tidak bisa memakai sepatu yang baik, tidak bisa banyak hal. Bahkan ada anakanak yang masih kecil seperti kalian yang tidak mempunyai ayah atau tidak mempunyai ibu atau tidak mempunyai ayah dan ibu, yang kita sebut anak yatim piatu. Apakah kalian pernah melihat mereka?
Yuk, ibu mengajak kalian melihat video berikut ini. Anak-anak memperhatikan, ya … (Putarlah Video dari: https://www.youtube.com/watch?v=xM7wXl6_vic= Orang Pinggiran/Tetes Keringat Dan Air Mata Bunda atau https://youtu.be/bNWcQRqjnPI = Orang Pinggiran/Ku Berjuang Demi Adikku)
Nah anak-anak, setelah menyaksikan video tadi bagaimana perasaan kalian melihat kehidupan mereka? (tunggu respons anak-anak) Tentu kalian merasa kasihan, bukan? Apa yang ingin kalian lakukan jika melihat orang-orang seperti itu? (Tunggu respons anak-anak)
Anak-anak, Rasul Yakobus mengajarkan jikalau melihat orang lain sedang kesusahan atau menderita seperti yang dialami oleh anak yatim piatu, para janda, dan lain-lain, maka seharusnya kita menolong mereka. Mengapa harus melakukannya? Karena dengan menolong sesungguhnya kita telah melakukan ibadah yang sejati. Apa itu ibadah yang sejati? Ibadah yang sejati adalah ibadah yang tidak hanya sebatas datang ke gereja (tunjukkan gambar orang ke gereja), memuji Tuhan (tunjukkan gambar orang memuji Tuhan), memanjatkan doa (tunjukkan gambar orang sedang berdoa), dan mendengarkan Firman Tuhan (tunjukkan orang sedang mendengarkan khotbah). Ibadah yang sejati akan ditandai dengan tindakan nyata melakukan Firman Tuhan dalam hidup sehari-hari. Contoh dari tindakan itu adalah menolong orang lain yang sedang menghadapi kesusahan atau sedang dalam penderitaan (tunjukkan gambar orang menolong sesama yang dalam penderitaan). Pada waktu menolong orang lain, maka kita menyatakan kasih Allah kepada sesama.
Nah, sekarang kita akan menyaksikan video contoh orang yang suka menolong orang lain yang dalam penderitaan ya … (putarlah video: https://youtu.be/6d4fxKr0zZk)
Anak-anak yang dikasihi Tuhan, perhatikanlah orang-orang di sekitarmu, adakah di antara mereka yang sedang berada dalam kesusahan atau penderitaan? (tunggu respons mereka, tulislah di papan tulis misalnya: anak yatim piatu, janda, keluarga miskin, tukang becak, pemulung, dll). Pikirkanlah, apa yang dapat kalian lakukan untuk menolong mereka. (Tulislah di papan tulis misalnya: memberi bantuan makanan, memberi bantuan pakaian, mengunjungi mereka, memberi sembako, dll). Apakah kalian bisa? Coba lakukan dengan cara meminta orang tuamu untuk membantumu memikirkan dan mendampingimu melakukannya dalam hidup sehari-hari, ya.
• Bagikan lembaran murid. Minta anak-anak melihat tugas hari ini pada lembaran murid. Lalu arahkan mereka mendemonstrasikan di depan kelas tindakan memberi pada orang yang kesusahan. Salah satunya melihat contoh dalam gambar.
• Tunjukkanlah kolom “Tugas Kemitraan dengan Orang Tua” yang ada di lembaran murid. Bacakan tugas mereka dalam minggu ini. Tugas mereka merupakan sebuah proyek kelas supaya murid-murid dapat melakukan pelayanan pada orang yang sedang kesusahan. Jelaskanlah siapa yang akan dikunjungi dan dibantu, bentuk bantuan berupa apa, kapan anak-anak mengumpulkan sumbangan, kapan dilaksanakan, dan apakah akan berkunjung semua atau perwakilan.
• Ingatkan mereka untuk minta paraf orang tua, dibawa Minggu depan untuk mendapat paraf guru SM.
• Ajar anak-anak menghafalkan ayat hafalan dengan mengingat kata-kata dalam lima karton berbeda warna. Karton 1: Siapa menaruh, 2: belas kasihan, 3: kepada orang miskin, 4: memuliakan Dia, 5: Amsal 14:31b. Minta lima anak maju ke depan untuk menolong memegang masing-masing satu karton. Lalu ajarkan secara perlahan hingga mereka bisa mengingat ayat hafalan tersebut hanya dengan melihat warna karton.
• Membuat “baju dari kertas lipat dan menulis ayat hafalan”
◊ Bagikan sebuah kertas lipat kepada anak-anak. Tuntunlah mereka membuat baju dari kertas lipat (bisa seperti pada lampiran satu). Setelah itu mereka bisa menempel baju tersebut pada sebuah kertas HVS. Dibawa baju tersebut minta mereka menulis ayat hafalan hari ini.
• Tunjukkan gambar pada lembaran murid. Jelaskan mengenai gambar tersebut. Jika masih ada waktu, anak-anak bisa mewarnai gambar di kelas. Jika waktu tidak cukup, bisa di rumah dan akan dinilai Minggu yang akan datang.
• Minta seorang anak mengedarkan kantong persembahan, anak-anak yang lain bisa mengiringi dengan sebuah lagu persembahan. Setelah persembahan, guru dapat mengatakan, “Ketika kita memberi persembahan, itu juga adalah bentuk ibadah kita kepada Tuhan. Uang persembahan akan dipakai untuk tersedianya keperluan-keperluan gereja seperti tersedianya bahan-bahan Sekolah Minggu yang kalian pakai saat ini.”
• Bagikan lidi bintang pada anak-anak yang hadir. Minta mereka memasukkan pada kantong absensinya.
• Setelah selesai, minta mereka merapikan pensil dan krayon membuang sampah pada tempatnya, merapikan meja dan kursi lalu mencuci tangan. Biarkan mereka melakukan sendiri semampu mereka dan pujilah sikap mereka yang rajin membantu.
• Ajak mereka menyanyikan sebuah lagu doa, lalu minta mereka menirukan doa yang Anda pimpin. Berdoalah agar anak-anak dapat melihat orang-orang yang sedang kesusahan di sekitar mereka dan agar anak-anak dapat dipakai Tuhan menolong mereka yang sedang dalam kesusahan.
• Saat pulang bersalaman, katakan, “Selamat siang, selamat melayani sesama.”
Matius 25:31-46
Mengarahkan murid Sekolah Minggu untuk menanggapi pengajaran bahwa tindakan kepada orang-orang yang kesusahan pada masa kini akan dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.
…yang kamu lakukan untuk seorang yang paling hina, kamu telah melakukannya untuk Aku.
Matius 25:40
Murid Sekolah Minggu menanggapi pengajaran bahwa tindakan kepada orang-orang yang kesusahan pada masa kini akan dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.
1. Murid dapat memilih gambar sikap yang benar ketika melihat orang lain yang sedang kelaparan.
2. Murid dapat menjawab ‘ya” atas pertanyaan “Apakah kamu mau selalu peduli dan melayani sesama yang kesusahan?”
3. Murid dapat mendukung (dengan ikut senang dan menolong) orang tuanya yang memberi bantuan pada orang yang sedang dalam kesusahan.
• Siapkan beberapa rekaman suara hewan.
• Alkitab; Metode Bercerita: Papan tulis, gambar Tuhan Yesus, gambar beberapa domba, gambar beberapa kambing.
• Lembar murid dan pensil.
• Lembar murid; kertas cover yang sudah ada gambar domba, kapas, lem kertas.
• Kantong persembahan; Kantong absensi dan lidi bintang sejumlah anak.
Intisari Nas: Hal pertanggungjawaban di akhir zaman adalah tindakan kita terhadap orang-orang yang memerlukan saat ini.
Ayat 31 33. Pertama, bagian ini menunjukkan Yesus sebagai Hakim pada akhir zaman (bdk. Yoh 5:22). Bahwa Yesus akan menjadi Hakim pada akhir zaman, menunjukkan bahwa Ia juga adalah Allah sendiri. Kedua, yang dihakimi adalah ‘semua bangsa’ (ayat 32). Jadi, berbeda dengan Mat. 25:1 13 dan Mat. 25:14 30 yang berhubungan hanya dengan gereja, maka Mat. 25:31 46 berhubungan dengan seluruh umat manusia (bdk. Why. 20:11 15). Jadi, Kristus bukan hanya menghakimi orang kristen saja, atau orang Yahudi saja, tetapi seluruh umat manusia, dari bangsa dan agama apa pun juga! Ketiga, Seluruh umat manusia yang dihakimi itu dipisah menjadi hanya dua grup saja: i) Domba, yaitu orang benar/diberkati (ay. 34, 37, 46). Ini menunjuk kepada orang kristen yang sejati, karena setiap orang yang percaya kepada Yesus dibenarkan/ dianggap sebagai orang benar oleh Allah dan karena itu disebut sebagai orang benar. “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus” (Roma 5:1). ii) Kambing, yaitu orang terkutuk (ay. 41). Ini jelas menunjuk pada orang yang non Kristen dan orang Kristen KTP. Perhatikan bahwa tidak ada grup yang ke 3 (orang yang setengah Kristen, orang yang kadang kadang saja Kristen, dsb)! Mengapa? Karena tempatnya hanya 2, yaitu surga dan neraka! Ayat 34-40. Mereka yang berada di sebelah kanan mendapatkan sambutan dan pahala yang luar biasa dari Sang Raja (ayat 34). Respons positif ini berhubungan dengan perbuatan baik yang mereka lakukan terhadap Sang Raja. Secara lebih khusus, perbuatan baik ini dijelaskan dalam ayat 40.
Siapa yang dimaksud dengan saudara yang paling hina dalam konteks ini? Sebagian penafsir memahami ungkapan ini sebagai rujukan pada semua orang yang membutuhkan pertolongan, sedangkan sebagian lain mengaitkan ini dengan para pengikut Yesus Kristus.
Jenis perbuatan baik yang disebutkan di sini menyiratkan bahwa orang yang menerima pertolongan merupakan orang-orang yang dianggap hina oleh dunia (ayat 40 “yang paling hina ini”). Tidak memiliki makanan, minuman dan pakaian (ayat 35-36), ketika sakit. Begitu pula ketika orang miskin dan asing berada dalam penjara. Bagi para pengikut Yesus, situasi ini bukan sumber aib, melainkan kesempatan berbuat baik.
Penjelasan di atas sekilas memberi kesan bahwa perbuatan baik seseorang menentukan kehidupan kekalnya. Keselamatan tampaknya ditentukan oleh perbuatan baik. Benarkah perbuatan baik kepada orang Kristen membuat seseorang layak memiliki kehidupan kekal? Sama sekali tidak! Perhatikan, mereka yang menerima kerajaan ini justru bingung dan terkejut (ayat 37-39). Jika mereka dari awal sudah memaksudkan semua kebaikan itu sebagai sarana untuk mendapatkan keselamatan atau pahala, mereka mungkin tidak akan terkejut dengan hasilnya. Kebingungan dan keterkejutan mereka sangat mungkin menyiratkan bahwa perbuatan baik itu hanyalah gaya hidup mereka sehari-hari yang sudah diubah oleh Kristus. Mereka tidak pernah mengharapkan balasan dari setiap kebaikan yang mereka lakukan.
Ayat 41-46. Dalam banyak hal bagian ini hanyalah kebalikan (kontras) dari ayat 34-40. Yang satu disambut (ayat 34, “Mari”), yang lain diusir (ayat 41, “enyahlah”). Yang satu diberkati (ayat 34), yang lain dikutuk (ayat 41). Yang satu menerima warisan kerajaan (ayat 34), yang satu menerima hukuman (ayat 41). Yang satu peduli pada orang lain yang hina (ayat 35-36), yang lain tidak peduli (ayat 42-43).
Yang perlu digarisbawahi di ayat 41-46 adalah jenis dosa yang dilakukan. Mereka yang tergolong pada kambing sebenarnya bukan orang-orang jahat. Mereka tidak menindas atau menyengsarakan kaum yang lemah. Mereka hanya tidak peduli. Dengan kata lain, dosa mereka bukan melakukan sesuatu, tetapi lebih ke arah tidak melakukan sesuatu. Dalam bahasa yang lebih sederhana, dosa mereka bersifat pasif. Mereka tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan.
Tidak melakukan sesuatu juga menjadi dosa yang serius karena hal itu seringkali menyiratkan kecondongan dan sikap hati seseorang. “Tidak ada waktu untuk melakukan sesuatu” seringkali berarti “tidak ada hati untuk melakukannya.” Ini bukan urusan waktu, tetapi prioritas hidup. Ini bukan tentang durasi, tetapi orientasi hati. (https://rec.or.id/peduli-pada-yang-hina-matius-2531-46)
• Selalu datanglah 5-10 menit sebelum murid Anda datang. Sambutlah semua anak dengan gembira. Sambutan bisa dengan sebuah nyanyian yang Anda ciptakan sendiri atau dari buku lagu Sekolah Minggu. Sisipkan nama anak-anak dalam lagu yang Anda nyanyikan. Seperti lagu “Selamat Pagi” (ASM, No. 2)
•
Permainan “Tebak Suara Hewan”
◊ Permainan tebak suara akan disukai anak-anak. Dengan berhasil menebak membuat mereka merasa bangga karena merasa punya pengetahuan tentang aneka suara.
◊ Guru sudah menyiapkan beberapa rekaman suara hewan, misalnya suara gonggongan anjing, suara kicauan burung, suara kucing, suara domba, suara kambing, suara ayam, suara bebek, suara harimau, dsb. Pastikan suara bisa terdengar dengan jelas, tetapi cukup lembut tidak memekakkan telinga anak.
◊ Minta anak-anak mendengarkan dengan baik suara yang Anda putarkan. Mereka akan menebak nama hewan dari suara tersebut. Di akhir permainan, putarlah kembali semua rekaman suara tersebut dan mereka akan menebak kembali.
• Ajak/ajarkan mereka menyanyikan lagu “Rumahku Ada Di Dalam Sorga” (NAA, No.183/ https:// youtu.be/Eq7Tw592ESI). Katakan bahwa surga adalah suatu tempat bagi orang-orang yang percaya pada Tuhan Yesus. Suatu saat Tuhan Yesus akan datang kembali dan membawa kita ke sana.
• Lalu ajak pula mereka menyanyikan lagu “Jalan Yang Bahagia” (sudah diajarkan Minggu yang lalu) Katakan anak-anak Tuhan hendaknya memiliki kasih, suka menolong dan mau bermain dengan siapa saja.
• Bersama anak-anak nyanyikanlah sebuah lagu persiapan doa, lalu pimpinlah mereka dalam doa mendengarkan Firman Tuhan. Anak-anak bisa meniru doa Anda setiap dua kata.
Hallo anak-anak, sudahkah kalian melaksanakan tugas Minggu yang lalu yaitu melakukan pelayanan kepada orang yang kesusahan di sekitar kita? Coba sejenak kita akan mendengarkan cerita dari masing-masing kalian bagaimana berkunjung kepada orang yang sedang dalam kesusahan, ya … (guru bisa minta satu atau dua orang bercerita/guru bisa melakukan wawancara dengan anak).
Minggu yang lalu kita sudah belajar bahwa jika kita melakukan pelayanan kepada orang-orang yang sedang dalam kesusahan berarti kita melakukan ibadah yang sejati/ ibadah yang murni.
Saat ini Firman Tuhan juga masih menasihati kita untuk senantiasa peduli dan melayani orangorang di sekitar kita yang sedang dalam kesusahan.
Anak-anak, melakukan pelayanan kepada orang-orang yang sedang kesusahan itu sangat penting karena suatu saat semua itu akan dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Kapan? Yaitu pada saat Tuhan Yesus datang kembali ke bumi.
Tuhan Yesus pernah berkata, suatu saat Ia akan datang kembali sebagai Raja di dalam kemuliaan bersama para malaikat-Nya. (Tempelkan gambar Tuhan Yesus di papan tulis, sebelah atas). Di saat itulah Tuhan Yesus akan menghakimi semua manusia berdasarkan segala sesuatu yang manusia lakukan kepada sesama. Semua manusia yang dihakimi akan dipisah menjadi dua, yaitu kelompok domba, di sebelah kanan Tuhan Yesus (tempelkan gambar domba di sebelah kanan bawah gambar Tuhan Yesus) dan kelompok kambing, di sebelah kiri Tuhan Yesus (tempelkan gambar kambing di sebelah kiri bawah gambar Tuhan Yesus…).
Kelompok domba adalah … (lanjutkan bercerita seperti di lembaran murid)
Anak-anak, jika selama ini kita belum pernah peduli dan melayani sesama yang sedang dalam kesusahan, mulai saat ini kita melakukannya. Ketika kita melayani dan mengasihi mereka yang kesusahan, kita juga sedang melayani dan mengasihi Tuhan Yesus. Ingatlah, apa yang kita lakukan saat ini suatu saat akan dipertanggungjawabkan kepada Tuhan.
• Bagikan lembaran murid dan pensil. Arahkan mereka untuk memilih gambar manakah sikap yang mereka setujui jika melihat ada orang kelaparan. Juga arahkan mereka untuk menjawab ‘ya” atas pertanyaan “Apakah kamu mau selalu peduli dan melayani sesama yang kesusahan?”
• Tunjukkanlah kolom “Tugas Kemitraan dengan Orang Tua” yang ada di lembaran murid. Bacakan tugas mereka dalam Minggu ini. Ingatkan mereka untuk minta paraf orang tua, dan dibawa Minggu depan untuk mendapat paraf guru SM.
• Ajak anak-anak mengucapkan ayat hafalan dengan mengulang setiap dua kata hingga selesai, kemudian setiap tiga kata hingga selesai, kemudian setiap empat kata hingga selesai dan kemudian semua kalimat hingga mereka hafal.
• Membuat “Kolase domba dengan kapas.”
◊ Bagikan kepada masing-masing anak: kertas cover yang sudah ada gambar domba, kapas, lem kertas. Ajarkan anak-anak untuk membuat bulatan-bulaan kecil dari kapas. Setelah cukup banyak, minta mereka menempelkan bulatan kapas tersebut di tubuh domba. Setelah selesai, anak-anak yang sudah bisa menulis dapat menulis ayat hafalan hari ini di bawah kolase domba. Yang belum bisa menulis, dapat dituliskan oleh guru. Beri pujian pada semua anak yang sudah menyelesaikan tugasnya.
• Tunjukkan gambar pada lembaran murid. Jelaskan mengenai gambar tersebut. Jika masih ada waktu, anak-anak bisa mewarnai gambar di kelas. Jika tidak, bisa di rumah dan akan dinilai minggu yang akan datang.
• Minta seorang anak mengedarkan kantong persembahan, anak-anak yang lain bisa mengiringi dengan sebuah lagu persembahan.
• Bagikan lidi bintang pada anak-anak yang hadir. Minta mereka memasukkan pada kantong absensinya.
• Setelah selesai, minta mereka merapikan pensil dan krayon membuang sampah pada tempatnya, merapikan meja dan kursi lalu mencuci tangan. Biarkan mereka melakukan sendiri semampu mereka dan pujilah sikap mereka yang rajin membantu.
• Ajak mereka menyanyikan sebuah lagu doa, lalu minta mereka menirukan doa yang Anda pimpin. Berdoalah agar anak-anak dapat selalu peduli pada orang-orang yang sedang kesusahan di sekitar mereka. Saat pulang bersalaman, katakan, “Selamat siang, selamat melayani sesama.”
Galatia 6:1-10
Mengarahkan murid Sekolah Minggu untuk melakukan suatu tindakan membantu teman seiman lainnya.
… marilah kita berbuat baik … terutama kepada kawan-kawan kita seiman.
Murid Sekolah Minggu melakukan suatu tindakan membantu teman seiman lainnya.
1. Murid dapat mempraktikkan sikap berbuat baik pada sesama anggota gereja yang sakit dengan membuatkan dan memberi kartu ucapan “semoga lekas sembuh.”
2. Murid dapat mempraktikkan dalam hidup sehari-hari sikap berbuat baik pada kawan-kawan seiman.
• Ember berisi batu bata, tongkat pramuka.
• Alkitab; Metode: menonton Video (bisa memakai hp, laptop atau layar LCD); Bercerita.
• Lembar murid, kertas cover putih, spidol, krayon, pensil. Guru sudah membuat contoh kartu ucapan (lihat contoh lampiran dua)
• Lembar murid; Krayon.
• Kantong Persembahan; Kantong absensi dan lidi bintang sejumlah anak.
Intisari Nas: Rasul Paulus memberikan ajaran supaya murid Yesus saling membantu dan terutama kepada teman seiman.
Ayat 2. Kata “beban” yang digunakan di sini merujuk pada suatu beban yang berat untuk dipikul, bukan beban yang ringan atau biasa. Nasihat Rasul Paulus di ayat ini masih berhubungan dengan pasal 5:13-14 yaitu supaya jemaat saling melayani seorang akan yang lain oleh kasih sesuai dengan perintah utama dari hukum Taurat, ”Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!” Perintah tersebut dapat dilakukan, bukan karena mereka sanggup, tetapi karena Kristus telah menebus dan memerdekakan mereka dari kutuk dan kuk perhambaan hukum Taurat (3:13; 5:1). Melalui iman, mereka menerima Roh Kudus yang memampukan mereka untuk hidup menurut Roh, bukan lagi menuruti keinginan daging. Salah satu bentuk hidup menurut Roh adalah hidup saling bertolong-tolongan, hidup yang tidak bersifat egosentris, tetapi hidup yang seperti hidup Kristus yang selalu berorientasi mengasihi dan melayani orang lain. Itulah yang Paulus maksudkan dengan “memenuhi hukum Kristus”.
Tidak disebutkan secara spesifik beban apa yang dimaksud. Beban tersebut bisa berupa kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan seorang jemaat, yang mana perlu ditanggung bersama dengan cara memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut (Pasal 6:1). Bisa juga bersifat lebih luas (pasal 6:9-10), yaitu berbagai beban yang dirasakan dan dialami dalam kehidupan pada umumnya.
Ayat 3-5. Paulus menasihati lebih lanjut agar jangan ada orang yang merasa dirinya sangat penting dan berarti sehingga tidak peduli dengan keadaan saudara seiman yang perlu ditolong. Atau merasa diri lebih benar dan lebih baik dengan membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain, sehingga jatuh pada sikap sombong dan menghakimi. Sebaliknya, Paulus mengingatkan jemaat di Galatia agar memiliki perspektif diri yang benar. Yaitu hendaklah setiap orang melihat dirinya tidak lebih penting dari orang lain. Setiap orang dalam jemaat saling membutuhkan satu dengan yang lain. Namun tiap-tiap orang harus menyadari bahwa ia juga mempunyai tanggung jawab terhadap hidupnya sendiri. “Tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri” (ay. 5), berarti masing-masing harus bertanggung jawab di hadapan Tuhan atas berkat, kesempatan, juga tantangan dan kesulitan yang Tuhan berikan untuk dipikul. Kata “tanggungan” di sini berbeda dengan “beban” di ayat 2. Istilah yang digunakan di ayat 5 merujuk pada barang bawaan yang biasanya dibawa oleh masing-masing prajurit di punggungnya saat berjalan. Jadi masing-masing harus membawanya, tidak bisa dibawakan oleh orang lain.
Ayat 8. Pada bagian akhir dari perikop ini, Paulus menjelaskan suatu prinsip universal dalam dunia agrikultur, yaitu hukum menabur dan menuai. Apa yang ditabur, itu yang akan dituai. Menanam benih tomat, yang keluar pasti tomat, tidak mungkin jagung. Barangsiapa menabur dosa, ia akan menuai kebinasaan dari dosanya. Tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal (ay. 8). Dalam hukum tabur tuai, prinsip yang kedua adalah, selalu ada masa menunggu antara menabur hingga waktu menuai. Karena itu Paulus menasihatkan agar kita jangan jemu-jemu berbuat baik. Akan tiba masa panen. Tetapi sebelum itu terjadi, jangan kita putus asa lalu berhenti melakukan apa yang baik. Seorang petani yang baik harus terus memastikan agar tanamannya mendapat air yang cukup. Ia juga perlu mencabuti tumbuhan liar di sekitarnya dan membersihkan area tanamnya dari berbagai gangguan lainnya, sambil sabar menunggu tibanya waktu menuai. Hal itu terus dilakukan sampai akhirnya tiba menikmati hasil panen.
Ayat 9-10. Dalam situasi saat ini, sebagai jemaat kita dipanggil untuk menyatakan kasih melalui bertolong-tolongan menanggung beban, berbuat baik selama masih ada kesempatan, khususnya kepada saudara-saudara kita seiman. Baik dalam konteks jemaat lokal, maupun lingkup yang lebih kecil. Kita dapat saling menanyakan kabar lewat telepon atau WA, sharing beban pergumulan dan saling mendoakan. Kita juga bisa saling mengingatkan dan menasihati, memberikan dorongan semangat untuk terus berpengharapan di tengah situasi saat ini. Kita juga bisa memberi bantuan yang bersifat material untuk saudara seiman yang mengalami kesulitan dan membutuhkan. Atau dengan cara-cara dan bentuk lainnya. Pasti ada pengorbanan
untuk melakukannya, baik tenaga, waktu, uang, pemikiran. kenyamanan, dan sebagainya. Apa yang dilakukan dan diberikan mungkin sederhana. Tetapi benih yang baik yang kita tabur dalam ketaatan dan kesetiaan, tidak akan pernah sia-sia.
• Selalu datanglah 5-10 menit sebelum murid Anda datang. Sambutlah dengan semangat dan sukacita. Bertanyalah tentang kegiatan mereka dalam minggu ini. Jadilah pendengar yang baik dan memberi respons yang baik atas cerita yang disampaikan anak-anak. Jangan mengharapkan anak-anak akan mendengar Anda, jika Anda sendiri tidak dapat mendengarkan mereka.
• Bermain peran “saling membantu”
◊ Ajaklah anak-anak ke halaman. Siapkanlah sebuah ember berisi batu bata (perkirakan cukup berat diangkat oleh anak Indria). Minta masing-masing anak mempraktikkan mengangkat ember tersebut. Setelah semuanya mencoba, tanyakan apakah terasa berat jika diangkat sendirian? Apakah mereka membutuhkan bantuan orang lain? Lalu tunjukkan sebuah tongkat (seperti tongkat pramuka). Mintalah mereka berdiri berpasangan. Guru akan meminta masing-masing pasangan untuk mengangkat ember tersebut bersama dengan bantuan tongkat tersebut. Setelah semuanya mencoba, tanyakanlah apakah masih terasa berat jika dibanding sebelumnya? Selanjutnya beri sedikit penjelasan bahwa kita semua hendaknya bisa saling membantu jika ada yang membutuhkan pertolongan.
• Ajak/ajarkan mereka menyanyikan lagu “Ku Cinta K’luarga Tuhan” (SNP, No.519). Katakan keluarga Tuhan adalah orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Keluarga Tuhan hendaknya selalu hidup rukun, saling mengasihi, saling menolong, karena itulah yang diajarkan oleh Tuhan Yesus.
• Bersama anak-anak nyanyikanlah sebuah lagu persiapan doa, lalu pimpinlah mereka dalam doa mendengarkan Firman Tuhan. Anak-anak bisa meniru doa Anda setiap dua kata.
(Mintalah anak-anak duduk dengan manis karena mereka akan menonton sebuah video animasi untuk selalu berbuat baik. Sumber: https://youtu.be/xNX36bT9nEs. Putarlah dua kali supaya anak-anak bisa memahami ceritanya dengan baik).
Nah, anak-anak dalam cerita tadi, siapa yang berbuat baik? (Anjing dan Bangau); Anjing berbuat baik dengan cara apa? (memberi cacing untuk induk bangau) Mengapa anjing mau berbuat baik? (karena kasihan pada anak-anak bangau yang kelaparan dan minta makan cacing); Apakah bangau juga berbuat baik, apa buktinya? (ya, dia mengambilkan ikan untuk si anjing) Anak-anak, dari video yang sudah kita saksikan bersama, kita bisa melihat betapa indahnya ketika anjing berbuat baik kepada burung. Coba bayangkan jika anjing tidak mau berbuat baik. Maunya bertengkar saja.
Anak-anak, pernahkah kalian berbuat baik pada temanmu? Sebaliknya, pernahkah temanmu juga berbuat baik pada kalian? Bagaimana perasaanmu saat bisa berbuat baik pada teman? Ya, betapa indahnya jika semua makhluk hidup selalu berbuat baik pada sesamanya. Apalagi semua makhluk hidup pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri, mereka pasti membutuhkan bantuan orang lain.
Alkitab selalu mengajarkan kepada kita anak-anak Tuhan untuk berbuat baik kepada semua orang. Dua minggu berturut-turut kita sudah diajarkan untuk peduli pada sesama yang sedang mengalami penderitaan/ kesusahan, bukan? itu adalah bentuk perbuatan baik kita kepada sesama.
Seperti hari ini, Rasul Paulus memberi nasihat kepada kita agar… (Lanjutkan bercerita seperti di lembaran murid)
Anak-anak, marilah kita belajar lebih memperhatikan kawan-kawan kita seiman. Mungkin ada yang memerlukan bantuanmu. Misalnya ada yang sakit, hiburlah. Ada yang ingin bermain mainanmu, pinjamkanlah. Ada yang menangis, hiburlah. Ada yang keberatan membawa barang, bantulah. Ada yang tidak punya makanan, bagikanlah makananmu. Ada yang tidak punya pensil, pinjamkanlah. Ada yang capek menyapu, bantulah. Dan masih banyak contoh yang bisa kamu lakukan untuk berbuat baik.
• Kepada masing-masing anak bagikanlah: kertas cover putih, spidol, krayon, pensil. Bimbinglah mereka untuk membuat sebuah kartu ucapan “semoga lekas sembuh.” (Tunjukkanlah contoh kartu yang Anda buat kepada mereka). Katakan, kartu ini akan diberikan kepada si A, Si B, dst. (carilah informasi mereka yang sakit di gereja Anda). Jelaskan bahwa dengan membuat kartu ucapan ini juga adalah bentuk perbuatan baik kepada kawan-kawan kita seiman yang sedang sakit.
• Tunjukkanlah kolom “Tugas Kemitraan dengan Orang Tua” yang ada di lembaran murid. Bacakan tugas mereka dalam Minggu ini. Ingatkan mereka untuk minta paraf orang tua, lalu dibawa Minggu depan untuk mendapat paraf guru SM.
• Ajaklah anak-anak menghafalkan ayat hafalan dengan gerakan. Minta mereka berdiri melingkar bersama guru. “Marilah kita” (kedua tangan seperti mengajak teman), “berbuat baik” (kedua jempol diacungkan), “terutama kepada kawan-kawan kita seiman” (tangan kiri dan kanan saling bergandengan dengan teman), “Galatia 6:10” (saat angka, tunjukkan dengan jumlah jari).
• Bagikan krayon pada anak-anak. Tunjukkan gambar pada lembaran murid. Jelaskan mengenai gambar tersebut. Anak-anak bisa mewarnai gambar. Jika sudah selesai akan mendapatkan nilai dari guru.
•
Minta seorang anak mengedarkan kantong persembahan, anak-anak yang lain bisa mengiringi dengan sebuah lagu persembahan.
• Bagikan lidi bintang pada anak-anak yang hadir. Minta mereka memasukkan pada kantong absensinya.
•
Setelah selesai, minta mereka merapikan pensil dan krayon membuang sampah pada tempatnya, merapikan meja dan kursi lalu mencuci tangan. Biarkan mereka melakukan sendiri semampu mereka dan pujilah sikap mereka yang rajin membantu.
• Ajak mereka menyanyikan sebuah lagu doa, lalu minta mereka menirukan doa yang Anda pimpin. Doakan anak-anak agar terus berbuat baik kepada semua orang terutama kepada kawan-kawan seiman. Berdoalah dengan bahasa yang sederhana sehingga dapat dimengerti oleh mereka. Saat pulang bersalaman, katakan, “Selalu berbuat baik, ya. Tuhan Yesus memberkati.”
Lukas 1:26-38
Mengarahkan murid Sekolah Minggu mendapat pengertian tentang keberadaan dirinya sebagai hamba Tuhan yang taat kepada perintah-Nya.
…aku ini… hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.
Lukas 1:38
Murid Sekolah Minggu memahami keberadaan dirinya sebagai hamba Tuhan yang taat kepada perintah-Nya.
1. Murid dapat menyebutkan keberadaan dirinya dan sikap yang harus ditiru dari Maria.
2. Murid dapat memberi beberapa contoh pesan/ perintah Tuhan yang harus di taati.
• Buatlah Puzzle “gambar Malaikat Gabriel menjumpai Maria” (carilah di internet, download, lalu print) Potonglah gambar tersebut menjadi sembilan bagian saja.
• Alkitab; Metode: Drama Tablo (mintalah dua anggota gereja/ rekan guru Sekolah Minggu berperan sebagai Maria dan malaikat. Mereka akan menampilkan drama tablo. Siapkan juga kostum yang akan dipakai).
• Lembar murid dan pensil.
• Lembar murid; sejumlah anak: kertas cover, gunting, gambar Maria dan malaikat (copy dari lembaran murid), dan lem.
• Kantong persembahan; Kantong absensi dan lidi bintang sejumlah anak.
Intisari Nas: Maria menyadari dirinya sebagai hamba Tuhan dan bersedia dipakai menjadi alat atau sarana kelahiran Juru Selamat.
Ayat 26. ‘Bulan keenam’ adalah bulan keenam setelah malaikat datang kepada Zakharia atau bulan keenam setelah Elisabet mulai mengandung (band. ayat 36b). Ini menunjukkan bahwa usia Yesus lebih muda sekitar 6 bulan dari Yohanes Pembaptis. Tentu saja dalam hal ini Yesus ditinjau sebagai manusia! Sebagai Allah, Ia kekal dan lebih tua dari siapapun.
Ayat 27. Kata Yunani yang diterjemahkan ‘perawan’ adalah ‘parthenos’ dan kata ini tidak pernah digunakan untuk menunjuk kepada perempuan yang sudah menikah. Di samping itu, kata-kata Maria dalam ayat 34, ‘aku belum bersuami’, terjemahan hurufiahnya adalah seperti yang diberikan oleh KJV, yaitu: ‘I know not a man’ (aku tidak tahu/kenal laki-laki). Ini jelas menunjukkan bahwa ia betul-betul masih perawan. Kalau Yesus tidak dilahirkan oleh seorang perawan yang mengandung dari Roh Kudus, tetapi dari pernikahan biasa atau dari perzinahan, maka nubuat Firman Tuhan dalam Yes. 7:14 tidak tergenapi.
Ayat 28. ‘Salam, hai engkau yang dikaruniai’. Kata Yunani yang dipakai adalah ‘kecharitomene’. Perhatikan adanya kata ‘charis’ (grace/kasih karunia), yaitu sesuatu yang ada pada Allah yang menyebabkan Ia memberikan karunia kepada orang yang tidak layak untuk menerimanya. Karena itu Calvin menafsirkan bahwa kata Yunani ini menunjuk pada undeserved favour of God (kebaikan dari Allah yang tidak layak didapatkan). Semua ini menunjukkan bahwa Maria tidak layak menerima karunia ini dan ini jelas menunjukkan bahwa Maria itu bukannya suci murni tanpa dosa.
Ayat 30-33. Gabriel memberitakan kelahiran Yesus. Kalimat ‘engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah’ (ayat 30b), ini lagi-lagi menunjukkan bahwa Maria sebetulnya tidak layak menerima anugerah itu.
‘… akan disebut Anak Allah’ (ayat 32). Ini tak berarti bahwa sebelum jadi manusia Yesus bukanlah Anak Allah. Artinya: dulu Ia sudah/adalah Anak Allah, lalu Ia menjadi manusia dan manusia akan tahu dan mengakui atau menyebut-Nya sebagai Anak Allah. Bahwa Yesus akan menjadi besar dan mewarisi tahta Daud (ayat 32), merupakan penggenapan dari nubuat dalam Yesaya 9:5-6. Dalam Perjanjian Lama dikatakan bahwa kerajaan Daud tidak akan berakhir (2 Samuel 7:12-16). Penggenapan nubuat ini ada dalam diri Yesus.
Ayat 34. Kelihatannya reaksi Maria ini sama dengan reaksi Zakharia dalam Lukas 1:18. Tetapi Maria tidak dihukum, dan ini menunjukkan bahwa Maria mempunyai sikap hati yang berbeda.
Ayat 35-37. Jawaban Gabriel dalam ayat 35, menjelaskan bahwa Maria yang masih perawan itu bisa mengandung adalah karena Roh Kudus. Penjelasan Gabriel memang tidak tuntas. Maria tidak harus mengerti semua, tetapi harus percaya dan tunduk. Gabriel melanjutkan dengan mengatakan bahwa karena Maria mengandung karena Roh Kudus, maka ‘anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah’ (ayat 35b). -- ini menunjukkan bahwa karena Maria mengandung dari Roh Kudus, maka Yesus lahir kudus/suci. Ia adalah satu-satunya manusia yang lahir tanpa dosa asal. Kalau tidak demikian, Ia tidak bisa menjadi Penebus dosa kita.
Ayat 36. Ini suatu tanda bagi Maria. Tuhan bisa membuat Elisabet yang sudah tua dan mandul itu mengandung. Karena itu Tuhan juga bisa membuatnya mengandung, sekalipun ia masih perawan.
Ayat 38. Ketundukkan Maria. Bagi Maria ketundukkan atau penyerahannya ini mempunyai risiko tinggi, yaitu: kesalahpahaman Yusuf (band. Matius 1:18-19). Kesalahpahaman, ejekan dan hinaan dari orangorang di sekitarnya, bahkan dari keluarganya sendiri. Kemungkinan ia akan dihukum mati berdasarkan hukum Perjanjian Lama dalam Ulangan 22:20-21. Tetapi Maria tetap tunduk/taat dan tidak membantah. Ini menunjukkan iman yang hebat. Calvin berkata, "Ini merupakan bukti nyata dari iman, kalau kita mengekang pikiran kita, dan menaklukkannya, sehingga tidak berani menjawab ini atau itu kepada Allah: karena keberanian dalam berbantah adalah ibu dari ketidakpercayaan.
• Selalu datanglah 5-10 menit sebelum murid Anda datang. Sambutlah setiap anak dengan senyum yang tulus. Selalu sebutlah nama anak sehingga mereka merasa disambut secara pribadi, seperti, “Selamat pagi Nadia.” Ajak mereka bercakap-cakap dengan memberi pertanyaan yang menuntut jawaban (bukan anggukkan kepala/mengangkat tangan saja) sehingga mereka belajar berani berbicara dengan orang lain, seperti, “Pagi tadi siapa yang membangunkan Nadia?”, “Setelah bangun tidur apa yang Nadia lakukan?”, dsb.
• Bermain ”Puzzle”
◊ Bagikan kepada masing-masing anak 1 amplop berisi potongan-potongan puzzle. Mintalah anakanak mencocokan sampai akhirnya tersusun sempurna. Setelah semua anak telah selesai, tanyakan gambar siapakah yang kalian lihat? (gambar Maria dan Malaikat Gabriel).
• Sejak Minggu ini mulailah mengajak anak-anak menyanyikan lagu-lagu Natal. Mulai pikirkanlah lagu-lagu Natal apa yang akan dikuasai anak-anak sehingga dapat dinyanyikan dan bisa juga dipersembahkan dalam acara Natal Sekolah Minggu di gereja Anda. Ciptakanlah gerakan-gerakan dalam menyanyikan lagu natal tersebut. Lagu Natal seperti: “Malam Natal Sungguh Indah” (NAA, No. 73). Sebelum menyanyi, katakan bahwa mereka sudah masuk bulan merayakan Natal. Lalu jelaskan sedikit apa arti Natal.
• Bersama anak-anak nyanyikanlah sebuah lagu persiapan doa. Mintalah seorang anak yang cukup berani untuk maju ke depan untuk memimpin doa. Anak bisa langsung memimpin doa. Bisa juga guru berdoa, lalu anak tersebut meniru.
Anak-anak, pernahkah kalian kedatangan tamu tetapi tamu tersebut tidak mengetuk pintu terlebih dahulu. Tahu-tahu sudah ada di depanmu. Bagaimana reaksimu? (tunggu respons anak-anak). Ya, pasti kalian sangat kaget/terkejut, bukan? Nah, sama dengan seseorang dalam cerita yang akan ibu sampaikan nanti, dia juga cukup kaget/terkejut dengan kedatangan seorang tamu yang tidak mengetuk pintu terlebih dahulu. Tahu-tahu sudah ada di depannya. Siapakah dia? Ayo, duduk manis, kita mendengar ceritanya melalui drama tablo berikut ini, ya …
(drama tablo adalah drama yang lebih mengutamakan gerak di mana para pelakon drama tidak mengucapkan dialognya tetapi cukup dengan melakukan gerakan-gerakan. Guru sebagai pencerita dan tokoh drama, yaitu Maria dan malaikat akan melakukan gerakan-gerakan saja. Guru sebagai pencerita hendaknya dapat mengubah suara saat tokoh sedang berbicara. Tokoh malaikat memakai suara lakilaki yang tegas, dan tokoh Maria memakai suara wanita yang lembut).
Guru : Anak-anak yang dikasihi Tuhan, di sebuah kota kecil yang bernama Nazaret, tinggallah seorang perempuan yang penyayang, baik hati, dan mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh. Perempuan itu belum bersuami, hanya sudah bertunangan. Perempuan itu bernama Maria. (Maria tampil dipanggung, sedang sibuk bekerja)
Pada suatu ketika, saat Maria sedang sendirian di rumahnya, ia kedatangan seorang tamu yang tidak mengetuk pintu terlebih dahulu, namun tiba-tiba sudah ada di depannya. Malaikat: (datang tiba-tiba di depan Maria) “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.”
Guru : Maria sangat terkejut, namun ia segera sadar bahwa yang menjumpainya adalah seorang malaikat. Karena tamu itu terlihat berbeda dari tamu yang lain. Ia nampak bercahaya dan memakai jubah yang sangat putih. Maria lalu bertanya dalam hatinya, Maria : (dengan suara berbisik) “Apakah arti salam itu?”
Guru : Malaikat sudah tahu apa isi hati Maria. Lalu malaikat berkata kepadanya: Malaikat: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau dikasihi Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia, Yesus.”
Guru : Maria semakin terkejut lagi mendengar ucapan malaikat yang memberitahukan bahwa ia akan mengandung. Jadi Maria bertanya kepadanya:
Maria : “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?”
Guru : Lalu malaikat menjelaskan kepada Maria:
Malaikat: “Roh Kudus akan turun atasmu, dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kau lahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.”
Guru : Setelah Maria mengerti bahwa bayi yang akan dikandungnya adalah dari Roh Kudus, Maria pun menjawab:
Maria : “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”
Guru : Setelah mendengar jawaban Maria, malaikat itu meninggalkan Maria (Malaikat meninggalkan Maria)
Nah anak-anak, dari cerita drama tadi, siapakah yang datang menemui Maria? (tunggu respons anak) Betul sekali, Malaikat Gabriel. Dia adalah utusan Allah untuk menyampaikan sebuah pesan kepada Maria. Apakah pesan Allah kepada Maria? (tunggu respons anak) Yaitu Maria akan mengandung dan melahirkan bayi Yesus, Anak Allah. Apakah Maria mau menerima tugas dari Allah atau sebaliknya dia tidak mau? (tunggu respons anak) Ya. Maria mau. Maria berkata Ia adalah seorang hamba Tuhan. Seorang hamba sudah seharusnya taat kepada tuannya. Jadi Maria mau taat pada apa pun yang dikatakan oleh Tuhan Allah. Meskipun sebenarnya Maria takut dan kuatir karena ia belum bersuami. Namun Maria tahu Tuhan Allah pasti akan menolongnya kelak.
Anak-anak, seperti Maria yang sungguh taat kepada Tuhan Allah, maka hendaknya kita juga demikian. Hendaknya kita menjadi hamba-hamba Tuhan yang taat kepada perintah-perintah Tuhan. Apa saja perintah Tuhan untuk kita? Seperti Tuhan ingin kita menjadi anak yang suka menolong, menjadi anak yang berbicara sopan, menjadi anak yang mau berteman dengan siapa saja, menjadi anak yang rajin berdoa dan membaca Firman-Nya, menjadi anak yang suka melayani di gereja, dan lain sebagainya.
• Kepada masing-masing anak bagikanlah lembaran murid dan pensil. Arahkan murid untuk menulis jawaban dengan menebalkan hurufnya. Selanjutnya bacalah bersama murid.
• Tunjukkanlah kolom “Tugas Kemitraan dengan Orang Tua” yang ada di lembaran murid. Bacakan tugas mereka dalam minggu ini. Ingatkan mereka untuk minta paraf orang tua, lalu dibawa Minggu depan untuk mendapat paraf guru SM. Demikian pula ingatkan untuk membaca Alkitab setiap hari.
• Ajaklah anak-anak menghafalkan ayat hafalan dengan gerakan. “…aku ini… hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lukas 1:38
• Guru belajarlah membuat Pop Up dari https://youtube.com/watch?v=LS3sy60_ntY&feature=share.
• Bagikan kepada masing-masing anak sebuah kertas cover, gunting, gambar maria dan malaikat, dan lem. Bimbinglah mereka membuat pop up Malaikat dan Maria (lihat contoh lampiran 3).
• Bagikan krayon pada anak-anak. Tunjukkan gambar pada lembaran murid. Jelaskan mengenai gambar tersebut. Anak-anak bisa mewarnai gambar. Jika sudah selesai akan mendapatkan nilai dari guru.
• Minta seorang anak mengedarkan kantong persembahan, anak-anak yang lain bisa mengiringi dengan sebuah lagu persembahan.
• Bagikan lidi bintang pada anak-anak yang hadir. Minta mereka memasukkan pada kantong absensinya.
• Setelah selesai, minta mereka merapikan pensil dan krayon membuang sampah pada tempatnya, merapikan meja dan kursi lalu mencuci tangan. Biarkan mereka melakukan sendiri semampu mereka dan pujilah sikap mereka yang rajin membantu.
• Ajak mereka menyanyikan sebuah lagu doa, lalu minta mereka menirukan doa yang Anda pimpin. Berdoalah bagi anak-anak agar meniru teladan Maria dengan menjadi hamba Tuhan yang taat pada segala perintah Tuhan. Berdoalah dengan bahasa yang sederhana sehingga dapat dimengerti oleh mereka. Saat pulang bersalaman, katakan, “Tuhan Yesus memberkati, sampai jumpa Minggu depan, ya.”
Matius 1:18-25
Mengarahkan murid Sekolah Minggu mengerti pentingnya sikap taat kepada perintah Tuhan.
Perintah-perintah Allah selalu kutaati,…
Ayub 23:12a (BIS)
Murid Sekolah Minggu mengerti pentingnya sikap taat kepada perintah Tuhan.
1. Murid dapat mencontohkan perintah-perintah Tuhan yang harus ditaati.
2. Murid dapat menjelaskan apa akibat jika mereka selalu taat pada perintah Tuhan.
3. Murid dapat menerangkan arti taat melalui lagu yang dinyanyikan berjudul “TAAT.”
• Sambutlah kehadiran anak-anak dengan sukacita.
• Alkitab; Metode: Drama Tablo (mintalah tiga anggota gereja/rekan guru Sekolah Minggu berperan sebagai Maria, Malaikat dan Yusuf. Mereka akan menampilkan drama tablo. Siapkan juga kostum yang akan dipakai).
• Lembar murid dan pensil.
• Lembar murid, pensil, krayon.
• Kantong persembahan; Kantong absensi dan lidi bintang sejumlah anak.
Intisari Nas: Yusuf memilih untuk taat pada kehendak Tuhan, menjadikan Maria sebagai isterinya dan memberi nama Yesus bagi anak yang dilahirkan Maria.
Ayat 18. “Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf’, menunjukkan bahwa mereka masih ada dalam keadaan bertunangan atau belum menikah. Tetapi dalam ayat 19 menyebutkan Yusuf disebut ‘suami’ dan Maria disebut ‘istri’, dan juga dari istilah ‘menceraikan’ -- kelihatannya mereka sudah menikah? Hal-hal yang kelihatannya bertentangan ini bisa dimengerti dan diharmoniskan kalau kita mengerti tradisi di tempat itu pada zaman itu.
Dalam tradisi mereka ada beberapa tahap menuju pernikahan: i) Pertunangan Pertama (engagement). Pertunangan Pertama ini terjadi pada waktu dua orang yang dipertunangkan itu masih kecil, dimana mereka dipertunangkan oleh orang tua mereka, dan mereka belum saling kenal. Pertunangan Pertama ini bisa dibatalkan. ii) Pertunangan Kedua (bethrotal). Pertunangan ini terjadi setelah dua orang tadi sudah cukup umur. Pada saat pertunangan ini mereka sudah disebut ‘suami istri’, tetapi mereka belum tinggal bersama dan mereka belum boleh melakukan hubungan sex. Bandingkan Ulangan 22:23-24 -- “(23) Apabila ada seorang gadis yang masih perawan dan yang sudah bertunangan - jika seorang laki-laki bertemu dengan dia di kota dan tidur dengan dia, (24) maka haruslah mereka keduanya kamu bawa keluar ke pintu gerbang kota dan kamu lempari dengan batu, sehingga mati: gadis itu, karena walaupun di kota, ia tidak berteriak-teriak, dan laki-laki itu, karena ia telah memperkosa isteri sesamanya manusia. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu”. Perhatikan bahwa dalam ayat 23 disebutkan ‘bertunangan’ tetapi dalam ayat 24 disebut sebagai ‘istri’. Dalam tradisi Yahudi saat itu, pemutusan pertunangan kedua ini dianggap sebagai perceraian dan dianggap sebagai dosa. Pertunangan kedua ini hanya berlangsung satu tahun. iii) Pernikahan. Pada saat itu, Yusuf dan Maria ada pada masa pertunangan kedua dan karena itu ayat 18 tidak bertentangan dengan ayat 19, 20, 24.
Ayat 19. Yusuf orang yang saleh. Yusuf, seorang yang tulus hati (benar), tidak mau mencemarkan nama Maria (ayat 19). Padahal sakit hati karena merasa dikhianati oleh pacar adalah sesuatu yang sangat sering menyebabkan orang merusak nama baik pacar yang tadinya ia cintai, apalagi kalau ia sudah mengambil keputusan untuk memutuskan hubungan dengan pacarnya itu. Tetapi Yusuf, sekalipun merasa dikhianati dan sudah mengambil keputusan untuk menceraikannya, tidak mau mencemarkan nama Maria. Karena itulah maka ia bermaksud menceraikan Maria dengan diam-diam. Namun Yusuf tidak gegabah (ayat 20). Ia ‘mempertimbangkan’ maksudnya untuk menceraikan Maria (band. Amsal 19:2b). Yusuf percaya pada Firman Tuhan, yang disampaikan malaikat Tuhan kepadanya melalui mimpi (ayat 20-24). Kata-kata malaikat itu (ayat 20-24) sebetulnya amat tidak masuk akal. Coba renungkan: Andaikata Saudara menjadi Yusuf, dimana tunangan Saudara tahu-tahu menjadi hamil, apakah Saudara bisa mempercayai kata-kata malaikat yang menyatakan bahwa kehamilan itu dari Roh Kudus (ayat 20b)? Hebatnya, Yusuf percaya pada Firman Tuhan yang disampaikan oleh malaikat itu.
Ayat 24. Yusuf taat pada Firman Tuhan. Ia taat secara langsung atau tidak menunda ketataannya: “Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya” (ayat 24). Ia tidak malu mengambil Maria sebagai istri, padahal Maria sudah mengandung sebelum mereka menikah, dan bukan mengandung dari dia. Apakah ia tidak mempertimbangkan apa kata para tetangga, keluarga, dan teman kalau mereka melihat bahwa Maria melahirkan anak sekalipun baru menikah selama lima bulan? Ayat 25. Yusuf rela untuk tidak bersetubuh dengan Maria sampai Yesus lahir. Ini penting karena perempuan yang melahirkan Yesus haruslah seorang perawan. Menikah tetapi tidak bersetubuh jelas merupakan sesuatu pengorbanan. Tetapi Yusuf rela mengalami semua itu. Ia menamakan anak itu Yesus sesuai dengan Firman yang disampaikan oleh malaikat (ayat 23, 25).
•
Jadilah teladan dengan datang 5-10 menit sebelum murid Anda datang. Sambutlah anak-anak dengan sukacita dan tulus. Katakan kegembiraan Anda pada anak yang sudah lama tidak hadir karena sakit atau bepergian dan kini bisa hadir kembali. Tidak lupa pujilah anak-anak yang senantiasa setia hadir dalam Sekolah Minggu.
•
◊
Permainan ini bertujuan agar anak-anak lebih fokus pada pelajaran hari ini. Ajak anak-anak melakukan game tepuk angka. Guru berikanlah contoh terlebih dahulu. Jika guru mengatakan “tepuk satu” maka anak-anak harus bertepuk satu kali ke depan, satu kali di perut, dan satu kali ke atas. Jika guru mengatakan “tepuk dua” maka anak-anak harus bertepuk dua kali ke depan, dua kali di perut, dan dua kali ke atas. Jika guru mengatakan “tepuk tiga” maka anak-anak harus bertepuk tiga kali ke depan, tiga kali diperut dan tiga kali ke atas. Setelah mereka sudah mengerti, mulailah game dengan menyebut angka secara urut. Jika sudah bisa, guru bisa menyebut angka secara acak.
• Ajaklah anak-anak menyanyikan lagu-lagu natal. Setelah itu ajak mereka menyanyikan lagu yang bertemakan ketaatan karena selama dua minggu ini kita belajar tentang ketaatan. Seperti lagu “Taat” (https://youtu.be/8q50mas1mzk). Pakailah gerakan agar anak-anak lebih cepat mengingat lagu tersebut.
• Bersama anak-anak nyanyikanlah sebuah lagu persiapan doa. Pimpinlah anak-anak dalam doa mendengarkan Firman Tuhan. Berdoalah dengan kata-kata yang sederhana/dapat dimengerti anak. Anak-anak bisa meniru doa guru setiap dua kata.
(Mengulang sejenak pelajaran minggu yang lalu karena berhubungan dengan pelajaran hari ini. Setiap memberi pertanyaan tunggu respons anak-anak)
Anak-anak, Minggu yang lalu kita sudah mendengar cerita tentang ketaatan seorang wanita bernama siapa, ya? (Maria) Siapa yang menjumpai Maria? (Malaikat Gabriel) Malaikat Gabriel datang menjumpai Maria karena ia menyampaikan sebuah pesan dari Allah untuk Maria. Malaikat berkata Maria akan apa, ya? (mengandung) Bayi yang akan di kandung itu berasal dari? (Roh Kudus) Dan Bayi yang akan dilahirkan adalah seorang Juru Selamat yang harus diberi nama siapa? (Yesus). Apakah Maria sudah menikah? (Belum) ya, Maria belum mempunyai suami, hanya baru bertunangan saja. Apakah Maria mau taat pada pesan Allah/perintah Allah itu? (Ya, Ia taat)
Nah, hari ini kita akan melanjutkan ceritanya, ya … Anak-anak duduklah dengan manis karena kita akan menyaksikan kembali drama tablo.
(Guru sebagai pencerita. Tokoh drama yaitu Maria, Yusuf dan malaikat akan melakukan gerakangerakan saja. Guru sebagai pencerita hendaknya dapat mengubah suara saat tokoh sedang berbicara. Tokoh malaikat memakai suara laki-laki yang tegas, dan tokoh Yusuf memakai suara laki-laki yang tenang).
Setelah Maria menerima pesan dari Allah melalui Malaikat Gabriel, maka mengandunglah Maria. Bayi yang dikandungnya adalah dari Roh Kudus. Maria dengan sukacita menjalankan perintah Allah untuk mengandung Sang Juru Selamat. (Maria berjalan-jalan dan kemudian duduk). Maria sudah bertunangan dengan seorang pria bernama Yusuf. (Yusuf keluar)
Yusuf seorang yang tulus hatinya dan tidak ingin mencemarkan nama baik Maria di depan banyak orang sehingga ia ingin menceraikannya secara diam-diam. (Yusuf berjalan mondar-mandir gelisah).
“Ah, lebih baik aku memutuskan hubungan pertunanganku dengan Maria. Tapi aku akan melakukannya diam-diam saja. Kasihan Maria, jika orang lain tahu ia sudah mengandung tanpa suami, pastilah ia akan di hukum oleh orang banyak.” (Guru memakai suara laki-laki, Yusuf melakukan gerakan seperti sedang mengucapkan. Setelah itu Yusuf masuk, kemudian Maria juga masuk) (Yusuf kembali keluar, ia kemudian tertidur). Pada saat Yusuf sedang tidur, datanglah malaikat Tuhan kepadanya dalam mimpi. (Malalikat Tuhan datang kepadanya)
“Yusuf anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” (Guru memakai suara malaikat, sementara malaikat melakukan mengangkat tangannya pada Yusuf. Setelah itu malaikat Tuhan masuk meninggalkan Yusuf).
Tak lama kemudian, Yusuf bangun dari tidurnya. (Yusuf bangun dan berpikir)
Yusuf mengingat semua perkataan malaikat Tuhan dalam mimpi. Ia yakin itulah perintah Allah untuk dirinya. Yusuf mau mentaati perintah Allah itu. Maka Yusuf kemudian mengambil Maria sebagai isterinya. (Yusuf masuk, lalu keluar kembali terlihat berjalan penuh bahagia bersama Maria yang telah mengandung, selanjutnya masuk kembali ke dalam)
Yusuf juga ingat bahwa kelak saat anak dalam kandungan Maria sudah lahir maka ia akan menamai anak itu Yesus.
Nah anak-anak, Yusuf tunangan Maria ternyata seorang yang taat kepada Allah. Buktinya setelah malaikat Tuhan datang kepadanya, ia pun melakukan apa yang dikatakan malaikat Tuhan. Ia pun mengambil Maria sebagai isterinya.
Anak-anak, Tuhan ingin kita juga memiliki sikap seperti Yusuf. Sikap yang mau mendengar dan taat pada semua perintah-Nya. Di manakah perintah-Nya? Yaitu di dalam Alkitab. Perintah-Nya seperti jangan mencuri, jangan berbohong, hormatilah orang tuamu, rajinlah beribadah, dan masih banyak lagi. Kitab Amsal berkata, jika kita selalu taat pada perintah Tuhan, maka Tuhan pasti akan memberkati hidup kita. Seperti berkat kesehatan, umur panjang, dan kebahagiaan.
• Kepada masing-masing anak bagikanlah lembaran murid dan pensil. Arahkan murid untuk menjawab (baik secara lisan maupun tertulis) dengan menyebutkan contoh-contoh perintah Tuhan yang harus ditaati.
• Tunjukkanlah kolom “Tugas Kemitraan dengan Orang Tua” yang ada di lembaran murid. Bacakan tugas mereka dalam minggu ini. Ingatkan mereka untuk minta paraf orang tua, lalu dibawa Minggu depan untuk mendapat paraf guru SM. Demikian pula ingatkan untuk membaca Alkitab setiap hari. Menghafal Ayat
• Ajaklah anak-anak menghafalkan ayat hafalan dengan gerakan yang bisa Anda ciptakan. “Perintahperintah Allah selalu kutaati,…” (Ayub 23:12 (BIS).)
• Bagikanlah kepada masing-masing anak satu lembar kertas hvs yang sudah ditulisi “aku anak yang taat pada perintah Tuhan” (huruf berupa titik-titik, huruf kecil saja). Bagikan pula pensil kepada mereka. Mintalah mereka menebalkan huruf, selanjutnya guru dan murid bisa membaca bersamasama. Beri pujian kepada semua anak karena telah berhasil menulis dengan rapi.
• Bagikan krayon pada anak-anak. Tunjukkan gambar pada lembaran murid. Jelaskan mengenai gambar tersebut. Anak-anak bisa mewarnai gambar. Jika sudah selesai akan mendapatkan nilai dari guru.
• Minta seorang anak mengedarkan kantong persembahan, anak-anak yang lain bisa mengiringi dengan sebuah lagu persembahan.
• Bagikan lidi bintang pada anak-anak yang hadir. Minta mereka memasukkan pada kantong absensinya.
• Setelah selesai, minta mereka merapikan pensil dan krayon membuang sampah pada tempatnya, merapikan meja dan kursi lalu mencuci tangan. Biarkan mereka melakukan sendiri semampu mereka dan pujilah sikap mereka yang rajin membantu.
•
Ajak mereka menyanyikan sebuah lagu doa, lalu minta mereka menirukan doa yang anda pimpin. Berdoalah bagi anak-anak agar selalu menjadi anak-anak yang taat pada perintah Tuhan. Berdoalah dengan bahasa yang sederhana sehingga dapat dimengerti oleh mereka. Saat pulang bersalaman, katakan, “Jadilah anak taat”.
Lukas 2:1-7
Mengarahkan murid Sekolah Minggu memberikan tanggapan perihal peristiwa Kelahiran Yesus.
… Anak itu dibungkusnya dengan kain, lalu diletakkan di dalam palung berisi jerami;…
AYAT HAFALAN Lukas 2:7 (BIS)
Murid Sekolah Minggu memberikan tanggapan perihal peristiwa Kelahiran Yesus.
1. Murid dapat memilih menyambut kelahiran Yesus dengan sukacita.
2. Murid dapat mengatakan kecintaannya pada bayi Yesus melalui sebuah lagu.
3. Murid dapat mendukung orang tua yang menyambut kelahiran Yesus dengan sukacita seperti ikut memuji Tuhan, ikut berdoa bersama, dan ikut berbagi berkat dengan sesama.
• Siapkan berbagai macam boneka.
• Alkitab; video bayi baru lahir menangis; Metode: Drama Tablo (mintalah lima anggota gereja yang lain untuk menolong Anda menampilkan drama tablo. Siapkan: kostum bagi para pemain drama, palungan, jerami, boneka bayi, kandang buatan yang sederhana saja).
• Lembar murid dan pensil.
• Lembar murid; Siapkan sejumlah anak: kertas hvs, cat air, garpu, dan cotton bud. Guru dapat melihat contoh lukisan pohon natal di https://thepinterestedparent.com/2017/11/Fork-painted-christmastree.
• Kantong persembahan; Kantong absensi dan lidi bintang sejumlah anak.
Intisari Nas: Peristiwa kelahiran Yesus, Juru Selamat.
Ayat 1-2. Sensus ini diperintahkan oleh Kaisar Agustus, dan semua penafsir berpendapat bahwa sensus ini dilakukan untuk kepentingan pajak. Dengan adanya sensus ini Yusuf dan Maria terpaksa pergi ke Betlehem (ayat 3-5) sehingga akhirnya Yesus lahir di Betlehem (ayat 6-7), menggenapi nubuat Nabi Mikha dalam Mikha 5:1. Tanpa disadari, Kaisar Agustus ini melakukan sesuatu yang menyebabkan tergenapinya nubuat Firman Tuhan. Ini bukan sekedar merupakan suatu kebetulan, tetapi Tuhan menguasai dan mengarahkan kaisar tersebut untuk melaksanakan rencana-Nya.
Ayat 3-5. Sensus ini mengharuskan setiap orang untuk mendaftarkan diri di kotanya sendiri (ayat 3). Yusuf adalah keturunan Daud (Lukas 1:27; 2:4). Yesus memang harus muncul atau lahir dari keturunan Daud (band. Yes. 11:1, Yer. 23:5-6, Mat. 1:1, Rom. 1:1-3, 2 Tim. 2:8). Dalam 1 Sam. 20:6 dikatakan bahwa Betlehem adalah kota Daud, karena itu Yusuf dan Maria pergi ke Betlehem (ayat 4-5).
Beberapa hal yang menjadi perhatian: i) Jarak Nazaret ke Betlehem sekitar 80-90 mil. Ini jelas merupakan penderitaan, khususnya untuk Maria yang sedang hamil tua. Mereka berserah dan tunduk pada kehendak Tuhan, tetapi yang mereka dapatkan justru bukanlah jalan yang mulus tetapi jalan yang penuh kesulitan. ii) Yusuf dan Maria taat kepada pemerintah. Pengadaan sensus tidak bertentangan dengan Firman Tuhan (band. Bil. 1 dan 26). Sekalipun sensus itu menyukarkan hidup mereka, Yusuf dan Maria tetap tunduk. Kita memang harus tunduk pada pemerintah, selama pemerintah tidak menyuruh kita melakukan sesuatu yang bertentangan dengan Firman Tuhan (Roma 13:1-7 band. Kis. 5:29).
Ayat 6-7. Istilah ‘anak sulung’, ditambah dengan banyak bagian Kitab Suci yang berbicara tentang adanya saudara-saudara Yesus (Matius 12:46-47, Markus 3:31-32, Luk. 8:19-20, Yoh. 2:12; 7:3, 5, 10, Kis. 1:14), menunjukkan bahwa Yusuf dan Maria pasti mempunyai anak-anak lain setelah kelahiran Yesus. ‘Dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan’ (ayat 7b). Yesus mau direndahkan atau menjadi miskin, supaya kita bisa ditinggikan/menjadi kaya (secara rohani) -band. 2 Kor. 8:9; istilah ‘miskin menjadi kaya’ harus diartikan secara rohani.
Pemilik penginapan hanya memberikan tempat hewan karena mungkin ia tidak tahu bahwa yang akan dilahirkan oleh Maria adalah Mesias/Anak Allah. Memang semua kamar penuh sehingga tidak ada lagi tempat untuk Yusuf dan Maria. Apakah pemilik penginapan itu dapat disalahkan? Yang terpenting adalah, jika sekarang seseorang menolak Kristus untuk tinggal dalam hatinya sebagai Juru Selamat dan Tuhan -- ia menolak dengan suatu pengetahuan atau kesadaran bahwa Ia adalah Anak Allah -- maka penolakannya seperti itu yang harus disalahkan.
•
Jadilah teladan dengan datang 5-10 menit sebelum murid Anda datang. Sambutlah anak-anak dengan gembira. Sambutlah anak yang baru pertama kali datang dengan menyanyikan lagu “S’lamat Datang Di S’kolah Minggu” (NAA, No. 153 / https://youtube.com/watch?v=NMdlywtj35o&feature=share).
Katakan sukacita Anda dan anak-anak yang lain jika anak baru tersebut terus hadir dalam Sekolah Minggu.
◊ Siapkan berbagai macam boneka. Misalnya aneka boneka binatang, boneka mirip manusia, boneka bayi. Untuk boneka bayi, lengkapilah dengan selimut, kain popok, dan alat makan minum bayi. Beri kesempatan mereka bermain boneka yang mereka sukai. Biarkan mereka berbincang dengan temannya. Jika ada anak yang terlalu diam, ajaklah berbincang dengannya tentang boneka yang dipilihnya.
•
Ajaklah anak-anak menyanyikan lagu-lagu natal. Gunakan alat peraga seperti lagu “Lonceng Natal” (ASM No. 33), bawalah sebuah lonceng atau gambar lonceng yang cukup besar. Berilah sedikit penjelasan apa arti lonceng, apa arti pohon natal, dsb.
• Bersama anak-anak nyanyikanlah sebuah lagu persiapan doa. Pimpinlah anak-anak dalam doa mendengarkan Firman Tuhan. Berdoalah dengan kata-kata yang sederhana/dapat dimengerti anak. Anak-anak bisa meniru doa guru setiap 2 kata.
Anak-anak yang dikasihi Tuhan, coba kalian dengarkan suara ini. Kalian akan menebak suara apa, ya. (guru memutar suara bayi yang baru lahir, seperti dari https://youtu.be/nBV_PfOiVtw lalu tunggu respons anak-anak). Iya, betul sekali itu suara bayi yang baru lahir. Coba sekarang kalian lihat videonya (tunjukkan videonya kepada anak-anak). Apakah kalian senang melihat ada bayi yang baru lahir? (tunggu respons anak)
Nah, biasanya bayi yang baru lahir itu lahirnya di rumah sakit, bukan? Ada tempat tidur yang empuk, ada selimut yang lembut, tempatnya bersih, dan ada lampu penerangan yang baik.
Tapi hari ini ibu mau menceritakan ada seorang bayi yang lahirnya tidak di rumah sakit, tapi di sebuah kandang. Tempat tidurnya beralaskan jerami/rumput kering, selimutnya hanya kain lampin, tempatnya bau. Ayo ikut ibu, kita akan melihat tempatnya seperti apa, ya.. (anak-anak mengikuti guru melihat palungan, jerami, dan kandang yang kotor)
Kalian tahu, siapa yang lahir di tempat seperti ini?
Yuk, sekarang kita duduk yang manis, karena kita akan menyaksikan kembali lanjutan drama tablo minggu yang lalu, ya. Nanti kita akan tahu, siapa sih yang lahir di tempat seperti ini. (Bawa anak-anak ke tempat duduknya kembali).
(Guru sebagai pencerita. Tokoh drama yaitu Maria, Yusuf dan tiga orang pemilik penginapan akan melakukan gerakan-gerakan saja. Guru sebagai pencerita hendaknya dapat mengubah suara jika ada tokoh-tokoh yang berbicara).
Anak-anak, saat ini Yusuf dan Maria sudah menikah. Bulan berganti bulan, dan kini kandungan Maria sudah semakin besar. Namun suatu ketika, mereka harus melakukan sebuah perjalanan yang sangat jauh. Mereka harus ke Kota Betlehem. Mengapa mereka harus ke Betlehem? Karena Kaisar Agustus memerintahkan semua orang harus melakukan pendaftaran penduduk kembali. Dan itu harus dilakukan di tempat asal. Karena Yusuf berasal dari Betlehem, maka Yusuf dan Maria harus ke Kota Betlehem. (Yusuf dan Maria kemudian keluar panggung. Mereka berjalan perlahan-lahan).
Anak-anak, perjalanan dari Nazaret ke Betlehem itu sangat jauh sekali. Butuh waktu beberapa hari untuk sampai ke sana. Mereka tidak naik kereta berkuda, tapi hanya berjalan kaki. Sesekali Maria menaiki seekor keledai yang jalannya lambat. Dalam keadaan hamil besar, tentu ini sebuah perjalanan yang sangat sulit. Namun Maria tidak pernah mengeluh. Yusuf pun selalu sabar mendampingi Maria jika dia butuh istirahat sejenak (Yusuf dan Maria istirahat, lalu melanjutkan perjalanan kembali).
Akhirnya, tibalah mereka di kota Betlehem. Yusuf dan Maria sangat lelah sekali. Mereka pun mencari tempat untuk menginap. (Yusuf dan Maria berhenti di sebuah tempat).
Tok, tok, tok … (guru membuat suara ketukan pintu, lalu pemilik penginapan 1 keluar).
“Permisi… apakah ada kamar untuk kami menginap?” (Yusuf - gerakan saja).
“Oh, maaf kamar di penginapan ini sudah penuh!” (Pemilik penginapan 1 – gerakan saja).
Akhirnya mereka mencoba melihat di penginapan yang lain (Yusuf dan Maria berjalan dan berhenti di sebuah tempat).
Tok, tok, tok … (guru membuat suara ketukan pintu, lalu pemilik penginapan 2 keluar).
“Selamat sore pak … apakah masih ada kamar yang kosong untuk saya dan istri?” (Yusufgerakan saja).
“Wah, bapak terlambat. Tadi siang ada satu kamar yang kosong, tapi sekarang sudah terisi lagi. Maaf ya, pak!” (Pemilik penginapan 2 – gerakan saja)
Anak-anak, kasihan sekali Yusuf dan Maria, mereka tidak mendapatkan tempat untuk menginap, ya … Namun mereka terus berjalan dan mencoba mencari kalau-kalau masih ada tempat yang kosong untuk mereka menginap. (Yusuf dan maria mencoba mencari tempat yang lain)
Tok, tok, tok … (guru membuat suara ketukan pintu, lalu pemilik penginapan 3 keluar)
“Selamat petang pak … apakah masih ada kamar yang kosong di sini?” (Yusuf - gerakan saja)
“Selamat petang pak, bu … aduh, maaf sekali semua kamar telah penuh!” (Pemilik penginapan 3 –gerakan saja)
“Tolong pak, mungkin masih ada sebuah tempat yang kosong. Di mana saja boleh asalkan kami bisa beristirahat malam ini. Kasihan isteri saya sedang mengandung dan dia sudah sangat lelah sekali..” (Yusuf - gerakan saja)
“Mmm, kalau tempat yang kosong ada pak. Tapi itu sebuah kandang. Apakah bapak dan ibu mau menginap di situ? (Pemilik penginapan 3 - gerakan saja)
“Ya, kami mau pak. Tidak apa-apa. Yang penting istri saya bisa beristirahat.” (Yusuf – gerakan saja)
Lalu pemilik penginapan mengantar Yusuf dan Maria ke sebuah kandang yang sudah kosong. Tempatnya terlihat kotor dan bau. Tapi Yusuf dan Maria bersyukur akhirnya mereka bisa beristirahat. (Yusuf dan Maria diantar oleh pemilik penginapan ke kandang, lalu meninggalkan mereka di situ)
Malam semakin larut. Kota Betlehem pun semakin sepi dan senyap. (guru memutar suara tangisan bayi)
Suara apa itu anak-anak? Iya, suara bayi yang baru lahir. Di manakah asal suara itu? Oh, ternyata Maria sudah melahirkan bayinya dalam kandang. Maria membungkus bayi itu dengan kain
lampin lalu membaringkannya di dalam palungan/tempat makanan hewan. (Maria melakukan gerakan menggendong bayi, membungkusnya dengan kain dan meletakkan di atas palungan) Yusuf dan Maria bahagia sekali, bayi yang berasal dari Allah sudah lahir. Sesuai pesan malaikat Tuhan maka bayi itu diberi nama Yesus. Ia adalah Juru Selamat dunia.
Ayo anak-anak, kita ke kandang di mana Yesus di lahirkan. (Bawa mereka mendekati Yusuf, dan Maria serta boneka bayi di dalam palungan). Anak-anak, peristiwa kelahiran Yesus ini adalah peritiwa yang sungguh terjadi 2000 tahun yang silam. Seandainya saat itu kalian ada dan menyaksikan sendiri di mana bayi Yesus dilahirkan, bagaimana perasaan kalian? (tunggu respons anak-anak) Ya, mungkin kalian merasa kasihan … semestinya Yesus lahir di sebuah kamar, tidur di sebuah kasur yang empuk, diberi selimut yang lembut, dan tidak bau kotoran hewan, ya. Tapi ini artinya Yesus itu rendah hati. Dia berasal dari surga yang kaya dan penuh kemuliaan, namun rela menjadi manusia dengan lahir di tempat yang hina. Kita pun hendaknya menjadi anak-anak Tuhan yang rendah hati seperti Tuhan Yesus, ya …
Selain merasa kasihan, apakah kalian juga senang menyambut kelahiran Yesus? (tunggu respons anak-anak) Ya, kita semua pasti senang sekali karena Juru Selamat kita telah lahir ke dunia. Ia datang untuk menyelamatkan semua manusia yang berdosa, termasuk kita anak-anak. Jika kita percaya kepadaNya, maka suatu saat kita akan bersama-Nya di dalam surga. Jadi bersukacitalah di hari Natal ini.
• Kepada masing-masing anak bagikanlah lembaran murid dan pensil. Pada tugas satu, arahkan murid untuk memilih manakah perasaan yang tepat dalam menyambut kelahiran Yesus. Pada tugas dua, bimbinglah murid mengatakan kecintaanya pada bayi Yesus melalui sebuah lagu yang tertera pada lembar murid.
• Tunjukkanlah kolom “Tugas Kemitraan dengan Orang Tua” yang ada di lembaran murid. Bacakan tugas mereka dalam minggu ini. Ingatkan mereka untuk minta paraf orang tua, lalu dibawa Minggu depan untuk mendapat paraf guru SM. Demikian pula ingatkan untuk membaca Alkitab setiap hari.
• Ajaklah anak-anak menghafalkan ayat hafalan dengan gerakan. "...Anak itu dibungkusnya dengan kain" (buat gerakan sedang membungkus/membedong bayi), "lalu diletakkan di dalam palung yang berisi jerami..." Lukas 2:7 (BIS) (buat gerakan membaringkan bayi di dalam palungan)
• Bagikanlah kepada masing-masing anak satu lembar kertas hvs, cat air, garpu, dan cotton bud. Tunjukanlah sebuah contoh lukisan pohon natal yang sudah anda buat (seperti lampiran empat). Minta mereka membuat seperti contoh.
•
Tunjukkan gambar pada lembaran murid. Minta anak-anak mewarnai gambar tersebut di rumah dan mereka akan membawanya minggu depan untuk dinilai bersama tugas yang lain.
•
Minta seorang anak mengedarkan kantong persembahan, anak-anak yang lain bisa mengiringi dengan sebuah lagu persembahan.
• Bagikan lidi bintang pada anak-anak yang hadir. Minta mereka memasukkan pada kantong absensinya.
•
Setelah selesai, minta mereka merapikan pensil membuang sampah pada tempatnya, merapikan meja dan kursi lalu mencuci tangan. Biarkan mereka melakukan sendiri semampu mereka dan pujilah sikap mereka yang rajin membantu.
• Ajak mereka menyanyikan sebuah lagu doa, lalu minta mereka menirukan doa yang Anda pimpin. Berdoalah mengucap syukur karena Tuhan Yesus sudah lahir bagi semua orang. Berdoalah dengan bahasa yang sederhana sehingga dapat dimengerti oleh mereka. Saat pulang bersalaman, katakan, “Selamat Natal”
Mengarahkan murid Sekolah Minggu melakukan sebuah bentuk penghormatan kepada Yesus.
Maka masuklah mereka … lalu sujud menyembah Dia.
Murid Sekolah Minggu melakukan sebuah bentuk penghormatan kepada Yesus.
1. Murid dapat mempraktikkan menyambut kelahiran Tuhan Yesus dengan mempersembahkan talentanya.
2. Murid dapat membuat berbagai hiasan Natal di rumah untuk menyambut perayaan kelahiran Tuhan Yesus.
3. Murid dapat memberikan persembahan harta yang terbaik kepada Tuhan Yesus di gereja.
• Tape/HP untuk memutar lagu-lagu Natal; Plastisin/fandoh; berbagai alat cetakan.
• Alkitab; Papan Tulis; spidol witheboard; Metode: Drama Tablo (mintalah 10 anggota gereja yang lain untuk menolong Anda menampilkan drama tablo. Siapkan: kostum untuk para pemain, sebuah bintang yang besar, kursi, tiga kotak persembahan, berlatihlah sebelum menampilkan di depan anakanak).
• Lembar murid, Pensil, alat musik, tape
• Lembar murid; Siapkan sejumlah anak: sedotan berbagai warna, stapler, gunting, dan benang; Guru buatlah contoh seperti di lampiran lima (pelajari di https://www.orami.co.id/magazine/amp/7-pernakpernik-natal-yang-bisa-dibuat-bersama-anak/)
• Kantong persembahan; Kantong absensi dan lidi bintang sejumlah anak.
Intisari Nas: Orang Majus dipimpin oleh tanda yang diberikan Tuhan (bintang) untuk menyembah Yesus yang telah lahir.
Ayat 1. Orang-orang majus dari Timur. Ada hal-hal yang tidak kita ketahui tentang orang-orang Majus ini: i) Tidak diketahui dengan jelas dari mana datangnya orang-orang majus ini. Kitab Suci hanya mengatakan bahwa mereka datang ‘dari Timur’. ii) Juga tidak diketahui berapa jumlah orang-orang Majus ini. Kitab Suci tidak pernah mengatakan bahwa mereka berjumlah 3 orang. Persembahan mereka yang 3 macam, yaitu emas, kemenyan dan mur, tidak membuktikan bahwa mereka ada 3 orang.
Orang-orang Majus ini kontras sekali dengan gembala-gembala yang datang pada waktu kelahiran Yesus (Lukas 2:8-dst). Orang Majus: bukan orang Yahudi, kaya, dan berpendidikan; Para gembala: Orang Yahudi, miskin, dan tidak berpendidikan. Ini menunjukkan bahwa Injil diberitakan kepada gembala maupun orang Majus, bahwa Injil harus diberitakan kepada semua golongan (bangsa apa pun, tingkat ekonomi dan pendidikan yang bagaimanapun), band. Yohanes 6:37b.
Ayat 2, 9, 10. Mereka mendapat petunjuk ‘bintang-Nya’. Wycliffe berpendapat, lebih tepat bintang ini diartikan sebagai manifestasi khusus yang dipakai Allah baik ketika muncul pertama kali untuk menunjuk kepada kelahiran Kristus, dan juga ketika muncul kembali di atas Yerusalem untuk menuntun orang-orang majus ke tempat itu. Karena tercatat bahwa orang-orang majus ini menerima penyataan langsung (ay. 12), tidak mustahil untuk beranggapan bahwa ada suatu penyataan langsung pada permulaan untuk menjelaskan pentingnya bintang ini (https://alkitab.sabda.org/commentary).
Ayat 9 menyebutkan, “Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada”. Adakah bintang yang melakukan keajaiban seperti itu? Jadi pasti ini bukan bintang biasa, tetapi adalah suatu mukjizat yang merupakan alat Tuhan untuk memberi petunjuk kepada orang-orang Majus. Orang-orang Majus itu tidak mengerti Firman Tuhan (sehingga harus bertanya-tanya, ayat 2); mereka hanya mendapat petunjuk ‘bintang’, tetapi mereka lalu mencari Yesus, rela berkorban dalam menempuh jarak jauh, sehingga akhirnya menemukan Yesus. Alangkah kontrasnya golongan ini dengan golongan imamimam dan ahli-ahli Taurat, yang sekalipun mengerti banyak tentang Firman Tuhan, tetapi acuh tak acuh terhadap Yesus sendiri.
Ayat 2, 11. Orang-orang Majus menyembah Yesus. Mereka bukan menyembah Maria, dan bukan juga Yesus dan Maria, tetapi hanya Yesus saja! Berikut komentar dari C. H. Spurgeon tentang bagian ini: Tokoh-tokoh Reformasi kuno sering berkata: “Ini adalah tulang yang menyangkut di tenggorokan orang Roma (Katolik), dan mereka tidak dapat mengeluarkannya ataupun menelannya, karena ayat itu tidak berkata: ‘Mereka melihat Maria dan bayi itu’, bayi itu disebut lebih dulu, mereka datang untuk melihat dia; dan ayat itu tidak berkata bahwa ‘mereka tersungkur dan menyembah mereka’”. Kalau ada kesempatan untuk melakukan penyembahan terhadap Maria, maka sebetulnya inilah kesempatannya, dimana bayi itu baru dilahirkan, dan sangat bergantung kepada ibu-Nya. Mengapa orang-orang Majus itu tidak berkata ‘Salam Maria!’ dan langsung memulai penyembahan terhadap Maria? Ah, tetapi mereka ini adalah orang-orang yang bijaksana; mereka bukan pastor-pastor dari Roma, karena kalau demikian mereka mungkin sudah melakukannya. –(‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’ , vol 3, hal 34).
Orang-orang Majus menyembah Yesus sekalipun mereka mendapati dan melihat Seorang bayi yang lemah dan tidak berdaya. Betul-betul membutuhkan iman yang luar biasa untuk mau menyembah seorang bayi seperti itu. Orang tua Yesus miskin, bukan bangsawan/raja, dan bayi itu ada di dalam sebuah rumah (ay 11), bukan istana. Keadaan Yusuf dan Maria yang miskin dan tak punya kedudukan apa-apa, dan tempat sederhana yang menjadi tempat tinggal bayi itu, ternyata tidak menjadi halangan bagi orang-orang Majus itu untuk percaya bahwa bayi miskin itu adalah Raja! Ini lagi-lagi menunjukkan iman yang luar biasa.
Penampilan lahiriah Yesus ini sesuai dengan nubuat dalam Yes. 53:2b, tetapi mereka toh mau menyembahNya (band. Mat. 13:53-56, yang menunjukkan bahwa banyak orang tidak percaya kepada Yesus karena melihat penampilan lahiriah-Nya).
Ayat 11. Orang-orang Majus memberi persembahan yaitu: emas, kemenyan, mur. Tiga jenis persembahan telah membuat munculnya tradisi mengenai tiga orang majus. Tradisi bahkan memberikan nama kepada mereka: Kaspar, Melkhior dan Balhazar. Namun tradisi belum tentu merupakan fakta. Emas, kemenyan dan mur oleh para penafsir kuno dianggap sebagai menunjukkan pengakuan akan Yesus sebagai Raja. Senada dengan itu, Calvin juga menganggap bahwa orang-orang Majus ini tentu memberikan barangbarang terbaik dari negeri mereka kepada Yesus, sama seperti Yakub memberikan persembahan kepada penguasa Mesir barang-barang terbaik di Kanaan (Kej. 43:11).
Ayat 12. Orang-orang Majus itu taat kepada wahyu yang Tuhan berikan. Mula-mula Tuhan memberi petunjuk melalui ‘bintang’ (ay. 2). Setelah ini mereka taati, lalu Tuhan memberi petunjuk melalui Firman Tuhan yang diberikan oleh imam-imam dan ahli-ahli Taurat (ay. 5-6). Setelah mereka menaati petunjuk ini, lalu Tuhan memberi petunjuk dengan bintang lagi (ay. 9-10). Setelah mereka menaatinya lagi, maka Tuhan memberi petunjuk melalui mimpi (ay. 12), dan mereka juga menaatinya.
• Jadilah teladan dengan datang 5-10 menit sebelum murid Anda datang. Putarlah lagu-lagu natal dengan menggunakan tape atau HP. Sambutlah anak-anak dengan antusias. Bersalamanlah sambil mengucapkan “Selamat Natal”
• Bermain Plastisin/Fandoh
◊ Bagikan kepada masing-masing anak plastisin/fandoh dan berbagai alat cetakan (bisa memakai cetakan kue kering). Salah satu cetakan tersebut lebih baik ada cetakan berbentuk bintang. Minta mereka mencoba membuat berbagai macam bentuk dengan cetakan-cetakan tersebut. Anak-anak bisa bergiliran memakai cetakan-cetakan tersebut.
• Masih dalam suasana Natal, ajaklah anak-anak menyanyikan lagu-lagu natal. Tunjukkan gambar pelajaran minggu yang lalu bersama anak-anak nyanyikanlah lagu “S’lamat-S’lamat Datang” (NAA No. 189 / https://youtu.be/XgHqrfvdUtE). Tanyakan perasaan mereka saat merayakan kelahiran Tuhan Yesus dan apa yang sudah mereka lakukan dalam menyambut kelahiran Tuhan Yesus.
• Bersama anak-anak nyanyikanlah sebuah lagu persiapan doa. Pimpinlah anak-anak dalam doa mendengarkan firman Tuhan. Berdoalah dengan kata-kata yang sederhana dapat dimengerti anak. Anak-anak bisa meniru doa guru setiap 2 kata.
Ajaklah anak-anak berdiri menyanyikan lagu “Bintang Kecil”. Bernyanyilah bersama mereka memakai gerakan. Jelaskan apa arti bintang dengan sederhana saja (Bintang adalah benda langit yang memancarkan cahaya sendiri) Setelah itu tanyakan: siapa yang pernah melihat bintang? Kapan kalian
melihat bintang? Bintang itu ada di mana? Ada berapa jumlah bintang di langit? Siapa yang menciptakan bintang? Nah, sekarang siapa yang bisa menggambar bintang? Ayo, ke depan gambar di papan tulis ya … (Jika dalam kenyataan, mereka tidak bisa menggambar, maka tuntunlah tangannya untuk menggambar bintang di papan tulis. Lebih baik semua anak mendapat kesempatan menggambar bintang di papan tulis)
Wah, banyak bintang di papan tulis, ya … (lalu guru menggambar sebuah bintang yang sangat besar di antara bintang-bintang yang digambar anak-anak) Hei, lihat anak-anak! Ada sebuah bintang yang sangat besar sekali. Tahukah kalian, 2000 tahun yang silam, ketika Tuhan Yesus lahir, Allah menciptakan sebuah bintang yang sangat besar. Mengapa? Mau tahu jawabannya? Yuk, duduk yang manis… kita akan menyaksikan lanjutan cerita drama tablo minggu yang lalu, ya…
(Guru sebagai pencerita. Tokoh drama yaitu Maria, Yusuf, seorang anak sekitar usia 1–2 tahun, dan tiga orang majus, dua orang rakyat Yerusalem, Raja Herodes, seorang prajurit akan melakukan gerakan-gerakan saja. Guru sebagai pencerita hendaknya dapat mengubah suara jika ada tokoh-tokoh yang berbicara)
Anak-anak yang dikasihi Tuhan Yesus, Minggu yang lalu kita sudah menyaksikan cerita drama tentang kelahiran Tuhan Yesus, bukan? Ia lahir di Kota Betlehem, di dalam sebuah kandang. Tentu saja tidak lama kemudian Yusuf dan Maria membawa Yesus pindah di sebuah rumah agar bayi Yesus dapat dirawat kedua orang tuanya dengan baik. Mereka tinggal bukan di rumah yang bagus meski Yesus adalah Raja di atas segala raja, tetapi di rumah yang sangat sederhana.
Dan kini, bayi Yesus kian bertambah besar dan sudah bisa berjalan. (Yusuf dan Maria dan anak Yesus keluar dan duduk bersama di sebuah sudut ruangan sederhana, terlihat sedang bercengkerama)
Anak-anak, setelah kelahiran Yesus Sang Juru Selamat dunia, Allah menciptakan sebuah bintang yang sangat besar. (Ada seorang yang menempel sebuah bintang besar di atas keluarga Yusuf) Bintang itu berada tepat di atas Kota Betlehem.
Tersebutlah orang-orang majus dari negeri timur. Mereka adalah orang-orang kaya yang sering mempelajari bintang-bintang di langit. (Tiga orang majus keluar, mereka sedang memperhatikan bintang-bintang di langit)
Betapa terkejutnya mereka karena mereka melihat sebuah bintang yang sangat besar. (tiga orang majus melihat bintang tampak terkejut dan berbicara satu dengan yang lain).
Orang-orang majus meyakini bintang yang sangat besar itu adalah pertanda telah lahir seorang Raja yang besar.
Maka mereka bersepakat untuk meninggalkan negerinya dan berjalan mengikuti arah bintang tersebut. (Tiga orang majus masuk dan mengambil persembahan mereka, mereka keluar kembali dan memperlihatkan persembahan itu di masukkan dalam sebuah kantong kain, lalu mereka berjalan mengelilingi panggung)
Anak-anak, perjalanan yang ditempuh orang-orang majus sangat jauh. Meski demikian, tanpa lelah mereka terus mengikuti di mana bintang itu berada. Dan tibalah mereka di Yerusalem. (Tiga orang majus berhenti menemui beberapa orang)
“Permisi, apakah bapak-bapak tahu dimanakah Raja yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah-Nya.” (orang majus melakukan gerakan sedang bertanya pada seseorang)
“Haa? Apa benar ada Raja yang baru dilahirkan? Kami tidak tahu. Raja kami adalah Raja Herodes.” (beberapa orang melakukan gerakan menjawab oang majus dengan keheranan)
Berita itu pun sampai ke telinga Raja Herodes. (Ada prajurit yang melaporkan pada raja Herodes. Herodes terkejut)
“Apa?” Bagaimana mungkin ada raja yang lain selain aku?” (Herodes melakukan gerakan berbicara dengan marah)
Raja Herodes lalu meminta penjelasan dari para ahli kitab. Para ahli kitab mengatakan bahwa hal itu benar, telah dinubuatkan dalam kitab para nabi bahwa Raja itu akan lahir di Kota Betlehem.
Raja Herodes mempunyai rencana yang jahat. Ia lalu memanggil orang-orang majus dan menyuruh mereka ke Betlehem. Raja Herodoes juga meminta orang-orang majus itu kembali kepadanya untuk memberitahukan di mana bayi itu berada supaya ia dapat menyembahnya. (orang-orang majus menghadap Herodes, Herodes melakukan gerakan menyuruh orang majus pergi dan kembali, lalu orang majus meninggalkan Herdodes)
Anak-anak, sebenarnya Raja Herodes punya rencana jahat jika ia tahu di mana bayi itu, maka ia akan ke sana untuk membunuhnya. (Herodes meninggalkan panggung)
Anak-anak, segera orang-orang majus melanjutkan perjalanannya menuju ke Kota Betlehem. Kota Betlehem tidak jauh dari Kota Yerusalem. Di perjalanan mereka melihat bintang yang sangat besar itu tampak di depan mereka. Bintang itu lalu berhenti di atas sebuah rumah. Orangorang majus sangat bersukacita. Lalu mereka masuk ke dalam rumah itu dan mereka menemukan Yusuf, Maria dan Yesus. Mereka sujud menyembah Yesus (orang-orang majus menyembah Yesus)
Mereka juga mempersembahkan hadiah yang terbaik kepada-Nya yaitu: emas, kemenyan, dan mur. (Orang majus mengambil hadiah dari kantongnya dan memberikannya di hadapan Yesus) Sesudah itu orang-orang majus itu pulang ke negerinya, tetapi tidak kembali kepada Raja Herodes karena Allah sudah memperingatkan mereka dalam mimpi. (Orang-orang majus meninggalkan panggung)
Anak-anak, marilah kita belajar dari sikap orang-orang majus dalam menyambut Yesus. Bagi orangorang majus, Yesus adalah Raja yang patut disambut dan dihormati meski dia hanya tingggal di rumah yang sederhana. Mereka menyambut Yesus dengan bersikap sukacita, mereka sujud menyembah-Nya dan memberikan persembahan yang terbaik yaitu berupa emas, kemenyan dan mur.
Bagaimana dengan kalian dalam menyambut Yesus yang adalah Juru Selamat dan Raja kita? Sudahkah kalian bersukacita menyambut kelahiran-Nya? Sudahkah sujud berdoa hanya kepada Tuhan Yesus? Sudahkah memberikan persembahan yang terbaik kepada Tuhan Yesus di hari ulang tahun-Nya? Persembahan terbaik kita adalah diri kita seperti menjadi anak yang rajin ke gereja, menjadi anak yang sayang pada orang tua, dan selalu berbuat baik. Kita juga bisa memberi persembahan kepada Tuhan Yesus dengan harta dan talenta. Harta adalah uang kita. Dan talenta seperti bernyanyi, membaca puisi, menari, bermain musik untuk Tuhan Yesus, dan masih banyak lagi.
• Kepada masing-masing anak bagikanlah lembaran murid dan pensil. Pada tugas satu, arahkan murid untuk mempraktikkan di depan kelas menyambut kelahiran Tuhan Yesus dengan mempersembahkan talentanya.
• Tunjukkanlah kolom “Tugas Kemitraan dengan Orang Tua” yang ada di lembaran murid. Bacakan tugas mereka dalam minggu ini. Ingatkan mereka untuk minta paraf orang tua, lalu dibawa Minggu depan untuk mendapat paraf guru SM. Demikian pula ingatkan untuk membaca Alkitab setiap hari.
• Ajaklah anak-anak menghafalkan ayat hafalan dengan gerakan (ciptakanlah sebuah gerakan): “Maka masuklah mereka … lalu sujud menyembah Dia” Matius 2:11
• Bagikan peralatan membuat hiasan bintang: sedotan berbagai warna, stapler, gunting, dan benang. Bimbing mereka membuat hiasan bintang yang bisa mereka gantung di pohon natal.
•
Tunjukkan gambar pada lembaran murid. Minta anak-anak mewarnai gambar tersebut di rumah dan mereka akan membawanya Minggu depan untuk dinilai bersama tugas yang lain. Jika sudah selesai akan mendapatkan nilai dari guru.
• Minta seorang anak mengedarkan kantong persembahan, anak-anak yang lain bisa mengiringi dengan sebuah lagu persembahan.
• Bagikan lidi bintang pada anak-anak yang hadir. Minta mereka memasukkan pada kantong absensinya.
• Setelah selesai, minta mereka merapikan pensil membuang sampah pada tempatnya, merapikan meja dan kursi lalu mencuci tangan. Biarkan mereka melakukan sendiri semampu mereka dan pujilah sikap mereka yang rajin membantu.
• Ajak mereka menyanyikan sebuah lagu doa, lalu minta mereka menirukan doa yang Anda pimpin. Berdoalah bagi anak-anak agar menyambut kelahiran Tuhan Yesus dengan sukacita, dengan senantiasa sujud menyembahnya dan memberikan persembahan yang terbaik kepada-Nya seperti yang dilakukan orang-orang majus, selalu menjadi anak-anak yang taat pada perintah Tuhan. Berdoalah dengan bahasa yang sederhana sehingga dapat dimengerti oleh mereka. Saat pulang bersalaman, katakan “Jadilah anak taat.”
Erlina Nurmayanti lahir di Cilacap, 1 Januari 1977. Terlahir dalam keluarga pendeta membuatnya terpanggil untuk melayani Tuhan sepenuh waktu saat kelas 2 SMA. Dalam usia itu pun dia sudah mengajar di kelas Sekolah Minggu dan rajin berkunjung menjangkau anak-anak. Itu juga yang membuatnya menyukai dunia pendidikan dan mencintai anak-anak. Setelah lulus SMA, ia melanjutkan studi di STBI Semarang guna diperlengkapi dalam melayani. Kerinduannya adalah ingin menjadi guru agama Kristen di sekolah. Tahun 2001 ia menikah dengan seorang hamba Tuhan yang saat itu sudah menggembalakan di GBI Jragung, Demak.
Selama 3 tahun ia mendampingi suami dalam penggembalaan di sana. Selanjutnya Tuhan memanggilnya bersama suami untuk menggembalakan di GBI Palembang Cab. Lorok Pakjo. Selain mendampingi suami dalam pelayanan, Tuhan juga mengijinkannya untuk mengajar PAK di Yayasan Perguruan Baptis Palembang selama 7 tahun. Agustus, tahun 2011 bersama suaminya Pdt. Kuswinardi menerima panggilan penggembalaan di GBI Pasuruhan, Cilacap. Dan sejak saat itu juga (setelah melewati pergumulan tentunya), ia memutuskan untuk tidak melayani/mengajar di sekolah lagi tapi fokus mendampingi suami dan fokus pada pendidikan di lingkungan gereja saja. Meninggalkan dunia pendidikan di sekolah tentu membuatnya sedih karena sebelumnya terbiasa mengajar setiap hari. Namun ia bersyukur Tuhan memberi kepercayaan yang lain yaitu menulis materi ajar Sekolah Minggu kelas Indria di tahun 2018. Ia berharap dan berdoa, melalui tulisannya bisa membantu para guru Sekolah Minggu dalam mempersiapkan diri menyampaikan Firman Tuhan bagi anak-anak. Selanjutnya, Ia percaya Tuhan pasti melengkapi semua guru Sekolah Minggu untuk mengajarkan Firman Tuhan dengan penuh kuasa-Nya.