Pengembangan Usaha Kelompok Tani Melalui Teknologi Budidaya Intensif Ikan Lele di Kecamatan Sebatik

Page 1

MODULKEGIATANPENGABDIANITB

PengembanganUsahaKelompokTani

MelaluiTeknologiBudidayaIntensif

IkanLelediKecamatanSebatikTengah

KabupatenNunukanKalimantanUtara

Disusun oleh:

Dr. Ahmad Ridwan, Dr. Indra Wibowo, Angga Dwiartama, Ph.D, Awaludin, S.Pi., M.Si, Kartina, S.Pd., M.Sc, dan Bayani Nur Azmani, S.Si

2 0 2 3

Sebatik
Pulau
Kelompok Keilmuan Fisiologi, Perkembangan Hewan & Sains Biomedika Fakultas Perikanan dan lmu Kelautan Universitas Borneo Tarakan

DAFTARISI

Kegiatan1: "Pelatihandan Pendampingan PembuatanPakan Induk" Kegiatan2: "Pelatihandan Pendampingan Pemijahan PemijahanBuatan"

Kegiatan3: "Pelatihan PendampinganKultur PakanAlami"

DaftarPustaka

01 02 03

Kegiatan1:Pelatihandan PendampinganPembuatan PakanInduk

Pertambahanukuranbobotmaupunukuranpanjangtubuh ikan dalam suatu periode disebut dengan pertumbuhan. Pertumbuhan disebabkan oleh perubahan jaringan akibat pembelahanselsecaramitosisdanpembesaranselsehingga terjadi pertambahan sel, urat daging, dan tulang yang merupakan bagian terbesar dalam tubuh ikan yang menyebabkan pertambahan bobot ikan. Pertumbuhan terdapat dua macam yaitu pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan relatif. Pertumbuhan mutlak adalah penambahan bobot atau panjang ikan pada saat umur tertentu dengan dihitungnya perubahan bobot akhir pemeliharaan yang dikurangi dengan bobot awal pemeliharaan, sedangkan pertumbuhan relatif adalah

perbedaan antara ukuran pada akhir interval dengan ukuran pada awal interval dibagi dengan ukuran pada awal interval (Effendie,2002). Terjadinya pertumbuhan memiliki beberapa faktor yaitu suhu dan makanan. Menurut (Effendie, 2003), pakan yang mengandung nutrisi yang baik mempengaruhi potensi tumbuh suatu individu, sedangkan suhu mempengaruhi proses kehidupan ikan yang meliputi pernafasan, reproduksi dan pertumbuhan. Pertumbuhan ikan erat kaitannya dengan ketersediaan protein dalam pakan Kekurangan pakan akan memperlambat laju pertumbuhan ikan, sedangkan pakan yang berlebihan didalam suatu perairan akan mempengaruhi pencemaran air sehingga menyebabkan ikan stres dan menjadi lemah serta nafsu makan akan menurun (Khairuman, 2002). Pertumbuhan dapatdianggapsebagaihasildarisuatuprosesmetabolisme pakanyangdiakhiridenganpenyusunanunsur-unsurtubuh.

1
1.Pendahuluan

Tidaksemuapakanyangdimakanolehikandigunakanuntuk pertumbuhan. Sebagian besar energi dari pakan digunakan ikan untuk pemeliharaan tubuh. Sisanya digunakan untuk aktivitas sehari-hari, pertumbuhan, dan reproduksi (Fujaya, 2008).

Pakan yang diberikan pada ikan mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatan ikan. Pemberian pakan yang seimbang, mengandung nutrisi yang cukup, dan disesuaikan dengan jenis ikan dan tahap pertumbuhan ikan dapat meningkatkan pertumbuhan ikan. Namun, pemberian pakan yang berlebihan atau tidak sesuai dapat menyebabkan masalah kesehatan pada ikan dan menurunkan pertumbuhanikan. Ikan membutuhkan berbagai jenis nutrisi untuk pertumbuhan dan kesehatannya, termasuk protein, lemak,karbohidrat,vitamin,mineral,danserat.Proteinadalah nutrisi yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan otot ikan, sedangkan lemak menyediakan energi dan berperan dalam menjaga kesehatan sel ikan. Karbohidratjugamenyediakanenergi,sementaravitamindan mineral dibutuhkan dalam jumlah kecil namun penting untuk menjaga kesehatan dan fungsi tubuh ikan. Serat, meskipun tidak diperlukan dalam jumlah besar, membantu mempertahankankesehatansaluranpencernaanikan.

Additive adalah susunan bahan atau kombinasi bahan tertentuyangumumdigunakandalammeramupakanternak yang sengaja ditambahkan ke dalam ransum pakan ternak untuk menaikkan nilai gizi pakan guna memenuhi kebutuhan khusus pada ternak. Sedangkan menurut Murtidjo (1993), additive adalah tambahan pakan yang umum digunakan dalam meramu pakan ternak. Penambahan bahan biasanya hanya dalam jumlah yang sedikit. Maksud dari penambahan adalah untuk merangsang pertumbuhan atau merangsang produksi. Macam-macam additive antara lain antibiotika, hormon, arsenikal, sulfaktan, dan transquilizer. Feed supplement merupakan bahan pakan tambahan yang berupa zat-zat nutrisi, terutama zat nutrisi mikro seperti vitamin, mineral atau asam amino. Penambahan feed suplement

2

supplement dalam ransum berfungsi untuk melengkapi atau

meningkatkan ketersedian zat nutrisi mikro yang seringkali

kandungannya dalam ransum kurang atau tidak sesuai standar. Terlebih lagi pada ransum hasil self mixing yang biasanyamengalamiketerbatasanuntukmembuatformulasi yang memperhitungkan sampai komponen nutrisi mikronya.

Padaumumnya feed additivedanfeed supplement itu sama yaitu merupakan pakan tambahan untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi ternak perbedaannya adalah feed additive merupakan zat tambahan yang bersifat nonnutritif (bukan termasuk zat nutrisi), contohnya ialah enzim, hormon, zat perwarna ransum dll. Sedangkan feed supplement merupakan zat tambahan yang bersifat nutrisi, terutama nutrisi mikro seperti vitamin, mineral atau asam amino.

Penambahan feed supplement dalam ransum berfungsi

untuk melengkapi atau meningkatkan ketersedian zat nutrisi mikro yang seringkali kandungannya dalam ransum kurang

atau tidak sesuai standar. Beberapa feed additive yang

diberikan antara lain : 1. Flavoring agent, 2. 2. Enzim, 3. Antibiotik,4.Sumber-sumberkarotenid,5.Hormon,6.Probiotik, 7.Mold inhibitordantoxin binder, 9. Antioksidan, dan lain-lain.

Meskipun ada perbedaan antara suplemen pakan dan aditif pakan, keduanya dapat digunakan bersama-sama untuk meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan ikan. Namun, penggunaannyaharusdilakukandenganhati-hatidansesuai dengan dosis yang dianjurkan agar tidak menimbulkan efek sampingyangtidakdiinginkanpadaikan.

Alat dan bahan yang digunakan untuk

kualitasinduk:

2.AlatdanBahan
meningkatkan
a.Alat 1. Mixer 2.Baskom 3.Gelasukur 4.Timbangan b.Bahan 1.Telur 2.Pakan 3.Kunyit 4.Air 3

3.ProsedurKerja

Langkah-langkapemijahansebagaiberikut: Menyiapkanalatdanbahan.

Bahanyangdigunakandalampembuatanpakanterdiridari pakanpellet,putihtelur,tepungkunyitdanair.

Perbandingan telur dengan pakan 1 butir putih telur dalam pakan 1 kg. Putih telur terlebih dahulu dikocok dan ditambahkanairsebanyak100ml.

Tambahkan tepung kunyit 240 mg/ kg pakan dan dikocok hinggamenyatuh

Kemudian ditambahkan pakan sebanyak 1 kg, lalu dikering anginkan. Pakan yang telah dimodifikasi kan diberikan saat pemeliharaanindukselama3bulan.

4
a. b. c. d. e.

Kegiatan2:Pelatihandan PendampinganPemijahan PemijahanBuatan

1.Pendahuluan

Ikanleledumbo(Clariasgariepinus)merupakansalahsatu

ikan genus Clarias yang sangat potensial untuk dibudidayakan. Awal mulanya ikan ini ditemukan di daerah

PanAfrika (tersebar mulai dari daerah sungai Nil sampai ke Afrika Barat dan dari Algeria sampai ke Afrika Selatan).

Reproduksi pada ikan sangat ditentukan oleh faktor eksternal sepertinutrisidanfaktorinternalsepertihormon.Faktor-faktor ini tidak bekerja secara independen, namun berinteraksi satu

sama lain. Berbagai ytenkin yang dilakukan dalam mempercepat reproduksi ikan lele, salah satunya adalah denganpenyuntikanhormonovaprin.

Teknik penyuntikan dapat dilakukan pada 3 (tiga) lokasi yaitu penyuntikan pada punggung, penyuntikan pada perut dan penyuntikanpadapangkalekor, sepertipadaGambar1.

Gambar1.IndukIkanLele

Keterangangambar:

a.Penyuntikanpadapunggung

b.penyuntikanpadapangkalekor

c penyuntikanpadaperut

5

Penyuntikan dapat dilakukan 1-2 kali untuk betina dan umumnya hanya sekali untuk jantan. Bila penyuntikan pada betina dilakukan dua kali maka penyuntikan pertama hanya 1/3 dosis dan penyuntikan kedua 2/3 dosis. Sementara interval waktu penyuntikannya sekitar 6 -7 jam. Waktu penyuntikan pada induk jantan umumnya dilakukan bersamaan dengan waktu penyuntikan kedua pada induk betina. Lokasi penyuntikan hormon pada tubuh ikan adalah sekitar 2-4 sisik di bawah sirip punggung, di dekat ekor, di dekat sirip perut, ataupun tepat di bagian belakang sirip punggung.

2.AlatdanBahan

Alat dan bahan yang digunakan untuk meningkatkan

kualitasinduk:

a.Alat

1. Syiring0,5ml

2.Timbangan

3.Serok

4.Beakerglass

3.ProsedurKerja

b.Bahan

1. Indukikanlele

2. Hormonovaprin

3. LarutanFisiologis

4. Aquades

Langkah-langkapemijahansebagaiberikut:

a. Persiapanalatdanbahan

Alat dan bahan yang digunakan dengan pemijahan menggunakan hormone ovaprim antara lain: hormone ovaprim, larutan fisiologis (NaCl 0,9%), induk ikan lele yang dipelihara dengan menggunakan pakan kunyit, akuarium, hapa syiring, artemia, kaporit dan natrium thiosulfate dan air tawa. Alat yang akan digunakan terlebih dahulu disterilkan dengan menggunakan kaporit dan dinetralkan dengan menggunakan Natrium Thiosulfat agar terhindar daripenyakit.

6

a. Persiapanalatdanbahan

Alat dan bahan yang digunakan dengan pemijahan

menggunakan hormone ovaprim antara lain: hormone ovaprim, larutan fisiologis (NaCl 0,9%), induk ikan lele yang dipelihara dengan menggunakan pakan kunyit, akuarium, hapa syiring, artemia, kaporit dan natrium thiosulfate dan air tawa. Alat yang akan digunakan terlebih dahulu disterilkan dengan menggunakan kaporit dan dinetralkan dengan menggunakan Natrium Thiosulfat agar terhindar daripenyakit.

b. Penyuntikan

Induk ikan lele yang digunakan yaitu induk lele yang telah dipelihara dengan pemberian pakan tepung kunyit dan matang gonad dengan ukuran 700 gram. Penyuntikan dengan menggunakan syring 1 ml, hormone ovaprim dengan dosis 0,3 ml/kg. Penyuntikan dapat dilakukan 1-2 kali untuk betina dan hanya sekali untuk jantan. Bila

penyuntikan pada betina dilakukan dua kali maka penyuntikan pertama hanya 1/3 dosis dan penyuntikan kedua2/3dosis.Sementaraintervalwaktupenyuntikannya sekitar 6 -7 jam. Waktu penyuntikan pada induk jantan dilakukan bersamaan dengan waktu penyuntikan kedua padaindukbetina.Lokasipenyuntikanhormonpadatubuh ikan adalah sekitar 2-4 sisik di bawah sirip punggung, di dekat ekor, di dekat sirip perut, ataupun tepat di bagian belakangsirippunggung.

Indukbetinaikanlelesetelah12jampenyuntikandilakukan striping (pengurutan) perut untuk mengeluarkan sel telur. Sedangkanpadaikanjantandilakukanpembedahantestis untukmengambilspermaikanlele.

c. StripingdanBedahTestis
7

d. Fertilisasiseltelurdanselsperma

Sel telur dan sel sperma kemudian dicampur kedalam

wadah yang berisi larutan fisiologi lalu diaduk dengan menggunakan bulu ayam agar fertilisasi dapat secara maksimal.Setelahitu,dimasukankedalambakpenetasan.

e. Pengukuranjumlahteluryangterbuahi

Selama12jamkemudiandilakukanpengamatanteluryang terbuahi untuk mengetahui jumlah telur yang dihasilkan dari hasil fertilisasi induk yang telah diberi pakan yang telah dicampurkan dengan tepung kunyit dan hormon ovaprim.

f. Pemeliharaanlarva

Larva yang telah menetas kemudian dipindahkan pada wadah pemeliharaan larva, setelah 2 hari kemudian diberi pakanartemi.

4.Parameteryangdiamati

Kualitasyangdiamatiantaralain:

1. Fekunditas

Fekunditasrelatifdihitungdenganrumussebagaiberikut:

2. Bobottelur

Bobot telur diketahui dengan menimbang semua telur yang didapatkan setelah proses stripping, kemudian dihitung nilai rata-ratanya dari semua nilai yang didapatkandalam1perlakuan.

Keterangan:

X:Nilairata-ratabobottelur

Xi:Bobotteluryangdidapatkan

N:Jumlahindukikanyangdiamati

8

3. Hatchingrate

Hatching Rate (derajat tetas telur) dihitung dengan menggunakanrumus:

9

Kegiatan3:Pelatihan PendampinganKulturPakan Alami

Artemia masuk golongan udang-udangan yang kecil ukurannya.Bentukdewasanyamencapaiukuran1cm,kurang lebihsamaukurannyadenganjambret(Mysidanceae). Hidup diperairanyangkadargaramnyatinggisekali,dimanahanya beberapa jenis bakteri serta algae yang dapat bertahan hidup. Hewan ini makan plankton, detritus serta butiran halus dalam air yang dapat masuk ke dalam mulutnya, jadi termasuk "filter feeder" Dalam kondisi kadar garam tinggi

Artemia akan menghasilkan kista yaitu telur yang diseliputi oleh selubung kuat untuk melindungi embryo dari perubahan lingkungan yang merugikan. Pada kadar garam yang tinggi, kistaakanmengapungdanmudahdikumpulkan,dibersihkan, dikeringkan selanjutnya dikalengkan dan dijual. Bila akan digunakansebagaimakananhidup,kistadirendamdalamair lautdanakanmenetasmenjadinauplius.Naupliusinilahyang digunakan untuk makanan larva udang atau ikan (Panggabean,1984).

Gambar2.SiklushidupArtemia(BolddanWyne,1978)

10

Artemiahidupsecaraalamiahdilingkungandengansalintas tinggi sehingga banyak ditemui di danau Garam. Beberapa

hal penting yang wajib diketahui Ketika akan memproduksi

biomasaArtemiaadalahsebagaiberikut:

1) Organisme Artemia dibedakan menjadi Artemia bisexual dan parthenogenetic. Artemia bisexual terdiri atas Artemia betina dan jantan. Pada kelompok Artemia partenogenetika tidak melibatkan organisme jantan untuk bereproduksi.

Gambar4.Artemiadewasabisexual (kiribetinadankananJantan)

Gambar3.MorfologiArtemiasalina(Nybakken,1992)
11

2) Kadar salinitas untuk pertumbuhan Artemia yaitu 80 gr/lt, mendekati nilai iso-osmotik tubuh Artemia. Artemia tumbuh kurang optimum saat dipelihara pada air laut normal, dan memungkinkan akan banyak ditemukan organisme pengganggu seperti: Forticella, Zoothamium, larvanyamukdalamwadahpemeliharaan.

3) Dalam hal cara makan Artemia tergolong dalam unselective continues filter feeder, yaitu akan memakan apa saja selama ukuran butir < 50 mikron secara terus menerussambilberenang.SaatArtemiaberenang,dengan ke-10 pasang kakinya akan membuat gerakan arus air mengarah ke bagian mulut, menyebabkan partikel makanan dapat difilter ke bagian mulutnya. Berkaitan dengan keberhasilan produksi biomasa, hal terpenting adalah ukuran partikel dan distribusi partikel secara meratadalamkolomair,dannilainutrisi;

4) Dalam berreproduksi, Artemia dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Reproduksi secara Oviparous, yaitu menghasilkan telur dorman atau kista (Cyst) dan cara Ovoviviparous, yaitu langsung menghasilkan nauplii (larva, nauplii).CarareproduksiArtemiadipengaruhiolehsalinitas air media serta kelarutan oksigen. Saat salinitas diatas 100 g/ltreproduksiArtemiaakanmelaluiOviparous,dankurang dari 100 g/lt akan menghasilkan Nauplii. Batas osmosis terhadap salinitas berbeda dari strain ke strain. Artemia akan melakukan reproduksi ketika berumur 21 hari dengan periode reproduksi sekitar 7 hari. Media pemeliharaan Artemia untuk menghasilkan biomas, diarahkan ke cara reproduksi Oviparous apabila dilakukan sistem pemanen parsial.

12

5) Lingkungan. Artemia memiliki toleransi yang cukup tinggi

terhadap salinitas, temperatur, dan oksigen, seperti masih dapat bertahan pada oksigen terlarut 0,1 mg/lt. Hal ini disebabkan Artemia memiliki 3 jenis Haemoglobin (HB), temperaturdari4-36˚C,dansalinitasdari5-160gr/lt.

A.salinamempunyaikandunganproteinsekitar55%,lemak 18,9%,seratkasar2,04%,kadarabu7,2%danair81,9%(Muthiah (2018). A. salina merupakan salah satu makanan hidup yang

sampai saat ini paling banyak digunakan dalam usaha

budidaya seperti udang dan ikan, khususnya dalam pengelolaan pembenihan, yang dikarenakan sangat banyak

memiliki kelebihan dibanding dengan jenis pakan lainya baik dari mekanisme pengelolaanya maupun tingkat kandungan nutrisinyasepertikayaakanprotein.

2.Alatdanbahan

a. Wadah

Wadah penetasan kista sebaiknya berbentuk konikal atau kerucut, tujuannya agar terjadi pengadukan dan distribusi oksigen yang cukup untuk mendukung perkembangan kista Artemia. Volume wadah disesuaikan dengan kebutuhanpenetasan.

Gambar5.WadahpenetasankistaArtemia 13

Blower. Blower berfungsi memberikan oksigen terlarut sekaligus pengadukan kolom air. Ukuran blower dapat disesuaikandengankebutuhan.

Saringan. Saringan berguna untuk menyaring kista atau Nauplii,dapatberupascoopatauember.Ukuransaringan digunakanplanktonnetno25.

Ember.Ember(vo.20L)digunakanuntukpenyediaanair.

Blong. Wadah berbahan plastic, lengkap dengan penutup yang rapat (segel ataupun drat) dengan volume minimal 30liter,dipersiapkandalampembuatansilaseikan(pakan Artemia).

Thermometer. Dipergunakan untuk mengukur temperatur saat melakukan proses dekapsulasi kista Artemia atau selamapemeliharaan.

Gelas ukur. Dipergunakan untuk mengukur volume air bahanataupengambilansampelArtemia.

Timbangananalitik.

Jaring Kantong. Berbahan kasa (kasa nyamuk bahan plastik), dibuat seperti sarung guling dipergunakan untuk pembuatansilaseikan.

KistaArtemia,dipilihkistayangmemilikikarakterjelas:(a) jumlah butir kista per gram; (b) derajat penetasan atau daya tetas; (c) kecepatan menetas; (d) tanggal kadaluarsa. Umumnya dalam 1 gr berisi 250.000-350.000 butirtergantungasalArtemia.

Kaporit, atau NaOCl digunakan untuk melarutkan atau menipiskan cangkang kista Artemia. Proses ini selanjutnya disebutdekapsulasi.

b. Peralatan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. c. Bahan 1.
14
2.

Na-thiosulfate, digunakan untuk menetralisir larutan atau sisakaporit.

Ikan. Ikan dengan kualitas rendah atau ikan rucah untuk pembuatansilaseikan.

Asam Formiat, digunakan untuk menfermentasi ikan dalampembuatansilaseikan.

Tepung tapioca, dipergunakan sebagai penambah unsur karbondalampemberianpakanArtemia.

Garam krosok, dipergunakan untuk meningkatkan kadar

garammediumpemeliharaanArtemia

3.ProsedurKerja

Airmediauntukproduksibiomasadibakdibuatantara6080 gr/lt, berasal dari air laut (kadar garam 30 gr/lt) dan ditambahkan brine water. Selisih kadar garam yang dibutuhkan adalah 80-30 = 50 gr/lt. Kekurangan garam yangharusditambahkanadalah50grxvolumewadah(lt).

Tahapanpenyiapanairmediasebagaiberikut:

a. melarutkangaramsesuaikebutuhandenganairlaut dalamwadahtersendirihinggasemuagaramtidak tersisa;

b. larutangaramselanjutnyadibiarkanhinggaairmenjadi jernih,ataulakukansifonuntukmembuangendapan garam.Larutaniniselanjutnyadisebutsebagaibrine water;

c.memasukkanbrinewaterkedalamwadahpemeliharaan Artemia;

d. ditambahkanairlauthinggamencapaivolumeyang diiginkan;

e. mengukurkembalikadargarammediaapakahsudah dalamkisaranyangdianjurkan,jikabelum,perlu ditambahkankembalibrinewater.

3. 4. 5. 6. 7. 1. PenyiapanAirMediaPemeliharaan
15

TahapanpenetasankistaArtemiasepertiberikut: menyiapkan wadah penetasan dan kelengkapannya (selangdanbatuaerasi),danpemasanganlampu; mengisi air sesuai dengan kebutuhan. Lakukan pengukurankadargaram(antara10-20gr/lt); menimbang kista Artemia sesuai dengan kebutuhan (maksimum2gr/ltair);

memasukkan kista ke dalam wadah penetasan yang telahdipersiapkan;

memasang lampu diatas wadah penetasan untuk mendapatkanpenetasanyangbagus; Dalam waktu 18-24 jam, kista akan menetas menjadi nauplius(larvaArtemia);

Setelah menetas, dilakukan penyaringan dan pembilasan denganmenggunakansaringanno25. menghitungjumlahnaupliidenganmengambilcontoh1-2 ml.

Perkembangan Artemia harus selalu dimonitor, diantaranya: a) Perkembangan stadium, yaitu mengamati perubahan bentuk dan kebersihan dari parasit (parasit umumnya ditemukan pada pemeliharaan kadar garam rendah). b) Pengukuran kepadatan dilakukan dengan mengambil secara acak pada beberapa tempat dengan cara menghitung jumlah Artemia per volume tertentu. c)

Pengururan berat dilakukan pada hari ke 10 keatas untuk menentukanperkiraanproduksi.

Pemanenan dilakukan ketika umur Artemia sudah memasuki umur dewasa yaitu berkisar antara 14-15 hari, yaitu sebelum memasuki umur Reproduksi (sebelum ditemukanArtemiaberpasangan,ridingposition).

2. PenetasanKista
a. b. c. d. e. f. g. h.
3. PengukuranKualitasArtemia 4. Pemanenan
16

Tahapanpanenadalahsebagaiberikut:

Setelah diketahui berat rata-rata individu (antara 2-3,5 mg/ekor), dan perkiraan populasi, dapat dilakukan kalkulasiproduksi;

menyiapkan peralatan panen berupa: seser (scoop net), ember;

mematikan aerasi sejenak, tunggu antara 5-20 menit, sehingga sebagian besar Artemia akan naik ke bagian permukaanair;

mengambil scoop net dan lakukan penyerokan secara perlahan sehingga sebagian Artemia akan tertangkap, dankumpulkandalamember;

melakukanberulangkalihinggaArtemiamendekatihabis; Setelah Artemia tinggal sedikit, air medium dapat dipindahkan ke wadah lain dan dipasang saringan untuk menangkap Artemia tersisa). Media pemeliharaan dapat digunakansebanyak2-3kalitergantungkondisi; Artemia terkumpul selanjutnya dilakukan pencucian dengan air tawar untuk menghilangkan garam tertempel dalambadan;

Selanjutnyalakukanpenirisan,hinggasedikitkering.

a. b. c. d. e.
17
f. g. h.

DaftarPustaka

AAmri,K."danKhairuman.2002."BukuPintarBudidaya15. Effendie, I. M. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka

Nusantara.Bogor.163pEffendie,2003

Fujaya, Y., Suryati, E., 2008. Pengembangan teknologi produksi rajungan (Portunus pelagicus) lunak hasil perbenihan dengan memanfaatkan ekstrak bayam (Amaranthaceae) sebagai stimulan molting. Laporan penelitian program insentif riset terapan tahun ke-2.

UniversitasHasanuddin.Makassar

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis.PT.Gramedia

Panggabean, M. G. L. 1984. Teknik Penetasan dan Pemanenan Artemia salina. Oseana, Volume IX, Nomor 2: 57 - 65. sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Bold, H.C. and M.J. Wynne. 1985. Introduction to the Algae: Structure and Reproduction. Prentice-Hall Inc. United States of America. 718hal.

18

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.