3 minute read

Komunitas: Wujudkan Kolaborasi yang Menginspirasi Di Tengah Pandemi

"Wujudkan Kolaborasi yang Menginspirasi Di Tengah Pandemi"

Oleh : Lutfiyatul Iftitah Desainer : Salsabilla Az-Zahra

Advertisement

Pandemi di Indonesia sejak Maret 2020 lalu telah menyebar secara masif. Lambat laun, jumlah korban positif Covid-19 kian meningkat. Tak tanggung-tanggung, banyak pula korban yang meninggal dunia. Di tengah kondisi yang mengkhawatirkan itu, sekelompok mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Gajah Mada (UGM) membentuk gerakan kepedulian untuk merespons penanganan Covid-19. Mereka tergabung dalam satu kelompok cooperative assistance yang sama dan diketuai oleh dr. Galang Tri Admaja, menginisiasi komunitas bernama Collaborate to Fight (Cofight). Merupakan sebuah kolaborasi antara relawan kesehatan, puskesmas, aparat desa, dan masyarakat untuk bersama memutus rantai penularan Covid-19.

Pada mulanya, Cofight hanya bekerja sama dengan beberapa puskesmas di Yogyakarta sejak bulan Maret 2020 lalu untuk memantau populasi wilayah yang berisiko terkena Covid-19 (tepatnya Bantul, Sleman). Hasilnya diperoleh data berisi daftar pelaku perjalanan, untuk kemudian dilakukan pemantauan secara proaktif selama tiga hari sekali oleh Cofight via Whatsapp Call. Tujuannya agar masyarakat menjadi jauh lebih terbuka untuk menyampaikan secara sadar tentang awareness Covid-19 dibanding hanya dengan memberikan imbauan saja. Komunitas yang berpusat di Kota Yogya- karta ini juga melebarkan jangkauannya ke Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah. Semakin bertambahnya program kerja Cofight, bertambah pula keterlibatan berbagai pihak yang ikut serta di dalamnya. Seperti dalam kegiatan Campaign “Anak Sehat Merdeka Belajar” yang dimulai sejak Agustus 2020. Dalam kampanye ini, Cofight berkolaborasi dengan Non Governmental Organizational (NGO), Semua Murid Semua Guru, salah satu NGO yang cukup besar di Indonesia. Kegiatan tersebut bertujuan untuk menyelaraskan antara pendidikan dan kesehatan. Selain

itu, ada penyaluran donasi ke beberapa sekolah di daerah Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal (3T), salah satunya di Daerah Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT). Tak hanya itu, kini Cofight tengah mengerjakan program kerja baru, yakni Gerakan Berani Menegur atau “Podo Ngelingke” yang targetnya untuk Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), di mana unsur “pakewuh” dalam masyarakatnya dinilai masih tinggi. Gerakan ini bertujuan untuk menyuarakan bahwa pentingnya saling mengingatkan untuk tetap mematuhi protokol kesehatan adalah tugas bersama, bukan hanya tugas bagi orang dengan background kesehatan saja. Hingga saat ini, program tersebut masih dalam tahap penyebaran dan pengumpulan hasil survei, rencananya pada Desember mendatang akan dilakukan audiensi kepada pemerintah. Cofight berharap program ini dapat berjalan efektif layaknya program “Jogo Tonggo” yang dinilai sudah cukup mengakar di kalangan masyarakat. Kesuksesan program kerja Cofight tak luput dari sumber daya anggota yang hingga saat ini telah memiliki sekitar 160 anggota. Dalam perekrutannya, Cofight memanfaatkan media sosial seperti akun Instagram @cofight_id dan Facebook Cofight Indonesia. Di kegiatan pertamanya, perekrutan hanya terbuka bagi tenaga kesehatan saja seperti dokter, ahli gizi, perawat, dan kesehatan masyarakat. Namun, saat ini telah disesuaikan dengan kebutuhan dari setiap program kerjanya. Menjadi relawan komunitas Cofight tentunya akan mendapat banyak manfaat dan pengalaman. Dengan tergabung di dalamnya, akan dipertemukan dengan orang-orang yang mempunyai satu misi yakni berjuang dan bergerak bersama untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat. Semua hal tetap dapat dilakukan meskipun dengan sistem Work From Home (WFH). Berkenaan dengan program kerja yang sebagian besar dilakukan secara WFH, tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Cofight. Salah satunya, kesulitan dalam membangun bonding diantara sesama anggota yang memang belum pernah bertemu satu sama lain. Menyikapi hal tersebut, maka dalam setiap rapat kerjanya harus dioptimalkan. “Setiap anggota harus paham mengapa kita melakukan program tersebut, setiap jobdesk apapun selalu jelas. Jadi dalam melakukan sesuatu bukan hanya sekadar melaksanakan perintah tetapi paham alasannya,” ujar Grace Iva Susanti, selaku Wakil Ketua Eksternal Cofight saat berbagi cerita mengenai pengalamannya dalam melaksanakan suatu program kerja secara WFH. Menyoroti Covid-19 ini, pastinya terdapat dua sudut pandang yaitu buruk dan baik. Berita buruknya hingga saat ini Covid-19 masih belum selesai. Sedangkan, berita baiknya Covid-19 ini pasti selesai, asalkan kita mau melawan dan memeranginya bersama.

“Semangat Cofight ada pada gerakan kolaborasi, jadi tak hanya tenaga kesehatan saja yang menjadi peran utama, tetapi masyarakat biasa pun juga dapat ambil peran di dalamnya. Dimulai dari diri sendiri untuk patuh pada protokol kesehatan dan saling mengingatkan orang di sekitar. Hal itu terlihat kecil namun berarti sangat besar.” (Cofight)

This article is from: