![](https://assets.isu.pub/document-structure/240208095008-ad49aa04f44031202087cd750f4cbf91/v1/40672d78f6dd8710b6c58e0fca20e6fe.jpeg?crop=&height=721&originalHeight=721&originalWidth=1024&width=720&zoom=&quality=85%2C50)
4 minute read
Lawan Hoaks Jelang Pemilu
Dua orang muda, yaitu perempuan dan lelaki sedang berbincang serius.
“Tahu nggak, bedanya kopi item anget dan informasi hoaks,” tanya si perempuan.
Dan si lelaki jawab,” Emang apa?”
“Kopi hitam yang hangat, itu rasanya nggak pernah bohong. Kalo kabar hoaks, itu informasinya hitam, nggak jelas dari dari mana sumbernya, rasanya dusta” jawab si perempuan.
“Emang contohnya apa,” kata si lelaki lagi.
“Kan dah jelas, pemilu itu tanggal 14 Februari 2024, bukan tanggal yang lain. Cek di www.kpu. go.id bukan di yang lain.”
![](https://assets.isu.pub/document-structure/240208095008-ad49aa04f44031202087cd750f4cbf91/v1/40672d78f6dd8710b6c58e0fca20e6fe.jpeg?width=2160&quality=85%2C50)
Mari sukseskan pemilu 2024 dengan melawan hoaks.
Video promo berdurasi 30 detik itu disebarkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia yang dirilis ke publik lewat kanal YouTube per 28 September 2023. Ini linknya https://www. youtube.com/shorts/877uUdRiKMs
Mengapa pula KPU mengeluarkan video promo pemilu melawan hoaks?
Menurut Ketua KPU Hasyim Asyari seperti dikutip dari kantor berita Antara, bahwa pemungutan suara dan penghitungan suara Pemilu 2024 akan digelar pada Rabu, 14 Februari 2024. “Dengan demikian,
belum ada hasil suara hajatan demokrasi secara nasional itu.”
Menurut Hasyim, jika ada pihak-pihak yang menggambarkan seolah-olah sudah ada hasil suara pemilu, maka itu tidak masuk akal dan mengadaada.
Sebelumnya beredar video pendek di Twitter menggambarkan logo Komisi Pemilihan Umum (KPU) bahwa pemungutan suara Pemilu 2024 sudah ada, bahkan sebelum pemilu berlangsung. Soal video yang beredar itu, Hasyim membantah bahwa video itu tidak benar dan menjelaskan bahwa proses pemungutan suara dan penghitungan suara Pemilu 2024 dilaksanakan dengan cara manual, yaitu pencoblosan, pemungutan, dan penghitungan suara serta rekapitulasi hasil penghitungan secara berjenjang dari TPS, PPK, KPU Kab./Kota, KPU Provinsi dan KPU Pusat, dilakukan secara manual berbasis formulir fisik.
“Perlakuan secara manual pun dilakukan untuk penghitungan suara dan rekapitulasi hasil penghitungan suara secara terbuka, yang dapat diakses, diawasi dan dipantau oleh Bawaslu, saksi peserta pemilu, pemantau, jurnalis dan pemilih,” tambahnya.
![](https://assets.isu.pub/document-structure/240208095008-ad49aa04f44031202087cd750f4cbf91/v1/bff67caa5225d949d0af970395dbda1e.jpeg?width=2160&quality=85%2C50)
Lawan Hoaks
Soal hoaks jelang pemilu, Pdt. Henrek Lokra, Sekretaris Eksekutif Bidang Keadilan dan Perdamaian (KP) Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) mengatakan secara jelas tentang pentingnya literasi. “Harus berani lawan hoaks dengan literasi bagi warga gereja dan ini sangat diperlukan. Entah itu penggunaan media sosial atau informasi-informasi lainnya sehingga kita tidak mudah terpengaruh dan bahkan menyebarkan hoaks itu.”
![](https://assets.isu.pub/document-structure/240208095008-ad49aa04f44031202087cd750f4cbf91/v1/e2b8f2a1dd055bb6a6aa2af23373ee42.jpeg?width=2160&quality=85%2C50)
Melawan hoaks memang bukan untuk kalangan tertentu tetapi juga setiap warga negara Indonesia. Secara khusus Gereja Kristen Indonesia (GKI) membuat video pendek untuk warga Kristen dalam Pemliu 2024 nanti.
Beny Lumi, Wakil Ketua Gerakan Kebangsaan Indonesia Sinode GKI menjelaskan bahwa GKI sudah menginisiasi “Gerakan Ayo Nyoblos” sejak 2019, dengan berbagai program, salah satunya membuat klip video
“Jadi ada serial video klip Ayo Nyoblos dan sudah dibuat tiga dari lima yang direncanakan, videovideo yang sudah jadi, yaitu video Pemimpin Asyik, Kenapa Harus Memilih, “Pemilih Asyik” dan dua yang sedang dipersiapakan adalah “Ayo ke TPS” dan “Ayo Pantau,” ujarnya pada SB.
Lebih dalam, Beny Lumi menjelaskan soal Gerakan Ayo Nyoblos adalah program literasi pemilu untuk warga gereja dan bisa untuk masyarakat umum. Momen pemilu penting untuk menentukan pemimpin bangsa (legislatif dan eksekutif), sehingga jemaat atau masyarakat harus berpartisipasi dan bisa menjadi pemilih yang cerdas.
Soal program literasi pemilu ujar Beny, menjadi penting agar jemaat bisa siap untuk memilih dengan memberikan informasi yang objektif dan benar.
“Menurut kami, literasi pemilu menjadi program penting dan strategis, supaya jemaat atau masyarakat bisa semakin cerdas dalam menentukan pilihan dan dewasa dalam berdemokrasi serta bisa melawan hoaks, ujaran kebencian dan politik uang.
Ini juga bukan hal yang mudah dan cepat, sehingga literasi pemilu menjadi hal penting yang harus terus dilakukan secara konsisten. Soal kata literasi pemilu ini menjadi mudah diterima dibanding istilah pendidikan politik, karena kadang susah diterima di gereja apalagi menjelang pemilu,” ujarnya.
Beny juga menyinggung soal hoaks. Harapannya dari program literasi itu dapat membantu jemaat atau masyarakat sehingga tidak terpengaruh dari berita-berita hoaks.
“Sekarang itu dengan teknologi artificial intelegence (AI), semua informasi bisa dibuat seolah-olah benar. Warga gereja perlu cerdas dalam menyaring informasi yang diterima. Bisa membedakan mana yang fakta dan mana yang asumsi. Mana yang benar dan mana yang menyesatkan. Warga gereja perlu cari tahu dari sumber yang terpercaya, mau repot sedikit untuk check and recheck dan jangan gampang untuk share info.”
Lalu soal proses dukung mendukung. Kata Beny, “Warga gereja tak perlu buru-buru menentukan pilihan dan ikut “berkampanye” sampai tegangtegangan sama teman dan saudara”.
“Kita bukan tim kampanye salah satu calon atau partai. Masih ada waktu tiga bulan untuk mencari informasi dari sumber-sumber yang jelas dan bisa dipercaya. Mengamati rekam jejaknya, mengamati perilaku capres/cawapres/caleg/partai/timsesnya, sebelum akhirnya menentukan pilihan di pada Februari 2024 mendatang.”
Untuk itu, salah satu tugas penting institusi gereja dan pemimpin gereja, menurutnya adalah memberikan asupan informasi yang terpercaya, bermanfaat dan mencerdaskan warga gereja supaya menjadi pemilih yang cerdas.
Penulis: Phil Artha
Editor: Fajar