2 minute read

Opini: Belanja Online Jadi Alternatif

Belanja Online

Jadi Alternatif Utama Kala Pandemi Melanda

Advertisement

Oleh: Prof Fransiscus Xaverius Sugiyanto, Guru Besar Ilmu Ekonomi Universitas Diponegoro Penyunting: Vera Linda Astuti | Desainer: Rinda Wahyuni

Masa pandemi yang tak kunjung usai kian berdampak di segala bidang, tak terkecuali perekonomian. Namun, aspek apakah dari perekonomian yang paling terdampak? Fenomena penurunan omzet dari berbagai sektor di masa pandemi ini menunjukan jika konsumsi masyarakat sudah pasti menurun, apapun jenis konsumsinya. Padahal konsumsi memiliki peran yang sangat vital. Dalam ekonomi makro, konsumsi sendiri mencakup sekitar 60% dari aktivitas seluruh produksi nasional. Sehingga wajar apabila konsumsi menurun maka aktivitas ekonomi juga ikut serta berkurang.

Penurunan konsumsi masyarakat bisa terjadi karena adanya imbauan protokol kesehatan yang terus-menerus digencarkan. Hal ini membuat masyarakat menjadi sangat terbatasi jika ingin berkerumun, misalnya saja pada pusat perbelanjaan. Sehingga, mereka yang berpendapatan rendah maupun tinggi mau tidak mau harus mengubah perilaku atau pola konsumsinya. Pola konsumsi yang dimaksud ialah masyarakat menjadi lebih teliti dalam berbelanja, yang dahulunya membeli sepuluh macam dalam sehari, harus dipangkas menjadi delapan macam saja. Adanya penurunan dan perubahan perilaku konsumsi masyarakat tak dapat dipungkiri sangat besar imbasnya. Walau bagaimanapun, perlu adanya penyesuaian agar tetap berjalan. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan media tertentu untuk mengelola aktivitas konsumsi

Lantas bagaimana agar konsumsi masyarakat tetap tertunjang?

Pemanfaatan teknologi untuk konsumsi tampaknya dapat menjadi alternatif. Salah satunya dengan berbelanja online. Meski konsumsi masyarakat tetap turun, namun adanya sistem belanja online ini bisa menjadi solusi untuk tetap menunjang aktivitas konsumsi di masa pandemi. Kini berbelanja bisa dilakukan dari rumah tanpa harus bepergian keluar mengingat kondisi pandemi belum membaik. Sehingga akses untuk membeli barang pun menjadi lebih mudah. Dalam hal ini, yang harus aktif adalah distribusinya. Itu artinya apabila dahulu ketika belanja diharuskan datang ke tempat secara langsung, namun sekarang tidak perlu lagi. Masyarakat sudah mulai dapat menyesuaikan dengan pola belanja yang ada. Hampir semua orang sudah mengetahui caranya berbelanja tanpa harus keluar rumah, sehingga pola ini lama-lama akan berlangsung dalam jangka panjang. Aspek-aspek kesehatan menjadi lebih terjaga dan orang tetap bisa melakukan konsumsinya. Hal tersebut berarti bahwa belanja online dalam perjalanan ekonomi di masa pandemi sangat berperan. Selain memudahkan konsumen untuk berbelanja, pola konsumsi melalui belanja online ini juga berdampak positif bagi para produsen. Setiap rumah tangga yang dulunya tidak berproduksi, sekarang mulai berproduksi. Bahkan ibu rumah tangga yang tidak menghasilkan barang produksi yang dijual sekarang mulai dikerjakan kembali. Semua orang kini bisa menggunakan teknologi informasi untuk menjajakan barang yang dihasilkan melalui berbagai macam media, entah itu Facebook, Instagram, dan lain sebagainya. Dinilai dari sisi aktivitas ekonomi para produsen, tentu belanja online ini menjadi sebuah langkah jitu yang akan menjadi tabiat baru di masa mendatang. Karena pola belanja tersebut sudah dimulai dan pastinya akan berlanjut bahkan range-nya semakin kuat. Mampu meningkatkan atau paling tidak bisa mengatasi penurunan penghasilan sebagai akibat berkurangnya aktivitas ekonomi dan aktivitas produksi masa pandemi ini. Memang tidak ada yang bisa mengetahui kondisi ini kapan akan berakhir. Namun, dengan adanya pandemi dapat memaksa orang-orang untuk bisa lebih maju dengan teknologi dalam waktu singkat. Mereka menggunakan teknologi untuk berbagai macam aktivitas seperti kemanusiaan, pendidikan, bisnis, dan lain-lain. Adanya kompleksitas teknologi, penting untuk diberi edukasi dari pengguna informasi, khususnya para konsumen. Pemahaman terhadap berbagai macam hal diperlukan bagi konsumen termasuk informasi produk. Karena bukan tidak mungkin orang juga memanfaatkan teknologi informasi untuk menipu dan mengacau. Sehingga perlu dibiasakan sikap-sikap seperti teliti sebelum membeli, pikirkan sebelum bereaksi terhadap informasi, dan saring sebelum sharing. Hal ini menjadi penting untuk siapapun dalam perkembangan teknologi informasi.

This article is from: