3 minute read

3.2. Kematian Sang Mesias

meminum cawan itu dan menerima baptisan itu, yakni menanggung segala penderitaan sampai pada kematian-Nya, untuk masuk dalam kemuliaan. Kedua murid itu menyatakan kesanggupan mereka, tetapi mereka tidak tahu apa yang mereka minta (Mrk. 14:38).

3.2. Kematian Sang Mesias

Advertisement

Orang-orang yang diutus oleh imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua datang untuk menangkap Yesus. Mereka datang dengan membawa pedang dan pentung seolah-olah akan menangkap seorang penjahat yang sangat berbahaya. Ketika orang-orang itu maju dan menangkap-Nya, salah seorang murid Yesus berusaha melawan. Ia menghunus pedangnya dan ayunan pedangnya mengenai telinga hamba Imam Besar sampai putus. Sekali lagi tindakan murid ini menunjukkan bahwa ia tidak memahami kata-kata Yesus tentang Mesias yang menderita (Mrk. 8:31-32). Ia tetap berkeyakinan bahwa Mesias harus memimpin gerakan militer. Ketika melihat pemimpinnya terancam, murid itu langsung memberikan perlawanan. Yesus bereaksi secara lain karena memang Ia telah bersiap untuk menghadapi semuanya. Ia tidak berusaha lari, tetapi menyerahkan diri ke tangan mereka. “Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung untuk menangkap Aku?” Yesus menambahkan bahwa setiap hari Ia ada di tengah-tengah mereka, karena Ia mengajar di Bait Allah. Walaupun demikian, mereka tidak menangkap-Nya. Kini, ketika Ia sedang sendirian, mereka justru mencari untuk menangkap-Nya. Melihat orang banyak menangkap Yesus, para murid ketakutan dan melarikan diri meninggalkan Yesus sendirian. Mereka lupa akan niat mereka untuk berani mati bersama Yesus dan untuk tidak menyangkal-Nya (Mrk. 14:31). Ketakutan yang mereka rasakan jauh lebih besar daripada niat yang pernah mereka katakan. Dari Getsemani Yesus dibawa ke rumah Imam Besar Kayafas (18-36 M). Mendengar bahwa Yesus telah dibawa ke sana, para imam kepala, tuatua, dan ahli Taurat datang ke rumah imam besar itu. Para pemimpin Yahudi menangkap Yesus pada malam hari dan langsung mengadiliNya, bukan di tempat pertemuan resmi mereka di kompleks Bait Allah, melainkan di rumah imam besar. Seperti niat mereka semula, para

pemimpin agama Yahudi mau menyingkirkan Yesus secara diam-diam, tanpa sepengetahuan para pengikut-Nya. Petrus mengikuti Yesus dari jauh, sampai ke halaman rumah imam besar. Ia tetap tidak memahami apa yang sedang terjadi dengan Yesus walaupun sebelumnya telah diberitahu oleh Yesus (Mrk. 8:31-32). Dalam situasi seperti ini Petrus menyangkal Yesus sampai tiga kali: Ia tidak berani mengakui bahwa ia adalah pengikut Yesus. Ketika Yesus mengajar, menyembuhkan orang sakit, membungkam para pemimpin Yahudi, para murid bangga menjadi murid-Nya. Ketika Yesus menyatakan bahwa Ia harus menderita mereka menolak hal itu dan menyatakan siap mati bersama Yesus (Mrk. 14:31). Namun, sekarang Petrus tidak berani mengakui diri sebagai murid Yesus, bahkan mengatakan bahwa ia tidak mengenal Yesus. Tidak ada murid Yesus yang mengikuti Yesus sampai ke Golgota, hanya para perempuan yang mengikuti Yesus sejak dari Galilea. Mereka inilah yang juga mengurus jenazah Yesus sampai dengan penguburannya. Sementara itu, para rasul yang sudah sekian lama mengikuti Yesus justru pergi meninggalkan-Nya sendirian menanggung penderitaan sampai dengan kematian-Nya. Kematian Yesus membuat para rasul kehilangan semangat serta menjadi takut dan bingung. Mereka tidak dapat menerima kenyataan ini karena apa yang terjadi dengan Yesus sama sekali tidak seperti yang mereka pikirkan. Orang yang mereka anggap sebagai Mesias, yang akan menjadi raja Israel itu, mati dengan cara yang sangat menyedihkan. Mereka bersembunyi dan tinggal di suatu ruangan yang terkunci karena takut kepada para pemuka Yahudi yang terlibat dalam pembunuhan Yesus (Yoh. 20:19). Dua orang murid (tidak termasuk dalam kelompok dua belas rasul) yang pergi ke Emaus memberikan gambaran tentang kekecewaan yang harus dihadapi oleh para murid begitu mengetahui kematian Yesus. Para pengikut Yesus menyangka bahwa sebagai Mesias Yesus akan bertindak seperti yang diharapkan oleh orang Yahudi. Mereka memandang Yesus adalah seorang nabi yang berkuasa dalam perkataan dan pekerjaan di hadapan Allah dan di depan seluruh Israel. Tetapi, “imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami” telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkanNya. Apa yang terjadi dengan Yesus ini bertentangan dengan harapan mereka. Orang yang mereka yakini sebagai nabi itu mati di kayu salib,

This article is from: