3 minute read

2.2. Krisis Kaum Buangan

peladang. Yehuda sekarang menjadi wilayah kekuasaan Babel, dan hasil bumi yang keluar dari negeri itu menjadi milik orang Babel. Selain mengangkut penduduk Yerusalem, pasukan Babel juga merampas harta benda yang ada di dalam kota itu. Pasukan Babel masuk ke dalam Bait Allah dan mengambil perlengkapan ibadah yang terbuat dari logam. Sesudah itu, pasukan Babel membakar Bait Allah, istana, dan semua rumah yang ada di Yerusalem. Bait Allah dan istana yang megah, penuh harta yang berharga, dan dianggap suci itu sekarang tinggal sebagai reruntuhan. Mereka merobohkan tembok kota Yerusalem sehingga kota tidak dapat menjadi tempat berlindung lagi. Nebukadnezar mengangkat Gedalya menjadi gubernur Yehuda untuk memimpin penduduk yang masih tinggal di negeri itu. Ia menganjurkan agar orang Yehuda tunduk kepada Babel agar dapat hidup dengan tenang di negeri mereka sendiri. Tetapi, Orang-orang Yehuda yang setia pada bangsanya membunuh dia karena menganggapnya sebagai boneka Babel. Sadar bahwa tindakan mereka dapat membangkitkan amarah Nebukadnezar, mereka melarikan diri ke Mesir.

2.2. Krisis Kaum Buangan

Advertisement

Tidak dapat dipungkiri bahwa pembuangan merupakan pengalaman berat bagi orang Yehuda. Mereka diangkut dari negeri mereka sendiri dan tinggal di tanah asing. Tetapi, pada masa awal pembuangan mereka masih sangat yakin bahwa pembuangan itu hanya akan berlangsung sementara. Mereka yakin akan segera meninggalkan tanah pembuangan dan kembali ke tanah air untuk menggabungkan diri dalam perjuangan saudara-saudara sebangsa. Pengharapan ini mendapat dukungan dari para nabi palsu yang rupanya bekerja di antara mereka (Yeh. 13). Para nabi palsu menghibur orang Yehuda dengan menyatakan bahwa mereka adalah umat YHWH sehingga tidak mungkin YHWH menghukum mereka, sekalipun telah berdosa. Tetapi, yang terjadi justru berlawanan dengan yang mereka harapkan. Sepuluh tahun setelah mereka tinggal di pembuangan, orang-orang Yehuda tidak kunjung pulang ke negeri mereka; justru saudara-saudara mereka dari Yehuda menyusul ke pembuangan, termasuk Raja Zedekia, yang tiba di pembuangan dalam keadaan buta. Mereka bercerita

tentang situasi terbaru setelah Zedekia memberontak. Pasukan Babel kembali menaklukkan Yerusalem dan akibat yang ditimbulkan oleh serbuan itu jauh lebih mengerikan. Pasukan Babel telah menghancurkan Yerusalem, termasuk istana dan Bait Allah. Berita ini semakin melemahkan pengharapan orang Yehuda yang telah sepuluh tahun menunggu di tanah pembuangan. Harapan untuk kembali ke tanah air mereka pun sirna. Babel terlalu kuat bagi orang-orang Yehuda yang telah menjadi orang buangan itu. Karena itu, mustahil bagi mereka untuk dapat melakukan perlawanan terhadap Babel atau melarikan diri dari kekuasaan mereka. Tidak ada yang dapat mereka lakukan selain menerima kenyataan yang pahit ini. Orang Yehuda harus hidup sebagai orang asing di tanah pembuangan dan taat penuh kepada bangsa yang telah mengalahkan mereka. Menurut ukuran zaman itu pembuangan yang dialami orang Yehuda itu tidak begitu berat. Penguasa Babel membiarkan orang Yehuda leluasa bergerak, menjalani kehidupan biasa, dan mengembangkan tradisi kehidupan mereka, baik dalam kehidupan religius maupun kemasyarakatan, asalkan tidak melarikan diri. Sebagian dari mereka berhasil dalam kehidupan ekonominya dan menjadi kaya. Situasi orang-orang yang terbuang itu cukup baik dan ada kemungkinan untuk menetap di tanah pembuangan bila mau menjadi bagian dari bangsa yang membuang mereka itu. Walaupun demikian, secara religius pembuangan ini menghadapkan orang Yehuda pada masalah yang serius. Masa pembuangan menjadi masa yang sulit bagi mereka untuk mempertahankan identitas sebagai sebuah bangsa. Kerajaan mereka sudah dihancurkan dan dikuasai orang asing, sementara raja, keluarganya, orang-orang terkemuka bangsa itu, bahkan rakyat, ditawan dan dibuang di tanah asing. Lebih dari itu, Bait Allah yang menjadi pusat kehidupan keagamaan mereka telah dihancurkan. Dalam pemahaman zaman itu semua ini menunjukkan bahwa YHWH, Allah mereka, telah dikalahkan oleh dewa/i Babel. Orang Yehuda sudah kehilangan harapan karena negeri mereka telah hancur dan mereka sendiri tinggal sebagai orang buangan di negeri asing, jauh dari tanah air mereka dan “jauh” dari YHWH. Tidak ada pengharapan bagi mereka untuk bebas dan kembali ke tanah air mereka sendiri. Babel terlalu kuat bagi mereka dan sebaliknya, mereka terlalu lemah untuk melawan Babel. YHWH, yang menurut

This article is from: