4 minute read
3.4. Yesus Kristus, Anak Manusia
dibangkitkan dari
antara orang mati (Mat. 17:9). Setelah Petrus menyampaikan pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias, tiga kali Yesus menyatakan kepada para murid-Nya bahwa Anak Manusia akan menderita, dibunuh, dan bangkit dari kematian (Mrk. 8:31-9:1; Mrk. 9:30-32; Mrk. 10:32-34). Mereka tidak dapat memahami pernyataan Yesus ini: Tidak ada dalam benak mereka pribadi yang mereka yakini sebagai Mesias itu akan mati. Tetapi, kebangkitan Yesus yang telah dibunuh oleh para pemuka Yahudi itu membuktikan bahwa apa yang dikatakan Yesus mengenai diri-Nya itu benar. Yesus sungguh-sungguh telah mati, tetapi Ia mengalahkan kematian dan bangkit dari antara orang mati. Hal ini tidak terjadi sebagai peristiwa yang kebetulan, karena memang Yesus telah mengatakan semua itu sebelumnya: Anak manusia akan menderita, dibunuh, dan bangkit dari antara orang mati. Apa yang terjadi dengan Yesus itu sesuai dengan apa yang telah dikatakan-Nya. Karena itu, menjadi jelas bahwa Yesus bukanlah Mesias seperti yang mereka pikirkan, melainkan Anak Manusia seperti yang telah dinyatakan-Nya sendiri. Menjadi jelas bagi para murid sekarang bahwa Yesus, yang selama ini mereka ikuti, adalah Anak Manusia yang mempunyai kuasa atas Kerajaan Surga.
Advertisement
3.4. Yesus Kristus, Anak Manusia
Sepanjang karya pelayanan-Nya, Yesus seringkali menyebut diri sebagai Anak Manusia. Kepada seorang ahli Taurat yang ingin mengikuti-Nya, Yesus menyatakan bahwa Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya (Mat. 8:20). Kepada ahli Taurat yang dalam hati menuduh-Nya telah menghujat Allah, Yesus menyatakan bahwa Anak Manusia berkuasa untuk mengampuni dosa (Mat. 9:6). Anak manusia makan dan minum sehingga dituduh sebagai pelahap dan peminum (Mat. 11:19). Yesus menjanjikan kepada Natanael bahwa ia akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia (Yoh. 1:51). Kepada para murid-Nya Yesus menyebut diri Anak Manusia, tetapi mereka menyebut Yesus sebagai Mesias (Mat. 16:13). Siapakah sebenarnya Anak Manusia itu? Pemahaman mengenai Anak Manusia muncul dalam penglihatan yang dialami oleh Daniel:
Anak Manusia adalah pribadi yang datang dari langit, dari surga, dan bukan seorang manusia yang datang dari dunia. Allah memberikan kepadanya kekuasaan, kemuliaan, dan kekuasaan sebagai raja. Kerajaan yang berada di bawah kuasa Anak Manusia itu tidak akan musnah. Jelas bahwa kerajaan ini bukanlah kerajaan duniawi karena semua kerajaan duniawi pasti musnah. Kerajaan yang tidak akan musnah ini adalah
kerajaan surgawi yang tidak terikat pada tempat dan waktu.
Anak Manusia itu sendiri akan menjadi raja yang kekal: Dia tidak akan mati dan tidak akan ada yang menggantikannya, seperti yang biasa terjadi dalam kerajaan duniawi. Selama-lamanya ia akan sebagai raja atas kerajaan surgawi. memegang kuasa
Dengan menyatakan diri sebagai Anak Manusia, Yesus menyatakan diri sebagai Pribadi yang datang dari surga, yang memiliki kuasa atas Kerajaan Surga. Ia memang berasal dari surga, tetapi sekarang menjadi manusia untuk menjalankan tugas penyelamatan. Sesudah menyelesaikan tugas-Nya, Ia akan menjalankan peran-Nya sebagai Raja Surgawi. Sebagai Raja Surga, Anak Manusia berkuasa untuk menentukan siapa yang akan masuk dan siapa yang tidak akan masuk ke dalam kerajaan-Nya. Pada akhir zaman Anak Manusia akan datang sebagai raja surga dalam segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya untuk membalas setiap orang menurut perbuatannya (Mat. 16:27-28). Dengan kekuasaan-Nya Ia akan menyuruh para malaikat untuk mengumpulkan semua manusia dari seluruh penjuru bumi. Ia sendiri akan duduk di atas takhta kemuliaan-Nya lalu mengadili mereka. Mereka yang berkenan kepada-Nya akan dibawa-Nya masuk ke dalam Kerajaan Surga sedangkan yang tidak berkenan kepada-Nya akan dienyahkanNya ke dalam api yang kekal (Mat. 24:30-31; 25:31-46). Kebangkitan Yesus dari antara orang mati juga memberikan pemahaman yang baru mengenai identitas Yesus sebagai Mesias. Yesus memang raja, keturunan Daud, tetapi kerajaan-Nya bukan dari dunia ini. Ia bukan raja dalam pengertian politis dan kerajaan-Nya adalah
kerajaan surgawi. Ia menghendaki agar semua manusia masuk dalam kerajaan-Nya yang memberikan kebahagiaan abadi kepada manusia. Yesus memang Mesias, bukan dalam arti bahwa Ia menyelamatkan orang Israel dari penjajah Romawi, tetapi bahwa Ia membebaskan manusia dari kekuasaan dosa. Semua manusia telah berdosa dan hukuman yang layak untuk manusia yang berdosa adalah kematian. Kematian yang dimaksudkan bukanlah kematian fisik, melainkan keterpisahan dari Allah. Manusia yang dikuasai oleh dosa tidak mungkin hidup bersama dengan Allah. Yesus mati (=terpisah dari Allah) untuk menanggung hukuman yang seharusnya ditanggung oleh manusia supaya manusia layak tinggal bersama Allah dalam kehidupan surgawi. Yesus memahami identitas-Nya sebagai Mesias, Juruselamat, berdasarkan nubuat yang tercantum dalam Kitab Nabi Yesaya tentang seorang hamba Tuhan yang menderita (Yes. 52:13-53:12). Ia adalah orang yang penuh kesengsaraan dan orang yang biasa menderita penyakit. Orang merasa jijik dan tidak mau melihatnya. Ia dianiaya, tetapi tidak membuka mulutnya terhadap orang-orang yang menganiayanya, seperti anak domba yang tempat pembantaian untuk disembelih. Orang yang melihatnya menyangka bahwa penyakit dan penderitaan yang dialaminya adalah hukuman yang dijatuhkan Tuhan kepadanya karena dosa dan kesalahannya. Mereka menyangka bahwa hamba itu adalah seorang yang berdosa yang sedang menanggung hukuman Allah. Tetapi, sebenarnya ia mengalami semua itu sama sekali bukan karena dosanya sendiri. Sebenarnya penderitaan yang dialaminya itu adalah hukuman yang seharusnya mereka tanggung akibat pemberontakan dan kejahatan mereka (kepada Tuhan). Mereka sendirilah yang pantas menanggung kesengsaraan itu karena mereka telah berdosa kepada Tuhan dan layak mendapatkan hukuman. Tetapi, hamba itu menggantikan mereka menanggung hukuman. Ia mau menanggung semua hukuman itu supaya mereka mendapatkan ganjaran dan keselamatan. Semua ini dilakukan oleh hamba itu karena Tuhan sendiri menghendakinya, Tuhan sendirilah yang menimpakan semua itu kepadanya. Semua manusia telah berdosa dan hukuman yang layak untuk manusia yang berdosa adalah kematian (Rm. 6:23). Karena dosa-dosanya,
manusia tidak layak menerima kebahagiaan abadi di surga. Dengan kematian-Nya di kayu salib Yesus telah menanggung hukuman yang seharusnya ditanggung oleh semua manusia karena dosa-dosa mereka sehingga kematian Kristus itu justru menjadi tanda kasih Allah (Rm. 5:8; 8:3,32). Kristus melakukan hal ini agar manusia memperoleh kebangkitan bersama-sama Dia (1Tes. 4:14) dan hidup dalam kemuliaan surgawi. Dengan demikian, di dalam Kristus manusia menemukan jalan menuju keselamatan Allah. Janji keselamatan Allah yang disampaikan dalam Kitab Suci, yakni kebangkitan dari kematian, telah dipenuhi dalam diri Kristus. Berkat karya penyelamatan Kristus itu, manusia dapat diterima dalam kerajaan surgawi dan tinggal bersama Dia dalam kebahagiaan dan kemuliaan abadi.