4 minute read
Plesir: Telisik Pesona Kota Salatiga dari
TELISIK PESONA KOTA SALATIGA
Dok. Ian
Advertisement
dari Spot Pandang Lereng Gunung Merbabu
Oleh: Andayani Rhani | Desainer: Rinda Wahyuni
Salatiga merupakan sebuah kota di Provinsi Jawa Tengah yang menghubungkan Kabupaten Semarang dengan Kota Surakarta. Secara morfologi, kota yang memiliki luas 56,78 kilometer ini berada di daerah cekungan kaki Gunung Merbabu dan beberapa gunung lainnya. Hal itu membuat wilayah Kota Salatiga sebagai dataran sekaligus lereng gunung dan pegunungan. Untuk menjawab rasa penasaran akan pesona alam di Kota Salatiga pada Jumat (24/10) lalu, Tim Dimensi yang beranggotakan 7 orang mencoba mengunjungi dua wisata alam yakni Gedong Pass dan Argowisata Alam Kopeng. Perjalanan kami dimulai seusai Azan Isya. Kami berangkat dari kantor LPM Dimensi menuju Kopeng dengan menggunakan sepeda motor. Bekal yang kami siapkan selain makanan, adalah jaket berbahan tebal karena udara di daerah tersebut sangat dingin. Terlebih lagi ketika malam dan pagi hari. Setelah berkendara lebih dari satu jam, laju kendaraan kami terhenti sebab turunnya rintik hujan yang cukup deras. Namun, hal tersebut tidak menyurutkan gelora kami.
Setelah menggunakan jas hujan kami segera melanjutkan perjalanan. Memasuki wilayah Kota Salatiga, suasana jalanan yang kami temui cukup gelap dan sepi hingga kami sampai di daerah Kopeng. Hari itu kami menghabiskan malam dengan menginap di kediaman salah satu anggota Dimensi. Keesokan harinya Sabtu (25/10) pukul 06.00 WIB kami bersiap untuk mengunjungi destinasi wisata alam yang pertama, yaitu Gedong Pass atau biasa dikenal G-Pass. Pagi itu suhu udara sangat dingin, bahkan saat kami bangun suhunya menyentuh angka 16 derajat celsius. Dengan jaket tebal yang menyelimuti tubuh, kami melaju melewati perkampungan warga. Beberapa menit kemudian, kami disuguhi oleh pemandangan hijau dari pepohonan yang menghiasi jalan di sisi kanan dan kiri. Hingga di satu jalan, adrenalin kami terpacu ketika melewati jalan menurun yang sangat curam. Setelah 15 menit melaju akhirnya kami sampai di tempat tujuan, G-Pass. Wisata ini berada tak jauh dari sebuah gereja tepatnya di Dusun Gedong, Ngelo, Tajuk, Getasan. Biaya untuk mengunjungi tempat ini sebesar Rp 5000 per orang. Di sini terdapat fasilitas kamar mandi, spot foto, dua gazebo yang terdapat di bagian atas dan bawah, serta yang tak kalah mengesankan adalah area pandang. Jika ingin mengisi perut, terdapat sebuah warung yang menjual soto, mie, dan aneka jajanan lainnya. Sayangnya, pagi itu warung tersebut belum buka. Sehingga salah satu anggota tim kami harus kembali ke salah satu warung yang ada di tengah perjalanan untuk membeli kudapan. Meski kami tidak bisa memanjakan mata dengan sunrise hari itu. Peluh dan rasa letih kami terbayarkan ketika sinar matahari terik dari arah timur mulai menggeser kabut pagi. Sejenak, kami merasakan udara hangat mulai menyelimuti raga yang dingin. Di atas spot pandang berbentuk setengah kapal, mata kami dibuat takjub dengan pemandangan Kota Salatiga yang terlihat dari atas. Setelah puas bermain dan istirahat, kami mencoba menjelajahi wisata G-Pass area bawah. Untuk sampai ke sana, kami menuruni undakan tanah yang dibuat seperti tangga. Ternyata, terdapat dua buah ayunan kecil di bawah spot pandang. Namun tujuan kami adalah gazebo kedua. Untuk duduk di tempat ini disediakan beberapa buah kursi plastik beserta meja. Dari tempat tersebut, kami bisa melihat lembah dan area lereng Gunung Merbabu dengan jelas. Hingga pukul 09.00 WIB, kabut mulai menyelimuti area G-Pass. Tak jauh dari wisata ini, terdapat tiga buah air terjun. Untuk sampai di air terjun tersebut kami harus menjelajah ke dalam hutan yang membutuhkan waktu sekitar 30 menit dengan berjalan kaki sekaligus didampingi oleh seorang pemandu dari warga sekitar. Setelah mempertimbangkan faktor cuaca dan risiko yang mungkin terjadi, akhirnya kami memilih untuk tidak melanjutkan perjalanan ke wisata air terjun. Kami pulang dengan melewati jalur memutar, tidak sama seperti jalur awal keberangkatan. Jalur yang kami ambil ini ternyata menuntun kami untuk masuk ke kawasan hutan lindung yang berada di lereng Gunung Merbabu. Pohon yang menjulang tinggi dengan jalan yang terjal dan curam menjadi teman selama perjalanan kami. Hingga saat tiba di area ladang, kami mendapatkan masalah. Salah satu rem motor tim kami menggalami kendala. Beruntungnya, hal tersebut cepat teratasi.
Pukul 13.00 WIB kami melanjutkan perjalanan ke destinasi wisata kedua. Tempat kali ini lebih dekat daripada destinasi wisata pertama. Kami hanya membutuhkan waktu 5 menit untuk sampai di Argowisata Kopeng Gunungsari. Lokasinya berada di Kopeng Kecamatan Getasan, Kota Salatiga. Tempat ini memiliki area parkir yang cukup luas, dengan biaya masuk sebesar Rp20.000 per orang dan biaya parkir Rp3.000 untuk sepeda motor.
Dok. Ian
Dari penuturan salah satu pegawai, Argowisata Kopeng Gunungsari memiliki area seluas 3 hektar. Di area tempat masuk, pandangan kami dimanjakan oleh pohon jambu. Tempat wisata ini mengusung konsep pertanian di mana pengunjung dibebaskan untuk memetik dan memakan buah jambu secara cuma-cuma. Di area utama, terdapat amfiteater yang biasa digunakan sebagai tempat pertunjukan seni. Selanjutnya, kami berjalan menuju menara pandang. Menara ini dibuat dari bahan bambu dengan aneka ragam ukuran. Pengunjung yang menaiki gardu pandang ini dibatasi maksimal 28 orang. Untuk sampai di bagian puncaknya, kami perlu menaiki lima kali anak tangga. Di anak tangga terakhir, kami cukup kesulitan karena gradiennya yang cukup curam. Dari atas menara pandang kami dapat melihat keindahan kota salatiga dengan view pegunungan tepat di depan mata. Namun, saat di menara kami sempat dibuat panik ketika tiupan angin kencang menerjang. Selesai di menara kami berjalan ke spot pandang yang menjorok ke depan dengan bentuk menyerupai huruf U. Meski tidak setinggi menara pandang, di spot ini kami bisa melihat pemandangan dengan jangkauan yang lebih luas.
Setelah puas mengabadikan momen, pandangan kami kembali disuguhi oleh hamparan kebun buah jambu yang lebih rimbun dari area masuk. Sayangnya, beberapa area di wisata ini masih dalam proses pembangunan sehingga kami tidak bisa menjangkau semua sudut dengan leluasa. Perjalanan kami di tempat ini berakhir setelah melewati jalan panjang beratap tumbuhan melilit. Perjalanan pulang kami tempuh melalui jalur alternatif banyu biru. Hingga pukul 16.00 WIB kami menyempatkan singgah untuk menikmati kuliner di sepanjang jalan SemarangYogyakarta, Desa Ngampin, Ambarawa. Hari itu, perjalanan kami ditutup oleh semangkuk serabi dengan kuah santan yang hangat.