7 minute read

5.3. Orang Berdosa Yang Dipercaya Oleh Tuhan (Luk. 5:1 11

Kita melayani Tuhan dalam diri sesama

Telah dikatakan bahwa Kristus yang mengasihi manusia hadir dalam diri orang-orang yang menderita. Apa yang dilakukan terhadap orang yang mengalami penderitaan itu, sebenarnya dilakukan terhadap Kristus. Tindakan manusia di dunia ini, khususnya yang dilakukan terhadap orang yang menderita, menjadi dasar pertimbangan dalam pengadilan di akhir zaman. Karena itu, selama menjalani kehidupan di dunia ini orang diingatkan untuk memperhatikan sesama yang menderita dengan keyakinan bahwa apa pun yang dilakukannya terhadap mereka sebenarnya dilakukan bagi Kristus. Karena, wajah Kristus tersembunyi dalam wajah orang-orang yang menderita, kita perlu menyadari bahwa hanya mereka yang membina relasi dengan Kristus dapat melihat wajah-Nya dengan jelas, sekalipun bagi orang lain kabur atau tidak tampak. Hubungan pribadi orang beriman dengan Kristus akan membuat dia menjadi lebih peka terhadap kehadiran-Nya dan menggerakkan dia untuk mengasihi-Nya.

Advertisement

5.3. Orang Berdosa Yang Dipercaya Oleh Tuhan (Luk. 5:1-11)

Lukas menceritakan panggilan murid-murid pertama setelah Yesus sudah agak lama mengajar dan mengerjakan mukjizat. Ini berarti bahwa sebelumnya Ia hanya sendirian: ketika mengajar di rumahrumah ibadat di Galilea (Luk. 4:14-15), ketika ditolak di Nazaret (Luk. 4:16-30), ketika mengajar di Kapernaum dan mengusir setan (Luk. 4:31- 37), menyembuhkan ibu mertua Simon dan orang-orang lain (Luk. 4:38-41), dan ketika mengajar di kota-kota di Yudea (Mrk. 4:42-44). Dalam perikop ini Lukas menyampaikan tiga hal. Pertama-tama ia menyampaikan catatan mengenai tempat dan pewartaan Yesus (ay. 1-3). Ia sedang mengajar di pantai Danau Galilea. Selanjutnya Lukas mengisahkan penangkapan ikan yang ajaib (ay. 4-10a). Ia menunjukkan bahwa mukjizat penangkapan ikan ini merupakan pernyataan diri Yesus kepada orang-orang yang hendak di panggil-Nya. Selanjutnya, Lukas merangkainya dengan kisah panggilan Simon dan orang-orang yang bersama dia (ay. 10b-11).

Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai Danau Genesaret yang terletak di wilayah Galilea (panjang sekitar 21 km dan lebar sekitar 13 km). Ketiga Injil lain menyebut danau ini Danau Galilea (Mat. 4:18; Mrk. 1:16; Yoh. 6:1). Banyak orang mengerumuni Yesus hendak mendengarkan firman Allah yang hendak disampaikan-Nya. Mereka berdesak-desakan untuk dapat mendekati Dia. Bila orang banyak itu terus mendesak-Nya, tidak akan ada jarak antara Yesus dengan mereka sehingga Ia tidak akan dapat berbicara kepada mereka. Dalam situasi seperti ini, Yesus melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun perahu itu dan mereka sedang membasuh jala. Pada malam sebelumnya mereka telah menggunakan jala itu dan sekarang mereka membersihkannya agar siap dipakai untuk waktu selanjutnya. Yesus pun naik ke atas salah satu perahu itu, yang ternyata adalah milik Simon. Lalu Yesus meminta Simon untuk mendorong perahunya sedikit jauh dari pantai. Orang banyak tidak dapat lagi mendesak Yesus dan sekarang ada jarak antara Yesus dengan mereka. Lalu Ia duduk di atas perahu itu dan mengajar orang banyak.

Setelah selesai menyampaikan pengajaran kepada orang banyak itu, Yesus meminta Simon bertolak ke tempat yang dalam dan menebarkan jala di situ untuk menangkap ikan. Perintah ini terdengar aneh di telinga Simon. Ia adalah nelayan yang sudah terbiasa mencari ikan di Danau Galilea. Pada malam sebelumnya Simon dan teman-temannya telah bekerja keras untuk mencari ikan, tetapi tidak menangkap apaapa. Malam hari adalah waktu yang cocok untuk menangkap ikan dan Simon adalah nelayan yang memahami situasi di danau itu. Sepanjang malam ia telah bekerja keras, tetapi tidak mendapatkan apa-apa, rasanya tidak ada gunanya untuk menebarkan jala pada siang hari. Kalau kemudian ia bertolak untuk menebarkan jala, hal itu sematamata dilakukannya hanya karena mengikuti perkataan Yesus. Bisa jadi Petrus tidak setuju dengan Yesus, tetapi ia melakukan apa yang dikatakan-Nya. Apa yang kemudian dialami oleh Simon benar-benar di luar dugaannya. Jala yang mereka tebarkan ternyata menangkap sejumlah besar ikan. Bahkan, jala itu mulai koyak karena tidak dapat menahan banyaknya

jumlah ikan yang tertangkap. Mereka pun memberi isyarat kepada teman-teman mereka yang berada di perahu lain. Mereka meminta orang-orang itu datang untuk membantu menampung ikan yang telah mereka tangkap. Dua perahu hampir tidak cukup untuk menampung hasil tangkapan. Kedua perahu itu penuh dengan ikan sampai hampir tenggelam. Simon Petrus menyadari bahwa apa yang sedang dialaminya bukanlah peristiwa biasa. Dia dan teman-temannya takjub menyaksikan banyaknya ikan yang mereka tangkap, padahal mereka menebarkan jala pada siang hari, atas perintah seorang guru. Sesampainya di darat, ia mendekati Yesus dan sujud di depan-Nya lalu berkata “Tuhan, pergilah dari hadapanku, karena aku ini seorang berdosa.” Ketika hendak bertolak untuk menebarkan jala, Simon memanggil Yesus dengan sebutan “guru” (Yun. “epistata,” sebutan untuk memanggil orang yang dihormati karena memiliki kuasa). Setelah peristiwa penangkapan ikan ini, Simon memanggilnya “Tuhan.” Kenyataan yang dialami Simon membuat dia sadar siapa pribadi yang sedang dihadapinya. Hal ini juga membuatnya sadar bahwa dirinya adalah orang berdosa sehingga tidak layak ada di dekat-Nya. Karena itu, Simon meminta Yesus pergi meninggalkannya. Hal seperti ini berulang kali muncul dalam Perjanjian Lama, termasuk dalam kisah panggilan Nabi Yesaya. Ia melihat Allah duduk di takhta yang tinggi menjulang, disertai oleh para makhluk surgawi. Ketika menyadari bahwa ia telah melihat Allah, Yesaya langsung menyadari dosanya. “Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam” (Yes. 6:5). Tetapi, kemudian Tuhan menyucikan Yesaya dan mengutusnya menjadi nabi untuk menyampaikan kehendak-Nya. Memang hanya Simon yang bersujud di hadapan Yesus dan berbicara kepada-Nya. Tetapi, semua orang yang bersama-sama dengan dia dan menyaksikan kejadian itu merasa takjub. Apa yang mereka lihat pada waktu itu sungguh tidak masuk di akal mereka, tetapi mereka melihatnya secara langsung, bahkan mengalaminya. Termasuk di antara yang melihat mukjizat itu adalah teman-teman Simon, yaitu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus. Mereka ada di dalam

perahu itu bukan karena tertarik pada peristiwa ajaib itu, tetapi karena mereka memang rekan kerja Simon.

Tetapi, Yesus berkata kepada Simon, “Jangan takut, mulai sekarang engkau akan menjala manusia.” Ia meminta Simon untuk tidak merasa takut. Benar bahwa Allah telah menyatakan diri dalam pribadi Yesus, tetapi hal itu dilakukan bukan untuk membuat mereka hancur dan binasa. Bahkan, Yesus memanggil mereka untuk menjadi penjala manusia. “Menjala manusia” merupakan kiasan untuk mencari/membawa orang menjadi pengikut Yesus. Dalam praktiknya hal ini nantinya baru akan mereka lakukan setelah Yesus naik ke surga. Mereka akan memberitakan karya penyelamatan yang dilakukan oleh Kristus kepada orang Yahudi dan bukan Yahudi. Mereka bahkan harus meninggalkan negeri mereka untuk melaksanakan tugas ini. Agar dapat menjalankan tugas ini, sekarang mereka harus mengikuti Yesus untuk menjalani kehidupan sebagai murid sehingga dapat mengenal Dia dan memahami kehendak-Nya. Simon dan rekan-rekannya menarik perahu mereka ke darat, lalu meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Yesus. Mulanya mereka terpesona dengan banyaknya ikan yang mereka tangkap. Tetapi, sekarang mereka terpesona dengan Pribadi yang membuat begitu banyak ikan itu datang ke jala mereka. Kesadaran akan Pribadi Yesus inilah yang membuat mereka mengambil keputusan untuk mengikuti Yesus. Konsekuensinya, mereka meninggalkan segala sesuatu yang mereka miliki: perahu, usaha, keluarga, termasuk hasil tangkapan terbesar yang mereka peroleh selama hidup mereka itu. Mulai saat itu, mereka senantiasa bersama dengan Yesus. *******

Dalam Pertemuan III ini kita kembali melihat kabar baik

yang bersumber dari Yesus Kristus. Dia adalah Tuhan yang Mahakuasa, yang sanggup melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Di hadapan-Nya orang beriman menyadari identitas mereka, yaitu bahwa mereka hanyalah orang berdosa, tetapi Yesus mempercayakan suatu tugas kepada mereka. Kesadaran akan identitas ini akan mendatangkan kegembiraan kepada orang beriman dan menggerakkan mereka untuk melakukan tugas yang diberikan kepada mereka.

Yesus adalah Tuhan yang Mahakuasa

Dalam Pertemuan I kita telah melihat bahwa Allah yang adalah Kasih menyatakan kasih-Nya dalam diri Yesus. Dalam Pertemuan II kita melihat bahwa Yesus adalah Raja yang berkuasa atas Kerajaan Surga. Dalam Pertemuan III ini kita melihat bahwa Yesus adalah Tuhan yang Mahakuasa, yang dapat melakukan apa pun yang dikehendaki-Nya. Sudah sepanjang malam ia menebarkan jala tanpa menangkap seekor ikan pun. Ketika Yesus menyuruhnya kembali menebarkan jala pada siang hari, Petrus menangkap begitu banyak ikan. Melihat tangkapan ikan yang tidak masuk akal baginya sebagai seorang nelayan, Simon langsung menyadari bahwa Yesus bukanlah manusia biasa. Dia yang Mahakuasa inilah yang kita percaya sebagai Tuhan yang kita ikuti. Ia sanggup melakukan hal-hal yang mustahil menurut manusia.

Aku Orang Berdosa tetapi Dipercaya oleh-Nya

Berhadapan dengan Yesus, Simon sujud dan meminta Yesus pergi karena dia orang berdosa. Kesadaran akan siapa dirinya di hadapan Tuhan membuat Petrus pun menyadari siapa dirinya: di hadapan-Nya, Petrus hanyalah seorang berdosa. Namun, Tuhan Yesus meminta Petrus untuk mengikuti-Nya dan Tuhan akan memberikan kepadanya tugas untuk menjala manusia. Secara konkret Petrus dipanggil untuk mengikuti Yesus ke mana pun Ia pergi, mendengarkan apa yang dikatakan-Nya, dan melihat apa yang dilakukan-Nya. Nantinya Petrus akan menjala manusia dengan memberitakan kasih Allah yang dinyatakan dalam diri Yesus supaya orang percaya kepada-Nya dan memperoleh keselamatan. Seperti Petrus ketika berhadapan dengan Yesus, kita pun menyadari bahwa kita hanyalah orang yang berdosa. Namun, Tuhan memilih kita dan memberikan tugas kepada kita untuk mewartakan kasih-Nya kepada sesama manusia.

Aku harus melaksanakan tugas yang diberikan-Nya kepadaku

Kesadaran akan dirinya sendiri dan akan Tuhan yang memanggilnya, menggerakkan Petrus untuk melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Tuhan yang berkuasa atas diri Petrus telah memanggilnya untuk mengikuti Dia dan menjadi penjala manusia. Seluruh diri Petrus hanya tertuju kepada Tuhan sehingga meninggalkan segala sesuatu lalu mengikuti Yesus. Kita pun diajak untuk berlaku seperti Petrus: sebagai

This article is from: