3 minute read

Tilik Kepedulian Masyarakat, Akankah Tahun 2021 Semarang Bebas Virus?

Tilik Kepedulian Masyarakat, Tilik Kepedulian Masyarakat,

Akankah Tahun 2021 Semarang Bebas Virus?

Advertisement

Oleh: Ayu Anggraeni | Ilustrator: Riris Metta | Desainer: Zakiyah

Bicara mengenai pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) pasti sudah tak asing lagi. Virus yang berasal dari Negeri Tirai Bambu ini, membuat hampir satu tahun masyarakat di dunia terkena dampaknya. Di Indonesia sendiri, dimulai dari satu kasus merambah menjadi ratusan ribu kasus pasien Covid-19. Setelah tiga bulan sejak awal tahun 2020, barulah dinyatakan bahwa transmisi yang ada di Indonesia sudah menjadi transmisi lokal yang berarti paparan virus dari suatu lingkungan masyarakat itu sendiri. Ari Udijono, dosen Epidermiologi Universitas Diponegoro (Undip), mengungkapkan jika transmisi lokal bisa terjadi kepada orang-orang yang tidak bepergian. Melalui droplets dan tetesan cairan yang berasal dari batuk dan bersin, virus dapat dengan mudah berpindah. Setelah tujuh hari terpapar, tubuh akan menunjukkan gejala Covid-19 meliputi demam, sesak napas, batuk kering, diare, sampai kehilangan indra penciuman. Namun, tak sedikit pasien Covid-19 yang tidak menunjukkan gejala sama sekali atau sering disebut dengan Orang Tanpa Gejala (OTG).

Seberapa aware masyarakat Kota Semarang terhadap Covid-19?

Kota Semarang sempat dikabarkan sebagai daerah yang cukup banyak kasus positif Covid-19 (red: Agustus 2020). Mengetahui hal ini, Slamet Rahayu salah satu warga Kota Semarang mengungkapkan kekhawatirannya jika Semarang akan

menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara total, seperti DKI Jakarta. Setelah ditelisik, ternyata isu tersebut tidak valid dengan keadaan sebenarnya. Sebagaimana yang diungkapkan M. Abdul Hakam, Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang. “Ada beberapa kasus di Kota Semarang yang sudah sembuh atau meninggal, tetapi data belum di-update oleh pusat,” terangnya pada (2/11) lalu. Proses verifikasi berjenjang menyebabkan perbedaan jumlah data antara pusat dan daerah wajar terjadi. Di balik isu yang meresahkan masyarakat itu, apakah masyarakat sudah benar-benar aware terhadap pentingnya menerapkan protokol kesehatan guna mencegah penyebaran virus?

Melihat tren kasus aktif Covid-19 di Semarang yang berjumlah kurang dari 500 kasus (red: data Dinkes Kota Semarang per tanggal 2 November 2020), sudah seharusnya awareness di masyarakat sangat baik. Namun, fakta di lapangan justru me nun jukkan keadaan yang berbanding terbalik. Seperti yang dijelaskan Ari Udijono. “Sebenarnya awareness di masyarakat belum berjalan baik,” jelasnya. Golongan masyarakat tertentu memang sudah patuh terhadap protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah. Beberapa perusahaan telah menyediakan bilik sterilisasi, begitupun sejumlah tempat umum yang menyediakan tempat untuk mencuci tangan. Namun, tidak sedikit dari mereka yang masih menyepelekan. Seringkali dijumpai masyarakat yang tidak menerapkan protokol kesehatan di jalanan. Penggunaan masker saat berada di jalan raya pun hanya untuk menghindari teguran polisi saja. Selain itu, banyak dijumpai kerumuman orang yang tidak menjaga jarak aman satu dengan yang lain.

Apakah tahun 2021 pandemi akan berakhir?

Ditinjau dari grafik pasien sembuh yang terus meningkat, sebenarnya kondisi saat ini sudah relatif stabil. “Namun, apakah masyarakat sudah siap untuk menuju masa kenormalan baru?” ujar Ari Udijono. Pandemi yang tak kunjung usai sedikit banyak telah mengubah kehidupan masyarakat. “Mengubah gaya hidup dan kebiasaan saya, terlebih lagi dalam kegiatan ekonomi,” ungkap Anindhitya Yudhanta, salah satu mahasiswi jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar salah satu universitas di Semarang. Ternyata, Kota Semarang memberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) dengan mempertimbangkan pemberian kelonggaran kepada para pelaku usaha agar kegiatan ekonomi di Kota Semarang tidak berhenti. Namun, tetap saja pemberian kelonggaran ini diatur secara ketat dalam Peraturan Walikota No.57 tentang Pelaksanaan Pembatasan Kegiatan Masyarakat dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 di Kota Semarang.

Lalu, apakah dengan pemberlakuan PKM di tahun 2021 pandemi ini akan berakhir? menurut Abdul Hakam, berakhirnya pandemi ini bergantung pada kepatuhan dan kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan. Memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak dengan kesadaran untuk bangkit dari pandemi. “Tidak perlu takut dan jangan membuat stigma!” imbuh Ari Udijono. Menurutnya, ketakutan dapat membuat imunitas tubuh menurun, sehingga penyakit mudah masuk. “Mahasiswa merupakan potencial people yang memiliki intelektual baik, sehingga lebih diandalkan untuk menjadi edukator bagi masyarakat,” harap Ari Udijono. Oleh karena itu, kunci agar pandemi segera berakhir adalah bahu membahu saling menjaga dan mengingatkan untuk mematuhi protokol kesehatan kapanpun dan dimanapun.

This article is from: