www.kabaria.id
Majalah Dwi Bulanan Volume 1 / 2024
Jujur | Cerdas | Merekatkan
PEMILU
Warga Gereja Juga Harus Ikut ISSN: 1410-2439 | Harga Rp. 17.000,-
Jendela
PEMILU
DAN WARGA GEREJA Bulan-bulan ini adalah bulan yang penuh dengan keseruan khususnya di bidang politik. Betapa tidak, tiga calon Presiden dan Wakil Presiden yang sudah resmi muncul membuat kaget banyak pihak. Pasangan Ganjar-Mahfud, Prabowo-Gibran dan Anis-Imin boleh dibilang beritanya menjadi teratas dalam akhir-akhir ini. Apalagi ketika Gibran bersedia menerima tawaran koalisi partai Prabowo yang sebelumnya ia mendukung Ganjar. Jelas ini menjadi perbincangan yang tak ada habisnya dibahas media. Apalagi didukung keputusan MK yang belakangan ketua MK-nya yang adalah paman Gibran diberhentikan. Bisa dibayangkan jelang Pemilu Februari 2024 sudah panas. Panas di media sosial dan panas pula di dunia nyata. Lantas, bagaimana warga gereja memandang hal ini? Apakah dengan kondisi seperti ini warga gereja tak acuh dan membiarkan saja. Karena merasa bukan urusan gereja dengan politik dan pemilu. Eits …tunggu dulu. Sebagai warga gereja harus pula mengetahui atau paling tidak terliterasi lewat SB dengan kondisi seperti ini. Liputan khusus secara lugas kami hadirkan artikelnya di topik utama majalah ini. Anda bisa membacanya hingga tuntas bahkan ada artikel soal melawan hoaks dalam kondisi yang mulai panas ini. Juga ada artikel tentang Golput atau golongan putih. Golput diprediksi angkanya juga akan naik di tahun 2024.
Sebagai warga gereja kita diingatkan selalu mendoakan jalannya pemerintahan dan kondisi politik menjelang pemilu. Karena pemilu serentak 2024 tidak hanya memilih Presiden dan Wakilnya, masyarakat juga memilih wakil-wakil rakyat yang duduk di DPR dan DPRD. Jadi bulan Februari 2024 akan sangat krusial bagi bangsa ini. Liputan lainnya juga kami hadirkan dengan berbagai kegiatan yang dilakukan, antara lain hasil kegiatan ABWU di Jakarta juga bisa dinikmati artikelnya. Atau juga ada 11 orang dari Papua yang tinggal selama kurang lebih 1 bulan di LLB sebelum mereka ke Dallas, Texas untuk kuliah di sana. Akhirnya majalah Suara Baptis edisi JanuariFebruari 2024 bisa hadir. Anda bisa terus mendukung atau menyebarkan majalah ini ke siapapun juga yang ingin mendapatkan informasi dan hal lainnya. Dukungan bagi kami sangat diperlukan, baik materi dan doa. Semoga di tahun politik ini negara kita dalam kondisi aman dan terkendali dan kita doakan terus akan hal ini. Selamat menikmati semua hal yang kami hadirkan di edisi ini. Salam, Redaksi
INDEKS
5 16 34 PEMIMPIN UMUM
Ir. John Serworwora, Ph.D.
PEMIMPIN REDAKSI Philip Situmorang
REDAKSI
Fajar Supriono
KONTRIBUTOR
Yulianto S | Markus Saragih | Candra Agung Pambudi | Martinus Ursia | Iswara Rintis | Nasrul Manalu
DESAIN SAMPUL & ISI Yosua Agustian
SB ONLINE
Yohanes Aris | Tim Redaksi
PEMASARAN, IKLAN & DISTRIBUSI
Inung Suprayogi | Sri Rezeki | Tukran | Tim SB
ADMINISTRASI & KEUANGAN Ijan Hanna Nursanto
4
INDEKS
Liputan Khusus
• PEMILU 2024 • GOLPUT (BUKAN) Pilihan Alternatif • Berani Lawan Hoaks Jelang Pemilu
Liputan
• “Kehadiran Gereja Bukan untuk Diri Sendiri” • Ketua Baru STTB Bandung • Merintis Jemaat Baru di Bali
Resensi
• 12 Wanita Luar Biasa
REKENING
Bank Mandiri KCP Bandung Cibeunying No. Rekening 131-05-8000181-8 atas nama Lembaga Literatur Baptis atau melalui Giro Pos No. 4000 004 235 atas nama Lembaga Literatur Baptis Jl. Tamansari 16 Bandung 40116 Indonesia (mohon mengirimkan salinan bukti pengiriman melalui Official Hotline LLB 0812 1212 5116)
PENERBIT
Lembaga Literatur Baptis
ALAMAT/KONTAK
Jl. Tamansari 16 Bandung 40116 Indonesia Telephone: (022) 420 3484 WA Hotline: 0812 1212 5116 Email: suarabaptis@gmail.com FB: majalah suara baptis IG: suarabaptis
SURAT TANDA TERDAFTAR (STT)
29 Maret 1988 No.1307/SK/DITJENPPG STT/1988 ISSN 1410-2439
Liputan Khusus
Pemilu 2024
Warga Kristen Harus Ikut Jelang batas akhir penentuan calon presiden dan wakil presiden pada Oktober 2023 aktivitas politik amat terasa. Partai A menjagokan si A, Koalisi partai B, C, dan D menjagokan si B dan partai-partai kecil juga mulai bergeliat merapat ke partai besar. Semua wajah calon ditunjukkan di tengah masyarakat. Pemilu atau pemilihan umum serentak tinggal menghitung bulan saja. Pemilu itu harus dilaksanakan sebagai perwujudan dari tujuan nasional yang tercantum pada Pembukaan UUD 1945. Segenap warga wajib mengutamakan pemilu, termasuk warga gereja. Kepada redaksi SB Pdt. Victor Rembeth memberi komentar soal ini bahwa sebagai warga negara dan juga warga gereja perlu ikut terlibat dalam pemilu. “Bukannya tidak peduli tapi memang kita sebagai warga negara dan warga gereja harus ikut ambil bagian. Pemilu adalah langkah penting bagi setiap warga gereja dan negara untuk menentukan perubahan. Perubahan itu tentu saja perubahan baik. Kita selalu berdoa baik saat ibadah di hari minggu untuk bangsa dan negara, praktiknya pada pemilulah kita terlibat mewujudkan doa yang kita panjatkan itu,” katanya. Dalam sebuah diskusi kebangsaan Para Syndicate akhir Agustus 2023 lalu di Jakarta, Ketua DPP PDIP, Eriko Sotarduga mengatakan, saat ini masyarakat Indonesia sudah rasional menentukan pilihannya. Hal itu disampaikannya ketika Presiden Joko Widodo memberikan pengarahan saat Rakernas tertutup PDIP bulan Juni lalu. Kata Eriko, data yang dimiliki menunjukan bahwa dari 2/3 angkanya sekitar 18-19 persen penduduk Indonesia mengikuti apa pun yang diinginkan Presiden Jokowi. Kemudian, ada 49-50 persen mereka melihat apa yang disampaikan Jokowi baik, tetapi mereka rasional untuk memilih. Artinya, orisinalitas, jati diri menjadi yang paling utama karena masyarakat sudah sangat cerdas.
Ia mengakui, endorsement Presiden Jokowi memang sangat penting karena ada 18-19 persen pemilih yang mengikuti keinginannya. Tetapi, itu tidak jadi optimal kalau 50 persen lebih pemilih rasional tidak mendukung. Saiful Mujani dari hasil riset Survey dan Perilaku Pemilih menjelaskan soal pemilih rasional. Seorang pemilih rasional adalah pemilih yang menghitung untung-rugi dari tindakannya (memilih partai atau calon). Sebuah tindakan dikatakan “menguntungkan” bila ongkos yang dikeluarkan untuk mendapatkan hasil dari tindakan tersebut lebih rendah dari hasil tindakan itu sendiri. Sebaliknya, sebuah tindakan disebut “rugi” bila ongkos untuk mendapatkan hasil itu lebih tinggi nilainya ketimbang hasil yang diperoleh. Dalam pemilu, hasil yang didapat merupakan barang publik, bukan pribadi. Ia dimiliki dan digunakan secara kolektif dalam masyarakat, bukan secara pribadi. Pemahaman sederhana pemilih, yaitu setiap warga negara yang berusia 17 tahun dan terdaftar sebagai pemilih dalam pemilu. Dalam hal ini pemilih dituntut untuk aktif memeriksa data setiap calon. Mengapa orang Kristen harus terlibat? Kata Pdt. Victor karena kita menjadi warga gereja dan warga negara yang bertanggung jawab. “Ketika Kristus menunjukan bayar pajak lewat sekeping uang, maka jawab Yesus dalam Matius 22: 21: Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah. Artinya sebagai warga negara kita juga punya kewajiban politik. Itu sebabnya warga gereja harus terlibat dalam pemilu.” Sementara itu menurut Pdt. Henrek Lokra Sekretaris Eksekutif Bidang Keadilan dan Perdamaian Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), warga gereja memang harus terlibat dalam pemilu. “Ini bentuk partisipasi warga gereja secara bertanggung jawab. Kalau tidak memilih, maka kita ikut berdosa dengan kehancuran bangsa Liputan Khusus
5
Liputan Khusus
ini jika kedepannya tidak jelas. Itu sebabnya kita harus dorong hal ini.” Pdt. Lokra menambahkan PGI sudah melakukan safari pendidikan politik bagi warga gereja. ”Safari politik ini disambut baik oleh warga gereja lintas profesi. Kebutuhan informasi akan warga gereja untuk berperan dalam pemilu sangat dibutuhkan. Safari yang telah dilakukan cukup baik menjawab kebutuhan itu.” Keterlibatan warga Kristen dalam pemilu juga didorong oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen, Kementerian Agama, Jeane Marie Tulung. “Kita akan hadapi tahun politik. Kita semua harus ikut menyukseskan. Seluruh pendeta dan umat Kristen perlu berpartisipasi aktif dalam menyukseskan penyelenggaraan pemilu 2024 yang bersih, jujur, dan adil,” kata Jeane Marie saat mengikuti Rapat Kerja Nasional PGI Wilayah/SAG se-Indonesia, yang diselenggarakan oleh PGI di Ambon, Maluku, Jumat, (11/08) silam. Kata Jeane Marie, menjadi tugas pendeta dan umat Kristen, untuk mendukung dan mendoakan seluruh instansi dan jajaran penyelenggara pemilu agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga pemilu dapat berjalan dengan aman dan lancar. “Terkait gereja dan tempat ibadah, saya mengimbau tidak dijadikan tempat melaksanakan aktivitas politik praktis, seperti kampanye atau kegiatan politik lainnya,” pinta Dirjen. Sebagai umat Kristen, tambah Dirjen, perlu bertanggung jawab penuh menjaga bingkai persaudaraan kebangsaan. “Tetap teguh bersatu menjaga keutuhan NKRI, yang berlandaskan Pancasila, UUD 1945 dan semangat Bhinneka Tunggal Ika,” tegasnya.
yang banyak agar pemilih dapat mengetahui informasi sosok pemimpin yang ideal sehingga pemilih bertanggung jawab pada pilihannya. “Kita perlu semacam panduan bagi pemilih baru atau muda. Panduan ini juga berlaku bagi warga umum/ gereja. Dari panduan itulah kejelian pemilih sangat diperlukan dalam memilah berita agar mendapat kebenaran. Informasi yang sungguh-sungguh dapat dipakai sebagai pegangan dalam memilih. Pemilih juga harus mau menyediakan waktu untuk melakukan pemilahan melalui proses verifikasi,” kata Beny Lumy, salah satu peserta yang juga warga Gereja Kristen Indonesia. Pemilih Muda Ragu
“Akhirnya saya meminta agar kita dapat menempatkan diri dalam pewartaan tentang Kasih Tuhan dan Citra Allah yang membawa damai dan pengharapan bagi kehidupan bangsa,” pungkas Dirjen.
Bagus (24) warga asal Sumatera yang tinggal di Bandung ketika ditemui SB di sebuah mal mengaku saat pemilu periode 2019 lalu tak mencoblos. “Ya saya tidak tahu sama sekali kalau di tingkat daerah, bener-bener tak tahu.”
Sementara itu dalam diskusi terbatas yang diselenggarakan Jaringan Kerja Lembaga Pelayanan Kristen di Indonesia (JKLPK) akhir September lalu, mantan anggota Komnas HAM Johny Simanjuntak menjelaskan ada berbagai hal yang perlu diperhatikan sebelum pemilu bagi warga gereja.
Sementara Garce (22) yang tinggal di Soreang, Bandung akan ikut coblos untuk pemilu presiden tahun 2024. “Kalau milih wakil daerah, masih raguragu karena tidak tahu banyak tentang kontestan yang akan dipilih,” katanya sambil tertawa.
“Misalkan untuk kalangan generasi muda. Jumlah pemilih muda yang cukup besar harus diliterasi sehingga mereka tidak salah pilih atau tidak memilih. Sosialisasi oleh gereja dalam hal gereja memberikan fasilitas agar informasi itu sampai ke jemaatnya sangat diperlukan,” katanya. Apa lagi, tambah Johny, diperlukan informasi 6
Liputan Khusus
Noel (20) seorang mahasiswa yang tinggal di Kota Bogor masih ragu-ragu untuk ikut coblos atau tidak. “Saya tidak banyak tahu politik. Kalau kumpul sama teman-teman di gereja, kita jarang obrolin soal politik,” ujarnya. Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia atau KPU RI menetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Nasional untuk Pemilu 2024 sebesar
Liputan Khusus
204.807.222 jiwa. Dari jumlah itu, 52 persen di antaranya merupakan pemilih muda atau berjumlah 106.358.447 jiwa. Rincian DPT : -
Pemilih berusia 17 tahun (0,003 %) = sekitar 6.000 jiwa.
-
Pemilih usia 17 tahun-30 tahun (31,23 %) = 63,9 juta jiwa.
-
Pemilih usia 31 tahun-40 tahun (20,70 %) = 42,395 juta jiwa.
-
Pemilih usia lebih dari 40 tahun (48,07 %) = 98.448.775 jiwa.
Sumber: KPU RI Dalam diskusi yang dilaksanakan JKPL itu disinggung pula bagaimana gereja ikut berperan bersama lembaga swadaya masyarakat untuk ikut memproses verifikasi informasi khususnya dalam memilih pemimpin daerah dan wakil rakyat bagi anak muda atau pemilh pemula. Pemilihan tingkat daerah mempunyai calon yang berbeda pada setiap wilayah, dari level provinsi hingga kecamatan. “Bisakah gereja atau LSM membantu agar warga, khususnya pemilh muda atau pemula menjadi lebih cermat dalam memilih calonnya di daerah,” kata Artha Senna mewakili jurnalis. Gereja didorong
untuk membantu jemaat dalam berbagai diskusi sebelum pemilu. Beny Lumi menambahkan bahwa di gerejanya ada banyak kegiatan dalam memberikan edukasi kepada warganya melalui film-film pendek. Sementara Pdt. Lokra menambahkan PGI melakukan safari politik ke berbagai PGI wilayah. “Warga gereja harus terlibat sebagai bentuk tanggaung jawab warga negara yang benar. Sejauh ini responsnya cukup baik,” akunya. Soal dorongan keterlibatan warga gereja untuk ikut dalam pemliu 2024, menurut Pdt. DR. Stefanus Joko Budiyanto M.Th; telah dilakukan. “Kalau mendorong anggota gereja yang punya hak pilih mengikuti pemilu adalah hal yang seharusnya dilakukan oleh gembala sidang atau pendeta. Tetapi yang tidak boleh adalah mendorong atau mengarahkan atau juga mewajibkan untuk memilih calon tertentu, terlibat dalam politik praktis. Itu yang nggak boleh karena referensi jemaat bisa berbedabeda,” tegasnya. Mantan Ketua Sekolah Teologi Baptis Bandung (STTBB) dan Gembala Sidang Gereja Baptis Indonesia Bakti, Bandung ini berharap bahwa pemilu 2024 dapat berjalan dengan aman dan lancar dan warga gereja agar terus mendoakannya. “Secara khusus kita harus terus mendoakan, Liputan Khusus
7
Liputan Khusus
antara lain KPU dan Bawaslu agar bertindak adil dan tegas, juga kita bawa dalam doa partai politik untuk mencalonkan orang yang punya jejak rekam baik. Kita sebagai rakyat diberi hikmat bijaksana memilih pemimpin yang baik, yang memikirkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Lalu ini juga tak kalah penting untuk mendoakan agar kita tidak mudah termakan dengan berita-berita hoaks Sementara itu pada kegiatan Dialog Kebangsaan: Literasi Pemilu 2024 yang diadakan GKI Gunung Sahari, Jakarta Sabtu (14/10) lalu, anggota KPU August Mellaz menyampaikan beragam hal teknis yang perlu diketahui masyarakat soal pemilu, antara lain tahapan daftar pemilih, pencalonan dan kampanye. Terkait daftar pemilih masyarakat perlu untuk mengecek apakah sudah terdaftar dalam DPT. “Pemilu sejatinya menjadi sarana integrasi bangsa. Suksesnya pemilu tidak hanya menjadi pengalaman berharga bangsa Indonesia tapi juga untuk dibagikan kesuksesannya kepada banyak negara,” katanya. Ia juga menambahkan perlunya terus menjalin kerja sama dengan sesama umat. “Akan lebih baik lagi jika dapat menjalin kerja sama dengan sesama umat yang juga politisi di wilayahnya. Mereka dapat berbagi pengalaman dalam mengurus negara sesuai dengan ajaran gereja. Mereka juga dapat membagikan informasi tentang karya-karyanya dalam memajukan kesejahteraan bersama. Semua memperlihatkan bahwa suara umat untuk memilih orang yang tepat sangat krusial,” tandasnya. Masyarakat juga perlu tahu beberapa kegiatan, seperti pada 19-25 Oktober 2023 akan dibuka pendaftaran bagi peserta pemilu calon presiden dan wakil presiden. Sedangkan kampanye akan berlangsung pada 28 November 2023-10 Februari 2024. Yang perlu diwaspadai oleh rakyat sebelum pencoblosan menurut situs KPK 11 September 2023 menyebut beberapa hal, antara lain adalah praktik politik uang jelang pencoblosan atau yang dikenal dengan sebutan “serangan fajar”. Dalam artikel berjudul Bentuk-Bentuk Serangan Fajar yang Lazim Dibagikan Saat Pemilu, disebut istilah “Mengambil uangnya, belum tentu memilih orangnya”, argumen ini jamak dilakukan di sebagian masyarakat. Sebagian orang berpikir begitu beralasan ingin memberi efek jera pada pemberi serangan fajar. Jika hal ini terjadi maka, secara tidak langsung mendukung pemerintahan yang tidak menganut nilai antikorupsi. Bentuk-bentuk serangan fajar yang perlu diwasdapai, yaitu pemberian amplop berisi uang umum dilakukan oleh para tim sukses calon legislatif atau calon pemimpin kepada para pemilih. Nilai nominal yang diberikan sangat beragam antara 8
Liputan Khusus
Rp25.000 hingga ratusan ribu. Uang cenderung dipilih karena mudah dibawa dan diberikan secara sembunyi-sembunyi. Selain itu, sifat uang yang umum sehingga tidak terlalu terlihat adanya serangan fajar saat pemilihan. Bentuk lain adalah sembilan bahan pokok (sembako) yang juga sering dibagi-bagikan saat pemilu kepada para pemilih. Misalnya beras, minyak, gula pasir, dan sebagainya. Dalam kemasan sembako biasanya diselipkan identitas caleg— strategi agar penerima sembako memilih caleg yang membagikan sembako tersebut. Dan bentuk yang ketiga, yang umum dibagikan saat serangan fajar adalah barang-barang kebutuhan rumah tangga lain, misalnya sabun cuci piring, sabun mandi, dan sebagainya. Timses juga tak lupa menyelipkan identitas caleg yang didukung ke dalam bungkusan barang yang dibagikan. Jadi, kata Pdt. Joko, sebagai warga Kristen tentu saja tidak hanya terlibat dalam pemilu sebagai tanggung jawab warga negara dan gereja tetapi juga waspada serta cermat saat pencoblosan berlangsung. Kita perlu mendoakan dan berharap bahwa akhirnya pemilu tahun 2024 ini akan menghasilkan pemimpin-pemimpin yang bisa merawat keberagaman, nasionalis, melanjutkan program pemerintah yang baik. “Dan yang terpenting juga tidak terindikasi berpihak pada kaum radikal dan korupsi.”
Penulis: Phil Artha Editor: Fajar
Sumber: https://medium.com/
Liputan Khusus
GOLPUT
(BUKAN) Pilihan Alternatif Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD mengimbau tidak golput pada pemilu 2024. “Menjadi agenda kami untuk meningkatkan partisipasi masyarakat sebagai pemilih, karena besarnya partisipasi pemilih dan kecilnya angka golput tentu mempengaruhi legitimasi secara sosiologis dan politis,” kata Mahfud MD di acara dialog kebangsaan: Sukses Pemilu 2024 menuju Indonesia Maju lewat daring di Jakarta, Selasa (17/10). Istilah ini selalu muncul mendekati hari-hari pemilihan umum atau pemilihan kepala daerah. Golput diidentikkan dengan sikap cuek, apatis, atau tidak mau cawe-cawe dengan kondisi politik; akhirnya tidak memilih untuk berangkat ke TPS untuk mencoblos. Istilah golput muncul pertama kali jelang Pemilu 1971. Kompas menulis kala itu, Kamis siang (3 Juni 1971), sekelompok mahasiswa, pemuda dan pelajar berkumpul di Balai Budaya Jakarta. Kelompok ini kemudian mendeklarasikan sebagai “Golongan Putih” yang merupakan gerakan moral. Tokoh yang menonjol kala itu Adnan Buyung Nasution dan Arief Budiman. Apa sebenarnya golput itu? Golput adalah tindakan warga negara yang masuk sebagai daftar
pemilih tetapi tidak menggunakan hak pilihnya saat pencoblosan. Kelompok golput inilah yang setiap pemilu selalu muncul dan menjadi persoalan. Golput tidak selalu mempunyai tujuan yang berdasarkan idealisme tetapi ada juga yang disebabkan oleh hasutan dan lainnya. Menarik dari data Biro Pusat Statistik (BPS) yang menyebut bahwa angka golput di Pemilu 2019 lebih rendah dibanding Pemilu 2014. Angka 2019 sebanyak 34,75 juta atau sekitar 18,02 persen dari total pemilih yang terdaftar. Di 2014, jumlah golput sebanyak 58,61 juta orang atau 30,22 persen. Pertanyaan selanjutnya, apakah jumlah golput akan bertambah atau berkurang di 2024 ini ? Hasil survei dari Centre for Strategic and International (CSIS), diketahui ada 11,8 % responden memilih untuk golput, khususnya di kalangan pemilih muda. Angka resmi KPU untuk jumlah pemilih muda, yaitu 56,4 % atau setengahnya dari jumlah total Daftar Pemilih Tetap (DPT). Jumlah DPT keseluruhan 204.807.222 pemilih. Penyebab Golput Ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang memilih golput atau menjadi tidak mencoblos, antara lain: Liputan Khusus
9
Liputan Khusus Kurang peduli Sikap kurang peduli terhadap politik dapat terjadi di masyarakat. Ini yang membuat angka golput menjadi naik. Tipe masyarakat seperti ini tidak lagi peduli dengan urusan politik, bahkan tidak juga mencari tahu apa itu golput dan risiko jika memilih untuk golput pada setiap pemilu. Penyebab ketidakpedulian masyarakat terjadi karena mereka merasakan bahwa tidak ada dampak positif yang terjadi padanya setelah pemilihan. Sementara, informasi lewat berita-berita semakin masif khususnya kebijakan yang tidak berpihak pada masyarakat atau korupsi yang dilakukan para pemimpin serta wakil rakyat sanggat tinggi. Dengan menghindari golput sebenarnya menjadi salah satu solusi guna menyelesaikan persoalan-persoalan yang muncul. Dengan tidak golput, masyarakat dapat memilih pemimpin yang berintegritas dan antikorupsi sehingga pemerintahan berjalan bersih dan antikorupsi serta pembangunan adil, dan merata. Masyarakat harus bisa menciptakan pemerintahan yang berintegritas dengan berani menolak politik uang menjelang pemilu. Bersikap jujur pada diri sendiri dan dengan berani menolak politik uang dalam bentuk apa pun akan menciptakan pemerintahan yang lebih bersih dan peduli pada rakyatnya.
Contoh, data LSI dari hasil Pemilu 2019, terdapat 1.200 responden, yaitu 29,5 persen tidak mengetahui bahwa pada April 2019 diadakan pemilu. Sementara 24,2 persen menyatakan tidak tahu tanggal yang pasti dari pemilu. Tidak terlayani Kelompok yang bisa saja tidak terlayani saat pemilu adalah penyandang disabilitas. Kelompok ini mempunyai hak yang sama dengan warga negara Indonesia lainnya untuk memberikan suara di hari pemilu. Namun, kondisi mereka membuat kelompok ini tidak terlayani. Contoh, tidak adanya sarana bantuan untuk menuju lokasi pencoblosan dan juga tidak tersedia surat suara bagi kelompok ini. Padahal dari segi jumlah, kelompok ini cukup banyak suaranya. Tahun 2019 saja diketahui pemilih disabilitas mencapai 1,2 juta orang. Mengikuti pemilu tak hanya saat datang mencoblos tetapi juga cermat dalam melihat dan memilih calon pemimpin yang akan dicoblos. Mempelajari dengan baik setiap calon dan partainya memungkinkan pemilih menjadi cerdas. Dan tentu saja memahami lebih dalam tentang golput dan menghindarinya agar setiap warga negara dapat ikut berperan membawa perubahan bagi negara. Cara yang paling mudah adalah kenali para peserta pemilu dan memilih calon pemimpin yang rekam jejaknya baik dan berintegritas!
Tidak tahu tentang pemilu Meski sosialisasi tentang pemilu sudah dilakukan jauh-jauh hari, masih ada orang yang tidak mengetahui tanggal pasti diadakannya pemilu.
Penulis: Markus Saragih Editor: Fajar
Sumber: https://www.bbc.com/
10
Liputan Khusus
Sumber: https://unsplash.com
Liputan Khusus
Lawan Hoaks Jelang Pemilu
Dua orang muda, yaitu perempuan dan lelaki sedang berbincang serius.
belum ada hasil suara hajatan demokrasi secara nasional itu.”
“Tahu nggak, bedanya kopi item anget dan informasi hoaks,” tanya si perempuan.
Menurut Hasyim, jika ada pihak-pihak yang menggambarkan seolah-olah sudah ada hasil suara pemilu, maka itu tidak masuk akal dan mengadaada.
Dan si lelaki jawab,” Emang apa?”. “Kopi hitam yang hangat, itu rasanya nggak pernah bohong. Kalo kabar hoaks, itu informasinya hitam, nggak jelas dari dari mana sumbernya, rasanya dusta” jawab si perempuan. “Emang contohnya apa,” kata si lelaki lagi. “Kan dah jelas, pemilu itu tanggal 14 Februari 2024, bukan tanggal yang lain. Cek di www.kpu. go.id bukan di yang lain.”
Sebelumnya beredar video pendek di Twitter menggambarkan logo Komisi Pemilihan Umum (KPU) bahwa pemungutan suara Pemilu 2024 sudah ada, bahkan sebelum pemilu berlangsung. Soal video yang beredar itu, Hasyim membantah bahwa video itu tidak benar dan menjelaskan bahwa proses pemungutan suara dan penghitungan suara Pemilu 2024 dilaksanakan dengan cara manual, yaitu pencoblosan, pemungutan, dan penghitungan suara serta rekapitulasi hasil penghitungan secara berjenjang dari TPS, PPK, KPU Kab./Kota, KPU Provinsi dan KPU Pusat, dilakukan secara manual berbasis formulir fisik. “Perlakuan secara manual pun dilakukan untuk penghitungan suara dan rekapitulasi hasil penghitungan suara secara terbuka, yang dapat diakses, diawasi dan dipantau oleh Bawaslu, saksi peserta pemilu, pemantau, jurnalis dan pemilih,” tambahnya.
Sumber: https://www.bing.com/create
Mari sukseskan pemilu 2024 dengan melawan hoaks. Video promo berdurasi 30 detik itu disebarkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia yang dirilis ke publik lewat kanal YouTube per 28 September 2023. Ini linknya https://www. youtube.com/shorts/877uUdRiKMs Mengapa pula KPU mengeluarkan video promo pemilu melawan hoaks? Menurut Ketua KPU Hasyim Asyari seperti dikutip dari kantor berita Antara, bahwa pemungutan suara dan penghitungan suara Pemilu 2024 akan digelar pada Rabu, 14 Februari 2024. “Dengan demikian,
Sumber: https://www.bing.com/create
Lawan Hoaks Soal hoaks jelang pemilu, Pdt. Henrek Lokra, Sekretaris Eksekutif Bidang Keadilan dan Liputan Khusus
11
Liputan Khusus
Perdamaian (KP) Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) mengatakan secara jelas tentang pentingnya literasi. “Harus berani lawan hoaks dengan literasi bagi warga gereja dan ini sangat diperlukan. Entah itu penggunaan media sosial atau informasi-informasi lainnya sehingga kita tidak mudah terpengaruh dan bahkan menyebarkan hoaks itu.” Melawan hoaks memang bukan untuk kalangan tertentu tetapi juga setiap warga negara Indonesia. Secara khusus Gereja Kristen Indonesia (GKI) membuat video pendek untuk warga Kristen dalam Pemliu 2024 nanti. Beny Lumi, Wakil Ketua Gerakan Kebangsaan Indonesia Sinode GKI menjelaskan bahwa GKI sudah menginisiasi “Gerakan Ayo Nyoblos” sejak 2019, dengan berbagai program, salah satunya membuat klip video “Jadi ada serial video klip Ayo Nyoblos dan sudah dibuat tiga dari lima yang direncanakan, videovideo yang sudah jadi, yaitu video Pemimpin Asyik, Kenapa Harus Memilih, “Pemilih Asyik” dan dua yang sedang dipersiapakan adalah “Ayo ke TPS” dan “Ayo Pantau,” ujarnya pada SB.
Sumber: https://nasional.kompas.com/
Ini juga bukan hal yang mudah dan cepat, sehingga literasi pemilu menjadi hal penting yang harus terus dilakukan secara konsisten. Soal kata literasi pemilu ini menjadi mudah diterima dibanding istilah pendidikan politik, karena kadang susah diterima di gereja apalagi menjelang pemilu,” ujarnya. Beny juga menyinggung soal hoaks. Harapannya dari program literasi itu dapat membantu jemaat atau masyarakat sehingga tidak terpengaruh dari berita-berita hoaks. “Sekarang itu dengan teknologi artificial intelegence (AI), semua informasi bisa dibuat seolah-olah benar. Warga gereja perlu cerdas dalam menyaring informasi yang diterima. Bisa membedakan mana yang fakta dan mana yang asumsi. Mana yang benar dan mana yang menyesatkan. Warga gereja perlu cari tahu dari sumber yang terpercaya, mau repot sedikit untuk check and recheck dan jangan gampang untuk share info.” Lalu soal proses dukung mendukung. Kata Beny, “Warga gereja tak perlu buru-buru menentukan pilihan dan ikut “berkampanye” sampai tegangtegangan sama teman dan saudara”.
Lebih dalam, Beny Lumi menjelaskan soal Gerakan Ayo Nyoblos adalah program literasi pemilu untuk warga gereja dan bisa untuk masyarakat umum. Momen pemilu penting untuk menentukan pemimpin bangsa (legislatif dan eksekutif), sehingga jemaat atau masyarakat harus berpartisipasi dan bisa menjadi pemilih yang cerdas.
“Kita bukan tim kampanye salah satu calon atau partai. Masih ada waktu tiga bulan untuk mencari informasi dari sumber-sumber yang jelas dan bisa dipercaya. Mengamati rekam jejaknya, mengamati perilaku capres/cawapres/caleg/partai/timsesnya, sebelum akhirnya menentukan pilihan di pada Februari 2024 mendatang.”
Soal program literasi pemilu ujar Beny, menjadi penting agar jemaat bisa siap untuk memilih dengan memberikan informasi yang objektif dan benar.
Untuk itu, salah satu tugas penting institusi gereja dan pemimpin gereja, menurutnya adalah memberikan asupan informasi yang terpercaya, bermanfaat dan mencerdaskan warga gereja supaya menjadi pemilih yang cerdas.
“Menurut kami, literasi pemilu menjadi program penting dan strategis, supaya jemaat atau masyarakat bisa semakin cerdas dalam menentukan pilihan dan dewasa dalam berdemokrasi serta bisa melawan hoaks, ujaran kebencian dan politik uang. 12
Liputan Khusus
Penulis: Phil Artha Editor: Fajar
CERDAS SEBELUM NYOBLOS Nyoblos dalam Pemilu 2024 tinggal menghitung hari. Kampanye mulai Capres dan Cawapres hingga anggota DPR dan DPRD sudah bertebaran di mana-mana. Bingung? Ada juga yang mengalami kebingungan itu. Bawaslu sudah wanti-wanti, berpartisipasilah dalam pemilu sehingga dapat menekan kecurangan dan pelanggaran yang bisa saja terjadi. Apalagi untuk pemilih pemula, maka harus cari tahu informasi sebanyak-banyaknya agar pilihan saat nyoblos benar-benar sesuai hati nurani. Berikut ini, beberapa petunjuk menjadi pemilih cerdas, khususnya bagi pemula; 1. Nama Anda ada di Daftar Pemilih Tetap (DPT) Cek dari sekarang, apakah nama Anda terdaftar di Daftar Pemilih Tetap (DPT) atau belum. Klik aja untuk mengeceknya secara online di https://cekdptonline. kpu.go.id/ Jika tidak ada nama Anda, dapat bertanya atau ke RT setempat dan kemudian diarahkan instansi untuk mengurusnya. 2.Syarat-syarat sebagai pemilih Jika amemang belum terdaftar, cek cara daftar sebagai pemilih, syaratnya antara lain: sudah berusia 17 tahun pada hari pemungutan suara; tidak sedang terganggu jiwanya; tidak sedang dicabut hak pilihnya; mempunyai KTP elektronik; dan tidak sedang menjadi Anggota TNI/Polri. Untuk yang di
luar negeri, pastikan juga sudah terdaftar. Dokumen yang diperlukan passport. 3. Cari informasi sebanyak-banyaknya tentang para kandidat Ini bisa kita lakukan lewat online, profil di manapun kandidat itu berada, khususnya di wilayah Anda. Perhatikan juga apa yang dia tawarkan dan cek kebenarannya. Cek ini bukan hanya untuk Capres, Cawapres tetapi juga bagi anggota DPR dan DPRD. 4. Tetap Update informasi soal pemilu Setiap hari berseliweran informasi update soal pemilu. Ikuti saja lewat berbagai macam saluran sosial media, khususnya KPU. Jangan mudah kemakan hoaks dan selalu cek kebenarannya. 5. No Golput Penting untuk diingat bahwa sebagai warga negara yang bertanggung jawab dan demi kemajuan negara, maka gunakan hak pilih dan tidak golput. Jika mendapat informasi, dan kurang puas dengan para kandidat, tetap saja renungakan dan turuti kata hati untuk mencoblos. Cerdaslah mencoblos, apapun kondisinya. Suara Anda menentukan bangsa ini ke depan. Penulis: Phil Artha Editor: Fajar 13
t Lipu
an
Sebulan di LLB Sebelum ke Dallas
Sebelas orang terdiri dari tiga perempuan dan delapan laki-laki muda dari Papua hampir sebulan sejak 10 September 2023 tinggal di Lembaga Literatur Baptis. Mereka adalah anak-anak muda yang akan menempuh pendidikan di Dallas Baptis University (DBU) mulai akhir 2023.
Kesan mereka tinggal di Bandung beragam. “Perasaan saya ketika datang dan tinggal di lingkungan LLB, saya merasa diberkati dan merasa dikuatkan dengan ibadah yang selalu dilaksanakan setiap pagi pada pukul 8:00, juga karena saya didoakan,” kata Ellen.
Ellen Yesnath adalah salah satu perempuan muda yang lolos dalam seleksi yang diadakan Papua Hope Language Institute (PHLI). PHLI adalah sebuah lembaga pendidikan yang mempersiapkan anak- anak Papua yang belajar bahasa Inggris untuk dipersiapkan kuliah di berbagai perguruan tinggi di luar negeri.
Ia juga menambahkan, sangat luar biasa pelayanan dari semua staf di LLB karena sangat peduli dan memperhatikan apa yang kami para student butuhkan. “Makan yang selalu tepat waktu dan cepat sekali memberikan solusi dan bantuan dari setiap kendala yang kami hadapi dengan university. Jadi kami student dari Papua merasa diterima seperti keluarga di LLB ini.”
“Saya ikut tes untuk masuk di PHLI sejak 2021 lalu. Tapi karena pandemi kami belajar selama tahun 2022 di PHLI untuk belajar bahasa Inggris juga secara rohani. Baru 2023 inilah kami dipastikan berangkat. Lalu kami diminta ditampung di LLB Bandung ini. Pengalaman yang luar biasa,” kata Ellen kepada SB. Ellen mengambil jurusan psikologi bersama dua rekannya Agens dan Sintia. Sementara ada rekan lainnya, seperti Marindio Arimus Ndiken yang mengambil Jurusan Matematika dan juga Timotius Mahuze yang ambil Jurusan Komunikasi. “Saya dari Merauke dan bersyukur bisa belajar di LLB,” kata Timo, panggilan pendek dari Timotius Mahuze. Sebelas pemuda dan pemudi ini memang sudah hampir sebulan di LLB. Di minggu pertama mereka diperkenalkan kepada jemaat Gereja Baptis Pertama dan jemaat dalam ibadah tengah pekan ikut mendoakan mereka agar sukses kuliah di Amerika. Kesebelas teman dari Papua ini memang diberi pembekalan setiap hari. Jika hari biasa, mereka ikut bersama staf LLB untuk ibadah setiap Senin-Jumat pukul delapan pagi hingga selesai. Di hari Minggu mereka diwajibkan ikut ibadah dalam bahasa Inggris di Gereja Baptis Pertama. Kuliah mereka dari Dallas dilakukan beragam waktunya, kadang pagi dan juga malam. ”Ya kadang kami ikut kelas malam pukul delapan karena di sana pagi. Dan kami juga harus mengerjakan tugas-tugas dalam bentuk paper dan diserahkan melalui online,”kata Ellen yang menjadi koordinator rekan-rekannya. 14
Sementara Roma Gwijangge yang mengambil jurusan Sastra Inggris merasakan hal sama. “Kalau saya sangat mengucap syukur kepada Allah dan juga sangat mengapresiasi kepada Pdt. Ronny dan staf-staf yang sudah izinkan saya bisa tinggal di LLB sini, sekali lagi terima kasih banyak. Saya tinggal di LLB ini, saya banyak hal yang saya dapat forward dari LLB. Saya harap Lembaga Literatur Baptis ini menjadi berkat bagi banyak orang, Tuhan Yesus memberkati Bapa Ronny dan semua staf.” Sintia juga mengungkapkan perasaannya selama berada di LLB. “Selama saya tinggal di LLB, saya merasa bersyukur karena saya dirangkul dan merasa sangat terberkati karena semua kaka-kaka staf LLB sangat membantu kami dalam proses belajar.” Rekannya Agnes juga mengemukakan hal yang sama. “Selama saya tinggal di LLB, saya sangat merasa terberkati, karena diajarkan untuk lebih dekat kepada Tuhan, dan juga merasa nyaman dan berterimakasih karena bisa tinggal bersama orangorang yang baik dan tulus membantu saya dan teman-teman selama kami tinggal di LLB.” Pengurusan visa kesebelas orang dari Papua ini juga sudah beres. Ellen memberi kabar bahwa wawancara yang diadakan di Kedutaan Amerika di Jakarta berjalan lancar. ”Semua berhasil dan kami diberi izin untuk belajar di sana,” katanya lewat WA pada redaksi SB. Sukses teman-teman, Tuhan beserta kalian. Penulis: Yohanes Editor: Fajar
ik Art
el
Meriahnya Kalvari Bermazmur YOK Fest 2023
Sekitar seratus lebih orang hadir dalam kegiatan tahunan Gereja Baptis Kalvari Jakarta yang diberi tajuk KALVARI BERMAZMUR – YOK FEST 2023. Kegiatan ini rutin diadakan setiap Bulan Oktober khususnya pada tanggal 28-29 Oktober 2023.
di Hari Sabtu dan Minggu terakhir di Bulan Oktober dalam rangka HUT PKMB (YOK/Youth Of Kalvari). “Sama seperti acara KALVARI BERMAZMUR, acara YOK FEST juga mengundang artis-artis rohani dalam mengisi kesaksian pujian,” tambah Jethro.
Acara “KALVARI BERMAZMUR” sendiri merupakan acara yang diadakan oleh Ibadah & Panitia Musik Gereja Baptis Indonesia Kalvari selama Bulan Oktober sebagai bulan puji-pujian dalam setiap kebaktian. “Biasanya diisi oleh kesaksian puji-pujian, baik itu dari dalam gereja Kalvari, atau dari luar gereja, dan artis-artis rohani,” kata Jethro Wibowo kepada redaksi SB.
Selain dua acara rutin dilaksanakan pada tahun peringatan kegiatan ini kata Jethro juga dalam rangka hari Sumpah Pemuda. “Sehingga panitia yang ada terdiri dari Panitia Ibadah dan Musik Gereja bekerjasama dengan PKMB (YOK) dan juga Sekolah Tinggi Teologi Baptis Kalvari (STTBK) sehingga terciptalah acara KALVARI BERMAZMUR – YOK FEST 2023 Conference & Worship Night.”
Sedangkan acara “YOK FEST” merupakan acara festival puji-pujian yang setiap tahunnya diadakan
Target panitia untuk kegiatan ini yaitu jemaat umum yang artinya tidak dibatasi umur. Namun Artikel
15
lebih mengarah kepada anak muda, khususnya gereja-gereja Baptis di Jakarta dan beberapa gereja tetangga seperti GKJ dan Gereja Kristen Pengabaran Injil (GKPI), serta lainnya. “Cukup meriah dengan peserta yang datang, yang kebanyakan orang muda dan sangat respons sekali serta berpendapat positif. Banyak jemaat terberkati dengan rangkaian acara, seperti coaching clinic dan worship night,” ujar Jethro.
juga membahas mengenai “Lagu yang Berkenan” (Tips dan Trik Menciptakan Lagu) oleh Refo Trixy dan Ivanko Junalta serta soal “Team PW yang Siap” oleh Team JPCC Worship. Semua peserta merasa cukup terberkati dengan rangkaian acara yang ada. “Worship Night pada 28 Oktober 2023 dibawakan oleh JPCC Worship dan di tanggal 29 Oktober 2023 oleh UNDVD Worship. Semua mendapat respons yang sangat baik.”
Ia berharap, acara ini bukan sekadar acara ibadah puji-pujian yang mengundang artis-artis rohani saja, namun dapat berdampak bagi teman-teman gerejagereja Baptis lain dan gereja-gereja tetangga yang ikut hadir. Jethro berharap mereka yang datang dapat pulang membawa suatu pelajaran baru.
Hal yang tak kalah menarik adalah gerai-gerai pameran yang ada selama acara berlangsung di mana LLB salah satu pengisinya. Selain itu panitia juga menyediakan snack sepuasnya dan makan siang secara gratis sehingga peserta menikmati semua gelaran acara tersebut./red
Secara rinci, ia mengungkapkan beberapa hal yang menarik dari rangkaian kegiatan itu. Misalnya saat coaching clinic, mengangkat topik “Penyembah yang Benar 1” yang dibawakan Ps. Ary M Wibowo, juga topik “Penyembah yang Benar 2” oleh Billy Simpson dan Pdm. Trivena Andrianikus. Selain itu,
Penulis: Phil Artha
16
Artikel
Editor: Fajar
Sumber: https://unsplash.com
de Jen
la
og l o e T
i
Pembentukan Spiritualitas dan Perawatan Jiwa
Usulan bagi Persoalan Kemandekan Pertumbuhan Rohani Berikut ini lanjutan tulisan bagian ke 2 Apakah yang perlu dilakukan agar jiwa sehat dan dari dalam diri kita mengalir aliran-aliran kehidupan (Amsal 4:23) ?
Sumber: https://unsplash.com
1. Jiwa Haruslah Melekat dan Berpusat pada Allah Tuhan Allah membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya, demikianlah manusia itu menjadi jiwa yang hidup. Jiwa diciptakan oleh Allah, dan memerlukan Allah. Tanpa Allah, jiwa terhilang dan mati. Tuhan Yesus berkata, “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku…dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.” Yang dimaksud-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya. (Yohanes 7:37-39a). Mereka yang percaya kepada Kristus, jiwanya bersatu kembali dengan Allah dan dihidupkan.
Namun demikian, merujuk kepada perumpamaan penabur dalam Markus 4:1-20, ada banyak tantangan bagi jiwa untuk menerima Firman dan bertumbuh. Adalah Iblis yang mengambil Firman (Mrk.4:15), ketidakberakaran (Mrk.4:1617), kekhawatiran hidup, tipu daya kekayaan dan keinginan akan berbagai hal (Mrk. 4:18-19) menghambat jiwa memperoleh kehidupan sehingga mati. Di sisi lain, penyembahan berhala adalah dosa paling serius dalam Perjanjian Lama, sampai seorang sarjana berkesimpulan bahwa prinsip utama Perjanjian Lama adalah perlawanan terhadap penyembahan berhala. Penyembahan berhala, menurut Timothy Keller adalah dosa di bawah dosa. Ia berkata setiap kali saya berbuat dosa, saya membiarkan keinginan tertentu menyaingi dan memilik prioritas yang lebih tinggi dari Allah dan kehendak Allah bagi hidup saya (Ortberg, 2015, h.82-83). Ketika jiwa melekat pada berhala, maka jiwa menjadi mati dan terhilang. Seperti halnya dikatakan Yesus dalam perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh,”Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu.” (Lukas 12:20). Demikianlah jiwa harus hidup dalam relasi dengan Allah dalam Kristus, melekat dan berpusat pada Allah, beristirahat dalam penerimaan sejati oleh salib Kristus, dan bersyukur dalam perasaan cukup oleh anugerah Allah.
Jendela Teologi
17
2. Perawatan Jiwa yang Terjadi dalam Relasi Adam dan Hawa diciptakan dalam relasi dengan Allah dan satu sama lain. Tuhan Allah berfirman, “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja” (Kejadian 2:18a). Kemudian Adam dan Hawa tidak menaati Allah. Untuk pertama kalinya mereka terasing dari Allah. Mereka terpisah. Mereka tidak lagi memiliki hubungan mendasar yang mereka butuhkan. Hal ini memasukkan mereka ke dalam keadaan terisolasi— dari Allah dan satu sama lain. Mereka menjadi orangorang yang menderita (Cloud, 2002, h.61). Firman Tuhan berkata, “Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh” (Yakobus 5:16a). Bagian ini memuat kebenaran penting, bahwa sakit terdefinisi secara menyeluruh baik fisik maupun rohani, dan penyelesaiannya bersifat menyeluruh menyangkut hubungan dengan Allah, komunitas orang percaya, dan pertobatan diri. Dengan demikian pemulihan dan perawatan jiwa terjadi di dalam Allah bersama dengan komunitas. Sayang bagi banyak orang saat ini, gereja tidak lagi dipandang sebagai komunitas relasi-relasi, tetapi gereja dilihat sebagai institusi, sebagai seleksi atas berbagai pelayanan yang ditawarkan sekelompok profesional rohani (Caliguire, 2019, h.17). Bagi perawatan jiwa dibutuhkan komunitas yang berpusat pada Allah, mempelajari Firman, dan membangun relasi mendalam. Dalam komunitas kita belajar mengikatkan diri, menetapkan batas-batas, dan mengasihi. Bagian-bagian ini sangat diperlukan bagi jiwa. 3. Tersedianya Ruang Pemeriksaan Jiwa Dalam gereja yang sehat secara emosional, orang menyelidiki hati mereka dengan saksama dan objektif sambil bertanya, “Apa yang sedang terjadi yang sedang berusaha diubah oleh Yesus Kristus?” Mereka memahami bahwa hidup seseorang bagaikan gunung es, dengan bagian terbesar dari diri kita berada jauh di bawah permukaan. Mereka mengundang Allah untuk membuat mereka menyadari dan mengubahkan lapisan-lapisan di bawah permukaan yang menghalangi mereka untuk menjadi lebih serupa dengan Yesus Kristus (Scazzero, 2005, h.99). Daud berkata dalam Mazmur 139:23-24, “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di kala yang kekal!” David Benner berkata, “Anda tidak pernah bisa menjadi lebih dari diri Anda yang sekarang sebelum Anda bersedia menerima kenyataan tentang siapa diri Anda. Hanya setelah itu Anda benar-benar bisa menjadi diri Anda yang memenuhi 18
Jendela Teologi
panggilan Anda” (Caliguire, 2019, h.88). Oleh karena itu milikilah ruang untuk menyelidiki konsep, motif, ketakutan, keinginan, rasa malu, dan bahkan luka hati kita di hadapan Allah. 4. Ritme Bekerja dan Sabat Sabat dalam Alkitab adalah kurun waktu 24 jam yang mana kita berhenti bekerja, menikmati istirahat, menikmati kesenangan, dan memikirkan Allah. Sabat dalam tradisi Yahudi dimulai saat matahari terbenam di hari Jumat dan berakhir di saat matahari terbenam di hari Sabtu. Dalam hampir semua tradisi Kristen masa kini Sabat dilakukan hari Minggu. Yang terpenting dari semua ini adalah sebuah ritme kehidupan. Ritme bekerja dan kemudian berhenti untuk beristirahat, menikmati kesenangan, dan memikirkan Allah. Ritme ini berasal dari teladan Allah dalam kisah penciptaan (Kejadian 1). Kembali menelisik keadaan jiwa, tantangan keletihan jiwa tanda-tandanya tidak sejelas keletihan fisik. Jika jiwa tidak mendapatkan istirahat yang semestinya, ia akan letih (Ortberg, 2015, h.137). Penutup Edmund Chan mengatakan bahwa kehidupan batin mendapatkan perhatian dalam literatur dan pengajaran Kristen hari ini. Sayangnya, penemuan kembali kehidupan batin ini tidak dibarengi dengan usaha untuk menggenggamnya. Ada suatu kesadaran mengenai pentingnya tetapi kurang penerapannya. Ada di dalam kesadaran kekristenan pada saat ini, tetapi belum di dalam kesadaran perlakuan kita. Memang hal ini semakin popular tetapi tidak ada kemajuan dalam upaya melakukannya. Hanya sekadar ucapan di bibir saja! Itulah sebabnya kemuridan kita begitu dangkal (Chan, 2014, h.63). Kita perlu kemuridan radikal yang berfokus terutama pada pembentukan rohani, dan tidak hanya pada memodifikasi perilaku atau mengakuisisi satu set keterampilan atau pengetahuan. Kita memerlukan kemuridan yang memupuk kerohanian yang mendalam dan terbentuk dari dalam keluar (Chan, 2014, h.63). Perawatan jiwa adalah yang tersulit, namun benar-benar penting bagi pembentukan kerohanian yang otentik. Penulis: Pdm. Candra Agung Pambudi Editor: Fajar
n a t u Lip
Ketua Baru STTB Bandung Meminta Dukungan Semua Pihak untuk Berkontribusi
Bandung, SB – Ketua Sekolah Tinggi Teologia Baptis Bandung (STTBB) yang baru Giarti Nugraeni, M.Pd. mengajak semua pihak, yaitu para dosen, staf, mahasiswa dan lembaga lain saling bersinergi, bekerja sama bahu-membahu untuk mengelola lembaga ini. “STT Baptis Bandung tidak bisa dilakukan (bekerja) hanya seorang diri atau seorang ketua saja tetapi membutuhkan kontribusi dari semua pihak,” ujarnya kepada reporter SB, Nasrul Manalu. Ibu Gie, panggilan akrab Giarti Nugraeni, dikukuhkan sebagai Ketua STTB Bandung periode 2023-2027 pada Kamis (5/10) di aula kampus STTBB menggantikan Pdt. Dr. Stefanus Joko Budiyanto, M.Th, yang memegang jabatan pada periode 20202023. Acara itu juga dihadiri Pembimas Kristen Kementerian Agama RI Provinsi Jawa Barat, H. Harapan Nainggolan, M.Min., M.Th. Selain itu, juga dihadiri para pembina yayasan, pengawas, alumni, mahasiswa, para dosen dan tamu undangan.
Ibu Gie mengaku bahwa pada awalnya tidak berambisi menjadi ketua karena hanya lulusan S2 dan belum menyelesaikan pendidikan S3-nya. “Tetapi oleh karena kesempatan yang diberikan STT, khususnya dari civitas akademika dipercayakan menjadi kandidat ketua, akhirnya saya maju mengikuti proses yang ada,” ujar ibu satu anak ini. Namun ia menyadari bahwa ini adalah panggilan Tuhan untuk mengemban tugas dan tanggung jawab tersebut. “Yang terpenting adalah pihak keluarga, suami dan anak benar-benar mendukung,” pungkasnya. Ketika ditanyakan target prioritas di awal masa jabatannya, ia mengatakan prioritas dalam jangka pendek ini adalah masalah penelitian bagi para dosen dan juga seluruh civitas akademika. “Supaya dapat menjalankan penelitian dalam rangka menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi sebagai tanggung jawab kepada umat.” Serah terima jabatan Ketua STTB Bandung diawali dengan ibadah yang dipimpin oleh Pdt. Raymond Latupeirissa. Dalam khotbahnya Pdt. Raymond mengangkat tema Eben Haezer - “Sampai di sini Tuhan Menolong” yang terambil dari 1 Samuel 7:12. Di dalamnya dijelaskan mengenai kondisi sejumlah gereja Baptis yang defisit gembala sidang, dari total 129 gereja Baptis di seluruh Indonesia. “Oleh karenanya setiap STT Baptis, terkhusus STTB Bandung harus membuka mata lebar-lebar, melihat begitu banyaknya gereja yang tidak memiliki Liputan
19
gembala sidang. Tumpuan pertama adalah STT Baptis. Untuk itu diharapkan sudah seharusnya STT Baptis mencetak atau memproduksi para calon pendeta yang berkualitas, memiliki hati yang betulbetul untuk melayani Tuhan dan gereja-Nya,” kata Pdt. Raymond. Sesudah ibadah, Ibu Gie memberikan respons atas harapan yang disampaikan dalam khotbah dengan menjangkau generasi muda. “Hal pertama yang harus dilakukan adalah menjangkau lebih banyak kaum muda untuk mau menyerahkan diri melayani menjadi hamba Tuhan. Lalu yang kedua mempromosikan program studi teologi khususnya, untuk bisa menjangkau lebih banyak kaum muda, sehingga dapat diperlengkapi menjadi hamba Tuhan. Dengan harapan dapat mengurangi (gereja Baptis yang tidak memiliki gembala sidang) atau sedikit banyak dapat berkontribusi dalam kebutuhan akan hamba Tuhan di gereja-gereja Baptis yang ada di Indonesia. Ketiga, tentu harus mempersiapkan mereka untuk dapat siap terjun ke ladang pelayanan, khususnya bagaimana mereka harus menjadi seorang pemimpin di gerejagereja yang akan mereka layani,” ujarnya. Terpilihnya Ketua STTB Bandung yang baru diharapkan oleh satu mahasiswanya akan semakin baik. ”Selama periode kepemimpinan Ibu Gie, semoga akan semakin baik. Baik dalam akademik ataupun antara mahasiswa yang berasrama serta dapat melanjutkan apa yang sudah dikerjakan oleh ketua sebelumnya,” kata Keysia. Di mata sejumlah mahasiswa Bu Gie dikenal sebagai sosok yang tegas, disiplin dan baik. Penulis: Nasrul Manalu Editor: Fajar
20 Liputan
n a t u Lip
Stop Kekerasan Terhadap Perempuan
Ada yang menarik dari acara persekutuan Wanita Baptis Indonesia (WBI) Rayon 3 yang diselenggarakan oleh Badan Pengurus Daerah (BPD) Jawa Barat (Jabar) dan Gabungan Gereja Baptis Indonesia (GGBI) pada Sabtu (28/10) lalu. Yang menarik adalah pembicaraan soal kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga. Menurut Yinda Adiyanti, pengurus WBI Gereja Batu Zaman, Bandung ini dalam presentasinya mengajak setiap WBI di mana pun untuk mengatasi kekerasan dalam rumah tangga. “Mari kita bergandengan tangan, perempuan di mana pun untuk mengatasi kekerasan rumah tangga yang terjadi mengglobal saat ini di seluruh dunia,” katanya. Apa yang disampaikan Yinda juga disepakati Julia, peserta Gereja Baptis Batu Zaman cabang Ujung Berung. “Materi yang disampaikan Ibu Yinda amat berkesan bagi saya soal kekerasan dalam rumah tangga. Saya ingin terlibat dalam pelayanan ini, membantu kaum perempuan yang terdampak akibat kekerasan rumah tangga.” Soal kekerasan terhadap perempuan memang menjadi topik yang hangat yang dibicarakan di Indonesia dan dunia. Data menurut Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) yang dikutip dari Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPPA) sepanjang tahun 2022 hingga Juni 2023 terdapat 15.921 kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan dengan jumlah korban 16.275 orang. Berdasarkan jenis kekerasannya, kasus kekerasan terhadap perempuan dewasa dengan korban berjumlah paling banyak adalah kekerasan fisik (7.940 kasus), kekerasan psikis berjumlah (6.576 kasus), kekerasan seksual (2.948 kasus), dan penelantaran (2.199 kasus). Persekutuan WBI Rayon 3 ini dihadiri 10 gereja, di antaranya Gereja Baptis Batu Zaman, Gereja Baptis Batu Zaman cabang Ciparay, Gereja Baptis Batu Zaman cabang Ujung Berung, Gereja Baptis Indonesia Baitlahim Bandung, Gereja Baptis Indonesia Baitlahim Cirebon, Gereja Baptis Efrata, Gereja Baptis Imanuel, Gereja Baptis Pertama Kopo Permai dan Gereja Baptis Garut. Ibu Agnes Centie Legowati P. dalam kata sambutannya sebagai perwakilan dari Departemen Wanita Baptis BPD Jabar mengajak kaum wanita Baptis terus mengobarkan talenta yang sudah diberikan Tuhan. Liputan
21
“WBI harus sadar bahwa peranan wanita tidak bisa dipandang sebelah mata baik itu di dalam keluarga maupun di dalam pelayanan. Semua keahlian yang dimiliki kaum ibu apa pun itu kalau digunakan secara maksimal pasti akan memberkati teman-teman yang lain, dan saat mengadakan pertemuan-pertemuan kecil harus mengusahakan bahwa apa yang keluar dari setiap pertemuan itu adalah menyampaikan kabar baik, kabar sukacita, kabar keselamatan yang mendorong orang lain untuk terus terlibat dalam pelayanan gereja masing-masing. Setiap manusia mempunyai kesempatan masing-masing di mana pun berada harus menggunakan kairos kita untuk
22 Liputan
menyongsong kedatangan Yesus yang kali kedua,“ katanya pada reporter SB Nasrul Manalu. Tema persekutuan WBI kali ini adalah “Soar to Greater Heights“ atau “Menuju Tempat Lebih Tinggi Melalui Panggilan Allah”. Ketua Rayon 3 Virgin Aviona berharap peserta persekutuan WBI menyadari perannya dan memandang dirinya dapat dipakai oleh Tuhan. /nasrul. Penulis: Nasrul Manalu Editor: Fajar
ta u p i L
n
Membantu Para Penulis Membuat Berita Rona (46) perempuan asal Palangkaraya membaca berita feature yang ia tulis. Di bagian akhir, Rona sempat terhenti membaca karena menahan emosi sedih bercampur terharu. Apa yang dibaca Rona adalah tulisan feature ketika ia mengikuti perjalanan ke sebuah desa terpencil di perbatasan Kalimantan Tengah dan Barat untuk bertemu warga suku lokal dalam menyampaikan Alkitab berbahasa lokal. “Saya merasa terharu. Bahwa cerita yang saya tulis dalam bentuk feature ini memang sangat sulit saat kami melakukan perjalanan ke lokasi,” katanya. Tulisan fitur Rona menjadi salah satu tulisan yang dibedah oleh pemateri. Cukup menarik memang tulisan tersebut dengan cerita kendala yang dihadapi selama 18 jam menuju desa terpencil dari Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Namun tulisan feature itu sangat menggugah pembaca. Masukan tentang tulisan itu juga hanya teknis sedikit, seperti tanda baca, pemakaian huruf besar dan kecil. Rona adalah salah satu peserta dari 15 peserta yang berasal dari lima lembaga penerbitan Alkitab untuk bahasa lokal berkumpul di Villa Nyiur Melambai, Tomohon, Sulawesi Utara. Mereka bekerja pada posisi beraneka ragam, mulai staf publikasi hingga pimpinan lembaga. Pelatihan Jurnalistik dengan tema Go and Tell dilaksanakan oleh Pusat Penerjemaah Alkitab Yayasan GMIM Ds. A.Z. R. Wenas, pada 19–21 September 2023. Tema-tema yang diangkat antara lain, Teknik Reportase, Menulis Berita dengan EYD, Etika Jurnalistik dan UU ITE, Menulis feature dan Berita hingga proses Editing.
Saat kegiatan itu dibuka lewat ibadah pembukaan, Pendeta Audi Sewow, M.Th menyampaikan perlunya menyampaikan kabar baik dengan fakta yang terjadi. “Jurnalisme kekristenan untuk menyampaikan ‘kabar baik’ bagi sesama.” Saat praktik menulis berita pendek dan berita feature sejumlah peserta mengaku baru tahu, betapa sulitnya menulis berita. “Saya baru paham nih sekarang, betapa sulit menulis berita meski berita itu pendek. Harus merangkai kata dan kalimat berdasar fakta yang terjadi. Apalagi kalau menulis berita feature yang memang harus lebih panjang dari berita biasa,” ujar Brian, peserta dari Manado. Saat berita pendek dibedah oleh para narasumber, 15 peserta merasa kurang percaya diri. “Setiap pemilihan kata, tanda baca dan logika kalimatnya, wajib diperhatikan menurut kaidahkaidah bahasa itu. Sehingga tulisan kita runut, tidak melompat-lompat. Tadi materi struktur berita Liputan 23
mulai dari judul, lead hingga tubuh berita sudah disampaikan berdasar prinsip berita 5W 1H. Itulah yang harus dipahami seorang wartawan atau penulis berita,” kata Philip Situmorang saat membedah tulisan masing-masing peserta. Pelatihan jurnalistik bagi para penerjemah Alkitab ke bahasa lokal amat diperlukan. Menurut Direktur PPA GMIM, Ayu Meity Siswanti Smith-Soewandi, penulis dapat menceritakan bagaimana kesulitan saat menerjemahkan dan saat pergi ke lapangan.
“Cerita-cerita ini yang tidak muncul di masyarakat. Kami ingin pelatihan ini menjadi sebuah pembekalan bagi para penulis sehingga mereka bisa bercerita pengalaman mereka dan cerita itu dimuat di website atau buletin masing-masing lembaga dan disebarluaskan,” katanya. Kabar baik tentang Alkitab dan kisah di belakangnya oleh para penulis atau penerjemah, tambah Ayu harus disebarkan sehingga berita Firman Tuhan sampai ke pelosok-pelosok. Penulis: Phil Artha Editor: Fajar
24 Liputan
ta u p i L
n
Mengenal TPW Gabus
Penginjilan yang Tak Pernah Padam Jika menyebutkan nama Gabus yang terlintas dalam pikiran kita adalah ikan. Namun berbeda dengan nama gabus di sebuah desa. Desa Gabus punya lambang golok atau pisau besar. Dilambangkan golok itu karena desa ini dikenal dengan para jawara Betawi yang sangat disegani pada masanya. Desa Gabus sendiri mempunyai gereja kecil yang jaraknya kurang lebih 10 kilometer dari gereja induknya GBI Taman Wisma Asri dan neneknya GBI Jatinegara. Lokasi tepatnya di Dusun Gabus Srijaya, satu kilometer dari pintu tol Gabus Tambun Utara, Jawa Barat.
Meski memenuhi hambatan dari dalam, gerakan sederhana TPW Gabus tetap berjalan hingga membentuk persekutuan yang dihadiri puluhan jemaat. Meski badai Covid ikut mengurangi jumlah jemaat, namun TPW Gabus tetap eksis dan berjalan dengan anggota 13 keluarga.
Perkembangan Tempat Pembinaan Warga (TPW) Gabus naik turun, seperti kutipan ilmuwan terkenal Albert Einstein, “Sebuah kapal memang aman berada di pantai, tapi ia tidak dirancang untuk itu.” Gereja juga tidak dirancang Tuhan Yesus untuk senantiasa asyik dengan kenyamanan sendiri tanpa berbagai tawa gembira dan berbagi kabar baik. Gereja harus menghadapi gelombang di lautan.
Tuhan terus berkarya lewat TPW Gabus ini. Ada bantuan dari Ketua Persekutuan Baptis Pria (PGBI) membantu memperbaiki gedung tempat ibadah. Bersama Pdt. Petrus Agus Prihanto Amd. Kaum ibu dan para pemuda ikut membantu proses renovasi hingga selesai. Bahkan TPW Gabus menerima donasi berupa 15 kursi baru dari simpatisan agar jemaat tetap semangat beribadah.
Awal keberadaan TPW Gabus dimulai dengan adanya Gereja Taman Wisma Asri Bekasi Babat Alas pada Oktober 2010 silam yang dimotori Pdt. Sugeng Hariono. Berbekal satu keluarga ini dan simpatisan almarhum Ronni Umbukau, dimulailah gerakan persekutuan untuk kegiatan rumah doa. Meski demikian TPW tidak berjalan mulus bahkan minta dibubarkan dan digabung dengan KPW dengan gereja baptis terdekat.
Suatu hal yang patut disyukuri, TPW Gabus telah tercatat secara resmi di GGBI menjadi tempat ibadah dan bersekutu dari jemaat Bekasi. Pelayanan penginjilan terus berjalan bekerja sama dengan PI Jabatara untuk menjangkau jiwa-jiwa di kawasan itu. Penginjilan dan persekutuan akan terus berjalan dan tak pernah padam untuk wilayah Gabus.
Setelah 13 tahun lahir, TPW Gabus tetap berjalan dengan berbagai aktivitasnya. Bahkan mulai menjangkau wilayah Pantai Utara Jawa (Pantura). Jemaat yang mulai bertambah juga memerlukan solusi karena gereja yang sempit.
Penulis: Kontri Editor: Fajar
Liputan 25
t Lipu
an
GBI Ekklesia,
Merintis Jemaat Baru di Bali Regina dan Julia, dua perempuan muda baru saja dibaptis di sebuah kolam di Gianyar Bali. “Saya terharu. Akhirnya bisa dibaptis lewat GBI Ekklesia ini. Saya senang bersekutu dengan rekan-rekan di gereja ini,” kata Regina pada redaksi SB seusai dibaptis. “Saya menyadari secara sadar dan menerima Yesus sebagai Juru Selamat pribadi saya dan saya senang bisa dibaptis,” kata Julia. Pdt. Teddy Suwanto sebagai gembala sidang GBI Ekklesia melakukan baptisan bagi mereka berdua pada Senin, 9 Oktober 2023. Dua pemudi yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi di Kota Denpasar sudah lebih dari lima bulan mengikuti ibadah-ibadah di GBI Ekklesia. “Mereka berdua adalah mahasiswa yang sedang studi di Denpasar. Selama ini mereka aktif di gereja dan akhirnya memutuskan untuk dibaptis,” kata Pdm. Jayson bercerita tentang keduanya.
GBI Ekklesia merupakan gereja hasil perintisan dari GBI Ekklesia Jakarta. “Kami sudah setahun ini membuka rintisan, yaitu di Gianyar dua lokasi, Jimbaran satu lokasi dan Denpasar satu lokasi. Maka kami bersyukur kedua rekan ini bisa dibaptis dan menjadi bagian dari keluarga GBI Ekklesia ini,” kata Pdt. Teddy Suwanto Gembala GBI Ekklesia. Ia menambahkan kegiatan ibadah-ibadah di empat lokasi tersebut merupakan wujud dari pekabaran injil GBI Ekklesia Jakarta yang didukung seluruh jemaat. “Kami memulai dengan pendekatan ke ketua dusun di mana lokasi kami berada. Di Gianyar di Siyut misalkan Kai membuka les Bahasa Inggris bagi warga lokal. Ada sekitar 15 anak SMA dan SMP yang ikut dalam kegiatan tersebut. Juga pendekatan pada kepala dusun dan menyampaikan keberadaan kami. Lalu, kami mengadakan barbeque bersama sehingga tercipta keakraban di antara kami. Proses pendekatan inilah yang kami lakukan. Ada dua Tuhan muda, yaitu Pdm. Jayson dan Evangelist Jadon Madong yang melayani sejak setahun ini. Kami bersyukur izin secara legal untuk wilayah Denpasar sudah kami kantongi dan pendekatan dengan Musyawarah Pelayanan Umat Kristen (MPUK) dan Pembimas di Bali kami sudah dekati sehingga proses legalitas untuk lokasilokasi yang kami doakan sedang dikerjakan,” tambah Pdt. Teddy. Les Bahasa Inggris Di Siyut, Gianyar, Pdm. Jayson dan Ev. Jason Madong yang lulusan seminari di Melbourne, Australia,
26 Liputan 28
melakukan pendekatan ke warga dusun lewat les bahasa Inggris. “Ya mulanya ada anak-anak SMP dan SMA sekitar 15 anak ikut kegiatan kami. Les diadakan tiap hari Kamis selama dua jam, seminggu sekali. Respons warga cukup baik, bahkan ada ibu-ibu yang ikut pula les dengan kami, sekadar mendengarkan. Karena Bali ini sedikit banyak bersentuhan dengan turis-turis asing. Jadi dengan adanya les bahasa Inggris secara gratis, amat dimintai warga sekitar,” kata Madong. Tempat les diadakan di teras depan rumah Aviary Manson. “Ya kami memang tinggal di sini sehingga untuk penjangkauan warga lewat kegiatan ini. Tidak hanya les sebenarnya, banyak anak-anak remaja ini jadi curhat ke kami. Kami dianggapnya sebagai kakak mereka yang dapat membantu. Tentu saja kami mendengarkan curhatan mereka yang kebanyakan tentang keluarga mereka dan lainnya,” tambah Pdm. Jayson. Dengan les tersebut, keduanya dapat mendengarkan curhatan mereka dan melakukan penginjilan terhadap anak-anak muda ini. “Ada Juliana warga sekitar Siyut yang sudah ikut persekutuan kami. Tentu saja kami sangat senang. Juga ada ibu kepala dusun yang ikut ibadah dengan kami meski masih berkeyakinan lama. Tapi kami terus melayani mereka,” ujar Jayson. Untuk di Denpasar, pola pendekatan yang dilakukan adalah dengan membuat komsel bagi mahasiswa-mahasiswa yang ada di kota itu. “Mulanya kami kenal satu dua anak yang sedang kuliah di Denpasar ini. Lalu, setelah kenal, kami ajak gabung untuk masuk komsel. Setelah itu, sudah masuk komsel, mereka akan cerita ke teman-teman yang lain sesama mahasiswa Kristen dan kemudian kita ajak untuk ikut ibadah di tempat kami di kawasan Imam Bonjol, Denpasar. Puji Tuhan sekarang sudah ada 15 orang yang ikut dalam ibadah kami. Kami ibadah mulai pukul 15.00 WIB hingga selesai,” tutur Jayson. Bertahan Hadapi Tantangan Perintisan di sejumlah wilayah di Bali kata Pdt. Teddy tidak mulus begitu saja. “Tantangan yang harus kami hadapi tentu saja banyak. Tapi kami percaya
Tuhan menyertai kami. Contohnya yang kami harus pelan-pelan mengikuti adat, aturan di pulau ini, itu tantangan dari luar. Sementara dari dalam dukungan dari pengurus daerah dan pusat juga ada. Meski demikian kami terus berupaya untuk melakukan pendekatan bahwa perintisan gereja ini merupakan pos penginjilan kami untuk menjangkau jiwa-jiwa di pulau ini,” katanya. Pengurusan izin, tambah Pdt. Teddy, mulai dari mendapat rekomendasi MPUK hingga Pembimas Provinsi Bali sudah didapatkan. “Sehingga rintisan kami untuk menjadi gereja legal. Kami beri nama GBI Ekklesia, Bali,” tandasnya. Dalam kegitan Seminar dan KKR yang diselenggarakan gereja itu, Pdt. Sutoyo L. Sigar yang menjadi salah satu pembicara memberikan respons yang positif dengan rintisan gereja yang telah berjalan. “Itu program kegiatan dan rintisan jemaat di Bali adalah sangat biblical. Cari jiwa, bangun gereja adalah sejalan dengan rencana kedatangan Kristus ke dunia. Jadi, maju terus. Ora et Labora,” kata Pdt. Sutoyo yang mantan Ketua GGBI. Respons yang sama juga disampaikan Pdt. Timotius Kabul tentang keberadaan penginjilan yang dilakukan di Bali. “Ini terus berjalan dan baik. Jika ada persoalan dan tantangan mari didiskusikan. Saya akan bantu untuk pengurus di pusat untuk melihat hal ini,” katanya. Saat pembatisan bagi dua anggota baru GBI Ekklesia yang dipusatkan di sebuah kolam renang di Bali Safari, sejumlah anggota jemaat ikut larut berbahagia dengan memberikan salam hangat bagi kedua jemaat yang dibaptis. “Selain dua orang yang dibaptis, kami juga kedatangan dua orang sebagai jemaat baru yang bergabung dengan GBI Ekklesia wilayah Denpasar. Khusus wilayah Denpasar ini, ke depan kami akan mencari lokasi baru untuk menampung jemaat yang terus bertambah. Dan di tahun depan, target kami akan menjangkau wilayah Nusa Dua,”ujar Pdt. Teddy. Penulis: Phil Artha Editor: Fajar
Liputan 27
Opi
ni
Sumber: https://freepik.com
PERSOALAN-PERSOALAN DARI ORANG YANG MENDENGAR FIRMAN NAMUN TIDAK MELAKUKANNYA
22Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. 23Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. 24Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya. 25Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya (Yakobus 1:22-25). Kita semua tahu, kuasa dari Firman Allah. Kita mengimani berkat-berkat dari menaati Firman Allah. Namun, bacalah Yakobus 1:22-25. Daripada mendaftarkan berkat-berkat yang akan dialami oleh orang-orang yang mau mendengar dan menaati Firman Allah, Yakobus lebih memilih untuk menunjukkan kepada kita persoalan-persoalan dari orang-orang Kristen yang mendengar Firman namun tidak melakukannya. Perhatikan bahwa jika dalam Yakobus 1:21, Firman Allah diumpamakan seperti ‘benih’ yang tertanam di dalam hati seseorang, dalam ayat 2225 di atas, Firman itu diumpamakan seperti ‘cermin’ yang memperlihatkan kepada seseorang rupanya yang sebenarnya. Lalu, apa saja persoalan dari orang-orang Kristen yang mendengar Firman (‘bercermin’) namun tidak melakukannya?
28 Opini
Persoalan Pertama: Menipu Diri Yakobus berkata, “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri” (ayat 21). Persoalan pertama dari orang yang mendengar Firman namun tidak melakukannya ialah menipu diri. Kenapa orang yang mendengar Firman tetapi tidak melakukannya disebut sedang menipu dirinya sendiri? Sekali lagi, Yakobus berkata bahwa orang yang membaca Firman “adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya (prosopon tes geneseos) di depan cermin” (ayat 23b). Nah. Apa yang akan dilakukan oleh seseorang ketika melihat ada yang tidak beres dengan dirinya, ketika bercermin? Tentu ia akan melakukan sesuatu untuk memperbaikinya, bukan? Sekarang, bagaimana kalau orang itu bercermin, lalu melihat ada kotoran di wajahnya, namun menganggap kotoran itu tidak ada dengan tidak melakukan apa-apa untuk menyingkirkannya? Tentu saja ia sedang menipu dirinya sendiri! Dengan membaca dan mendengarkan Firman, seseorang bukan saja akan mengetahui siapa dirinya. Ia juga akan tahu bagaimana seharusnya dirinya. Ia akan melihat apa yang salah di dalam dirinya dan tahu apa yang harus ia lakukan untuk membetulkannya. Namun, memang seperti itulah orang yang suka menyamakan mendengarkan dengan melakukan; menggantikan melakukan dengan membicarakan. Hati-hati: orang Kristen
yang suka berbantah (berdebat secara tidak kudus) tentang berbagai macam pandangan, mungkin hanya sedang membohongi dirinya sendiri. Menurut Yesus, orang-orang seperti ini adalah seumpama orang yang bodoh yang berusaha mendirikan rumahnya di atas pasir (Mat. 7:26). Bila orang Kristen berdosa karena Iblis menipu dia, ini merupakan sebuah masalah. Tetapi, kalau ada orang Kristen menipu dirinya sendiri, ini adalah masalah yang sangat serius, karena ciri-ciri penting dari orang yang dewasa rohaninya ialah jujur dengan dirinya sendiri, tidak berpura-pura, tahu diri, dan berani mengakui persoalan dan keperluannya (perhatikan bahwa ada jenis ‘menipu diri’ yang lain dalam 1:26-27, yaitu orang yang menganggap dirinya beribadah namun tidak bisa mengekang lidahnya, mengabaikan orang-orang miskin dan hidup duniawi). Banyak orang yang, misalnya, menipu dirinya sendiri dengan beranggapan bahwa mereka sudah diselamatkan, padahal sebetulnya tidak. Pada hari terakhir, kepada orang-orang ini Yesus akan berkata, “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” (Mat. 7:23).
depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi....” (ayat 23-24a). Perhatikanlah kalimat “baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi.” Persoalan kedua dari seseorang yang mendengar Firman namun tidak melakukannya ialah ‘puas diri’. Tentu saja, ini adalah jenis rasa puas diri yang tidak benar, karena ada jenis ‘kepuasan yang benar’ yang Alkitab ajarkan. Kata ‘baru saja’ menunjukkan bahwa ia hanya memandang dirinya di cermin sebentar saja, atau sekilas saja. Ia melihat ada sesuatu yang tidak beres dengan dirinya, namun tergesa-gesa pergi. Ini menggambarkan orang-orang Kristen yang sudah terbiasa, atau sudah merasa puas sekalipun sadar kalau kondisi spiritualnya sebenarnya menyedihkan. Perhatikanlah bahwa kata ‘pergi’ tertulis dalam bentuk perfect yang menunjukkan keadaan terusmenerus tidak berada di depan cermin. Ini bukan saja menggambarkan orang-orang Kristen yang tidak mau memeriksa dirinya secara teliti. Ini juga menggambarkan ketidakmauan untuk mempelajari firman secara teliti (ayat 25). Ada hubungan yang tak terpisahkan antara kegiatan meneliti Alkitab dan kegiatan meneliti diri sendiri. Salah satu sebab orang membaca Alkitab secara sepintas daripada menekuninya adalah karena mereka takut dengan apa yang akan mereka lihat – kejahatannya dan kejelekan-kejelakannya. Namun, inilah perbedaan antara sebuah foto biasa dan sinar X. Tujuan utama kita meneliti Firman adalah untuk dapat melihat diri kita sebagaimana adanya. Bagaimana Anda bisa memperbaiki diri Anda sebagaimana mestinya tanpa mau membaca Alkitab? Yakobus berkata, “Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna....ia akan berbahagia oleh perbuatannya” (ayat 25). Kata ‘meneliti’ (parakypsas) dalam kata-kata Yakobus di atas menggambarkan seseorang yang membungkukkan dirinya di atas sesuatu sebab ia hendak melihatnya dengan lebih jelas – seperti Maria yang ‘menjenguk’ untuk melihat ke dalam kubur (Yoh. 20:11).
Sumber: https://freepik.com
Persoalan Kedua: Puas Diri Yakobus menulis, “Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di
Bagaimanapun, pembacaan Alkitab yang tergesa-gesa, ceroboh dan sepintas tidak akan pernah memenuhi kebutuhan kita yang terdalam. Diperlukan investasi waktu, perhatian dan pengabdian untuk memahami isi Alkitab. Kita perlu melakukan penelitian, penggalian dan membanding-bandingkan berbagai terjemahan. Sayangnya, banyak orang Kristen yang dengan semangat membaca Alkitab satu pasal per hari, tetapi hanya sebagai ritual keagamaan saja, dan gagal memperoleh manfaat secara pribadi. Hati kecil mereka akan terganggu kalau tidak membaca satu pasal per hari, padahal hati kecil itu juga mengganggu mereka karena mereka ‘membacanya secara ceroboh’. Perhatikan bahwa Yakobus berbicara tentang meneliti hukum yang sempurna dan hukum yang Opini 29
ialah ‘lupa diri’. Apakah orang-orang yang lupa diri ini tidak mengenali mukanya yang sebenarnya ketika melihat cermin? Tidak. Mereka melihat dan mengenalinya, namun segera melupakannya!
Sumber: https://freepik.com
memerdekakan orang. “Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang….” (ayat 25). Sebutan “hukum yang sempurna” menunjuk pada Perjanjian Lama sebagaimana ditafsirkan oleh Yesus. Disebut sempurna, karena dari Tuhanlah asalnya: “Taurat Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa” (Mzm. 19:8). Firman itu juga disebut sempurna karena Yesus telah menggenapinya dengan sempurna (Rm. 10:4). Sebutan “hukum yang memerdekakan orang” menunjuk pada sifat memerdekakan dari Firman, sebagaimana dikatakan oleh Pemazmur, “Aku hendak hidup dalam kelegaan, sebab aku mencari titah-titahmu” (Mzm. 119:45). Wahyu umum mengkonfirmasi kebenaran ini. “Mematuhi Allah,” kata Seneca, “ialah kemerdekaan.” Philo berkata, “…semua orang yang hidup dengan hukum adalah orang merdeka.” Sebenarnya, Injil adalah piagam kemerdekaan dari seluruh kehidupan Kristen. Yesus berkata, “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku,..dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yoh. 8:31-32). Merdeka adalah kebalikan dari ‘hamba dosa’ (Yoh. 8:34). Sekali lagi, hanya jika Firman itu diterima dengan ikhlas, diteliti dan ditaati dengan setia, maka Firman itu akan menjadi hukum yang sempurna yang memerdekakan orang. Ingatlah gereja di Berea yang dipuji sebagai “…lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian” (Kis. 17:11). Persoalan Ketiga: Lupa Diri Kini, perhatikan kata-kata Yakobus dalam ayat 24b, “…ia segera lupa bagaimana rupanya.” Persoalan ketiga dari orang-orang Kristen yang mendengar firman namun tidak melakukannya 30 Opini
Kita semua adalah orang-orang yang setelah membaca Firman seharusnya akan berkata-kata seperti Yesaya, “Celakalah aku! Aku binasa!” (Yes. 6:5). Atau seperti Simon yang berkata, “Tuhan, pergilah daripadaku, karena aku ini seorang berdosa” (Luk 5:8). Yesaya dan Simon sadar diri, tahu diri, kenal diri, pahami diri, bukannya lupa diri. Bahkan Ayub, orang yang paling benar pada zamannya, setelah mendengar Firman (Ayb. 42:3, 4) mengakui, “...aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu” (Ayb. 42:6). Sayangnya, ada orang-orang Kristen yang dengan sengaja segera melupakan keadaan dirinya yang sebenarnya, sebagaimana ditunjukkan oleh Firman yang ia dengar atau baca. Dalam ungkapan Alkitab Phillips, “Dia melihat dirinya sendiri, itu memang benar, tetapi dia kemudian terus melakukan apa pun yang sedang dilakukannya tanpa mengingat sama sekali orang macam apakah yang dilihat olehnya di cermin itu.” Orang yang melihat mukanya yang sebenarnya melalui cermin, yaitu Firman, namun dengan mudah melupakannya, adalah gambaran yang tepat dari orang-orang yang tidak akan mau mengubah cara hidup mereka bahkan ketika dihadapkan dengan keadaan asli mereka. Sebaliknya, Yakobus, dalam ayat 25 memberi tahu kita sebuah janji apabila kita tidak melupakan Firman yang kita baca: “Tetapi barangsiapa…bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguhsungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.” Tidak ada kesalehan yang sejati tanpa Alkitab. Menurut D. L. Moody, kita hanya punya dua pilihan: “Alkitab menjauhkan kita dari dosa, atau dosa menjauhkan kita dari Alkitab.” Namun kita mengenali orang saleh dari cara hidupnya. Sayangnya, banyak orang Kristen yang suka menandai (dengan pena) Alkitab mereka, tetapi Alkitab sendiri mereka tidak pernah menandai hidup mereka! Mendengar atau membaca saja tidak cukup, bahkan sama sekali tidak berguna bagi orang yang menyangka bahwa pengetahuan tentang Kitab Suci akan membuatnya saleh. Kekristenan adalah ‘agama’ tindakan. Alkitab mereka sendiri tidak pernah menandai hidup mereka! Mendengar atau membaca saja tidak cukup, bahkan sama sekali tidak berguna bagi orang yang menyangka bahwa pengetahuan tentang Kitab Suci akan membuatnya saleh. Kekristenan adalah ‘agama’ tindakan. Penulis: Iswari Rintis Editor: Fajar
Resensi
31
n Rese
si
“Bagaimana Allah Membentuk Tokoh-Tokoh Perempuan di dalam Alkitab, dan Apa yang Dikehendaki-Nya dalam Hidup Anda” Buku ini ditulis sebagai tindak lanjut dari respons pembaca yang sangat baik terhadap Buku Twelve Ordinary Men (Dua Belas Orang Biasa), yang tampaknya menikmati format studi karakter. Metode dan pengaturan buku tersebut juga cocok tidak hanya untuk pribadi tetapi juga menjadi pembahasan dalam kelompok kecil. Dihadapkan dengan begitu banyak perempuan luar biasa dalam Alkitab, tidak mudah bagi penulis untuk menyortirnya menjadi dua belas saja. Kedua belas tokoh ini akhirnya dipilih dengan salah satu pertimbangannya adalah tingkat kepentingan mereka dalam kisah penebusan. Salah satu keunikan Alkitab adalah caranya meninggikan perempuan. Alkitab tentu saja mengakui adanya perbedaan peran yang ditetapkan secara Ilahi antara laki-laki dan perempuan, bahkan sangat terlihat jelas dari kondisi penciptaan. Namun, perempuan sama sekali tidak dipinggirkan atau direndahkan statusnya. Semua hal itu sangat kontras dengan cara budaya kuno lainnya yang meremehkan perempuan. Pada zaman Perjanjian Lama, perempuan dalam masyarakat pagan sering diperlakukan lebih rendah dari binatang. Buku ini mengupas dengan mendalam kisah Dua Belas Perempuan Luar Biasa dengan berbagai jenis kepribadian dan jalan hidup yang menarik. Mereka adalah perempuan biasa, perempuan yang sehari-hari kita temui, dan dalam beberapa kasus merupakan perempuan yang dipandang sebelah mata. Misalnya, perempuan Samaria dalam Yohanes 4: Kita bahkan tidak tahu namanya. Hana, seorang yang disebut nabiah, janda tua yang tidak dikenal dan hanya muncul dalam satu sketsa singkat dalam pembukaan Kitab Lukas. Rahab adalah seorang pelacur. Bahkan Maria, ibu Kristus, adalah seorang gadis muda yang tidak memiliki keistimewaan khusus, yang tinggal di kota kecil yang tidak terkenal di daerah tandus yang 32 Resensi
dianggap hina di Galilea. Satu-satunya pengecualian adalah Hawa, yang diciptakan Allah menjadi perempuan ideal, murni dan suci, tetapi rusak oleh dosa. Namun, Hawa juga menjadi gambaran nyata dari kebenaran bahwa Allah dapat memulihkan dan menebus mereka yang jatuh dalam dosa, lalu menjadikan mereka mahkota yang luar biasa dari kasih karuniaNya. Hawa yang akan menjadi manusia dalam kekekalan, akan jauh lebih mulia daripada dirinya yang dulu tidak berdosa. Tujuh perempuan luar biasa lainnya juga dibahas dari sudut pandang yang mungkin membuat kita terkejut tetapi semakin mengingatkan kita, baik tentang kejatuhan maupun potensi kita. Tidak satu pun dari para perempuan itu yang sempurna. Mereka juga memiliki kekurangan dan kegagalan, yang dicatat Alkitab untuk menjadi peringatan bagi kita. Dosa-dosa orang-orang kudus dalam Alkitab selalu diceritakan dengan terus terang dan tidak pernah dengan cara halus atau mengagungkan perbuatan yang salah. Selain sebagai teguran atas dosa, kisah-kisah semacam ini juga menjadi penghiburan dan mengingatkan kita bahwa di sepanjang sejarah, Allah telah menggunakan orang-orang yang tidak sempurna. Meskipun kelihatannya luar biasa, apa yang dilakukan Allah dalam hidup para perempuan luar biasa ini, sebenarnya tidak berbeda dengan apa yang dilakukannya dalam hidup setiap orang percaya sejati. Mari membeli dan membaca buku ini serta semakin berkomitmen pada Allah yang sama, yang terus membentuk dan memakai orang-orang biasa secara luar biasa pada masa kini. (Anda juga bisa membeli Buku Twelve Ordinary Men (Dua Belas Orang Biasa) yang ditulis oleh penulis yang sama, dengan pemaparan yang detail dan mendalam tentang dua belas murid Yesus. ) Penulis: Trisanti Karolina Napitu Editor: Fajar
Opi
ni
TH SUMARTANA DAN DEMOKRASI INDONESIA Judul di atas disingkat dari judul buku “Demokrasi Indonesia: Persimpangan Antara Pluralisme Agama dan Politik Negara”. Buku ini adalah tulisan Pdt. Victor Rembeth tentang pemikiran Th Sumartana perihal kebebasan beragama dan keyakinan, yang ditulis kembali dari tesis penulis pada Program Pascasarjana Ilmu Religi dan Budaya, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, pada sekitar 2007.
Orang Jawa yang mula-mula menjadi Kristen mendapat predikat pengikut agama Belanda atau orang Belanda tanggung. Seseorang yang menjadi Kristen, sekaligus mengambil budaya zending menjadi budaya lokalnya. Tesis Pdt. Victor dalam membaca Th Sumartana menunjukkan proses kolonialisme seperti ini berlanjut setelah nusantara merdeka.
Penulisan kembali tesis dalam bentuk buku kajian populer seperti ini sangat bermanfaat bagi masyarakat luas. Potret pertama yang dikehendaki oleh penulis buku ini, supaya masyarakat memahami dinamika Indonesia pada era kekuasaan Orde Baru sejak 1965-1990. Terutama bagaimana hampir semua sudut ruang publik termasuk agama diintervensi oleh negara. Jika ruang publik demikian sempit, dapat dipastikan demokrasi tidak tumbuh, apalagi partisipasi rakyat menjadi mati suri tentunya.
Usaha buku ini memotret bingkai dialog agama sebagai kekuatan hadirnya demokrasi negara pada masa Orde Baru, dapat dibaca bukan saja dari kacamata lampau, tetapi juga dari kacamata kini. Pada masa Orde Baru, agama “dipakai” oleh kekuasaan menekan gerakan sipil yang kritis terhadap penguasa.
Potret kedua adalah proses historis masuknya kekristenan oleh zending pada masa kolonialisme. Pada masa zending masih kental keterlibatan pemerintah kolonial dalam pengaturan kebijakan, baik yang mendorong atau mengekang tugastugas zending. Namun di sisi lain mereka tidak ingin perihal kristenisasi yang adalah tugas misiologis gereja menjadi terkait erat dengan kepentingan pemerintah kolonial Belanda di tanah jajahan.
Buku ini menghadirkan sebagian potret itu melalui teolog Protestan, lulusan Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta, yang demikian lantang bersuara ke dalam gerakan Kristen dan ke luar kepada negara dan masyarakat. Setidaknya saya menangkap tulisan Pdt. Victor dalam bukunya tentang basis pemikiran teologis Pak Tono (panggilan akrab Th Sumartana oleh kawan-kawannya seperti M. Sobari, Gus Dur dan lainnya), yang diulas penulis pada halaman 4375 akan menuntun pemahaman pembaca dalam membedah Pak Tono seperti yang dimaksud oleh Pdt. Victor. Opini 33
perjumpaan gerakan misi, Injil dan masyarakat luas membawa perubahan konstruktif bagi dialog jujur dan terbuka. Model gerakan misi kedua adalah model pribumi yang dilakukan oleh Kiai Sadrach. Model kultural dengan cara ngelmu, di mana agama dipandang sebagai pengetahuan esoterik mengedepankan alam rasa dan olah batin dalam syiarnya. Ngelmu, di mana seorang guru seperti Sadrach berkeliling mencari murid dan menyempurnakan elmu (Injil), bersoal jawab dengan sekelompok guru kebatinan dan muridnya. Jika guru tersebut mengakui keunggulan elmu Sadrach, maka dia beserta muridnya memeluk elmu Kiai Sadrach. Ada pun elmu yang dibawa Sadrach berupa kutipan Perjanjian Baru dari terjemahan misi Baptis Bruckner, lalu Doa Bapa Kami, Dasa Titah, dan Pengakuan Iman Rasuli. Guru ngelmu ini pun selain mengajar juga meramal dan mendoakan orang sakit.
Pertama, gerakan misiologis yang membuka jalan dialog agama-agama. Bagi Pak Tono, model misiologi gereja Protestan dan semua dinamika sejarah yang menyertainya harus mendapat tempat utama dalam kajian dialog agama-agama. Apalagi jika memperhatikan tawaran menuju teologi agamaagama Pak Tono, jika tanpa membedah akar misiologis, maka pemahaman kita tidak akan utuh. Dari semua gerakan zending pada masa kolonial, Pak Tono memberi perhatian pada dua gerakan misi. Pertama, model misionaris Baptis pada zaman Gubernur Raffles mewakili model misiologi Eropa dan model misiologi budaya dalam hidup pelayanan Kiai Sadrach. Dalam sejarah misi di Nusantara, The Baptist Missionary Society mengutus Thomas Trowt dan G. Bruckner berkarya di Semarang. Keduanya bekerja dengan tenang dan berfokus pada penguasaan bahasa, sehingga sekalipun tidak ada yang dibaptiskan selama 43 tahun karya misi Bruckner di Jawa, tetapi karya kebudayaan mereka dipuji oleh Pak Tono. Terutama penerjemahan Alkitab Perjanjian Baru dalam bahasa dan huruf Jawa. Model misi Baptis yang tidak bergantung pada dukungan negara dan berkarya pada budaya menjadi model alternatif bagi teologi dialog, di mana karya misi bisa dengan leluasa berinteraksi pada ruang-ruang publik yang terbuka. Dengan demikian, 34 Opini
Menurut catatan sejarah, belasan ribu orang dijangkau oleh Sadrach dengan ngelmu Injil, dan menjadi cikal bakal Gereja Kristen Jawa sekeluarga (GKJ, GKJTU, GKJW). Walaupun dalam perkembangan berikutnya Kiai Sadrach dinilai guru penyesat oleh gereja Barat, Nederlandsche Gereformeerde Zendingsvereeniging (NGZV). Misi Barat tidak dapat menahan perkembangan Injil dalam cara ngelmu seperti yang dibawa Sadrach, karena kebutuhan spiritual masyarakat agraris pedesaan tidak dapat menerima pola Injil asing dibawa NGZV. Dari kedua pengalaman gerakan misi seperti yang disajikan dalam buku tulisan Pdt. Victor, kita boleh belajar tentang bagaimana gereja hari ini membangun karya misi di tengah masyarakat yang beragam. Baik beragam dalam sosial, ekonomi, budaya, alam dan agama. Gerakan misi hari ini mengedepankan kekuatan ekonomi dalam menyokong gerakan misi, baik oleh gereja-gereja pengutus maupun oleh mitra penyedia dana lainnya. Jika pola ini dilanjutkan di mana daerah misi (rintisan) digolongkan dengan pinggiran dan ditopang oleh gereja pengutus atau denominasi sebagai pusat, dalam pola ketergantungan penuh, maka hal ini dapat disebut sebagai siklus koloni. Dalam istilah ilmuwan sosial Amerika Latin, Anibal Quijano, disebut Colonial Matrix of Power. Di mana struktur wewenang, kontrol melanggengkan kuasa bukan saja pada para utusan, tetapi pada pola yang berlangsung panjang. Hegemonik. Sampai kapan pun karya misi di suatu daerah dapat kuat sepanjang dukungan masih berlangsung dan bangkrut saat dukungan pusat berakhir. Jika daerah utusan dipandang sebagai subjek Injil, pusat sejarah keselamatan Allah, maka penguatan selekas mungkin pada keterlibatan orang lokal,
penguatan tata kelola lazim pada proses produksi lokal, dilakukan oleh badan misi/gereja pengutus. Hal di atas berlaku juga pada pertarungan budaya dan agama lokal. Kerendahan hati mendengar dan belajar tanpa harus bersegera menaklukkan pengikut budaya dan agama-agama lokal perlu dipertimbangkan, karena bukankah Injil adalah Kabar Baik? Injil bukanlah kabar penaklukan dan peperangan. Injil yang merangkul dan hidup bersama masyarakat apa pun dan di mana pun. Kedua, telaah kritis konsep misiologi Hendrik Kramer. Hendrik Kramer adalah seorang misiolog Belanda yang merupakan tokoh kunci dan berperan sebagai formulator dan perencana strategi misi di Indonesia pada masa kolonial. Konsep Kramer sangat berpengaruh pada misi saat itu sampai hari ini. Kramer menyebut misiologi Kristen adalah misiologi yang paternalistik. Bagi Kramer, hubungan antara gereja pengutus atau zending (Barat) dan jemaat Kristen Jawa adalah misionaris sebagai guru mutlak dan jemaat Jawa sebagai murid. Pola ini mewajibkan murid, mengikuti semua perkataan guru, termasuk dalam produksi pengetahuan (teologi). Pemikiran misiologis dan teologis Kramer sangat dibatasi dengan kepentingan yang jelas, bahwa dia adalah agen asing pendukung kepentingan pemerintah kolonial. Oleh karena itu, Kramer memandang hubungan Kristen dan Islam lebih negatif, bukan dialektis. Bagi Kramer, iman nonKristen berlawanan dengan iman Kristen, Kramer rejeksionis bukan dialektis tetapi bersaing. Pendekatan ini membuat gereja saat itu dan hari ini juga menjadi anti dialog. Kalaupun dialog terjadi,
itu karena terpaksa berdialog, yang kemungkinan disebabkan ketakutan pada pihak mayoritas atau sikap minder sebagai minoritas. Th Sumartana seperti yang dibahas Pdt. Victor menawarkan sikap kritis terhadap teologi misi Kramer yang eksklusif. Kemudian Pak Tono menawarkan posisi yang positif terhadap Islam, tidak memandang Islam sebagai musuh tetapi teman. Sikap terbuka dan menerima sesama yang oleh Pdt. Victor mengutip Paulus, memakai istilah kenosis. Kerelaan mengosongkan diri menjadi hamba. Akar historis biblis menuntun gereja pada hati dan jiwa hamba yang membangun solidaritas dengan sesamanya. Sikap kedua dari pemikiran Pak Tono yang diuraikan dalam buku ini mengajak kita untuk menelaah akar historis kita sebagai umat Baptis, akar yang relatif muda, tetapi perlu kritis dan partisipatif mengurainya. Kritis berarti jujur menyatakan bahwa kita memang masih menjadi gereja Baptis di Indonesia. Kontennya termasuk misinya apakah sudah mengakar dan bersama masyarakat? Sikap positif terhadap masyarakat luas hendaknya dalam ketulusan solidaritas (kenosis). Ilmuwan sosial, Ramon Grosfoguel memperkenalkan dekolonisasi pengetahuan yang bukan saja menyerang “jalan tunggal”, tetapi juga membangun pengetahuan harian dari dan bersama orang pinggiran (subaltern). Konsekuensi logis dari pemahaman di atas, kita memang perlu berproses menjadi gereja Baptis Indonesia, bukan di Indonesia. Dan itu dikerjakan terutama pada produksi pengetahuan yang bukan
Opini 35
saja oleh profesional lulusan STT, tetapi oleh layperson, orang biasa, jemaat biasa. Ketiga, Kartini dan dialog kemanusiaan. Pandangan Pak Tono tentang Kartini melampaui soal emansipasi. Sebagai gadis muda Jawa, ningrat, Islam, dan pengagum Barat dalam hal budaya emansipasi, Kartini dalam semua dialog lewat tulisan yang tajam tidak saja mengangkat peran perempuan. Lebih menakjubkan, Kartini berdialog melintasi batas agamanya. Seperti kata Niels Murder, “Orang Jawa bisa saja berstatus Islam, tetapi berkeyakinan Jawa.” Kartini memang penganut Islam yang monoteistik (Tauhid), berperilaku harian perempuan Jawa dan sekaligus melek peradaban Barat. Kultur priyayi yang merakyat dari Kartini membedakan gadis ini pada zamannya maupun hari ini. Dia spesial. Islam tidak dipandang sebagai mutlak dan anti Barat, tetapi Islam dihidupi dengan menyapa kawan-kawan Baratnya dalam dialog kemanusiaan adiluhur. Saya berpendapat, seharusnya pendidikan gereja menghasilkan wanita dan pria Kristen hybrid semacam Kartini. Tidak hanya tergila-gila pada budaya pop Barat dan Asia, tetapi gagap menyapa dan hidup dalam dialog bersama rakyat. Kesimpulan Th Sumartana seorang Kristen Protestan yang menjadikan nilai-nilai kemanusiaan yang diyakininya menjadi aksi nyata dalam masyarakat. Pak Tono bertindak secara universal, karena baginya dialog bukan sekadar agenda kerukunan, tetapi dialog adalah spiritualitas yang ditawarkan. Pada gilirannya banyak pihak teman maupun lawan melakukan dialog-dialog yang terbuka dan jujur lintas agama, ras dan suku bangsa. Spiritualitas yang diyakini Th Sumartana sering dianggap aneh baik oleh gerejanya, maupun tradisitradisi gereja yang ada. Berbagai macam tuduhan ditujukan kepada Pak Tono, salah satunya dia disebut 36 Opini
bukan Kristen tetapi seorang humanis. Namun bagi orang-orang yang mengenal perjuangan Sumartana, justru memahami dekonstruksi kultural terhadap protestanisme di Indonesia, yang menolong gereja menghidupi nilai reformasi secara nyata. Gereja dalam misinya harus tetap membarui diri sendiri, kemudian masyarakatnya. Melumat buku “Demokrasi Indonesia: Persimpangan Antara Pluralisme Agama dan Politik Negara”, setebal 310 halaman, seperti mengembalikan saya pada era 1989 akhir di sekitaran Jawa Tengah (Semarang, Salatiga, Yogyakarta), di mana ratusan kelompok diskusi lahir, menggeliat, membaca, berdiskusi saling mengagitasi ide, aksi, lalu kembali mengevaluasi gagasan. Gerakan wacana yang menjadi unsur yang mempercepat demokrasi Indonesia. Pdt. Victor Rembeth mengulas dengan runtut dan lembut, tidak ada kemarahan dalam diksi dan pilihan kalimatnya. Rupanya 16 tahun keterlambatan penerbitan buku ini, memperkuat kesamaan Th Sumartana dan Pdt. Victor Rembeth dalam gagasan dan karya nyata di masyarakat Indonesia. Selamat atas terbitnya buku bagus ini, Bung Victor! Penulis: Martinus Ursia Anggota Gereja Baptis Indonesia Cipaganti, Bandung Editor: Trisanti Karolina Napitu
ta u p i L
n
Senang Bisa Ikut ABWU di Jakarta Seorang perempuan bernama Sharmila (56) dari India di bagian Timur Laut memborong sejumlah barang yang dijual di booth Lembaga Literatur Baptis (LLB). Ia menjelaskan dengan bahasa Inggris yang terbata-bata, ia mengaku menyukai produk-produk yang dipamerkan, seperti dasi dan t-shirt yang dijual. “How much is this?” katanya sambil memegang dasi yang ia pilih. Setelah sepakat dan mengetahui jumlah nilai rupiahnya, ia memborong sebanyak 20an dasi dan t-shirt produksi LLB. “I am happy to buy this,” katanya sambil tersenyum dan berterima kasih karena keramahan ketika ia dilayani. Sharmila dan ratusan peserta dari 20 delegasi se-Asia datang dalam acara Asia Baptist Women Union (ABWU) ke-14 yang mengangkat tema “Soar to Greater Heights” (Melejit Lebih Tinggi) berdasar Kolose 3: 1-3 yang diadakan di Hotel Mercure, Ancol Jakarta pada 11-14 September 2023. Dari pantauan SB, peserta amat antusias, secara khusus saat pembukaan acara tersebut. Dr. Rina Endah Kristini sebagai Chair of the Planning Committee dalam sambutannya mengatakan bersyukur pada Kristus yang memperkenankan semua peserta berkumpul dan menjadi bagian dari konferensi. “Saya berharap lewat kegiatan ini merasakan spirit kegembiraan dan berkat dari-Nya sepanjang acara,” katanya.
dari 20 delegasi dan tiga delegasi baru, yaitu Laos, Bhutan dan Macau. Dan kami sangat bangga dan bersyukur dari peserta yang berusia 90 tahun dan 80 tahun. Dan ini harinya Tuhan karena sudah lima tahun kami menunggu untuk hal ini. Dan bersyukur untuk panitia, yaitu GGBI yang telah menyelenggarakan hal ini di Ancol, Jakarta. Saya berharap acara ini dapat menjadi tempat untuk meningkatkan, belajar kepemimpinan dan juga dengan budaya serta bahasa yang berbeda, dapat menjadi berkat bagi peserta lewat program Wanita Menolong Wanita untuk menjangkau yang membutuhkan, juga yang terdampak pandemi, peperangan dan bencana alam lainnya ,” katanya. Vernette menambahkan acara ini dapat membuat peserta lebih akrab dan meningkatkan kemampuan sebagai perempuan untuk kemuliaan Tuhan. Acara pembukaan berlangsung lancar dengan menampilkan para peserta dari berbagai negara dengan aneka pakaian tradisionalnya dan juga peserta dari Indonesia yang bervariasi dari berbagai suku. Selama empat hari, kegiatan-kegiatan lain yang diadakan oleh panitia, antara lain Women Leadership and Networking di hari kedua, lalu Empowering Women to Serve di hari ketiga. Sementara di hari ke-empat saat penutupan juga tak kalah meriahnya seperti pembukaan. Sejumlah peserta yang dimintai pendapatnya oleh SB, perwakilan dari Papua Mama Mery mengaku juga amat senang. “Ya, kami ada datang
Sementara Dr. Vernette Myint Myint San - Asia Baptist Women Union President dalam sambutan pembukanya mengatakan, sangat terkesan dengan pembukaan dengan aneka tampilan yang ditampilkan panitia saat pembukaan ABWU. “Ini merupakan pertemuan yang sangat spesial Liputan
37
dari Manokwari, Jayapura dan Wamena sangat gembira sekali. Meski dari segi bahasa berbedabeda tapi kami bisa mengikuti dengan baik. Lalu, berbagai barang-barang yang dijual di sini juga bagus-bagus,” katanya sambil tersenyum.
terus para wanita dan biarlah melalui kehadiran kita akan membawa kehangatan dan kasih Kristus di mana pun kita berada,” aku Ribka bersama 3 rekannya dari Bandung.
Peserta lainnya juga menyampaikan perasaan senang mengikuti ABWU ke-14. Ribka salah seorag peserta dari Bandung mengaku senang dapat berkumpul dengan wanita-wanita luar biasa dari berbagai negara.
Aneka booth
“Ini adalah pengalaman pertama saya mengikuti Asia Baptist Women’s Union (ABWU). Saya sangat senang karena bisa berkumpul dengan wanitawanita yang luar biasa dari berbagai negara (20 negara) di Asia. Selain bisa temu kangen dengan teman-teman lama. Saya juga berkenalan dengan wanita-wanita dari negara-negara lain. Banyak berkat yang saya dapatkan, antara lain acaranya menarik dan seru, ada workshop, penampilan kebudayaan dari berbagai negara, fashion show, dan lainnya.” Katanya, ia diberkati dengan setiap Firman Tuhan yang disampaikan. “Salah satunya ada seorang pembicara yang mengatakan bahwa setiap wanita dipanggil Tuhan untuk melayani Dia (terus melejit ke arah yang lebih tinggi), meskipun terkadang ada masalah, tantangan tetapi harus terus maju dan berjalan dengan iman, penuh keberanian, serta percaya penuh pada tuntunan dari Roh Kudus. Maju
38 Liputan
Panitia juga menyediakan booth-booth yang menjual berbagai barang juga menjadi tempat-tempat favorit yang dikunjungi peserta. LLB secara khusus yang membuka booth buku dan merchandise lain juga cukup banyak dikunjungi peserta. Buku-buku yang dipamerkan tak hanya buku-buku terbaru dalam bahasa Indonesia tetapi juga dalam bahasa Inggris. Booth lain yang cukup menarik adalah booth foto yang disediakan oleh penyelenggara. Booth foto sayap ukuran besar menjadi tempat kunjungan peserta untuk berfoto. Sebelum menuju area utama pertemuan peserta dapat mampir berfoto di booth itu dan juga mampir ke booth-booth lain untuk membeli barang-barang yang dijual. Acara ABWU resmi ditutup pada hari Kamis (14/9) sore dan peserta membubarkan diri menuju tempat asal masing-masing. Penulis: Phil Artha & Kontri Editor: Fajar
t Lipu
an
Gereja Berdayakan Masyarakat *) Pdt. Christiono: “Kehadiran Gereja Bukan untuk Diri Sendiri”
Siang itu (Jumat, 12/10) udara di Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta terik. Pendeta Christiono Riyadi sebagai Gembala Sidang Gereja Kristen Jawa (GKJ) Kemadang memperlihatkan sebuah gudang berukuran panjang empat meter dan lebar tiga meter serta tinggi tiga meter. Tidak terlalu luas. Namun gudang itu cukup untuk menyimpan gabah dan beras dari petani. “Inilah salah satu gudang kami. Gudang di samping gereja yang menjadi pusat penampungan dari tiga gudang yang dimiliki lumbung pangan Desa Kemadang. Dua gudang lainnya ada di wilayah sini juga tak jauh dari gereja ini,” kata Pdt. Christiono. Lumbung pangan Desa Kemadang, menurut Pdt. Christiono diawali sejak 2006 lewat kesepakatan jemaat yang profesinya kebanyakan sebagai petani, nelayan dan pedagang. “Pada waktu itu kami mengadakan semacam sarasehan soal pertanian. Dan muncullah ide untuk membantu warga desa dengan membuat lumbung pangan ini. Prinsipnya warga jemaat yang kebanyakan berprofesi sebagai petani ingin hasil panen padi tadah hujan mereka dapat membantu, tidak hanya memenuhi kebutuhan pangan mereka sepanjang tahun tapi juga membantu saat musim kering serta proses penanaman kembali berlangsung,” katanya. Dari sarasehan itulah kemudian pelan-pelan terwujud. “Paling tidak lumbung itu menyimpan hasil panen petani sehingga tidak mengalami paceklik saat cuaca ekstrem seperti ini,” ujar Pdt. Christiono yang ditahbiskan menjadi pendeta pada 2005.
Lebih jauh Pdt. Christiono bercerita bahwa lumbung pangan yang digagas berasal dari perayaan unduh-unduh. “Unduh-unduh atau hari panen dilakukan sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan atas hasil panen setiap tahunnya dan tradisi ini terus dilakukan hingga sekarang. Maka, hasil unduhunduh itulah yang dikumpulkan di lumbung pangan dan digunakan untuk jemaat juga. Karena musim tidak menanam itu antara Juli sampai Oktober. Nah, di sini sering muncul problem. Karena saat panen harga gabah itu rendah dan saat tidak musim tanam, harga gabah tinggi. Maka muncul gagasan, andai gereja bisa membeli hasil panen itu dengan harga yang lebih tinggi dari harga pasar lokal sehingga petani bisa memperoleh kesejahteraan dari hasil jual gabahnya. Ini yang kita kelola, ketika petani membawa hasil panennya dan menjualnya ke lumbung pangan. Pada perkembangannya tidak hanya diperuntukan bagi jemaat tapi juga masyarakat sekitar.” Lumbung pangan yang dibentuk itu bernama Lumbung Pangan Artha Mandiri, yang dikembangkan di tiga desa, yaitu Desa Kemadang, Desa Planjan dan Desa Banjarejo. “Anggota dari ketiga desa itu sudah 90-an orang. Ide dari jemaat itulah kemudian diwujudkan menjadi Lumbung Pangan Artha Mandiri sejak 2021 lalu, yang anggotanya bukan hanya warga jemaat gereja tetapi lintas agama. Dari testimoni anggota lumbung pangan yang masyarakat umum lintas agama, mereka itu merasakan bahwa kehadiran gereja memberikan perhatian buat semua, nda hanya mikir dirinya tapi juga bagi yang lain,“ ujar Pdt. Christiono.
Liputan 39
Tujuan lumbung pangan Lebih jauh Pdt. Christiono berkisah soal tujuan lumbung pangan dengan program simpan pinjam gabah yang semuanya dimaksudkan untuk membantu masyarakat petani di Gunung Kidul yang kondisi alamnya mudah terdampak kekeringan. “Tiga hal yang dilakukan dari lumbung pangan yang fokusnya pada cadangan pangan masyarakat, yaitu pertama simpan pinjam gabah. Simpan pinjam ini, di mana anggota dapat menyimpan gabah dengan simpanan pokok 40 kilogram dan simpanan wajibnya lima kilogram gabah yang disetor dua kali setahun jadi jumlah sepuluh kilogram per tahun. Lalu mereka boleh pinjam untuk tiga keperluan, yaitu untuk konsumsi kebutuhan sehari-hari dengan maksimal pinjaman 40 kilogram gabah, kedua untuk kebutuhan hajatan dengan maksimal 100 kilogram dan dikenai bunga, serta ketiga untuk kedukaan dan bencana dengan maksimal pinjaman 100 kilogram tapi tidak dikenai bunga. Tujuan kedua, yaitu jual beli hasil pertanian. Produk petani di sini ada padi, kacang dan kedelai. Produk itu kita beli dari petani dengan harga yang lebih tinggi dari harga pasar lokal. Lalu hasil pembelian itu disimpan sebagai cadangan pangan dan diolah yang kemudian bisa dipinjam atau dibeli ke anggota atau yang bukan anggota. Khususnya saat musim kemarau seperti ini. Tentu saja kalau dijual ke anggota lebih murah. Dan tujuan ketiga, yaitu menyediakan dana untuk sosial dan kebencanaan bagi anggota. Tiga hal ini yang kita kembangkan di lumbung pangan hingga sekarang ini,” terangnya. Modal awal ketika ide ini diwujudkan, kata Pdt. Christiono didukung oleh Sinode GKJ. “Kami
40 Liputan
mendapat tawaran modal dari sinode untuk mengembangkan lumbung pangan yang tujuannya bukan hanya pada warga jemaat tetapi untuk masyarakat secara umum, khususnya untuk ketahanan pangan. Dengan skema tiga tujuan tadi yang saya jelaskan. Maka kami menyambut baik tawaran bantuan itu sehingga lumbung pangan ini bisa terwujud hingga sekarang,” tandasnya. Ketahanan pangan Ketahanan pangan selalu berhubungan dengan kondisi di mana masyarakat tidak punya kemampuan untuk mengonsumi pangan sesuai kebutuhan standar diakibatkan beberapa hal, salah satunya karena bencana atau kondisi kemiskinan.
Data lain menyebut ada sepuluh dari 100 orang Indonesia yang mengalami ketidakcukupan konsumsi pangan di Indonesia, dan ada 23 provinsi yang mengalami ketidakcukupan konsumsi pangan lebih dari angka Indonesia. Sebagian besar ada di wilayah Indonesia Timur. Di Kabupaten Gunung Kidul tercatat menurut Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) ada 72.611 kepala keluarga yang masuk dalam program pengentasan kemiskinan tahun 2022 dan 6.390 keluarga masuk dalam kemiskinan ekstrem. Kondisi berbeda di Desa Kemadang. Menurut Pdt. Christiono adanya lumbung pangan ini sedikit banyak membantu dalam ketahanan pangan khususnya saat bencana. “Saat panen kami menawarkan untuk membeli gabah dari petani dengan harga yang lebih tinggi dari harga pasar lokal. Mengapa itu dilakukan agar profesi petani ini juga bisa menjadi profesi yang diandalkan oleh warga di desa ini. Lalu kami menjualnya ketika kondisi kekeringan seperti saat ini. Jika beli di tengkulak maka petani kewalahan karena harganya tinggi. Saat musim tanam juga amat membantu para petani untuk membeli bibit gabah yang memang kami simpan sebelumnya dari hasil panen petani juga,” ujarnya. Selain ketahanan pangan yang dijelaskan tadi, contoh konkret yang paling dirasakan masyarakat saat pandemi tahun 2021-2022 lalu. “Waktu pandemi itu, pemerintah daerah membeli beras dari lumbung pangan kami untuk masyarakat. Jadi kami ikut pula membagikan telur, ikan kering dan juga beras, karena beras juga penting. Itu salah satu manfaat lumbung pangan ini,” ujar Pdt. Christiono yang memiliki satu putra yang duduk bangku di SMA. Lumbung pangan Desa Kemadang masih terus berlanjut. Setiap pagi, selalu saja ada petani yang datang untuk menyimpan atau membeli gabah atau beras. Setidaknya apa yang telah dilakukan GKJ Kemadang berdampak bagi masyarakat sekitar dan bukan hanya untuk dirinya sendiri. Penulis: Phil Artha
Sumber: https://unsplash.com
Liputan
41
Sosok
Sosok Profil Eliezer
Cari Dahulu Kerajaan Allah…! Malam itu sudah pukul 22.30 WIB. Perbincangan saya dengan Pak Eliezer atau lengkapnya Eliezer Maruli Hutagalung berjalan hangat. Ayah dari tiga anak dan lima cucu ini tanpa sungkan bercerita awal kariernya. “Saya itu dulu sekolah STM jurusan listrik. Setelah lulus diajak oleh Pak Wim Theorupun almarhum ke Kupang untuk ikut merintis dan melayani cabang dari Gereja Baptis Indonesia Kebayoran di Kupang. Waktu itu usia saya 21 Tahun. Bisa dibayangkan masih muda dan belum tahu apa. Jadi saya ikut saja dengan ajakan itu. Waktu itu saya kerja aja di rumah Om Wim itu. Tugasnya setiap hari bersih-bersih lalu siram bunga,” ujarnya. Obrolan malam itu bersama Pak Eliezer yang belum lama pensiun sebagai Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Timur (Kajati) 2018 lalu terus mengalir. Pak Eliezer melanjutkan ceritanya tentang harus masuk SMA lagi demi melanjutkan ke bidang hukum. “Ya Om Wim itulah yang mendorong saya untuk masuk SMA lagi supaya bisa masuk bidang jaksa. Kalau tidak ada dorongan dari Om Wim mungkin tidak seperti ini, tapi saya percaya ini jalannya Tuhan,” akunya. Bahkan berkarier menjadi jaksa tak pernah terpikirkan pak Eliezer. “Ya saya tidak pernah bercita-cita jadi Jaksa. Saya justru didorong oleh Om Wim untuk sekolah 42 Sosok
SMA dan kemudian masuk ke perguruan tinggi mengambil Fakultas Hukum di Universitas Nusa Cendana, Kupang hingga ambil S2 di Jakarta. Itulah jalan Tuhan bagi saya,” tandasnya. Ketika ditanya adakah pengalaman yang menegangkan saat menjadi jaksa? Pak Eliezer bercerita dengan seru. “Banyak kasus-kasus korupsi di Jawa Timur yang saya tangani. Meski berat dan sulit, saya tidak takut. Saya tangani kasus seperti La Nyala Mataliti hingga kasus-kasus besar lainnya. Meski taruhannya keselamatan, saya tetap lakukan tugas itu. Waktu saya di Papua, saya pernah menangani kasus korupsi yang berhubungan dengan kepala daerah. Kala itu saya mendapat ancaman besar, bahkan harus dievakuasi. Tapi tetap saya kerjakan dan tak pernah mundur. Saya yakin Tuhan bersama saya. Saya selalu ingat, ayat Firman Tuhan dalam Matius 6:33 ‘ Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.’ Ayat itulah yang dari dulu saya pegang saat bertugas sebagai jaksa,” akunya. Eliezer Sahat Maruli Hutagalung, lahir di Jakarta, 09 April 1958 berkarier sebagai jaksa sejak tahun 1979 hingga 2018. Ia dikenal sebagai sosok yang tegas dalam memimpin kejaksaan di Jawa Timur. Meski demikian ia juga sangat terpanggil untuk ikut dalam pelayanan di gerejanya GBI Kebayoran, Jakarta. “Keterlibatan saya sejak saya di Kupang
itu. Lalu lanjut untuk terjun di dunia hukum dan hingga sekarang. Saya rindu untuk terus dapat melayani, mulai dari gereja tempat saya bernaung hingga tempat-tempat lainnya. Titik saya untuk menyerahkan hidup saya bagi Tuhan adalah ketika ibu saya meninggal dunia karena sakit. Di situlah saya merasakan betapa Tuhan itu baik. Saya sempat merenung cukup lama saat kehilangan ibu saya. Pada saat itulah saya mendapatkan ayat dari Matus 6:33. Ayat itu menyadarkan saya betapa penting untuk mencari kerajaan Allah dan kebenarannya. Saya meyakini ayat itu dan memang terjadi pada hidup saya bersama keluarga,” tandasnya. Dari situ, aku Pak Eliezer, ia terlibat dalam pelayanan. “Ya tentu saja di gereja saya di GBI Kebayoran Baru untuk membantu proses pembangunan pastori gereja dan satu gereja, yaitu Gereja Baptis di daerah Kisaran Sibolga yang sudah mandiri. Saya katakan, saya yang bertanggung jawab terhadap proses pembangunan pastori. Mulai dari awal sampai bangunan itu berdiri dan digunakan.” Sejak itulah, meski pekerjaan sedang sibuk dan menuntut konsentrasi, Pak Eliezer selalu menyediakan waktu, tenaga, dana dan pikiran untuk pelayanan. “Saya tidak bisa jauh dari pelayanan itu,” pungkasnya. Meski ia sudah Purna Adhyaksa, ia merasa dirinya masih bisa berkarya. Ketika disinggung ikut terjun ke politik menjadi bacaleg, ia mengaku ia merasa bisa terus berkarya bagi Tuhan dengan diajak bergabung dengan salah satu partai politik. “Ketika tak lama saya pensiun, Pak Surya Paloh menghubungi saya dan meminta untuk bergabung dalam partainya. Kata dia, Pak Maruli apak masih
diperlukan bagi bangsa ini sehingga bapak harus terus berkarya, katanya dan saya kemudian bersedia bergabung untuk maju kembali dalam pemilu legislatif nanti,” katanya. Baginya dengan terjun ke dunia politik membuka kesempatan untuk berkarya yang lebih luas khususnya di bidang yang ia kuasai. Pak Eliezer juga bercerita ketika akan masuk purna tugasnya, ia mendorong para juniornya untuk tidak takut dalam menegakan keadilan dan membantu negara ini menjadi negara yang adil bagi sesama. “Saya pesan pada junior saya. Ada beberapa junior saya yang cukup baik dalam menjalankan tugasnya. Saya pesan ke mereka agar tetap berani berbuat adil bagi masyarakat dan saya katakan jangan takut” tegasnya. Malam semakin larut, perbincangan kami sampai pada ujungnya. Ketika diminta pesan bagi kaum muda gereja, pak Eliezer dengan tegas mengatakan: “Jangan tinggalkan Tuhan! “ “Carilah dahulu kerajaan-Nya dan lakukan kebenaran-Nya, maka semua akan ditambahkan kepadamu. Ini pesan saya bagi generasi muda gereja untuk terus mencari Kerajaan Tuhan dan melakukan kebenarannya. Saya sudah buktikan itu dalam kehidupan saya. Jangan sekali-kali meninggalkan-Nya. Karena Dialah yang mengatur hidup kita dan kita akan berhasil,” katanya mengakhiri perbincangan di malam itu. Penulis: Phil Artha
Sosok 43
Prayer Gathering Membangkitkan Semangat Kaum Muda bagi Gereja Hari Sumpah Pemuda diperingati dengan berbagai cara. Salah satunya oleh Persekutuan Kaum Muda Baptis (PKMB) se-Jawa Barat (Jabar) dengan mengadakan acara Prayer Gathering. Acara yang diselenggarakan di Gereja Baptis Indonesia (GBI) Baitlahim, Sabtu (28/10) lalu bertujuan membakar semangat kaum muda untuk menggerakkan gerejanya masing-masing. “Semangat kaum muda perlu dibakar, karena setiap gereja memiliki hambatan yang berbedabeda, baik di bidang ekonomi, kesulitan untuk maju, kekurangan anggota dan lain sebagainya. Lewat acara seperti ini harapannya setiap PKMB dapat menambah kekompakan sehingga membuat komunikasi antar PKMB se-Jabar terjalin baik. Praktiknya kami langsung membuat grup WhatsAap PKMB se-Jabar sebagai wadah untuk saling sapa, memberi semangat dan saling tukar informasi,” kata Richard Denilson (Ketua Panitia Pelaksana) pada reporter SB Nasrul Manalu. Ibadah dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan pembacaan Sumpah Pemuda. Renungan yang disampaikan Ibu Lany Wijaya sebagai Koordinator PKMB Baptis Baitlahim dengan tema Passion dan Potensi berdasar Yeremia 29:7. Dalam renungan tersebut, Ibu Lany menekankan bahwa setiap anak muda harus tahu passion dan potensi masing-masing yang sudah dititipkan Tuhan. “Dan itu harus dipakai bagi kemuliaan Tuhan sehingga berdampak bukan hanya bagi gereja, tetapi juga bagi bangsa dan negara.”
Peserta PKMB yang hadir antara lain, Gereja Baptis Indonesia (GBI) Baitlahim, Gereja Baptis Pertama (GBP), Gereja Baptis Indonesia Bakti, Gereja Baptis Indonesia Imanuel, Gereja Baptis Indonesia Maleber, Gereja Baptis Indonesia Batu Zaman, Gereja Baptis Efrata, Gereja Baptis Indonesia Ujung Berung, Gereja Baptis Indonesia Blok Kupat, Gereja Baptis Indonesia Cimahi, Gereja Baptis Indonesia Cirebon dan bahkan dihadiri oleh sejumlah mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Baptis Bandung (STTBB). Christa, salah satu perseta dari PKMB (GBI) Baitlahim mengaku senang mengikuti kegiatan tersebut. “Acara ini penuh dengan hikmat, menyenangkan, konsepnya tidak kaku, anak muda banget dan membuat saya makin dekat dengan Tuhan. Meskipun awalnya sedikit merasa canggung oleh karena banyak anak muda yang hadir tidak kenal, tapi semua ramah, tidak cuek dan saling menyapa, ini membuat saya merasa nyaman,” kata mahasiswi semester 1 Poltekpar NHI Bandung ini. Ia berharap acara sebesar ini tidak berhenti sampai di sini. “Pengennya ada lagi event yang melibatkan gabungan PKMB se-Jabar, karena ingin terus lebih dekat lagi dengan anak muda Baptis lainnya supaya lebih banyak kenalan sehingga banyak relasi dan itu sesuatu yang seru.” Hal serupa juga diharapkan oleh Candra peserta PKMB Gereja Baptis Indonesia Maleber agar anak PKMB se Jabar ini selalu kompak bisa saling berbaur dan mau memakai potensinya sehingga bisa menjadi penerus yang bagus. Penulis: Nasrul Manalu Editor: Fajar
44
Jalan jalan
Menyusuri Pantai Baron dan Pantai Kukup
Ke Kota Yogyakarta yang istimewa tidak akan terasa istimewa jika tidak berkunjung atau menelusuri tempat-tempat selain kuliner. Apalagi penelusuran itu dilakukan dengan mengendarai motor alias motoran. Motoran bukan hanya satusatunya alat transportasi menelusuri kota gudeg itu. Kita juga bisa menggunakan moda lainnya seperti bis, becak, hingga kendaraan pribadi. Semua bisa digunakan untuk menikmati kota itu. Kali ini, untuk perjalanan saya ke Yogya, saya memilih menggunakan kereta api yang berhenti di Stasiun Tugu. Tak perlu khawatir tidak mendapatkan kendaraan untuk menuju tempat penginapan dari sini. Dari stasiun ini, tersedia beraneka moda transportasi di sepanjang waktu. Entah Anda datang pada waktu pagi, siang, sore, malam bahkan tengah malam, tersedia banyak pilihan moda transportasi. Soal penginapan juga tak perlu khawatir. Bisa pesan jauh-jauh hari lewat aplikasi online atau dadakan. Saya kebetulan menginap di kawasan Malioboro, khususnya di Jalan Prawirotaman. Jalan ini jangan ditanya, mulai dari hotel besar di sepanjang jalan, hingga tempat penginapan kecil yang masuk gang-gang tersedia. Jadi, salah satu hal istimewa kota gudeg ini adalah juga karena banyaknya penginapan yang tersedia. Jelajah kota dengan motor Ini memang masalah selera. Kalau ingin lebih sedikit lelah badannya, maka bisa pilih sewa mobil sehingga dapat berkunjung atau menjelajahi ke daerah-daerah terpencil seputaran Yogyakarta dan juga daerah-daerah lain, semisal Bantul, Magelang hingga Gunung Kidul. Saya memilih sewa motor. Saya ingin motoran ke daerah Gunung Kidul karena di sana ada Pantai Baron dan Pantai Kukup. Dua pantai ini memang menjadi bagian dari Gunung Kidul. Jaraknya hanya sekitar tiga jam dari pusat Kota Yogyakarta dengan menggunakan motor.
Langkah berikutnya saya mulai cari tahu tempattempat penyewaan motor untuk menjangkau dua pantai itu. Sekrol-sekrol di internet, saya menemukan jasa sewa motor yang menurut saya harganya terjangkau. Hanya dengan Rp70.000,00 sehari untuk motor matic, saya sudah dapat momotoran menjelajahi Yogyakarta. Esok harinya, pagi pukul tujuh, saya meluncur, meliuk-liuk di seputaran Kota Yogyakarta. Sebelum isi bensin motor, saya isi perut dulu. Mampir di daerah Pasar Beringharjo menikmati sarapan gudeg. Ini sarapan khas yang nikmat. Selepas itu kira-kira pukul delapan lewat baru menelusuri ke arah Gunung Kidul. Pantai Baron Meski di jalan cuacanya panas, tak memupus semangat saya untuk menelusuri Gunung Kidul khususnya Pantai Baron. Siang sekitar pukul 14.00 WIB saya tiba. Kenapa begitu lama waktu tempuhnya dari Yogyakarta ke Gunung Kidul? 45
Ya, karena memang saya motorannya tak terlalu kencang. Kecepatan 70-80 km/j saja motor saya pacu sambil menikmati situasi perjalanan. Ini yang unik. Masuk Pantai Baron hanya dikenakan parkir motor saja. Ah, saya beruntung hanya membayar Rp15.000,00. Karena itu sudah mencakup dua pantai, yaitu Baron dan Kukup. Maka siang itu, saya benar-benar menikmati dan berleha-leha di pinggir pantai. Di Pantai Baron sendiri pemandangan cukup indah. Ada kapalkapal nelayan yang disewakan bagi pengunjung untuk membawa pelancong agak ke tengah laut. Di pinggir pantai, aneka jajanan, seperti kelapa muda, kue-kue kering hingga jajanan olahan laut, semacam udang tepung, kepiting hingga ikan teri dan lainnya berjejer di jalan menuju pantai. O iya, kenapa pantai itu dinamai Pantai Baron. Ada sejarahnya. Nama Baron menurut cerita dari mulut ke mulut diambil dari nama seorang bangsawan Belanda bernama Baron Skeber. Dia inilah yang menjelajahi pantai itu dengan menambatkan perahunya pertama kali sekitar tahun 1930-an. Di kawasan pantai inilah, di zaman itu banyak orang Belanda yang ikut menikmati suasana indahnya pantai. Selain sejarah itu, pantai ini juga punya keistimewaan lain, yaitu adanya sungai air tawar bawah tanah. Jelas pantai dengan sungai bawah tanah tidak dimiliki pantai-pantai lainnya di Indonesia ini. Sehingga warga Gunung Kidul amat bangga dengan keunikan alam itu.
46 Jalan-jalan
setelah satu jam di pantai itu. saya melipir ke pantai sebelahnya yaitu Pantai Kukup. Pantai Baron dan Pantai Kukup menjadi seperti kompleks pantai di Gunung Kidul. Itu sebabnya wisatawan lokal seperti saya, bisa milih mau ke pantai mana. Pantai Kukup Setelah puas menikmati Pantai Baron saya pindah ke Pantai Kukup. Hanya sekitar 10 menit dengan motor. Dua pantai ini merupakan bagian dari Pantai Selatan Jawa. Berbicara mengenai Pantai Selatan, tentu yang terkenal adalah halhal yang berbau mistis. Tapi di siang hari itu, yang nampak adalah keindahan. Bukit Karst yang indah menambah kenikmatan dalam memandangi pantai ini. Paduan yang memanjakan mata, membuat Pantai Kukup nyaman untuk dinikmati berlamalama. Siang itu karena terik, menikmati es kelapa muda dengan tamparan lembut udara laut menjadi sesuatu yang melegakan. Pukul empat sore, ketika langit sudah berwarna merah, saya memutuskan untuk meninggalkan dua pantai itu. Melanjutkan perjalanan kembali ke Kota Yogyakarta yang ngangenin. Motor saya nyalakan, lalu cuss, saya melaju tak terlalu kencang menyusuri jalan-jalan lengang Gunung Kidul. Penulis: Yuliantino S Editor: Fajar