6 minute read

4.4. Kabar Baik Di Tengah Krisis

c. pengikut Yesus. Mereka adalah orang-orang yang percaya kepada Yesus sebagai Anak Manusia dan Mesias, Raja Abadi dalam Kerajaan Surga. Karena mereka percaya kepada Yesus, mereka pun akan menikmati kebahagiaan bersama Dia di dalam kerajaan-Nya.

Cara Hidup Menurut Identitas.

Advertisement

Identitas

mereka ini menggerakkan mereka untuk menjalani kehidupan sebagai pengikut Yesus, khususnya menjadi pewarta Injil. Mereka pergi ke berbagai penjuru dunia untuk memberitakan karya penyelamatan yang dikerjakan oleh Yesus supaya manusia di dunia ini menikmati kehidupan abadi di surga.

4.4. Kabar Baik Di Tengah Krisis

Telah dikatakan bahwa banyak orang Katolik menghadapi krisis yang menyangkut iman mereka kepada Allah serta identitas mereka sebagai pengikut Yesus dan anggota Gereja Katolik. Apa yang harus dilakukan ketika kita sendiri menghadapi krisis seperti itu atau ketika berhadapan dengan orang Katolik yang sedang menghadapi krisis yang sama? Kita dapat belajar dari para pemuka Yahudi yang harus menghadapi umat yang sedang mengalami krisis dalam pembuangan dan dari pengalaman perjumpaan para rasul dengan Yesus yang telah bangkit. Ada tiga hal yang disampaikan kedua komunitas ini untuk menghadapi krisis iman dan identitas, yaitu kebenaran mengenai siapa Allah, siapa mereka di hadapan Allah atau identitas mereka di hadapan Allah, dan cara hidup sesuai identitas ini. Kita perlu memahami identitas kita karena menentukan perilaku dan cara kita menjalani kehidupan. Selanjutnya, cara kita menjalani kehidupan di dunia ini menentukan nasib kita di dunia yang akan datang. Kita dapat menerapkan ketiga hal ini untuk menanggapi krisis iman dan identitas yang dihadapi oleh orang Katolik. Karena itu, kita perlu menegaskan kembali: 1.

Kebenaran mengenai Allah.

Kebenaran ini menjelaskan siapa

sesungguhnya Allah yang kita percaya

dan apa yang dikehendakinya. Kebenaran ini menentukan identitas orang yang percaya kepada-Nya.

2.

3.

Identitas orang beriman.

Di hadapan Allah yang kita percaya, kita dapat mengenal diri kita. Dengan melihat kebenaran tentang

Allah, kita dapat melihat relasi kita dengan Allah.

Cara hidup menurut identitas. Identitas kita sebagai orang yang percaya kepada Allah akan menentukan cara hidup kita.

Kesadaran akan identitas ini akan menuntun kita untuk menjalani hidup dengan benar. Kebenaran mengenai Allah. Pertama-tama kita perlu menyampaikan kebenaran tentang Allah yang kita percaya. Yohanes 3:16 dapat dipandang sebagai isi dari seluruh Alkitab dan mengungkapkan kebenaran mengenai Allah:

Terdorong oleh kasih-Nya, Allah menghendaki manusia hidup berbahagia bersama Dia di surga. Kehidupan manusia di dunia ini berlangsung selama jangka waktu tertentu dan berakhir dengan kematian. Hanya raga manusia yang mati, membusuk dan hancur, tetapi jiwa manusia tidak ikut hancur bersama tubuh itu, tetapi akan terus hidup. Allah memberikan kepada manusia tubuh rohaniah atau tubuh surgawi. Dengan kata lain, sesudah tubuh alamiah manusia mati, ia akan menerima tubuh surgawi yang mulia dan tidak dapat mati. Mereka akan menikmati kebahagiaan abadi bersama Allah, yang tiada tara, melampaui semua gambaran yang dapat dipikirkan oleh manusia (1Kor. 2:9; KGK 1027). Tetapi, dosa menghalangi manusia untuk bersatu dengan Allah. Semua orang telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah (Rm. 3:23). Kalau orang kehilangan kemuliaan Allah, ini berarti bahwa ia tidak diperkenankan tinggal bersama Allah. Seharusnya mereka dijatuhi hukuman mati (Rm. 6:23) dan tidak layak menerima ganjaran keselamatan. Dosa memisahkan manusia dari Allah; manusia yang berdosa tidak dapat tinggal bersama dengan Allah. Manusia yang terpisah dari Allah dapat disebut “mati secara rohani” dan kematian rohani ini dilambangkan dengan kematian badaniah. Karena dosa merusak hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan Allah harus dipulihkan dan manusia harus didamaikan

kembali dengan-Nya. Dalam Perjanjian Lama hal ini dilakukan dengan mempersembahkan kurban yang membawa pengampunan (Im. 4:20). Yesus adalah Anak Allah dan imam besar yang agung (Ibr. 9:25-28). Sebagai Anak Allah, Yesus bersih dari segala dosa. Di kayu salib Yesus mempersembahkan diri sebagai kurban untuk menghapus dosa manusia sehingga hubungan manusia dengan Allah dipulihkan dan manusia dipandang layak untuk menerima kehidupan kekal Dia di surga. bersama

Identitas orang beriman. Kebenaran tentang Allah yang kita percaya menentukan identitas kita yang percaya kepada-Nya. Dengan memahami siapa Allah yang sebenarnya, kita pun akan mengenal siapa kita sesungguhnya. “Saya adalah orang yang percaya kepada Allah yang mengasihi manusia.” Saya adalah pribadi yang diciptakan oleh Allah, dikasihi-Nya, dan akan hidup abadi bersama Dia di surga. Saya adalah orang berdosa dan untuk sayalah Tuhan Yesus telah datang ke dunia. Ia mempersembahkan diri di kayu salib untuk menghapus dosa-dosa saya. Yesus menantikan saya di surga dan, sesudah saya mati, Ia akan membangkitkan saya lalu membawa saya ke tempat kediaman-Nya yang abadi. Orang-orang yang percaya kepada Allah yang menyatakan diri dalam Yesus Kristus itu membentuk komunitas, yang disebut Gereja. Semua orang yang percaya kepada Yesus dan dibaptis dalam nama Allah Tritunggal menjadi anggota Gereja. Karena saya telah percaya kepada Kristus dan telah menerima baptisan, saya adalah anggota Gereja Katolik, bersama dengan seluruh anggota Gereja Katolik di seluruh dunia. Saya hidup sebagai anggota Gereja dan di mana pun saya berada, saya menjadi bagian dari Gereja Katolik. Cara hidup menurut identitas. Identitas kita yang kita peroleh dari Allah akan menggerakkan kehidupan kita dan kita menjalani kehidupan sesuai dengan identitas kita. Karena identitas kita itu kita peroleh dari pengenalan akan Allah, kesadaran tentang siapa Allah dan siapa kita di hadapan Allah akan menentukan cara hidup kita. Kita adalah pribadi yang dikasihi oleh Allah dan Yesus telah mengajarkan bagaimana kita harus menanggapi kasih Allah dan bagaimana orang yang percaya kepada-Nya harus hidup sesuai dengan kasih Allah itu. Yesus memberikan perintah baru kepada para murid, yaitu supaya “kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu

demikian pula kamu harus saling mengasihi” (Yoh. 13:31-35; lihat juga 1Yoh. 4:11). Yang membuat perintah ini menjadi baru adalah motivasinya, yaitu kasih Allah (bdk. Im. 19:18). Allah telah mengasihi kita, jadi sewajarnya kita membalasnya dengan mengasihi-Nya. Tanggapan ini hanya mungkin diberikan bila manusia mengerti bahwa Allah telah mengasihinya dengan kasih yang sedemikian besar. Tetapi, bagaimana kita harus mengasihi Allah karena Ia tidak kelihatan dan tidak ada seorang pun yang melihat Allah? Dengan mengasihi sesama! Jika orang mengatakan bahwa ia mengasihi Allah tetapi membenci saudaranya, ia berdusta karena tidak mungkin mencintai Allah yang tidak kelihatan tanpa mencintai sesama yang kelihatan (1Yoh. 4:20). Siapa yang mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya (1Yoh. 4:21). Ketiga hal yang menyangkut kebenaran mengenai Allah yang kita percaya, identitas kita di hadapan Allah, dan cara hidup kita sebagai orang yang percaya kepada Allah ini sesungguhnya merupakan sukacita yang sesungguhnya. Kebenaran mengenai Allah yang mengasihi

manusia ini merupakan kabar baik bagi manusia sepanjang zaman.

Manusia itu lemah dan memiliki

kecenderungan kepada dosa, tetapi Allah mengasihinya dan menjanjikan kebahagiaan abadi bersama Dia di tempat kediamannya yang abadi. Kabar baik ini akan membawa sukacita bagi orang yang percaya kepada Allah: ia menyadari bahwa dirinya adalah pribadi yang berharga di hadapan Allah dan dikasihiNya. Sukacita ini akan menggerakkan orang untuk mengasihi Allah yang hadir dalam diri sesama.

Pada bagian sebelumnya kita telah melihat bagaimana banyak orang beriman, khususnya orang Katolik, menghadapi krisis yang menyangkut iman dan identitasnya. Bisa jadi kita bukanlah orang yang sedang menghadapi krisis identitas. Tetapi, di antara kita orang-orang Katolik banyak yang sedang menghadapi krisis itu. Banyak juga yang sebenarnya sedang menghadapi krisis identitas, tetapi tidak menyadarinya. Dalam empat pertemuan di Bulan Kitab Suci Nasional ini kita akan membaca Sabda Tuhan untuk melihat kebenaran tentang Allah yang kita percaya. Kebenaran mengenai Allah inilah yang merupakan kabar baik bagi manusia. Dengan melihat kebenaran mengenai Allah ini, kita dapat menyadari kembali identitas kita sebagai orang beriman di hadapan Allah yang kita imani. Kesadaran akan dirinya ini akan mendatangkan sukacita dan semua ini akan mendorong kita untuk hidup menurut identitas kita. Kalau kita sendiri menyadari hal ini, kita pun dapat membantu saudara-saudara kita yang sedang menghadapi krisis iman dan identitas. Dengan demikian,

mereka tahu kepada siapa mereka percaya dan menemukan kembali

identitas mereka

sehingga dapat menjalani kehidupan dengan benar sampai akhirnya bersatu dengan Allah di surga. Ada empat bacaan yang akan kita renungkan untuk melihat kebenaran tentang Allah dan identitas orang beriman di hadapan-Nya: 1.

Allah adalah Kasih (1Yoh. 4:7-21).

Dalam perikop ini kita akan

melihat bahwa Allah yang kita percaya adalah Kasih dan

kita adalah manusia yang dikasihi-Nya. Allah adalah kasih dan karena

2. kita adalah orang yang percaya kepada-Nya, kita pun mengasihi sesama.

Yesus, Anak Manusia (Mat. 25:31-46).

Dalam perikop ini kita

3. akan melihat bahwa Yesus yang kita imani adalah Anak Manusia yang berkuasa atas Kerajaan Surga. Sebagai orang yang percaya kepada-Nya, kita akan melihat bagaimana bersikap sesuai dengan kehendak-Nya. Orang Berdosa yang Dipercaya oleh Tuhan (Luk. 5:1-11). Dalam perikop ini kita akan belajar dari Petrus: Mengakui bahwa kita adalah orang yang berdosa, tidak pantas untuk berdekatan dengan

This article is from: