3 minute read

Membantu Para Penulis Membuat Berita

Rona (46) perempuan asal Palangkaraya membaca berita feature yang ia tulis. Di bagian akhir, Rona sempat terhenti membaca karena menahan emosi sedih bercampur terharu. Apa yang dibaca Rona adalah tulisan feature ketika ia mengikuti perjalanan ke sebuah desa terpencil di perbatasan Kalimantan Tengah dan Barat untuk bertemu warga suku lokal dalam menyampaikan Alkitab berbahasa lokal.

“Saya merasa terharu. Bahwa cerita yang saya tulis dalam bentuk feature ini memang sangat sulit saat kami melakukan perjalanan ke lokasi,” katanya.

Tulisan fitur Rona menjadi salah satu tulisan yang dibedah oleh pemateri. Cukup menarik memang tulisan tersebut dengan cerita kendala yang dihadapi selama 18 jam menuju desa terpencil dari Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Namun tulisan feature itu sangat menggugah pembaca. Masukan tentang tulisan itu juga hanya teknis sedikit, seperti tanda baca, pemakaian huruf besar dan kecil.

Rona adalah salah satu peserta dari 15 peserta yang berasal dari lima lembaga penerbitan Alkitab untuk bahasa lokal berkumpul di Villa Nyiur Melambai, Tomohon, Sulawesi Utara. Mereka bekerja pada posisi beraneka ragam, mulai staf publikasi hingga pimpinan lembaga.

Pelatihan Jurnalistik dengan tema Go and Tell dilaksanakan oleh Pusat Penerjemaah Alkitab Yayasan GMIM Ds. A.Z. R. Wenas, pada 19–21 September 2023. Tema-tema yang diangkat antara lain, Teknik Reportase, Menulis Berita dengan EYD, Etika Jurnalistik dan UU ITE, Menulis feature dan Berita hingga proses Editing.

Saat kegiatan itu dibuka lewat ibadah pembukaan, Pendeta Audi Sewow, M.Th menyampaikan perlunya menyampaikan kabar baik dengan fakta yang terjadi. “Jurnalisme kekristenan untuk menyampaikan ‘kabar baik’ bagi sesama.”

Saat praktik menulis berita pendek dan berita feature sejumlah peserta mengaku baru tahu, betapa sulitnya menulis berita. “Saya baru paham nih sekarang, betapa sulit menulis berita meski berita itu pendek. Harus merangkai kata dan kalimat berdasar fakta yang terjadi. Apalagi kalau menulis berita feature yang memang harus lebih panjang dari berita biasa,” ujar Brian, peserta dari Manado.

Saat berita pendek dibedah oleh para narasumber, 15 peserta merasa kurang percaya diri. “Setiap pemilihan kata, tanda baca dan logika kalimatnya, wajib diperhatikan menurut kaidahkaidah bahasa itu. Sehingga tulisan kita runut, tidak melompat-lompat. Tadi materi struktur berita mulai dari judul, lead hingga tubuh berita sudah disampaikan berdasar prinsip berita 5W 1H. Itulah yang harus dipahami seorang wartawan atau penulis berita,” kata Philip Situmorang saat membedah tulisan masing-masing peserta.

Pelatihan jurnalistik bagi para penerjemah Alkitab ke bahasa lokal amat diperlukan. Menurut Direktur PPA GMIM, Ayu Meity Siswanti Smith-Soewandi, penulis dapat menceritakan bagaimana kesulitan saat menerjemahkan dan saat pergi ke lapangan.

“Cerita-cerita ini yang tidak muncul di masyarakat. Kami ingin pelatihan ini menjadi sebuah pembekalan bagi para penulis sehingga mereka bisa bercerita pengalaman mereka dan cerita itu dimuat di website atau buletin masing-masing lembaga dan disebarluaskan,” katanya.

Kabar baik tentang Alkitab dan kisah di belakangnya oleh para penulis atau penerjemah, tambah Ayu harus disebarkan sehingga berita Firman Tuhan sampai ke pelosok-pelosok.

Penulis: Phil Artha

Editor: Fajar

This article is from: