3 minute read

4.1. Krisis Iman Dan Identitas Di Antara Umat Katolik

Selanjutnya kita akan melihat situasi iman umat Katolik. Harus diakui bahwa kehidupan iman dalam dunia modern ini harus menghadapi tantangan serius yang datang dari kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan ini telah membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia, termasuk dalam hal iman. Sementara itu, di antara umat Katolik sendiri ada banyak hal yang menyangkut iman yang perlu mendapat perhatian. Kita juga akan melihat apa yang harus dilakukan ketika menghadapi situasi seperti ini.

4.1. Krisis Iman Dan Identitas Di Antara Umat Katolik

Advertisement

Iman dalam Dunia Modern. Banyak orang dalam kehidupan modern ini, termasuk orang Katolik, hanya mengikuti saja apa yang terjadi di sekitar mereka, dan tidak bersikap kritis terhadapnya. Karena membiarkan diri dikuasai oleh kecenderungan ini, banyak orang hanya mengambil tindakan menurut pertimbangan spontan, menarik, menyenangkan, dan memberi keuntungan bagi diri sendiri, tanpa peduli jika hal itu merugikan orang lain. Sebaliknya, mereka akan menghindari tindakan yang menurut mereka berat, melelahkan, dan memerlukan kesungguhan. Mereka tidak lagi mendengarkan suara hati, tidak mempertanyakan apakah tindakan itu benar atau salah, baik atau buruk. Lebih dari itu, mereka mengabaikan apa yang dikehendaki Allah dan tidak bertanya apakah tindakan saya ini sesuai dengan ajaran Kristus atau tidak. Penghayatan hidup yang dangkal dan spontan itu juga membuat orang dengan mudah dikuasai oleh egoisme dan keangkuhan. Orang akan menghargai orang lain kalau orang itu memiliki kedudukan yang lebih tinggi, dalam hal ekonomi, sosial, maupun keagamaan. Akibatnya, orang-orang yang secara ekonomi, sosial, dan keagamaan dipandang lemah, miskin, dan tidak berarti, seringkali tidak dihargai dan tidak diperhatikan. Karena itu, banyak orang amat mudah dikuasai oleh semangat materialisme. Mereka menganggap bahwa materi adalah satu-satunya yang penting untuk hidup mereka. Selama hidup di dunia

orang memerlukan materi, untuk melakukan kehendak Tuhan pun diperlukan materi. Tetapi, orang yang dikuasai oleh semangat materialisme mengejar materi sebagai satu-satunya harapan hidup mereka. Mereka mengerahkan seluruh dirinya untuk mengejarnya, dan mengabaikan hal-hal yang lain (lihat EG art.2). Tidak memikirkan makna kehidupan, hanya mengejar apa yang dianggap sebagai kesenangan. Melakukan apa yang menyenangkan, bukan apa yang bernilai atau berkenan kepada Tuhan. Hal yang senada disampaikan oleh Paus Yohanes Paulus II dalam nasihat apostolik yang diberi judul “Christifideles Laici” pada tanggal 30 Desember 1988:

Telah dikatakan bahwa situasi yang melanda dunia ini juga

melanda Gereja. Para anggota Gereja tidak steril dari pengaruh negatif yang memancar dari kemajuan dunia ini. Arus materialisme ini membuat manusia memiliki pandangan yang keliru tentang Tuhan: Ia dijadikan sebagai sarana untuk memenuhi keinginan. Allah tidak dipandang sebagai Tuhan yang harus disembah, tetapi diperlakukan sebagai hamba yang serba bisa yang harus memenuhi segala sesuatu yang diminta oleh orang yang mengaku percaya kepada-Nya. Tidak ada kebanggaan kalau dapat melakukan sesuatu untuk Tuhan dan sesama,

bahkan hal-hal seperti ini tidak dipikirkan. Orang hanya bangga kalau Tuhan melakukan hal-hal yang diinginkannya untuk dirinya sendiri.

Di Tengah Umat Beragama Lain.

Di banyak tempat di negeri ini, Umat Katolik tinggal di antara atau bersama dengan umat yang menganut agama dan kepercayaan lain. Lebih dari itu, Umat Katolik hanya menjadi kelompok minoritas yang memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Tanpa disengaja, bahkan tanpa disadari, banyak orang Katolik mendengar informasi tentang ajaran agama lain, menyimpan informasi itu dalam ingatannya, dan menerimanya begitu saja sebagai kebenaran. Informasi-informasi seperti itu hanya dapat disaring bila kita memiliki cukup pengetahuan tentang iman Katolik. Sayangnya, orang Katolik pada umumnya kurang memahami imannya. Tidak perlu membuat survei tentang hal ini, tetapi cukup mengajukan beberapa pertanyaan dan kita dapat melihat kenyataannya. Apa itu kebangkitan badan dan apakah sama dengan kebangkitan mayat? Apa yang dimaksud dengan Yesus itu adalah Kristus, Tuhan, Penebus, Juruselamat, Anak Allah, dan Anak Manusia? Jika orang Katolik ditanya tentang hal-hal yang menyangkut imannya sendiri, banyak yang memang tidak dapat menjawabnya. Situasi menjadi lebih sulit ketika orang dari agama atau Gereja lain mengajukan pertanyaan. Banyak yang tidak sanggup menjawabnya, bahkan menganggap Gereja Katolik miskin pengetahuan dan banyak unsur dalam ajaran Katolik itu salah. Kurangnya pemahaman mengenai ajaran Katolik membuat banyak orang Katolik mengatakan bahwa semua agama itu sama. Yang dimaksudkan sebenarnya hanyalah: kepercayaan bahwa semua agama mengajarkan supaya para penganutnya berlaku baik terhadap sesama. Hal seperti ini jelas muncul bukan dari studi yang serius, tetapi sekedar mengucapkan apa yang pernah didengar. Orang Katolik yang ikutikutan berkata demikian itu tidak memahami imannya sendiri. Gereja Katolik memiliki pengalaman akan Tuhan dan keyakinan yang berbeda dari agama lain, bahkan dari Gereja-gereja lain. Mungkin aneh, tetapi memang banyak orang Katolik yang tidak dapat membedakan isi imannya sendiri dengan isi iman yang diyakini dalam agama dan Gereja lain. Kurangnya pemahaman ini membuat banyak orang Katolik menjadi rendah diri ketika berhadapan dengan orang-orang dari agama dan

This article is from: