5 minute read

Sosok Profil Eliezer

Cari Dahulu Kerajaan Allah…!

Malam itu sudah pukul 22.30 WIB. Perbincangan saya dengan Pak Eliezer atau lengkapnya Eliezer Maruli Hutagalung berjalan hangat. Ayah dari tiga anak dan lima cucu ini tanpa sungkan bercerita awal kariernya.

“Saya itu dulu sekolah STM jurusan listrik. Setelah lulus diajak oleh Pak Wim Theorupun almarhum ke Kupang untuk ikut merintis dan melayani cabang dari Gereja Baptis Indonesia Kebayoran di Kupang. Waktu itu usia saya 21 Tahun. Bisa dibayangkan masih muda dan belum tahu apa. Jadi saya ikut saja dengan ajakan itu. Waktu itu saya kerja aja di rumah Om Wim itu. Tugasnya setiap hari bersih-bersih lalu siram bunga,” ujarnya.

Obrolan malam itu bersama Pak Eliezer yang belum lama pensiun sebagai Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Timur (Kajati) 2018 lalu terus mengalir. Pak Eliezer melanjutkan ceritanya tentang harus masuk SMA lagi demi melanjutkan ke bidang hukum. “Ya Om Wim itulah yang mendorong saya untuk masuk SMA lagi supaya bisa masuk bidang jaksa. Kalau tidak ada dorongan dari Om Wim mungkin tidak seperti ini, tapi saya percaya ini jalannya Tuhan,” akunya.

Bahkan berkarier menjadi jaksa tak pernah terpikirkan pak Eliezer.

“Ya saya tidak pernah bercita-cita jadi Jaksa. Saya justru didorong oleh Om Wim untuk sekolah SMA dan kemudian masuk ke perguruan tinggi mengambil Fakultas Hukum di Universitas Nusa Cendana, Kupang hingga ambil S2 di Jakarta. Itulah jalan Tuhan bagi saya,” tandasnya.

Ketika ditanya adakah pengalaman yang menegangkan saat menjadi jaksa? Pak Eliezer bercerita dengan seru. “Banyak kasus-kasus korupsi di Jawa Timur yang saya tangani. Meski berat dan sulit, saya tidak takut. Saya tangani kasus seperti La Nyala Mataliti hingga kasus-kasus besar lainnya. Meski taruhannya keselamatan, saya tetap lakukan tugas itu. Waktu saya di Papua, saya pernah menangani kasus korupsi yang berhubungan dengan kepala daerah. Kala itu saya mendapat ancaman besar, bahkan harus dievakuasi. Tapi tetap saya kerjakan dan tak pernah mundur. Saya yakin Tuhan bersama saya. Saya selalu ingat, ayat Firman Tuhan dalam Matius 6:33 ‘ Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.’ Ayat itulah yang dari dulu saya pegang saat bertugas sebagai jaksa,” akunya.

Eliezer Sahat Maruli Hutagalung, lahir di Jakarta, 09 April 1958 berkarier sebagai jaksa sejak tahun 1979 hingga 2018. Ia dikenal sebagai sosok yang tegas dalam memimpin kejaksaan di Jawa Timur. Meski demikian ia juga sangat terpanggil untuk ikut dalam pelayanan di gerejanya GBI Kebayoran, Jakarta.

“Keterlibatan saya sejak saya di Kupang itu. Lalu lanjut untuk terjun di dunia hukum dan hingga sekarang. Saya rindu untuk terus dapat melayani, mulai dari gereja tempat saya bernaung hingga tempat-tempat lainnya. Titik saya untuk menyerahkan hidup saya bagi Tuhan adalah ketika ibu saya meninggal dunia karena sakit. Di situlah saya merasakan betapa Tuhan itu baik. Saya sempat merenung cukup lama saat kehilangan ibu saya. Pada saat itulah saya mendapatkan ayat dari Matus 6:33. Ayat itu menyadarkan saya betapa penting untuk mencari kerajaan Allah dan kebenarannya. Saya meyakini ayat itu dan memang terjadi pada hidup saya bersama keluarga,” tandasnya.

Dari situ, aku Pak Eliezer, ia terlibat dalam pelayanan. “Ya tentu saja di gereja saya di GBI Kebayoran Baru untuk membantu proses pembangunan pastori gereja dan satu gereja, yaitu Gereja Baptis di daerah Kisaran Sibolga yang sudah mandiri. Saya katakan, saya yang bertanggung jawab terhadap proses pembangunan pastori. Mulai dari awal sampai bangunan itu berdiri dan digunakan.”

Sejak itulah, meski pekerjaan sedang sibuk dan menuntut konsentrasi, Pak Eliezer selalu menyediakan waktu, tenaga, dana dan pikiran untuk pelayanan. “Saya tidak bisa jauh dari pelayanan itu,” pungkasnya.

Meski ia sudah Purna Adhyaksa, ia merasa dirinya masih bisa berkarya. Ketika disinggung ikut terjun ke politik menjadi bacaleg, ia mengaku ia merasa bisa terus berkarya bagi Tuhan dengan diajak bergabung dengan salah satu partai politik. “Ketika tak lama saya pensiun, Pak Surya Paloh menghubungi saya dan meminta untuk bergabung dalam partainya. Kata dia, Pak Maruli apak masih diperlukan bagi bangsa ini sehingga bapak harus terus berkarya, katanya dan saya kemudian bersedia bergabung untuk maju kembali dalam pemilu legislatif nanti,” katanya.

Baginya dengan terjun ke dunia politik membuka kesempatan untuk berkarya yang lebih luas khususnya di bidang yang ia kuasai.

Pak Eliezer juga bercerita ketika akan masuk purna tugasnya, ia mendorong para juniornya untuk tidak takut dalam menegakan keadilan dan membantu negara ini menjadi negara yang adil bagi sesama. “Saya pesan pada junior saya. Ada beberapa junior saya yang cukup baik dalam menjalankan tugasnya. Saya pesan ke mereka agar tetap berani berbuat adil bagi masyarakat dan saya katakan jangan takut” tegasnya.

Malam semakin larut, perbincangan kami sampai pada ujungnya. Ketika diminta pesan bagi kaum muda gereja, pak Eliezer dengan tegas mengatakan: “Jangan tinggalkan Tuhan! “

“Carilah dahulu kerajaan-Nya dan lakukan kebenaran-Nya, maka semua akan ditambahkan kepadamu. Ini pesan saya bagi generasi muda gereja untuk terus mencari Kerajaan Tuhan dan melakukan kebenarannya. Saya sudah buktikan itu dalam kehidupan saya. Jangan sekali-kali meninggalkan-Nya. Karena Dialah yang mengatur hidup kita dan kita akan berhasil,” katanya mengakhiri perbincangan di malam itu.

Penulis: Phil Artha

This article is from: